Perencanaan pembelajaran adalah suatu proses dan cara berfikir mengenai sesuatu hal yang akan dilakukan dengan tujuan agar diri seseorang dapat berubah. Perubahan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik (Suwardi, 2007: 30). Dengan konsep ini, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung lebih alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa.
Perencanaan dalam sebuah pembelajaran sangatlah penting dipersiapkan oleh guru di awal, supaya pembelajaran benar-benar terencana dan terprogram dengan baik. Guru tentunya harus mempersiapkan program tahunan (prota), program semester (promes), silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Pemilihan metode pembelajaran juga menjadi prioritas awal yang harus dicermati oleh guru supaya pembelajaran bisa berjalan dengan baik, lancar serta tepat sasaran.
Perencanaan pembelajaran adalah rancangan pembelajaran mata pelajaran per unit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas. Bagi guru, rencana pengajaran ini berfungsi sebagai acuan untuk melaksanakan proses belajar mengajar di kelas agar lebih efisien dan efektif (Uzer Usman, 2008: 61). Berdasarkan RPP inilah seorang guru (baik yang menyusun RPP itu sendiri maupun yang bukan) diharapkan bisa menerapkan pembelajaran secara terprogram. Karena itu, RPP harus mempunyai daya terap (aplicable) yang tinggi. Tanpa perencanaan yang matang, mustahil target pembelajaran bisa tercapai secara maksimal. Pada sisi lain, melalui RPP pun dapat diketahui kadar kemampuan guru dalam menjalankan profesinya.
Menurut Uzer Usman (2008: 65), secara teknis rencana pembelajaran minimal mencakup komponen-komponen berikut: 1)Standar kompetensi, kompetensi dasar, dan
indikator pencapaian hasil belajar. 2)Tujuan pembelajaran.
3)Materi pembelajaran.
4)Pendekatan dan metode pembelajaran. 5) Langkah-langkah kegiatan pembelajaran.
6)Alat dan sumber belajar. 7)Evaluasi pembelajaran.
Persiapan pembelajaran ini dikenal dengan perencanaan, yakni suatu cara yang memuaskan untuk membuat kegiatan dapat berjalan dengan baik, disertai dengan berbagai langkah yang antisipatif guna memperkecil kesenjangan yang terjadi sehingga kegiatan tersebut mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Uno, 2008: 2). Perencanaan pembelajaran ini harus sesuai dengan konsep pendidikan dan pembelajaran yang dianut dalam kurikulum (Syaodih dan Ibrahim, 2003: 51).
Uno (2008: 3) menyatakan bahwa upaya perencanaan pembelajaran dilakukan dengan asumsi.
1) Untuk memperbaiki kualitas pembelajaran perlu diawali dengan perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan adanya desain pembelajaran
2) Untuk merancang suatu pembelajaran perlu dilakukan pendekatan sistem
3) Perencanaan desain pembelajaran diacukan pada bagaimana seseorang belajar.
4) Untuk merencanakan suatu desain pembelajaran diacukan pada siswa secara perorangan
5) Sasaran akhir dari perencanaan desain pembelajaran adalah mudahnya siswa untuk belajar.
b. Pelaksanaan Pembelajaran
Tahap pelaksanaan pembelajaran merupakan tahap implementasi perencanaan dalam proses pembelajaran yang memiliki posisi cukup penting. Oleh karenanya, perlu mendapat perhatian guru sehingga terjadi interaksi yang optimal antara guru dengan siswa. Hal ini juga dikemukakan oleh Rustaman (2001: 461), bahwa proses pembelajaran adalah proses yang di dalamnya terdapat kegiatan interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar. Dalam proses pembelajaran, guru dan siswa merupakan dua komponen yang tidak bias dipisahkan. Antara dua komponen tersebut harus terjalin interaksi yang saling menunjang agar hasil belajar siswa dapat tercapai secara optimal.
Langkah atau cara menuju pembelajaran yang kreatif adalah suatu cara
yang dapat dilakukan seorang (guru) dalam meningkatkan kemampuannya dalam mengajar. Menurut Munandar (2005: 79-81) langkah-langkah tersebut sebagai berikut: 1) mendefinisikan kembali problem yang
dihadapi.
2) bertanya dan menganalisa asumsi. 3) menjual ide.
4) mendorong menghasilkan ide.
5) mengenali dua arah perolehan pengetahuan.
6) mendorong siswa mengidentifikasi rintangan dan mengatasinya.
7) mendorong berpikir sehat dan berani mengambil resiko.
8) mendorong toleransi ambigu.
9) membantu siswa membangun keyakinan meraih sukses (self-efficacy).
10) membantu siswa menemukan cinta pada perbuatannya.
11) mengajarkan siswa pentingnya menunda kepuasaan.
12) memelihara lingkungan agar tetap kreatif. c. Evaluasi Pembelajaran
Penilaian (evaluasi) merupakan komponen dalam sistem pengajaran. Fungsi
utama evaluasi dalam kelas adalah untuk menentukan hasil-hasil urutan pengajaran. Tujuan evaluasi untuk memperbaiki pengajaran dan penguasaan tujuan tertentu dalam kelas (Hamalik, 2011: 145-146). Evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa serta bagaimana tujuan pendidikan dapat tercapai. Pembelajaran yang terjadi di sekolah atau khususnya di kelas, guru adalah pihak yang bertanggung jawab atas hasil belajar siswa.
Dengan demikian, guru patut dibekali dengan evaluasi sebagai ilmu yang mendukung tugasnya, yakni mengevaluasi hasil belajar siswa. Dalam hal ini guru bertugas mengukur apakah siswa sudah menguasai ilmu yang dipelajari oleh siswa atas bimbingan guru sesuai dengan tujuan yang dirumuskan (Arikunto, 2008: 3-4).
Terdapat empat langkah pokok yang dilakukan dalam evaluasi keseluruhan program pengajaran, yaitu sebagai berikut: 1) Evaluasi awal
Evaluasi awal atau pre test dilakukan sebelum pelajaran diberikan. Tujuan dan fungsinya adalah untuk mengetahui
kemampuan awal siswa mengenai pembelajaran yang bersangkutan. Dengan mengetahui kegiatan awal siswa, guru akan dapat menentukan cara-cara penyampaian yang akan ditempuh nanti. Untuk bahan-bahan yang telah dikuasai siswa, misalnya guru tidak akan memberikan penjelasan yang banyak lagi, disamping itu dengan adanya evaluasi awal guru akan dapat melihat hasil yang betul-betul dicapai melalui program yang dilaksanakannya, setelah membandingkannya dengan hasil evaluasi akhir (Syaodih dan Ibrahim, 2003: 88).
2) Evaluasi pelaksanaan pengajaran
Langkah berikutnya adalah melakukan pengajaran sesuai dengan langkah-langkah kegiatan belajar mengajar yang sudah direncanakan. Selama langkah ini berlangsung, kegiatan evaluasi yang dilakukan oleh guru antara lain dalam bentuk kuis, tugas-tugas, observasi dan bertanya langsung kepada siswa tentang pelajaran yang disajikan, apakah cukup jelas dan ataukah sebaliknya. Dari kegiatan evaluasi ini, guru dapat mengetahui bagian-bagian mana dari materi yang
belum begitu dipahami oleh siswa, dan bagian mana dari kegiatan belajar mengajar yang tampaknya kurang efektif atau sulit dilaksanakan dengan baik (Suwardi, 2007: 98).
3) Evaluasi akhir
Evaluasi akhir atau post test berfungsi untuk memperoleh gambaran tentang kemampuan yang dicapai siswa pada akhir pengajaran. Jika hasil evaluasi akhir kita bandingkan dengan evaluasi awal, maka dapat diketahui seberapa jauh efek atau pengaruh dari pengajaran yang telah kita berikan, disamping sekaligus dapat pula diketahui bagian-bagian mana dari bahan pengajaran yang masih belum dipahami oleh sebagian besar siswa (Uno, 2008: 95).
Evaluasi pembelajaran dilaksanakan untuk mengetahui kompetensi dan hasil belajar siswa mengenai materi tertentu. Pelaksanaan evaluasi pada sebuah pembelajaran pada prinsipnya juga sama antara metode yang satu dengan yang lain. Beberapa tahapan evaluasi pembelajaran dilakukan baik pada setiap akhir bab, tengah semester maupun akhir semester. Hasil belajar siswa bisa terlihat pada setiap
tahapannya, baik yang jangka pendek maupun jangka panjang. Pada jangka panjang, hasil evaluasi pada beberapa tahapan tersebut digabung kemudian diambil rata-ratanya.
Menurut Asmani (2013: 105) terdapat kriteria penilaian yang sesuai dengan konsep PAKEM yaitu:
1. Penilaian yang sesuai dengan pembelajaran model PAKEM adalah penilaian otentik yang merupakan proses pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran peserta didik melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran telah benar-benar dikuasai dan dicapai.
2. Bentuk penilaian tes dapat dilakukan secara lisan, tertulis, dan perbuatan. Sementara itu, bentuk penilaian non-tes dilakukan dengan menggunakan skala sikap, cek lis, kuesioner, studi kasus, dan portofolio.