• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bagan 2.2 Proses Pembentukan Citra

Proses Pembentukan Citra

(Sumber: Dasar-Dasar Public Relations)

Menurut Soleh Soemirat dan Elvinaro Ardianto, persepsi adalah hasil pengamatan terhadap suatu hal, atau stimulus yang diperoleh dengan suatu proses pemaknaan.13 Hal tersebut dimaksudkan bahwa khalayak akan memberikan makna atau arti terhadap stimulus berdasarkan pengalaman individu itu sendiri, kemampuan mempersepsi itulah yang dapat melanjutkan proses pembentukan citra. Misalnya, kesan individu terhadap suatu tokoh atau peristiwa tergantung ke pada pengalaman individu itu sendiri. Sedangkan kognisi yaitu kemampuan manusia dalam mengenal suatu hal.14 Dalam kognisi, manusia melalui proses pengenalan dengan stimulus yang diperoleh sehingga mengeluarkan respon tertentu. Kemudian, motif adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan atau kebutuhan masing-masing individu tersebut. Sikap diartikan sebagai kecenderungan bertindak, berpersepsi,

13 Soleh Soemirat dan Elvinaro Ardianto, Dasar-Dasar Public Relations, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), h. 114.

14

Soleh Soemirat dan Elvinaro Ardianto, Dasar-Dasar Public Relations, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), h. 114.

Stimulus (Berita)

Respon (Citra)

berfikir, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukan prilaku tetapi merupakan kecenderungan untuk berprilaku dengan cara-cara tertentu. Sikap mempunyai daya pendorong untuk menentukan apakah setuju/pro atau tidak setuju/kontra terhadap sesuatu. Sikap juga mengandung aspek evaluatif yang dapat mengubah sikap individu terhadap suatu hal.

3. Peran Media Massa Dalam Membangun Citra

Citra terbentuk berdasarkan informasi yang diterima khalayak dari media massa. Informasi tersebut dapat membentuk, mempertahankan atau mengubah citra pada khalayak. Misalnya, media massa menyampaikan informasi tentang RUU Pasal Penghinaan Presiden, tvOne menjadi media yang menyampaikan berita tersebut. Realitas yang ditampilkan media massa salah satunya televisi adalah realitas yang sudah diseleksi oleh tim redaksi media massa itu sendiri. Namun tidak semua khalayak dapat melakukan kroscek mengenai peristiwa yang disajikan oleh media, mereka cenderung menangkap informasi tersebut berdasarkan apa yang disajikan media massa. Hal tersebut salah satunya dapat disebabkan oleh khalayak yang tidak memiliki dasar-dasar pengetahuan jurnalistik yang cukup.

Gerbner melakukan penelitian mengenai persepsi penonton televisi tentang realitas sosial yang menghasilkan sebuah kesimpulan bahwa penonton televisi kelas berat cenderung memandang lebih banyak orang yang berbuat jahat, lebih merasa bahwa berjalan sendirian berbahaya dan lebih berpikir bahwa orang memikirkan dirinya sendiri.15 Citra tersebut

dipengaruhi oleh apa yang dilihat oleh khalayak dalam tayangan di televisi. Hal tersebut dapat terjadi karena media massa menyiarkan dunia nyata yang telah dipilih secara selektif, yang kemudian media massa memengaruhi pembentukan citra tentang lingkungan sosial.

Dari uraian di atas jelas diketahui bahwa media massa menampilkan realitas yang dibentuk dan dipilih untuk ditampilkan kepada khalayak yang kemudian dapat menciptakan stereotip tertentu di tengah masyarakat. Dengan demikian hal tersebut membuktikan peranan media massa dalam membentuk dan mengubah citra.

E. Berita

1. Definisi Berita

Banyak ahli mendefinisikan arti dari kata berita. Charles A. Dana menganalogikan suatu berita sebagai berikut, apabila orang digigit anjing itu bukan berita, namun sebaliknya bila orang menggigit anjing itu yang dinamakan berita.16 Maksud dari analogi tersebut adalah ketika suatu hal yang wajar atau biasa saja terjadi maka tidak dapat menjadi sebuah berita. Namun, ketika suatu peristiwa yang aneh atau jarang terjadi yang menarik perhatian masyarakat maka dapat dijadikan sebuah berita.

Tokoh lain bernama William S. Maulsby dalam buku Getting in News memaparkan bahwa berita dapat didefinisikan sebagai suatu penuturan secara benar dan tidak memihak dari fakta-fakta yang mempunyai arti penting dan baru terjadi yang menarik perhatian orang

16

Mondry, Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2008), h. 132.

banyak. Sedangkan, Romli mendefinisikan berita merupakan laporan peristiwa yang memiliki nilai berita, yaitu aktual, faktual, penting dan menarik.17 Maka, dari penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa berita adalah informasi dari seuatu peristiwa yang disajikan berdasarkan fakta secara aktual dan tanpa memihak serta dapat menarik perhatian orang banyak.

Sebagai contoh misalnya adalah kasus pencurian kendaraan bermotor biasa terjadi di tengah masyarakat maka hal tersebut kurang menarik jika dijadikan sebuah berita. Berbeda misalnya ketika terjadi korupsi besar-besaran yang dilakukan oleh oknum pejabat pemerintahan ataupun vonis berat yang dijatuhkan kepada kakek yang melakukan pencurian kayu, hal tersebut cukup menarik apabila dijadikan sebuah berita karena tidak biasa terjadi di tengah masyarakat.

Selain itu, berita yang berpengaruh terhadap kondisi keuangan masyarakat dinilai penting karena sangat bersinggungan langsung dengan kehidupan masyarakat sehari-hari. kemudian berita yang dinilai cukup penting adalah peristiwa yang dapat mengganggu pikiran dan aktivitas khalayak, salah satu contohnya adalah berita mengenai wacana pasal penghinaan presiden pada Rancangan Undang-Undang (RUU) yang menjadi perbincangan di khalayak karena dinilai dapat menimbulkan keresahan bagi khalayak pada era demokrasi di negara ini.

2. Kualitas Berita

Berita terkait kualitasnya memiliki standar-standar tertentu. Tokoh bernama Charnley mengungkapkan terdapat 6 quality of news atau aspek kualitas berita.18 Pertama adalah akurat, yaitu semua informasi telah melalui proses verifikasi sebelum disebarluaskan. Kedua, narasumber yang dipilih harus jelas, maka narasumber harus punya kapabilitas dan kredibilitas untuk memberikan informasi yang dibutuhkan. Lalu yang ketiga adalah seimbang dan adil, maka semua narasumber harus digali informasinya secara seimbang atau cover both side. Kemudian yang keempat adalah objektif, yaitu penulis berita harus objektif sesuai dengan informasi yang didapat dari realitas, fakta dan narasumber tanpa dipengaruhi opini pribadi. Selanjutnya adalah jelas dan fokus, yaitu materi berita disusun secara ringkas, padat dan langsung sehingga mudah dipahami audien. Kemudian yang terakhir adalah berita ditulis dengan baik, yaitu berita yang disampaikan jelas, langsung dan menarik.

Selain itu, McQuail membuat kategorisasi dalam menilai kualitas berita media, yaitu kebebasan media (freedom), keberagaman berita (diverisity), gambaran realitas dan objektivitas berita.19 Kebebasan media adalah hal yang mendasari setiap teori komunikasi massa. Kebebasan media mengacu pada hak-hak untuk menyatakan pendapat secara bebas tanpa dipengaruhi oleh pihak manapun. Selain itu, berita yang disajikan media massa tidak boleh hanya memberikan perhatian pada isu tertentu

18 Askuritai Baksin, Jurnalistik Televisi Teori dan Praktik, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), h. 51-52.

19

Morissan, Andy Corry Wardhani dan Farid Hamid, Teori Komunikasi Massa, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2013), Cet. Ke-2, h. 63.

saja. Keragaman berita harus diterapkan oleh media massa agar khalayak mendapatkan berita atau informasi yang adil terhadap isu-isu yang beredar di masyarakat. Kemudian gambaran realitas yang terkait dengan realitas yang ditayangkan oleh televisi merupakan gambaran dari sebuah realitas yang sebenarnya. Selanjutnya adalah objektivitas berita yaitu tindakan wartawan dalam membuat sebuah berita harus bersifat objektif tanpa dipengaruhi pribadi mereka masing-masing sehingga berita dapat bersifat faktual dan netral.

F. Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS) Terkait dengan pemberitaan di televisi, P3SPS menyatakan bahwa stasiun penyiaran dalam menayangkan informasi harus sesuai dengan prinsip-prinsip jurnalistik, yaitu akurasi, keadilan dan ketidakberpihakan.20 Prinsip akurasi yang dimaksud adalah lembaga penyiaran atau media massa bertanggung jawab menyajikan informasi yang akurat yang kemudian harus memeriksa ulang keakuratan dan kebenaran materi siaran. Jika media massa mendapatkan informasi dari pihak lain yang belum dapat dipastikan kebenarannya, maka harus dijelaskan pada khalayak bahwa informasi tersebut berdasarkan versi sumber tertentu. Selain itu, jika stasiun televisi menggunakan materi siaran yang diperoleh dari pihak lain maka wajib menjelaskan indentitas sumber materi siaran tersebut. Kemudian, pada saat siaran langsung, stasiun televisi harus waspada terhadap kemungkinan pernyataan atau pendapat tanpa bukti yang dikatakan oleh narasumber, maka

20

Morissan, Andy Corry Wardhani dan Farid Hamid, Teori Komunikasi Massa, Cet. Ke-2, h. 68.

presenter harus melakukan verifikasi tentang fakta yang disampaikan narasumber. Yang terkahir adalah bahwa stasiun televisi wajib menyiarkan koreksi apabila telah menyajikan informasi yang tidak akurat.

Yang kedua adalah prinsip keadilan, yaitu penggunaan potongan gambar atau suara yang berasal dari program lain harus ditempatkan secara adil serta tidak merugikan pihak-pihak yang terkait dengan pemberitaan. Selain itu, jika sebuah program acara membuat informasi yang mengandung kritik yang menyerang atau merusak citra seseorang atau sekelompok orang, pihak lembaga penyiaran wajib menyediakan kesempatan dalam waktu yang pantas dan setara bagi pihak yang dikritik untuk memberikan komentar atau argumen terhadap ktirikan yang diarahkan kepadanya.

Terakhir adalah prinsip ketidakberpihakan. Pada saat menyajikan isu-isu kontroversial yang menyangkut kepentingan khalayak, stasiun penyiaran harus menyajikan berita, fakta dan opini secara objektif dan berimbang. Dalam program acara yang mendiskusikan isu kontroversial yang melibatkan dua atau lebih pihak yang saling berpendapat, moderator dan pemandu acara harus berusaha agar semua partisipan dan narumber dapat dengan baik menyampaikan pandangannya serta tidak boleh memiliki kepentingan pribadi atau keterkaitan dengan salah satu pihak.

G. Kerangka Konseptual

Bagan 2.3 Kerangka Konseptual

(Sumber: olahan peneliti) Stimulus

(Kualitas Berita) Organism

Respon (Citra)

Mahasiswa Jurnalistik UIN Jakarta angkatan 2013

Menonton Berita

RUU pasal penghinaan presiden di tvOne

Efek:

Perbedaan citra sebelum dan setelah menonton berita.

25

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang terletak di Jalan Ir. H. Djuanda No. 95, Ciputat 15412, (021) 740152, Fax (021) 7402982. Peneliti melakukan penelitian pada bulan November 2015 hingga Maret 2016.

B. Paradigma dan Pendekatan Penelitian

Dalam melakukan sebuah penelitian tentu diperlukan paradigma penelitian atau cara pandang terhadap fakta dan perlakuan peneliti terhadap suatu ilmu pengetahuan dan teori. Penelitian ini berlandaskan paradigma positivisme, yaitu memandang realitas atau suatu fenomena itu dapat diklasifikasikan, teramati dan terukur. Pengaruh positivisme dalam penelitian komunikasi sangat jelas ketika persoalan yang dipertanyakan berkaitan dengan perilaku-perilaku orang dalam berkomunikasi, kekuatan media dalam memengaruhi dan merubah perilaku khalayak.1

Selain paradigma, ada pula istilah pendekatan penelitian. Pendekatan penelitian memiliki definisi sebagai falsafah yang mendasari suatu metodologi riset, apakah kualitatif atau kuantitatif. Pada penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan pendekatan

1 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2008), Cet. Ke-3, h. ix.

untuk menguji teori-teori tertentu dengan cara meneliti hubungan antara dua variabel atau lebih. Variabel-variabel ini diukur sehingga data yang terdiri atas angka-angka dapat dianalisa dengan cara penghitungan statistik. Dapat dikatakan bahwa penelitian kuantitatif tidak terlalu mementingkan kedalaman data atau analisis.2 Berikut ini ciri-ciri dari penelitian kuantitatif:

1. Hubungan riset dengan subjek jauh. Peneliti menganggap bahwa ralitas terpisah dan berada di luar dirinya, karena itu harus ada jarak supaya data yang dihasilkan objektif. Alat ukurnya harus dijaga keobjektifannya. 2. Penelitian bertujuan untuk menguji teori atau hipotesis, mendukung atau

menolak teori. Data hanya sebagai sarana konfirmasi teori atau teori dibuktikan dengan data. Bila dalam analisis ditemukan penolakan terhadap hipotesis atau teori, biasanya peneliti tidak langsung menolak hipotesis dan teori tersebut melainkan meneliti dulu apakah ada kesalahan dalam teknik sampingnya atau definisi konsepnya kurang operasional, sehingga menghasilkan instrumen (kuesioner) yang kurang valid.

3. Penelitian harus dapat digeneralisasikan, karena itu menuntut sampel yang representatif dari seluruh populasi, operasionalisasi konsep serta alat ukur yang valid dan reliabel.

4. Prosedur penelitian rasional-empiris, artinya penelitian berawal dari konsep-konsep atau teori-teori yang melandasinya. Konsep atau teori inilah yang akan dibuktikan dengan data yang dikumpulkan di lapangan.3

Dalam pendekatan kuantitatif, terdapat istilah validitas dan reliabilitas yang dilakukan guna sebagai kriteria kualitas penelitian. Validitas adalah apakah penelitian benar-benar mengukur apa yang ingin diukur. Sedangkan yang dimaksud dengan reliabilitas adalah apakah penelitian dengan instrumen yang sama akan menghasilkan hasil yang sama jika dilakukan dalam waktu dan peneliti yang berbeda.4

2

Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Cet. Ke-3, h. 55.

3 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Cet. Ke-3, h. 56.

4 Eriyanto, Analisis Framing (Konstruksi, Ideologi dan Politik Media), (Yogyakarta: LKiS Pelangi Aksara, 2008), h. 61.

C. Metode Penelitian

Dalam penelitian kuantitatif terdapat beberapa metode penelitian di antaranya metode survei, eksperimen dan observasi. Metode yang digunakan pada penilitian ini adalah metode eksperimen yaitu metode riset yang digunakan untuk meneliti hubungan atau pengaruh sebab akibat dengan memanipulasi satu atau lebih variabel pada satu atau lebih kelompok eksperimen, kemudian membandingkan hasilnya dengan kelompok kontrol yang tidak dimanipulasi.5 Metode eksperimen dapat pula dilakukan dengan menggunakan satu kelompok saja namun diberikan dua perlakuan yang berbeda. Hal tersebut dapat dilakukan jika kelompok sampel yang dipilih adalah homogen dan terdistribusi secara normal.

Penelitian ini menggunakan desain penelitian Pre-Experimental

Designs dengan bentuk One-Group Pretest-Posttest Design. Dalam desain

eksperimental ini sampel diberikan pretest atau pengujian awal. Kemudian diberikan perlakuan atau stimulus yang ingin diujikan, lalu diakhiri dengan

posttest atau pengujian akhir setelah diberi stimulus. Dengan demikian hasil

perlakuan dapat diketahui lebih akurat karena dapat membandingan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan. 6 Desain ini dapat digambarkan seperti berikut:

Gambar 3.1

One-Group Pretest-Posttest Design

O

1

X O

2

5 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Cet. Ke-3, h. 61.

6 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantutatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 74.

O1 = nilai pretest (sebelum diberi stimulus) O2 = nilai posttest (setelah diberi stimulus)

Pengaruh berita terhadap citra Presiden Joko Widodo = O2 – O1

Pengaruh stimulus dianalisis menggunakan statistik t-test, yang hasilnya akan menunjukan apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara sebelum dan setelah diberi stimulus sehingga dapat diketahui stimulus yang diberikan berpengaruh secara signifikan terhadap respon.7

Setiap metode penelitian pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan metode eksperimen dalam sebuah penelitian yaitu kemampuannya memberikan bukti nyata mengenai hubungan sebab akibat dapat terlihat secara langsung. Selain itu caranya yang sangat sederhana memudahkan untuk dilakukan oleh peneliti lain. Sedangkan kekurangannya terdapat pada kurangnya sifat alami, hal ini bisa saja memengaruhi kealamiahan respon dari responden.

D. Jenis Penelitian

Pada penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif, yaitu jenis penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematis, faktual dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau objek tertentu. Penelitian ini dilakukan untuk menggambarkan realitas yang sedang terjadi tanpa menjelaskan hubungan antarvariabel.8 Contoh penelitian deskriptif adalah opini pembaca surat kabar, perbandingan kepuasan khalayak dan respon khalayak terhadap suatu hal.

7 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantutatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 75.

8

E. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian adalah responden yang diteliti dalam sebuah penelitian. Sedangkan objek penelitian adalah permasalahan atau persoalan yang diteliti. Pada penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah mahasiswa Jurnalistik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi serta mahasiswa non-Jurnalistik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2013. Kemudian yang menjadi objek penelitian ini adalah citra Presiden Joko Widodo.

F. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Asal kata populasi adalah population yang artinya jumlah penduduk. Dalam sebuah penelitian, populasi adalah sekelompok objek yang menjadi sasaran penelitian. Jika dilihat dari sumber data populasi dibedakan menjadi dua kelompok yaitu populasi terbatas dan populasi tak terhingga. Populasi terbatas adalah populasi yang memiliki sumber data yang jelas secara kuantitatif. Misalnya, mahasiswa UIN Jakarta tahun 2015 berjumlah 20.000 orang, dengan 10.000 mahasiswa dan 10.000 mahasiswi. Sedangkan populasi tak terhingga adalah populasi yang memiliki sumber data yang tidak dapat ditentukan batasnya secara kuantitatif. Misalnya, jumlah gelandangan di Indonesia. hal tersebut berarti harus dihitung jumlah gelandangan di Indonesia dari tahun ke tahun, juga harus

melakukan penafsiran jumlah gelandangan yang di waktu yang akan datang.9

Ada juga pembagian populasi menurut kompleksitas objek populasi, yaitu populasi homogen dan populasi heterogen. Populasi homogen yaitu keseluruhan individu yang menjadi anggota populasi memiliki sifat-sifat yang relatif sama satu sama lainnya. Sedangkan populasi heterogen adalah keseluruhan individu anggota populasi yang memiliki sifat-sifat relatif berbeda satu sama lainnya.10

Peneliti memilih mahasiswa/i aktif UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Program Studi Jurnalistik sebagai populasi yang berjumlah 307 orang.11 Populasi tersebut dipilih karena diasumsikan memiliki latar belakang ilmu pengetahuan yang kompeten berkaitan dengan jurnalistik serta media massa.

2. Sampel

Pengertian sampel secara sederhana adalah bagian dari populasi. Dalam sebuah penelitian, jika jumlah populasi besar dan peneliti tidak memungkinkan untuk meneliti populasi secara keseluruhan maka sampel digunakan sebagai representasi dari populasi. Namun sampel yang dipilih atau diambil harus betul-betul mewakili seluruh anggota pupulasi.

Jalaluddin Rakhmat mendefinisikan sampel sebagai sejumlah anggota populasi yang dipelajari dan diamati.12 Sampel diambil melalui cara-cara tertentu, jelas dan lengkap yang dianggap dapat mewakili

9 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencan Kencana Prenadamedia Group, 2010), Cet. Ke- 5, h. 99.

10 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Cet. Ke- 5, h. 100.

11 Data Tata Usaha Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi tahun 2015/2016.

12

populasi. Maka, responden harus mengerti maksud dan tujuan penelitian agar dapat menjawab pernyataan yang diajukan dalam instrumen penelitian. Pada penelitian ini yang menjadi sampel penelitian adalah mahasiswa aktif Program Studi Jurnalistik angkatan 2013 sebanyak 68 orang. Selain itu, dipilih pula 30 orang sampel dari non-Jurnalistik sebagai pembanding terhadap mahasiswa Jurnalistik agar terlihat jelas perbedaan hasil yang diperoleh di antara keduanya.

G. Teknik Penentuan Sampel

Terdapat banyak cara untuk menentukan sampel yang dipilih dalam sebuah penelitian. Berikut ini macam-macam teknik pengambilan sampel, yaitu:

Bagan 3.1

Teknik Penentuan Sampel

(Sumber: Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D)

Probability sampling adalah teknik penentuan sampel yang

memberikan kesempatan yang sama bagi setiap anggota populasi untuk menjadi anggota sampel. Sebaliknya, Non-probability sampling adalah teknik

penentuan sampel yang tidak memberikan peluang yang sama bagi tiap anggota populasi.13

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan purposive sampling sebagai teknik penentuan sampel. Teknik ini mencakup orang-orang yang diseleksi atas dasar kriteria-kriteria tertentu yang dibuat peneliti berdasarkan tujuan penelitian. Sedangkan orang-orang dalam populasi yang tidak sesuai dengan kriteria tersebut tidak dijadikan sampel.14

Teknik penentuan sampel ini dipilih karena peneliti berfokus pada anggota populasi yang sesuai dengan kriteria sampel yang telah dibuat, yaitu mahasiswa aktif Program Studi Jurnalistik yang telah mengikuti dan menerima perkuliahan jurnalistik selama lima semester serta mengetahui adanya pemberitaan RUU Pasal Penghinaan Presiden. Mereka diasumsikan telah memiliki pengetahuan dasar-dasar jurnalistik yang mencukupi sehingga dapat mengetahui hal-hal dibalik penyiaran sebuah berita. Maka peneliti memilih mahasiswa jurnalistik angkatan 2013 sebanyak 68 orang sebagai sampel karena cocok dengan kriteria yang ditetapkan oleh peneliti.

H. Variabel Penelitian

Variabel penelitian secara sederhana adalah berkaitan dengan apa yang diteliti. Sedangkan jika didefinisikan secara teoritis, variabel penelitian adalah atribut seseorang atau objek yang memiliki variasi antara satu objek dengan objek yang lain. Hal ini diberi istilah variabel karena memiliki variasi. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel penelitian adalah suatu atribut atau nilai

13 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantutatif Kualitatif dan R&D, h. 82-84.

14

dari objek yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.15

Penelitian ini merupakan penelitian dengan satu variabel dan yang menjadi objek penelitian ini adalah citra Presiden Joko Widodo di kalangan mahasiswa Jurnalistik UIN Jakarta sebelum dan setelah menonton berita di tvOne.

I. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah kesimpulan yang bersifat sementara dalam sebuah penelitian yang perlu diuji kebenarannya. Tidak seluruh penelitian memiliki hipotesis, misalnya penelitian sejarah, grounded research, kualitatif, eksploratif. Salah satu penelitian yang memiliki hipotesis adalah penelitian kuantitatif. Hipotesis yang diuji disebut dengan hipotesis nol (H0), sedangkan hipotesis alternatif (Ha) diistilahkan dengan hipotesis kerja.16

Adapun hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ho: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara berita RUU Pasal Penghinaan Presiden di tvOne terhadap citra Presiden Joko Widodo di kalangan mahasiswa Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan antara berita RUU Pasal

Penghinaan Presiden di tvOne terhadap citra Presiden Joko Widodo di kalangan mahasiswa Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

15 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantutatif Kualitatif dan R&D, h. 38.

16

J. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Dalam sebuah penelitian diperlukan rangkaian definisi operasional yang merupakan bagian terpenting dalam mendefinisikan apa yang diteliti oleh peneliti. Definisi operasional menjabarkan konsep atau variabel yang diukur dalam sebuah penelitian secara detil berupa perilaku, aspek atau karakteristik. Dengan demikian definisi operasional bukan mendefinisikan

Dokumen terkait