PROSES PEMBERDAYAAN PROGRAM
6.1 Proses Pemberdayaan
6.1.2 Proses Pemberdayaan Primer
Proses selanjutnya yang dilakukan adalah dengan memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan, atau kemampuan kepada masyarakat agar individu yang bersangkutan menjadi lebih berdaya. Proses ini berupa pelatihan-pelatihan kepada para pelaku usaha kecil. Pelatihan-pelatihan ini berupaya untuk menyelesaikan permasalahan yang telah disebutkan pada bab sebelumnya, yaitu tingkat produktivitas yang rendah, jaringan pasar yang rendah, akses bahan baku yang rendah dan tidak adanya dukungan dari lembaga- lembaga terkait. Pelatihan ini merupakan turunan tiga langkah- langkah/intervensi yang telah disusun oleh Swisscontact bersama dengan para pelaku usaha kecil di Cipulir lewat FGD, yaitu penguatan dan peningkatan kapasitas pelaku, promosi klaster, dan replikasi dari para pihak yang tertarik untuk pengembangan klaster. Dalam melakukan pelatihan ini, Swisscontact bermitra dengan lembaga-lembaga terkait, antara lain IGTC, Universitas Bina Nusantara, Microsoft, dan BDS Triasa. Pelatihan ini dibagi menjadi dua tujuan
berdasarkan langkah-langkah/intervensi yang akan dilakukan pada program SMEP. Pertama, pelatihan ditujukan untuk menjawab intervensi penguatan dan peningkatan kapasitas pelaku, yaitu dengan adanya pelatihan manajemen kerja dan pelatihan manajemen keuangan. Sedangkan pelatihan yang kedua adalah untuk menjawab intervensi promosi klaster, yaitu dengan adanya penguatan koperasi, pembentukan CTC, dan pelatihan oleh PT Bali Nirwana. Pelatihan dalam rangka menjalankan intervensi penguatan dan peningkatan kapasitas pelaku antara lain :
1. Pelatihan Manajemen Kerja oleh IGTC (International Garmen Training Center)
Salah satu pelatihan yang dilakukan oleh Swisscontact kepada pelaku usaha kecil adalah pelatihan teknik pengelolaan usaha garmen oleh IGTC (International Garmen Training Center) sebagai mitra yang ikut membantu dalam program ini. Pada pelatihan ini langkah pertama adalah peserta diberikan ilmu-ilmu atau teori mengenai bagaimana langkah-langkah melakukan usaha garmen, bagaimana cara mengembangkannya, dan bagaimana para pelaku usaha kecil untuk mengembangkan usaha mereka.
Selanjutnya adalah para peserta diajak untuk melihat pabrik-pabrik garmen besar yang terletak di daerah Cibinong. Dengan melihat pabrik garmen dalam skala besar, maka para peserta dapat melihat bagaimana manajemen kerja yang dipakai sehingga mereka dapat menirunya dalam kegiatan usaha mereka. Pada kunjungan ini para peserta diberikan pengetahuan tentang seluk beluk garmen, mulai dari bagaimana cara mengatur manajemen kerja, manajemen waktu, pengaturan mesin agar lebih efisien dalam bekerja, bagaimana agar bisnis garmen yang dijalankan dapat maju, dan lain-lain. Perubahan yang terjadi pada para pelaku usaha kecil ini adalah dengan semakin cepatnya tingkat produktivitas tiap harinya, karena pengaturan tata letak yang sudah berubah. Perubahan yang kedua adalah perubahan kualitas dari jins yang dihasilkan semakin bagus, hal ini dikarenakan sistem kerja yang sudah berubah dari awalnya satu orang pekerja menjahit dari awal hingga selesai (menyebabkan hasil dari jins berbeda-beda), menjadi satu orang pekerja hanya menjahit satu
bagian/proses pengerjaan celana jins (hasil dari jins akan sama sehingga kualitas semakin bagus).
Hasil perubahan ini diperkuat berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan kepada masing-masing ketua kelompok yang ikut pelatihan bersama dengan IGTC, semua responden menyatakan bahwa dari semua program yang ditawarkan oleh Swisscontact, pelatihan ini yang sangat berguna bagi kelangsungan bisnis yang mereka jalankan. Seperti yang dikatakan oleh Bapak Nsr, 32 tahun (ketua kelompok usaha kecil daerah Padang) :
“...pelatihan ini sangat berguna bagi usaha saya, perubahan yang paling terlihat dari sebelum ikut pelatihan adalah berubahnya sistem cara kerja yang menjadi cepat sehingga pekerjaan jadi lebih efektif dan bisa hemat waktu banyak...”
Pernyataan serupa juga dikemukakan oleh Bapak Mht, 30 tahun (ketua kelompok usaha kecil daerah Purworejo) :
“...berkat pelatihan, cara kerja banyak berubah tadinya satu orang bertugas melakukan proses menjahit dari awal sampai selesai, jadinya tiap-tiap celana jins hasilnya beda-beda tapi sekarang udah nggak lagi...”
Proses pemberdayaan pada pelatihan ini dapat dilihat pada gambar 4:
Gambar 4. Proses Pemberdayaan Pada Pelatihan IGTC Setelah Program :
Manajemen kerja menjadi lebih baik Sebelum Program :
Manajemen kerja yang tidak baik
Pelatihan manajemen
kerja
Hasil yang didapat : 1. Jumlah produksi
meningkat 2. Kualitas produk
menjadi lebih bagus 3. Adanya pasar baru 4. Pendapatan
meningkat
5. Pembayaran untuk bahan baku menjadi
Perubahan yang terjadi pada pelaku usaha kecil di Cipulir setelah adanya pelatihan yang dilakukan oleh IGTC adalah adanya peningkatan pada jumlah produksi. Hal ini diperkuat oleh pernyataan dari Bapak Mht, 30 tahun (ketua kelompok usaha kecil daerah Purworejo) :
“...sebelum ada program ini, tiap minggunya saya cuma bisa memproduksi celana jins sampai 70 lusin, tapi setelah ikut pelatihan ini produksi meningkat jadi 250 lusin per minggu...”
Perubahan ini disebabkan oleh perubahan tata letak dari mesin-mesin jahit sehingga memudahkan para pekerja dalam mengerjakan produksi celana jins. Selain disebabkan oleh perubahan tata letak, peningkatan jumlah produksi juga disebabkan oleh bertambahnya para pekerja. Seperti yang terjadi pada Bapak Nsr, pada awalnya beliau hanya mempunyai 10 orang pekerja dan setelah adanya pelatihan ini beliau dapat menambah jumlah karyawannya menjadi 20 orang pekerja.
Untuk masalah bahan baku, belum terjadi perubahan penggantian kualitas bahan baku yang lebih bagus akan tetapi adanya perbedaan dari cara pembayaran antara sebelum program dengan setelah program. Pada sebelum program hampir semua pelaku usaha kecil membeli bahan baku dengan sistem “utang” dan dikenakan bunga sepuluh persen tiap bulannya, tetapi setelah pelatihan dengan adanya peningkatan jumlah produksi secara otomatis akan meningkatkan pendapatan dari pelaku usaha kecil yang berakibat pada berubahnya cara pembelian bahan baku menjadi dibayar secara tunai. Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Bapak Asm, 44 tahun (ketua kelompok usaha kecil daerah Karawang) :
“...pada awalnya kita beli bahan baku pake ngutang trus bunganya lumayan gede tiap bulannya, tapi setelah program ini kita bisa beli bahan baku langsung tunai ga pake ngutang
lagi...”
2. Pelatihan Manajemen Keuangan oleh Universitas Bina Nusantara
Mitra lain yang ikut bekerjasama pada program Small and Medium Enterprise Promotion (SMEP) yang dilakukan oleh Swisscontact adalah Universitas Bina Nusantara. Universitas Bina Nusantara membantu para pelaku usaha kecil dengan memberikan pelatihan kalkulasi biaya, administrasi,
komunikasi bisnis (dalam Bahasa Inggris), dan informasi pasar. Pelatihan ini dilakukan oleh sepuluh orang mahasiswa Universitas Bina Nusantara yang sedang melakukan Kuliah Kerja Profesi di daerah tersebut. Tujuan dari pelatihan ini adalah supaya arus kas masuk dan keluar dapat dicatat dengan jelas. Dengan adanya buku arus kas yang jelas, maka para pelaku usaha kecil dapat meminjam bantuan dana/modal usaha dari Bank. Dalam hal ini Swisscontact bekerjasama dengan Bank Rakyat Indonesia (BRI).
Bentuk pelatihan lain yang dilakukan dalam rangka proses pemberdayaan dari para pelaku usaha kecil adalah pelatihan pembukuan yang dilakukan oleh Universitas Bina Nusantara sebagai salah satu mitra kerja sama Swisscontact. Pelatihan pembukuan dianggap penting, karena untuk mendapatkan pinjaman kredit modal usaha kepada bank diperlukan laporan keuangan arus kas yang jelas. Pelatihan ini diadakan selama tiga kali, pelatihan ini didukung oleh para mahasiswa Universitas Bina Nusantara yang sedang melakukan Kuliah Kerja Nyata di daerah tersebut. sepuluh mahasiswa dipilih untuk melatih tiga kelompok pelaku usaha garmen dengan topik pelatihan kalkulasi biaya, administrasi, komunikasi bisnis (dalam Bahasa Inggris), dan informasi pasar. Aktivitas ini menguntungkan keduanya baik bagi pelaku usaha maupun bagi mahasiswa itu sendiri, para pelaku usaha mendapatkan pengetahuan tentang keuangan sedangkan mahasiswa mendapatkan pengalaman bekerja dalam situasi yang sebenarnya. Program ini dibiayai sepenuhnya oleh Universitas Bina Nusantara, pemerintah lokal, dan Swisscontact.
Pernyataan ini diperkuat oleh wawancara penulis terhadap Bapak Asm, 44 tahun (ketua kelompok usaha kecil daerah Karawang), beliau mengatakan :
”...pelatihan ini sangat bermanfaat sekali karena dulunya pencatatan arus kas masih sangat tradisional sekali dan kadang-kadang hanya diingat saja tanpa dicatat dengan rapi. Dengan adanya pembukuan yang jelas, saya mendapatkan pinjaman modal dari BRI...”
Para pelaku usaha garmen mengaku puas dengan pelatihan ini, akan tetapi ada hambatan pada program pelatihan ini, antara lain adalah waktu mahasiswa yang terbatas, karena mereka hanya mempunyai waktu empat bulan
disana. Hambatan selanjutnya adalah bantuan modal dari BRI yang menurut para pelaku usaha kecil masih terlalu sedikit.
Proses pemberdayaan pada pelatihan ini dapat dilihat pada gambar 5 :
Gambar 5. Proses Pemberdayaan Pada Pelatihan Universitas Bina Nusantara
Sedangkan pelatihan dalam rangka menjalankan usaha untuk mempromosikan klaster dalam usaha memperluas jaringan pasar, antara lain : 1. Penguatan Koperasi
Pada langkah ini, Swisscontact melakukan perombakan kepada koperasi yang sudah ada di daerah Cipulir. Pada awalnya koperasi ini hanya berfungsi untuk melayani para anggotanya dalam bantuan untuk mendapatkan barang- barang rumah tangga/sembako. Namun, setelah ada program ini koperasi dialihfungsikan sebagai koperasi yang diharapkan dapat memudahkan kepada para pelaku usaha dalam mempermudah akses bahan baku dan akses keuangan. Akses bahan baku disini maksudnya adalah koperasi menyediakan bahan baku dengan tujuan para pelaku usaha kecil akan mendapatkan kualitas bahan baku yang sama. Tetapi dalam pelaksanaannya, penyediaan bahan baku sulit terealisasi karena koperasi tidak bisa menyediakan bahan baku secara berkelanjutan karena harganya yang mahal. Seperti apa yang dikatakan oleh Bapak Asm, 44 tahun (ketua kelompok usaha kecil daerah Karawang) ;
“...dulu sih, koperasi sempet nyediain bahan baku biar kita para
pedagang lebih gampang belinya sama kualitasnya bagus tapi
sekarang udah ga ada lagi...”
Sedangkan akses keuangan maksudnya adalah untuk menyalurkan bantuan pinjaman modal dari Bank Rakyat Indonesia (BRI) kepada para pelaku usaha kecil. Peran koperasi disini hanya untuk menyalurkan bantuan pinjaman modal kepada pelaku usaha kecil di Cipulir.
Setelah Program : Pembukuan arus kas lebih teratur Sebelum Program :
Pembukuan arus kas masih
Pelatihan manajemen
Hasil yang didapat : Mendapatkan pinjaman modal dari Bank Rakyat Indonesia (BRI)
2. Bantuan program CTC (Community Technology Center) dan Pelatihan Komputer
Bantuan program CTC ini bertujuan untuk memasarkan produk jins yang diproduksi oleh para pelaku usaha kecil di Cipulir via internet dengan cara membuat website. Website ini sendiri nantinya berfungsi untuk memasarkan produk-produk unggulan dari tiap-tiap pelaku usaha. Selain untuk memasarkan produk via internet, CTC juga mempunyai tujuan lain, yaitu agar para pelaku usaha dapat melihat model-model baru dari produk celana jins. Website dipilih sebagai sarana pemasaran yang tepat untuk memasarkan produk karena biayanya yang murah dan cepat.
Program ini bermula pada bulan November tahun 2007 sampai dengan bulan Februari 2008, dengan diadakannya pelatihan bagaimana cara penggunaan internet kepada para pelaku usaha kecil yang dinamakan ICT. Pelatihan ini diberikan oleh BDS Triasa dan disponsori oleh Hewlett Packard dan Asean Foundation. Pada pelatihan ini para pelaku usaha kecil diajarkan bagaimana cara untuk mengakses internet untuk mencari model jins yang terbaru dan untuk mencari jaringan pasar yang lebih luas. Menurut pengakuan dari Bapak Asm, 44 tahun (ketua kelompok usaha kecil daerah Karawang) :
“...pada pelatihan ini kita dibimbing dimana cara gunain komputer buat nyari gambar-gambar tentang jins-jins model baru dan nyari informasi mengenai pelanggan baru...”
Setelah pelatihan ini selesai, maka dalam upaya untuk terus mempromosikan produk-produk dari para pelaku usaha kecil, Swisscontact bekerjasama dengan Microsoft menyusun suatu program baru yang dinamakan CTC (Community Technology Center). Microsoft sebagai salah satu mitra kerja dari Swisscontact, memberikan pengadaan komputer yang ditempatkan di Koperasi. Dalam pengelolaannya, CTC akan dikelola oleh BDS Triasa yang sebelumnya telah dibekali pelatihan yang dilakukan oleh mahasiswa dari Universitas Bina Nuantara. Universitas Bina Nusantara dalam pelatihan ini membantu BDS Triasa dalam pembuatan website yang diperuntukkan kepada para pelaku usaha kecil di Cipulir, website tersebut dinamakan
www.garmentindo.com. Selain itu, para mahasiswa Universitas Bina Nusantara
website agar website yang sudah ada dapat terus diperbaharui dengan infomasi- informasi yang baru.
Sebenarnya keberadaan website ini sudah bagus, tampilannya juga memudahkan pengguna internet dalam mencari produk yang mereka mau. Di dalamnya juga dicantumkan bagaimana penjelasan mengenai tata cara pemesanan kepada calon pembeli. Namun, karena kurangnya pemasaran yang dilakukan via internet, masih belum banyak orang yang mengetauhi keberadaan website ini. Pernyataan ini senada dengan apa yang dikemukakan oleh pengakuan dari Bapak Nsr, 32 tahun (ketua kelompok usaha kecil daerah Padang) ;
“...memang foto-foto dari produk kita udah dipajang di internet, tapi sampai sekarang belum ada pesanan yang
datang lewat internet...”
Proses pemberdayaan ini dapat dilihat pada gambar 6 :
Gambar 6. Proses Pemberdayaan Pada Program CTC
3. Pelatihan oleh PT Bali Nirwana
Upaya selanjutnya yang dilakukan oleh Swisscontact dalam rangka meluaskan jaringan pasar dari para pelaku usaha kecil di Cipulir adalah dengan bermitra dengan industri garmen skala besar, yaitu PT Bali Nirwana. PT Bali Nirwana merupakan industri garmen skala besar yang juga memproduksi hasil jadi jins, tetapi dalam pemasarannya PT Bali Nirwana hanya memasarkan produknya ke luar negeri saja. Hal ini menyebabkan tidak adanya penurunan permintaan yang dialami oleh sebagian besar usaha kecil di daerah Cipulir. Sebelum Program : Tingkat keterdedahan tekhnologi informasi rendah Setelah Program : Tingkat keterdedahan tekhnologi informasi lebih Program CTC (Community Technology Center)
Hasil yang didapat : 1. Adanya website bagi
pelaku usaha kecil untuk memasarkan produknya
Tujuan akhir dari program ini adalah, diharapkan nantinya PT Bali Nirwana akan melakukan sebagian pemesanan yang mereka terima untuk dilimpahkan kepada para pelaku usaha kecil pada saat mereka mengalami peurunan permintaan (biasanya terjadi setelah hari raya Idul Fitri selesai).
Teknis dari pelatihan ini adalah dengan mengirimkan para pegawai dari tiap-tiap kelompok usaha kecil untuk mengikuti pelatihan yang diadakan oleh PT Bali Nirwana. Pelatihan ini membutuhkan waktu yang agak lama, karena para peserta pelatihan harus mempunyai kemampuan sesuai dengan kualitas yang PT Bali Nirwana inginkan. Pelatihan ini berupa pelatihan teknis menjahit mulai dari proses awal hingga menjadi barang jadi. Sampai saat ini program masih berlangsung sampai tahap pelatihan para pegawai dari suku Karawang dengan jumlah 12 orang. Pada pelatihan ini kelompok dari suku Purworejo dan Padang tidak ikut berpartisipasi dalam pelatihan, karena karakteristik dari masing-masing daerah yang berbeda. Menurut pengakuan dari Bapak Nsr, 32 tahun (ketua kelompok usaha kecil daerah Padang) :
“...awalnya pernah diajak buat ikut pelatihannya, tapi ga cocok jadi penulis ga ikut deh, karena kami orang Padang inginnya serba cepat ga mau mengikuti pelatihannya yang terlalu lama...”
Proses pemberdayaan ini dapat dilihat pada gambar 7 :
Gambar 7. Proses Pemberdayaan Pada Pelatihan Oleh PT Bali Nirwana
6.2 Ikhtisar
Berdasarkan proses pemberdayaan yang telah dilakukan oleh Swisscontact dalam program Small and Medium Enterprise Promotion (SMEP) Sebelum Program :
Jaringan pasar yang rendah
Setelah Program : Jaringan pasar yang bertambah
Program Pelatihan oleh PT Bali Nirwana
Hasil yang akan didapat : 1. Tidak ada lagi
penurunan omset setelah hari raya Idul
maka dapat disimpulkan bahwa Swisscontact mempunyai peran sebagai penghubung atau mediator bagi pelaku usaha kecil di Cipulir (penerima program) dengan mitra yang bekerja sama dalam program Small and Medium Enterprise Promotion (SMEP). Penghubung disini maksudnya adalah Swisscontact menghubungkan pelaku usaha kecil di Cipulir dengan lembaga- lembaga yang bermitra dalam program ini dengan bentuk berupa pelatihan- pelatihan yang telah dijelaskan sebelumnya yaitu adanya pelatihan manajemen kerja oleh IGTC (International Garmen Training Center), pelatihan manajemen keuangan oleh Universitas Bina Nusantara, bantuan program CTC (Community Technology Center) dan pelatihan komputer, dan pelatihan oleh PT Bali Nirwana. Proses pemberdayaan yang telah dilakukan oleh Swisscontact dalam program Small and Medium Enterprise Promotion (SMEP) dapat dilihat pada gambar 8 :
Gambar 8. Peran Swisscontact Dalam Proses Pemberdayaan Pada Program SMEP Mediator/ Penghubung Proses Pemberdayaan Lembaga-lembaga terkait : IGTC
Universitas Bina Nusantara Microsoft
BDS Triasa PT Bali Nirwana
UMKM Cipulir Swissconta
BAB VII
MANFAAT PROGRAM SMALL AND MEDIUM ENTERPRISE