Kegiatan Instruktur Kegiatan Peserta Pendukung
1. Ceramah Pembukaan :
Menjelaskan Tujuan Pembelajaran.
Merangsang motivasi peserta
dengan pertanyaan atau pengalaman melakukan koordinasi pengumpulan dan penggunaan data teknis.
Waktu : 5 menit.
Mengikuti penjelasan
Mengajukan pertanyaan
apabila kurang jelas. OHT – 1
2. Penjelasan Bab 1 : Pendahuluan.
Modul ini merepresentasikan unit kompetensi.
Umum
Ringkasan Modul
Koordinasi
Batasan/Rentang Variabel
Panduan Penilaian
Panduan Pembelajaran Waktu : 20 menit.
Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif.
Mencatat hal-hal penting.
Mengajukan pertanyaan bila perlu.
OHT – 2
3. Penjelasan Bab 2 Perencanaan oprit (jalan pendekat) jembatan
Umum
Perencanaan geometri oprit jembatan
Perencanaan timbunan oprit jembatan
Perencanaan perkerasan oprit jembatan
Perencanaan dinding penahan tanah oprit jembatan
Waktu : 85 menit.
Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif.
Mencatat hal-hal penting.
Mengajukan pertanyaan bila perlu.
OHT – 3
4. Penjelasan Bab 3 : Perencanaan bangunan pelengkap jembatan
Umum
Perencanaan sandaran bangunan atas jembatan
Perencanaan guard rail pada oprit jembatan
Perencanaan parapet jembatan
Perencanaan pipa cucuran untuk drainase lantai jembatan
Waktu : 30 menit.
Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif.
Mencatat hal-hal penting.
Mengajukan pertanyaan bila perlu.
OHT – 4
5. Penjelasan Bab 4 : Perencanaan bangunan pengaman jembatan
Umum
Perencanaan fender
Perencanaan bronjong
Rambu-rambu pengaman jembatan
Waktu : 30 menit.
Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif.
Mencatat hal-hal penting.
Mengajukan pertanyaan bila perlu.
OHT – 5
6. Rangkuman dan Penutup.
Rangkuman
Tanya jawab.
Penutup.
Waktu : 10 menit.
Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif.
Mencatat hal-hal penting.
Mengajukan pertanyaan bila perlu.
OHT – 8
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Umum
Modul BDE-06 : Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan Pelengkap dan Pengaman Jembatan merepresentasikan salah satu unit kompetensi dari program pelatihan Ahli Perencanaan Teknis Jembatan (Bridge Design Engineer).
Sebagai salah satu unsur, maka pembahasannya selalu memperhatikan unsur-unsur lainnya, sehingga terjamin keterpaduan dan saling mengisi tetapi tidak terjadi tumpang tindih (overlaping) terhadap unit-unit kompetensi lainnya yang direpresentasikan sebagai modul-modul yang relevan.
Adapun Unit kompetensi untuk mendukung kinerja efektif yang diperlukan dalam Perencanaan Teknis Jembatan adalah :
No. Kode Unit Judul Unit Kompetensi
I. Kompetensi Umum
1. INA.5212.113.01.01.07 Menerapkan ketentuan Undang-undang Jasa Konstruksi (UUJK).
II. Kompetensi Inti
1. INA.5212.113.01.02.07 Melakukan koordinasi untuk pengumpulan dan penggunaan data teknis.
2. INA.5212.113.01.03.07 Merencanakan bangunan atas jembatan dan atau menerapkan standar-standar perencanaan teknis jembatan.
3. INA.5212.113.01.04.07 Merencanakan bangunan bawah jembatan.
4. INA.5212.113.01.05.07 Merencanakan pondasi jembatan.
5. INA.5212.113.01.06.07 Merencanakan oprit (jalan pendekat), bangunan pelengkap dan pengaman jembatan.
6. INA.5212.113.01.07.07 Membuat laporan perencanaan teknis jembatan.
III. Kompetensi Pilihan -
1.2. Ringkasan Modul
Ringkasan modul ini disusun konsisten dengan tuntutan atau isi unit kompetensi ada judul unit, deskripsi unit, elemen kompetensi dan KUK (Kriteria Unjuk Kerja) dengan uraian sebagai berikut :
a. Adapun unit kompetensi yang akan disusun modulnya:
KODE UNIT : INA.5212.113.01.06.07
JUDUL UNIT : Merencanakan oprit (jalan pendekat), bangunan pelengkap dan pengaman jembatan..
DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku yang diperlukan untuk merencanakan oprit (jalan pendekat), bangunan pelengkap dan pengaman jembatan.
Direpresentasikan dalam modul seri/judul: BDE-06 Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan Pelengkap dan Pengaman Jembatan.
b. Elemen Kompetensi dan KUK (Kriteria Unjuk Kerja) terdiri dari:
1. Merencanakan oprit (jalan pendekat) jembatan, direpresentasikan sebagai bab modul berjudul: Bab 2 Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat) Jembatan.
Uraian detailnya mengacu KUK (Kriteria Unjuk Kerja) dapat menjadi sub bab yang terdiri dari:
1.1 Geometri oprit jembatan direncanakan sesuai dengan ketentuan teknis yang berlaku.
1.2 Timbunan untuk oprit jembatan direncanakan sesuai dengan persyaratan teknis yang ditentukan.
1.3 Perkerasan untuk oprit jembatan direncanakan sesuai dengan persyaratan teknis yang ditentukan.
1.4 Dinding penahan tanah untuk oprit jembatan direncanakan sesuai dengan persyaratan teknis yang ditentukan
2. Merencanakan bangunan pelengkap jembatan, direpresentasikan sebagai bab modul berjudul : Bab 3 Perencanaan Bangunan Pelengkap Jembatan.
Uraian detailnya mengacu KUK (Kriteria Unjuk Kerja) dapat menjadi sub bab yang terdiri dari:
2.1 Sandaran bangunan atas jembatan (railing) direncanakan sesuai dengan persyaratan teknis yang ditentukan.
2.2 Guard rail pada oprit jembatan direncanakan sesuai dengan persyaratan teknis yang ditentukan.
2.3 Parapet jembatan direncanakan sesuai dengan persyaratan teknis yang ditentukan.
2.4 Pipa cucuran untuk drainase lantai jembatan direncanakan sesuai dengan persyaratan teknis yang ditentukan.
3. Merencanakan bangunan pengaman jembatan, direpresentasikan sebagai bab mocul berjudul: Bab 4 Perencanaan Bangunan Pengaman Jembatan.
Uraian detailnya mengacu KUK (Kriteria Unjuk Kerja) dapat menjadi sub bab yang terdiri dari:
3.1 Fender pengaman pilar di sungai direncanakan sesuai dengan persyaratan teknis yang ditentukan.
3.2 Bronjong untuk pengaman abutment direncanakan sesuai dengan persyaratan teknis yang ditentukan.
3.3 Rambu-rambu pengaman jembatan direncanakan sesuai dengan persyaratan teknis yang ditentukan.
Penulisan dan uraian isi modul secara detail betul-betul konsisten mengacu tuntutan elemen kompetensi dan masing-masing KUK (Kriteria Unjuk Kerja) yang sudah dianalisis indikator kinerja/keberhasilannya (IUK).
Berdasarkan IUK (Indikator Unjuk Kerja/Keberhasilan) sebagai dasar alat penilaian, diharapkan uraian detail setiap modul pelatihan berbasis kompetensi betul-betul mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang mendukung terwujudnya IUK, sehingga dapat dipergunakan untuk melatih tenaga kerja yang hasilnya jelas, lugas dan terukur.
1.3. Batasan / Rentang Variabel
Batasan/rentang variabel adalah ruang lingkup, situasi dimana unjuk kerja diterapkan. Mendefinisikan situasi dari unit kompetensi dan memberikan informasi lebih jauh tentang tingkat otonomi perlengkapan dan materi yang mungkin digunakan dan mengacu pada syarat-syarat yang ditetapkan termasuk peraturan dan produk jasa yang dihasilkan
1.3.1 Batasan/Rentang Variabel Unit Kompetensi
Adapun batasan / rentang variabel untuk unit kompetensi ini adalah:
1. Kompetensi ini diterapkan dalam satuan kerja berkelompok;
2. Tersedia data penyelidikan tanah untuk perencanaan timbunan dan perkerasan jalan pada oprit jembatan;
3. Tersedia data atau standar yang dapat digunakan untuk perencanaan bangunan pelengkap dan pengaman jembatan..
4. Peralatan untuk keperluan perhitungan dan perencanaan yaitu komputer/laptop (termasuk berbagai software yang diperlukan sesuai dengan keperluan perhitungan perencanaan), printer, kalkulator bagi yang belum terbiasa dengan penggunaan komputer, dan alat tulis kantor.
1.3.2 Batasan/Rentang Variabel Pelaksanaan Pelatihan
Adapun batasan / rentang variabel untuk pelaksanaan pelatihan adalah:
1. Seleksi calon peserta dievaluasi dengan kompetensi prasyarat yang tertuang dalam SLK (Standar Latih Kompetensi) dan apabila terjadi kondisi peserta kurang memenuhi syarat, maka proses dan waktu pelaksanaan pelatihan disesuaikan dengan kondisi peserta, namun tetap mengacu tercapainya tujuan pelatihan dan tujuan pembelajaran.
2. Persiapan pelaksanaan pelatihan termasuk prasarana dan sarana sudah mantap.
3. Proses pembelajaran teori dan praktek dilaksanakan sampai tercapainya kompetensi minimal yang dipersyaratkan.
4. Penilaian dan evaluasi hasil pembelajaran didukung juga dengan batasan/rentang variable yang dipersyaratkan dalam unit kompetensi.
1.4. Panduan Penilaian
Untuk membantu menginterpretasikan dan menilai unit kompetensi dengan mengkhususkan petunjuk nyata yang perlu dikumpulkan untuk memperagakan kompetensi sesuai tingkat kecakapan yang digambarkan dalam setiap kriteria unjuk kerja yang meliputi :
Pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang dibutuhkan untuk seseorang dinyatakan kompeten pada tingkatan tertentu.
Ruang lingkup pengujian menyatakan dimana, bagaimana dan dengan metode apa pengujian seharusnya dilakukan.
Aspek penting dari pengujian menjelaskan hal-hal pokok dari pengujian dan kunci pokok yang perlu dilihat pada waktu pengujian.
1.4.1. Acuan Penilaian
Adapun acuan untuk melakukan penilaian yang tertuang dalam SKKNI adalah sebagai berikut:
a. Pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku untuk mendemonstrasikan kompetensi ini terdiri dari:
1. Pemahaman terhadap: metoda perencanaan oprit (jalan pendekat), bangunan pelengkap dan pengaman jembatan.
2. Penerapan data dan informasi yang tersedia pada butir 1 untuk keperluan perencanaan oprit (jalan pendekat), bangunan pelengkap dan pengaman jembatan.
3. Cermat, teliti, tekun, obyektif, dan berfikir komprehensif dalam menggunakan data dan informasi yang tersedia untuk perencanaan oprit (jalan pendekat), bangunan pelengkap dan pengaman jembatan sesuai dengan ketentuan atau persyaratan teknis yang berlaku.
b. Konteks Penilaian
1. Unit ini dapat dinilai di dalam maupun di luar tempat kerja yang menyangkut pengetahuan teori
2. Penilaian harus mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja/ perilaku.
3. Unit ini harus didukung oleh serangkaian metode untuk menilai pengetahuan dan keterampilan yang ditetapkan dalam Materi Uji Kompetensi (MUK).
c. Aspek Penting Penilaian
1. Ketelitian dan kecermatan dalam memahami dan menggunakan ketentuan teknis, persyaratan teknis maupun data-data yang diperlukan untuk melakukan perencanaan oprit (jalan pendekat), bangunan pelengkap dan pengaman jembatan;
2. Kemampuan melakukan validasi terhadap data-data yang telah dikumpulkan oleh para petugas lapangan untuk digunakan dalam melaskukan perencanaan oprit (jalan pendekat), bangunan pelengkap dan pengaman jembatan;
1.4.2. Kualifikasi Penilai
a. Penilai harus kompeten paling tidak tentang unit-unit kompetensi sebagai assesor (penilai) antara lain: mrencanakan penilaian, meaksanakan penilaian dan mreview penilaian yang dibuktikan dengan sertifikat assesor.
b. Penilai juga harus kompeten tentang teknis substansi dari unit-unit yang akan didemonstrasikan dan bila ada syarat-syarat industri perusahaan lainnya muncul, penilai bisa disyaratkan untuk :
1. Mengetahui praktek-praktek /kebiasaan industri /perusahaan yang ada sekarang dalam pekerjaan atau peranan yang kinerjanya sedang dinilai.
2. Mempraktekkan kecakapan inter-personal seperlunya yang diperlukan dalam proses penilaian.
c. Apabila terjadi kondisi Penilai (assesor) kurang menguasai teknis substansi, dapat mengambil langkah menggunakan penilai yang memenuhi syarat dalam berbagai konteks tempat kerja dan lembaga, industri/perusahaan. Opsi-opsi tersebut termasuk :
1. Penilai di tempat kerja yang kompeten, teknis substansial yang relevan dan dituntut memiliki pengetahuan tentang praktek-praktek/
kebiasaan industri/ perusahaan yang ada sekarang.
2. Suatu panel penilai yang didalamnya termasuk paling sedikit satu orang yang kompeten dalam kompetensi subtansial yang relevan.
3. Pengawas tempat kerja dengan kompetensi dan pengalaman subtansial yang relevan yang disarankan oleh penilai eksternal yang kompeten menurut standar penilai.
4. Opsi-opsi ini memang memerlukan sumber daya, khususnya penyediaan dana lebih besar (mahal)
Ikhtisar (gambaran umum) tentang proses untuk mengembangkan sumber daya penilaian berdasar pada Standar Kompetensi Kerja (SKK) perlu dipertimbangkan untuk memasukan sebuah flowchart pada proses tersebut.
Sumber daya penilaian harus divalidasi untuk menjamin bahwa penilai dapat mengumpulkan informasi yang cukup, valid dan terpercaya untuk membuat keputusan penilaian yang betul-betul handal berdasar standar kompetensi.
KOMPETENSI ASESOR
1.4.3. Penilaian Mandiri
Penilaian mandiri merupakan suatu upaya untuk mengukur kapasitas kemampuan peserta pelatihan terhadap pengasaan substansi materi pelatihan yang sudah dibahas dalam proses pembelajaran teori maupun praktek.
Memiliki Kompetensi
bidang
Substansi Memiliki
Kompetensi Assessment
Kompeten ?
Penguasaan substansi materi diukur dengan IUK (Indikator Unjuk Kerja/
Indikator Kinerja/Keberhasilan) dari masing-masing KUK (Kriteri Unjuk Kerja), dimana IUK merupakan hasil analisis setiap KUK yang dipergunakan untuk mendesain/menyusun kurikulum silabus pelatihan.
Bentuk pelatihan mandiri antara lain:
a. Pertanyaan dan Kunci Jawaban, yaitu:
Menanyakan kemampuan apa saja yang telah dikuasai untuk mewujudkan KUK (Kriteria Unjuk Kerja), kemudian dilengkapi dengan
”Kunci Jawaban” dimana kunci jawaban dimaksud adalah IUK (Indikator Unjuk Kerja/ Indikator Kinerja/Keberhasilan) dari masing-masing KUK (Kriteria Unjuk Kerja)
b. Tingkat Keberhasilan Pelatihan
Dari penilaian mandiri akan terungkap tingkat keberhasilan peserta pelatihan dalam mengikuti proses pembelajaran.
Apabila tingkat keberhasilan rendah, perlu evaluasi terhadap:
1. Peserta pelatihan terutama tentang pemenuhan kompetensi prasyarat dan ketekunan serta kemampuan mengikuti proses pembelajaran.
2. Materi/modul pelatihannya apakah sudah mengikuti dan konsisten mengacu tuntutan unit kompetensi, elemen kompetensi, KUK (Kriteria Unjuk Kerja), maupun IUK IUK (Indikator Unjuk Kerja/ Indikator Kinerja/Keberhasilan).
3. Instruktur/fasilitatornya, apakah konsisten dengan materi/modul yang sudah valid mengacu tuntutan unit kompetensi beserta unsurnya yang diwajibkan untuk dibahas dengan metodologi yang tepat.
4. Mungkin juga karena penyelenggaraan pelatihannya atau sebab lain.
1.5. Sumber Daya Pembelajaran
Sumber daya pembelajaran dikelompokan menjadi 2 (dua) yaitu : a. Sumber daya pembelajaran teori :
- OHT dan OHP (Over Head Projector) atau LCD dan Laptop.
- Ruang kelas lengkap dengan fasilitasnya.
- Materi pembelajaran.
b. Sumber daya pembelajaran praktek :
- PC, lap top bagi yang yang sudah terbiasa dengan penggunaan komputer atau kalkulator bagi yang belum terbiasa dengan penggunaan komputer.
- Alat tulis, kertas dan lain-lain yang diperlukan untuk membantu peserta pelatihan dalam menghitung dan merencanakan bangunan atas jembatan.
c. Tenaga kepelatihan, instruktur/assesor dan tenaga pendukung penyelenggaraan betul-betul kompeten.
2-1
BAB 2
PERENCANAAN OPRIT (JALAN PENDEKAT) JEMBATAN
2.1. Umum
Oprit jembatan merupakan segmen jalan yang menghubungkan jalan raya dengan jembatan. Fungsi ”menghubungkan” mengandung pengertian bahwa oprit secara geometri harus memberikan keamanan dan kenyamanan bagi pengguna jalan yang akan pindah dari trase jalan raya ke trase jembatan dan dari trase jembataan ke trase jalan raya lagi. Dengan demikian ada persyaratan teknis berupa pemenuhan terhadap standar alinyemen horizontal dan alinyemen vertikal dalam perencanaan geometri. Dari segi tanah timbunan oprit, bridge design engineer perlu merencanakannya sesuai dengan persyaratan-persyaratan yang berlaku bagi perencanaan jalan di daerah timbunan. Tanah timbunan untuk oprit juga harus dipadatkan lapis demi lapis mengikuti ketentuan-ketentuan teknis yang diatur di dalam Spesifikasi, sampai pada tinggi permukaan tertentu untuk menempatkan lapis-lapis perkerasan pada oprit. Lapis-lapis perkerasan pada oprit harus direncanakan berdasarkan ketentuan-ketentuan teknis yang berlaku, bisa berupa rigid pavement ataupun flexible pavement. Pemilihan type perkerasan di atas oprit, apakah rigid pavement atau flexible pavement tergantung pada keputusan kebijakan pemilik pekerjaan. Selain itu ada kemungkinan pembuatan oprit jembatan memerlukan penimbunan yang agak tinggi. Untuk itu tidak tertutup kemungkinan diperlukan adanya dinding penahan tanah untuk oprit jembatan jika ruang yang tersedia untuk penempatan oprit terbatas. Oleh karena itu di dalam Bab ini juga diberikan uraian tentang perencanaan dinding penahan tanah.
2.2. Perencanaan Geometri Oprit Jembatan
Kendaraan yang akan melewati jembatan otomatis harus melewati oprit jembatan.
Dengan demikian perencanaan oprit jembatan harus mempertimbangkan segi-segi keamanan dan kenyamanan bagi pengguna jalan, artinya ditinjau dari segi-segi geometrik, perencanaan oprit jembatan harus memenuhi standar perencanaan alinyemen horizontal dan alinyemen vertikal. Ada 2 (dua) referensi utama yang dapat dijadikan acuan dalam perencanaan geometrik oprit jembatan yaitu:
Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota No. 038/T/BM/1997, Direktorat Jenderal Bina Marga – September 1997
Standar Perencanaan Geometrik Untuk Jalan Perkotaan, Direktorat Jenderal Bina Marga pada bulan Maret 1997.
Desain Geometrik Jalan – Strategic Roads Rehabilitation Project (SRRP) – Konsep Perencanaan Jalan, Direktorat Jenderal Prasarana Wilayah, Departemen Permukiman dan Prasarana wilayah, 2002.
Faktor utama yang menentukan di dalam perencanaan alinyemen horizontal dan alinyemen vertikal oprit jembatan adalah kecepatan rencana, yang ketentuan-ketentuannya mengacu pada standar perencanaan geometrik yang berlaku.
Berikut ini akan diketengahkan hal-hal penting yang diambil dari ketiga referensi tersebut di atas (tabel, gambar, rumus-rumus, ketentuan-ketentuan teknis) yang dapat digunakan sebagai acuan dalam merencanakan geometrik oprit jembatan.
2.2.1 Kecepatan Rencana
Kecepatan rencana, VR, pada suatu ruas jalan adalah kecepatan yang dipilih sebagai dasar perencanaan geometrik jalan yang memungkinkan kendaraan-kendaraan bergerak dengan aman dan nyaman dalam kondisi cuaca yang cerah, Ialu lintas yang lengang, dan pengaruh samping jalan yang tidak berarti.
VR untuk masing masing fungsi jalan dapat ditetapkan dari Tabel 2-1.
Untuk kondisi medan yang sulit, VR suatu segmen jalan dapat diturunkan dengan syarat bahwa penurunan tersebut tidak lebih dari 20 km/jam.
Tabel 2-1 Kecepatan Rencana, VR,
sesuai klasifikasi fungsi dan klasifikasi medan jalan.
Fungsi Kecepatan Rencana, VR, km/jam
Datar Bukit Pegunungan
Arteri 70- 120 60-80 40-70
Kolektor 60-90 50-60 30-50
Lokal 40-70 30-50 20-30
2-3
Tabel kecepatan rencana tersebut berlaku untuk jalan antar kota, artinya termasuk oprit-oprit jembatan yang lokasinya berada di ruas jalan arteri, kolektor atau lokal pada jalan antar kota.
2.2.2 Alinyemen Horizontal
Alinyemen Horizontal terdiri atas bagian lurus dan bagian lengkung yang disebut juga tikungan.
Desain Geometrik Jalan pada bagian lengkung dimaksud untuk mengimbangi gaya sentrifugal yang diterima oleh kendaraaan yang berjalan pada kecepatan rencana (VR).
Untuk keselamatan pemakai jalan, jarak pandang dan daerah bebas samping jalan harus diperhitungkan.
Untuk alinyemen horizontal pada jalan perkotaan harus diatur sedemikian rupa tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan teknik saja, tetapi juga untuk menyediakan tempat yang cukup bagi lalu lintas dari pemakai jalan.
A. Menetapkan Alinyemen Horizontal Oprit Jembatan
Alinyemen horizontal oprit jembatan yang ideal adalah apabila berupa garis lurus, dalam pengertian geometri berupa tangen. Akan tetapi lokasi jembatan-jembatan pada suatu ruas jalan tidak selalu berada di daerah datar namun juga terletak pada daerah perbukitan atau daerah pegunungan. Ini berarti bahwa trase oprit jembatan mempunyai kemungkinan berupa garis lurus (tangen), tikungan, atau kombinasi tikungan dengan garis lurus. Apabila diikuti tata cara geometri yang berlaku untuk perencanaan alinyemen, maka perencanaan alinyemen untuk oprit jembatan dapat dibagi dalam 3 tipikal sebagai berikut:
Tipikal 1 : Oprit dikiri-kanan jembatan terletak pada alinyemen horizontal jalan yang berbentuk lurus.
Alinyemen oprit lurus + jembatan lurus + alinyemen oprit lurus.
Tipikal 2 Oprit dikiri-kanan jembatan terletak pada alinyemen horizontal jalan yang berbentuk tikungan gabungan searah.
Alinyemen oprit tikungan + jembatan lurus bentang 20 meter + alinyemen oprit tikungan.
Tipikal 3 Oprit dikiri-kanan jembatan terletak pada alinyemen horizontal jalan yang berbentuk tikungan gabungan balik.
Alinyemen oprit tikungan + jembatan lurus bentang 20 meter + alinyemen oprit tikungan.
TIPIKAL 1
TIPIKAL 2
2-5
TIPIKAL 3 Tipikal 1
Tipikal 1 ini memberikan gambaran bahwa jembatan terletak pada alinyemen horizontal jalan yang lurus, dengan demikian oprit jembatan otomatis juga berada pada alinyemen yang lurus. Ini adalah kondisi yang ideal, tidak dibatasi oleh ketentuan-ketentuan panjang bentang minimal seperti tipikal 2 dan tipikal 3.
Tipikal 2
Tipikal 2 ini menempatkan jembatan pada tikungan gabungan searah, dengan batasan bentang jembatan 20 meter. Alinyemen di kiri-kanan jembatan yang merupakan bagian dari oprit disebut tikungan. Ada 3 (tiga) bentuk tikungan yang ditentukan dalam tata cara perencanaan geometrik jalan yaitu : spiral-circle-spiral, full-circle atau spiral-spiral.
Contoh yang ada pada sketsa adalah bentuk spiral-circle-spiral, namun tentu dapat dipilih bentuk-bentuk lainnya yaitu full-circle atau spiral-spiral. Pemilihan bentuk tikungan tergantung pada berbagai faktor mulai dari persyaratan teknis yang diatur di dalam tata cara perencanaan geometrik jalan sampai pada kondisi riil di lapangan yang memerlukan penyesuaian-penyesuaian dalam penerapan tata cara perencanaan geometrik dimaksud.
Di dalam contoh sketsa, yang disebut oprit jembatan adalah segmen jalan A-TS-SC-CS-ST dan TS-SC-CS-ST-B. Oprit jembatan yang disebut segmen jalan tersebut sebelah kiri terdiri dari bagian lurus
(A-TS), spiral (TS-SC), circle (SC-CS) dan spiral (CS-ST), sedangkan pada sebelah kanan terdiri dari spiral (TS-SC), circle (SC-CS), spiral (CS-ST), dan bagian lurus (ST-B).
Untuk keperluan keamanan dan kenyamanan pengguna jalan, trase mulai dari titik A-TS-SC-CS-ST-TS-SC-CS-ST-B harus memenuhi persyaratan teknis dalam arti dapat dilalui oleh kendaraan sesuai dengan kecepatan rencana. Penentuan lokasi titik A dan titik B terkait erat dengan penetapan alinyemen vertikal dari titik awal oprit sampai ke titik akhir oprit di ujung jembatan. Jadi ada kemungkinan titik A berimpit dengan titik TS di awal tikungan sebelah kiri dan titik B berimpit dengan titik ST di akhir tikungan sebelah kanan. Dalam hal ini disarankan agar perencana dapat mempertimbangkan bahwa minimal yang disebut oprit jembatan dimulai dari awal tikungan dan berakhir pada akhir tikungan (perpotongan oprit dengan ujung jembatan) pada kondisi ruang terbatas seperti dalam contoh gambar. Pada kondisi ruang yang lebih bebas, titik ST dari tikungan kiri dan titik TS dari tikungan kaanan tidak harus berimpit dengan ujung-ujung jembatan.
Kalau titik-tik ST atau TS tersebut dapat digeser ke arah keluar dari jembatan, tentu ini lebih baik.
Pertanyaannya sekarang adalah bagaimana kalau kita menghadapi jembatan dengan bentang < 20 meter? Dalam hal ini, tetap harus ditentukan trase dengan panjang lurus 20 meter melewati jembatan dimaksud untuk memberikan kontribusi keamanan dan keselamatan bagi pengguna jalan. Dalam hal ini yang perlu difahami oleh bridge engineer adalah persyaratan geometrik untuk tikungan gabungan searah, yaitu harus ada bagian lurus 20 meter untuk menghubungkan kedua tikungan tersebut.
Tipikal 3
Tipikal 2 ini menempatkan jembatan pada tikungan gabungan balik, dengan batasan bentang jembatan 20 meter. Sama seperti pada tikungan gabungan searah, persyaratan geometrik untuk tikungan gabungan balik mengharuskan ada bagian lurus 20 meter untuk menghubungkan kedua tikungan tersebut. Penjelasan lain-lain tentang oprit tipikal 3 ini sama dengan oprit tipikal 2.
2-7
B. Bentuk-bentuk dan Elemen-elemen Tikungan
1. Spiral – Circle - Spiral
Lengkung spiral merupakan peralihan dari bagian lurus ke bagian circle, yang panjangnya (Ls) diperhitungkan dengan mempertimbangkan bahwa perubahan gaya sentrifugal dari NOL (pada bagian lurus) sampai mencapai harga berikut :
dimana:
Ls = panjang lengkung spiral dalam meter V = kecepatan rencana dalam meter R = jari-jari circle dalam meter
C = perubahan kecepatan dalam m/dt³ Harga C dianjurkan = 0,4 m/dt³ e = Superelevasi
Gambar 2-1 Bentuk Spiral – Circle - Spiral m . V3
R . Ls = F = m . C
m . C =
m . V3 R . Ls
Ls = V3 R . C Ls min = 0,022 V3
R . C
- 2, 727 . V . e C
Es
Ls Ls
Rc
Rc K
½ ½ Rc
Lc
c
PI = Point of Intersection
TS = Titik perpindahan dari tangent ke spiral SC = Titik perpindahan dari spiral ke circle CS = Titik perpindahan dari circle ke spiral ST = Titik perpindahan dari spiral ke tangent Rc = Jari-jari (ditetapkan) dalam meter
= Sudut tangent (diukur dari gambar trace) dalam derajat Ts = Jarak antara TS dan PI (dihitung) dalam meter
L = Panjang bagian tikungan (dihitung) dalam meter Es = Jarak PI ke lengkung peralihan (dihitung) dalam meter
Adapun jari-jari yang diambil untuk tikungan spriral-circle-spiral
Adapun jari-jari yang diambil untuk tikungan spriral-circle-spiral