• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proses pembuatan mie basah caba

Dalam dokumen SAMSUL BAHRI H3109052 (Halaman 39-65)

HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Proses pembuatan mie basah caba

1. Persiapan bahan baku

Pemilihan bahan baku dilakukan untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Bahan baku yang digunakan harus bahan baku yang berkualitas baik. Pemilihan baku baku dapat dilakukan berdasarkan beberapa kreteria bahan baku itu sendiri.

Setelah didapatkan bahan baku yang berkualitas baik maka dilakukan penimbangan bahan baku. Bahan baku ditimbang sesuai dengan resep yang telah ditentukan. Bahan baku pembuatan mie pada prinsipnya sama semua. Perbedaan bahan baku pada setiap jenisnya hanya perlakuan pada jumlah tepung terigu dan cabai merah. Perlakuan tepung terigu dan cabai merah pada pembuatan mie cabai basah dapat dilihat dalam Tabel 4.1

commit to user Tabel 4.1. Penimbangan bahan baku

Nama Bahan Formulasi (Tepung terigu : Cabai)

A (100:0) B (90:10) C (80:20) D (70:30)

Tepung Terigu

250 gram 225 gram 200 gram 175 gram

Cabai merah 0 gram 25 gram 50 gram 75 gram

2. Pengadukan atau mixing

Pengadukan adonan mie dilakukan dengan menggunakan

mixer. Pengadukan dilakukan sampai mendapatkan adonan yang kalis. Adonan yang kalis didapatkan bila adonan tidak putus bila direntangkan. Pengadukan dilakukan selama 10-20 menit menggunakan kecepatan sedang.

Gambar 4.2 Pengadukan 3. Pembentukan Lembaran dan Pencetakan

Adonan yang telah kalis kemudian dibentuk lembaran- lembaran agar mudah dicetak. Dalam tahap pelembaran ukuran cetakan yang digunakan yaitu ukuran dua. Setelah mie dilakukan pelembaran, mie selanjunya dilakukan pencetakan.

Pembentukan lembaran mie dilakukan dengan menggunakan

commit to user

ukuran lima dan seterusnya hingga ukuran tiga dan dua. Setelah itu dilakukan pembaluran dengan tepung tapioka dengan tujuan mie yang diperoleh dapat terpisah satu sama lainya (Saptani, 2007)

Gambar 4.3. Pelembaran

Mie yang telah dibentuk lembaran-lembaran kemudian dilakukan pencetakan. Pencetakan mie dilakukan dengan hati-hati agar mie tidak putus. Pada proses pencetakan inilah yang sangat menentukan bentuk dan teksur mie.

commit to user

4. Perebusan

Setelah dilakukan pencetakan kemudian dilakukan perebusan mie. Perebusan mie menggunakan air yang telah mendidih dengan mengunakan suhu 900 – 1000 C selama 5 menit. Hal ini dimaksudkan agar mendapatkan mie yang baik. Pada saat perebusan yang harus diperhatikan adalah waktu perebusan. Bila perebusan mie terlalu lama maka mie akan rusak dan lembek.

Perebusan merupakan proses transfer kalor (yang diukur dengan panas) dari sumber ke material dengan menggunakan medium yang mengandung senyawa air (H2O). Transfer panas dapat terjadi satu

tahap atau lebih secara konduksi, konveksi maupun radiasi tergantung dari batasan sistem yang dibuat. Medium transfer panas dalam perebusan dapat berupa air maupun dalam bentuk uap air (steam) pada suhu 1000C selama beberapa menit (Fardiaz,1992).

Dalam proses pemasakan mie basah digunakan metode perebusan. Proses perebusan lebih unggul dibandingkan dengan cara pengukusan. Pada proses perebusan mie lebih cepat matang dibandingkan dengan sistem pengukusan, selain itu kualitas mie hampir sama antara proses pengukusan dan perebusan.

commit to user

5. Penirisan

Proses selanjutnya dalam pembuatan mie adalah penirisan. Penirisan ini bertujuan untuk mengurangi kadar air mie setelah perebusan. Penirisan dilakukan selama 5 menit.

Gambar 4.6. Penirisan

6. Pendinginan

Tahap selanjunya adalah pendinginan. Pendinginan dilakukan dengan meletakan produk mie di ruang terbuka. Selama proses pendinginan dilakukan pemberian minyak goreng. Hal ini dimaksudkan agar mie yang telah matang tidak lengket sehingga menyebabkan mie menjadi jelek.

commit to user

Gambar 4.7. Pendinginan dan Pemberian minyak goreng

7. Pengemasan

Mie yang sudah dingin kemudian siap untuk dilakukan pengemasan. Pengemasan mie menggunakan plastik PP berbentuk segi empat. Kemasan yang siap dipasarkan disealer terlebih dahulu supaya mie lebih tahan lama dan menarik.

Pengemasan merupakan sistem yang terkoordinasi untuk menyiapkan barang menjadi siap untuk ditransportasikan, didistribusikan, disimpan, dijual, dan dipakai. Adanya wadah atau pembungkus dapat membantu mencegah atau mengurangi kerusakan, melindungi produk yang ada di dalamnya, melindungi dari bahaya pencemaran serta gangguan fisik (gesekan, benturan, getaran). Di samping itu pengemasan berfungsi untuk menempatkan suatu hasil pengolahan atau produk industri agar mempunyai bentuk-bentuk yang memudahkan dalam penyimpanan, pengangkutan dan distribusi. Dari segi promosi wadah atau pembungkus berfungsi sebagai perangsang atau daya tarik pembeli. Karena itu bentuk, warna dan dekorasi dari kemasan perlu diperhatikan dalam perencanaannya (Anwar, 2005)

commit to user C. Analisa Sensori

Uji organoleptik membantu menentukan selera konsumen terhadap produk mie cabai basah yang akan dipasarkan. Oleh karena itu pemasaran mie cabai basah kedepannya sudah memiliki gambaran tentang selera konsumen terhadap produk ini. Karena mie basah secara umum sudah banyak dipasaran, maka dengan adanya kombinasi mie cabai basah yang baru ini mampu diterima dipasaran. Untuk uji organoleptik ini tidak dilakukan ke banyak orang melainkan hanya diwakili oleh 30 orang panelis.

Analisis sensoris pada produk mie cabai basah dilakukan dengan menggunakan uji kesukaan. Uji kesukaan dilakukan dengan menggunakan dua uji yaitu uji scoring dan uji rangking. Uji rangking dan scoring dilakukan untuk mengetahui penerimaan konsumen terhadap mutu mie basah yang dibuat dengan perbedaan konsentrasi kadar tepung terigu dan kadar cabai yang berbeda. Parameter yang digunakan dalam uji scoring dan rangking meliputi warna, rasa, tekstur, aroma dan overall. Hasil yang didapatkan dalan uji rangking dan scoring dapat dilhat dalam Tabel 4.2 dan

Tabel 4.3.

Tabel 4.2 Uji Rangking

Sampel Warna Rasa Tekstur Aroma Overall Formula A (100:0) 2,90b 2,90b 2,03a 2,03a 2,60b Formula B (90:10) 2,67b 2,83b 2,40a 2,20ab 2,77bc Formula C (80:20) 2,60b 2.37b 3,43b 2,73bc 3,17c Formula D (70:30) 1,87a 1,77a 3,30a 3,03c 1,63a

Keterangan kisaran nilai: 1 = Paling Suka 2 = Suka 3 = Tidak suka 4 = Paling Tidak Suka

Keterangan : Nilai yang dilingkari = formula yang paling disukai untuksetiap parameter

1. Warna

Dari tabel uji rangking dapat disimpulkan bahwa dari parameter warna, rangking yang tertinggi yaitu formula D (70:30) dan rangking yang terendah sampel Formula A (100:0). Sampel Formula A (100:0) tidak beda

commit to user

nyata dengan sampel Formula B (90:10), Formula C (80:20) dan beda nyata dengan sampel Formula D (70:30). Sampel Formula D (70:30) beda nyata dengan semua sampel yang ada. Dari itu dapat di ambil kesimpulan bahwa produk mie yang paling disukai konsumen yaitu sampel yang mendapatkan rangking tertinggi yaitu sampel Formula D (70:30) dan sampel mie yang paling tidak disukai yaitu sampel Formula A (100:0). Hal ini disebabkan warna mie yang menggunakan cabai 30% dan tepung terigu 70% lebih merah dan menarik.

2. Rasa

Parameter selanjutnya adalah parameter rasa. Untuk hasil rangking tertinggi yaitu pada sampel Formula D (70:30) dan rangking terendah terdapat pada sampel Formula A (100:0). Sampel Formula A (100:0) tidak beda nyata dengan sampel Formula B (90:10) dan Formula C (80:20) tetapi beda nyata degan sampel Formula D (70:30). Sampel Formula D (70:30) beda nyata dengan semua sampel yang digunakan. Berdasarkan rangking sampel maka dapat diambil kesimpulan bahwa dari segi rasa sampel Formula D (70:30) yang paling disukai dan sampel Formula A (100:0) yang tidak disukai oleh konsumen. Hal ini disebabkan oleh penambahan cabai 30% dan tepung terigu 70% menghasilkan rasa yang pedas.

3. Tekstur

Pada parameter tekstur sampel yang mempunyai rangking tertinggi yaitu pada sampel Formula A (100:0) dan sampel yang mempunyai rangking terendah yaitu pada sampel Formula D (70:30). Sampel Formula A (100:0) tidak beda nyata dengan sampel Formula B (90:10) dan Formula D (70:30), tetapi beda nyata dengan sampel Formula C (80:20). Sampel Formula C (80:20) beda nyata dengan semua sampel yang ada. Maka dapat diambil kesimpulan dari rangking tertinggi yaitu produk Formula A (100:0) yang paling disukai oleh kosumen dan sampel Formula D (70:30) yang tidak disukai oleh konsumen. Hal ini disebabkan oleh dengan adanya penambahan cabai dapat merusak tekstur mie.

commit to user

4. Aroma

Parameter selanjutnya adalah parameter aroma. Pada parameter aroma sampel yang mempunyai rangking tertinggi yaitu sampel Formula A (100:0) dan sampel dengan rangking terendah yaitu terdapat pada sampel Formula D (70:30). Sampel Formula A (100:0) tidak beda nyata dengan sampel Formula B (90:10) tetapi beda nyata dengan sampel Formula C (80:20) dan Formula D (70:30). Sampel Formula B (90:10) tidak beda nyata dengan sampel Formula A (100:0) dan Formula C (80:20), tetapi beda nyata dengan sampel Formula D (70:30). Sampel Formula C (80:20) tidak beda nyata dengan sampel Formula B (90:10) dan Formula D (70:30), tetapi beda nyata dengan sampel Formula A (100:0). Sampel Formula D (70:30) tidak beda nyata dengan sampel Formula C (80:20) dan beda nyata dengan sampel Formula A (100:0) dan Formula B (90:10). Maka dapat di ambil kesimpulan bahwa sampel Formula A (100:0) paling disukai konsumen dan sampel Formula D (70:30) tidak disukai kosumen. Hal ini disebabkan dari penambahan cabai dihasilkan aroma yang khas dari cabai yang tidak disukai oleh konsumen.

5. Overall

Parameter yang terakhir yaitu parameter overall. Pada parameter

overall rangking yang tertinggi terdapat pada sampel Formula D (70:30) sedangkan rangking yang terendah terdapat pada sampel Formula C (80:20). Sampel Formula A (100:0) tidak beda nyata dengan sampel Formula B (90:10) dan beda nyata dengan sampel Formula C (80:20) dan Formula D (70:30). Sampel Formula B (90:10) tidak beda nyata dengan sampel Formula A (100:0) dan Formula C (80:20), tetapi beda nyata dengan sampel Formula D (70:30). Sampel Formula C (80:20) tidak beda nyata dengan sampel Formula B (90:10) dan beda nyata dengan sampel Formula A (100:0) dan Formula D (70:30). Untuk sampel Formula D (70:30) beda nyata dengan semua sampel yang ada. Maka dapat diambil kesimpulan produk yang paling disukai konsumen yaitu sampel Formula D (70:30) dan yang tidak disukai konsumen yaitu sampel Formula C

commit to user

(80:20). Dari keseluruhan uji maka dapat diambil kesimpulan bahwa penambahan cabai sebanyak 30% pada pembuatan mie basah sangat disukai oleh konsumen.

Tabel 4.3 Uji Scoring

Sampel Warna Rasa Tekstur Aroma Overall Formula A (100:0) 3.10a 3,10a 3,93b 3,97b 3,40b Formula B (90:10) 3,33a 3,03a 3,60b 3,83b 3,23a Formula C (80:20) 3,40a 3,63b 2,57a 3,20a 2,83a Formula D (70:30) 4,13b 4,23c 3,70b 2,97a 4,37a

Keterangan kisaran nilai: 1 = Tidak Suka 2 = Kurang Suka 3 = Agak Suka 4 = Suka 5 = Sangat Suka

Keterangan : Nilai yang dilingkari = formula yang paling disukai untuk setiap parameter

1. Warna

Dari hasil diatas didapat kesimpulan bahwa warna dengan nilai yang paling rendah adalah sampel kode Formula A (100:0) dan warna yang lebih tinggi adalah sampel dengan kode Formula D (70:30). Dari sampel Formula A (100:0), Formula B (90:10), Formula C (80:20) dan Formula D (70:30), yang tidak beda nyata adalah sampel dengan kode Formula A (100:0), Formula B (90:10) dan Formula C (80:20), sedangkan untuk sampel kode Formula D (70:30) beda nyata dengan sampel Formula A (100:0), Formula B (90:10), dan Formula C (80:20). Jadi dapat disimpulkan bahwa penambahan cabai 30% dan tepung terigu 70% dapat menghasilkan warna yang paling disukai daripada sampel yang lainnya. Hal ini disebabkan karena warna cabai yang cenderung lebih cerah, sehingga menghasilkan warna mie yang menarik yaitu berwarna kemerahan.

commit to user

2. Rasa

Untuk parameter selanjutnya yang akan dibahas adalah parameter rasa. Dalam tabel menunjukkan bahwa nilai yang terendah adalah sampel Formula B (90:10) dan sampel yang paling tinggi adalah sampel dengan kode Formula D (70:30). Sampel Formula A (100:0) tidak beda nyata dengan sampel Formula B (90:10), dan beda nyata dengan sampel Formula C (80:20) dan Formula D (70:30). Sampel Formula C (80:20) beda nyata dengan semua sampel. Untuk sampel Formula D (70:30) juga beda nyata dengan semua sampel. Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa penambahan cabai 30% lebih di sukai daripada sampel yang lainya. Hal ini disebabkan karena rasa mie dengan penambahan cabai 30% lebih terasa lebih pedas dari sampel yang lain.

3. Tekstur

Untuk parameter tekstur sampel yang mempunyai nilai terendah adalah sampel 257 dan yang mempunyai tertinggi yaitu sampel Formula A (100:0). Sampel Formula A (100:0) tidak beda nyata dengan sampel Formula B (90:10) dan Formula D (70:30) dan beda nyata dengan sampel Formula C (80:20). Jadi dapat diambil kesimpulan dari segi tekstur mie yang paling disukai konsumen yaitu mie tanpa penambahan cabai atau mie 0% cabai.

4. Aroma

Parameter aroma sampel yang mempunyai nilai tertinggi yaitu sampel dengan kode Formula A (100:0) dan sampel dengan aroma terendah yaitu sampel Formula D (70:30). Sampel Formula A (100:0) tidak beda nyata dengan sampel Formula B (90:10)dan beda nyata dengan sampel Formula C (80:20) dan sampel Formula D (70:30). Sampel Formula C (80:20) tidak beda nyata dengan sampel Formula D (70:30) dan beda nyata dengan sampel Formula A (100:0) dan sampel Formula B (90:10). Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa mie yang di sukai konsumen dari segi warna yaitu mie dengan kode Formula A (100:0). Mie Formula A (100:0) tidak menggunakan penambahan cabai atau 0% cabai.

commit to user 5. Overall

Dalam parameter overall produk yang mempunyai nilai tertinggi yaitu sampel dengan kode Formula D (70:30) dan produk yang dapat nilai terendah yaitu sampel dengan kode Formula C (80:20). Sampel Formula A (100:0) beda nyata dengam sampel Formula B (90:10), Formula C (80:20) dan Formula D (70:30). Sampel Formula B (90:10) tidak beda nyata dengan sampel Formula C (80:20) dan beda nyata dengan sampel Formula D (70:30). Sendangkan sampel Formula D (70:30) beda nyata dengan semua sampel. Jadi dapat di ambil kesimpulan bahwa konsumen dilihat dari overall sangat menyukai sampek Formula D (70:30).

Tujuan uji sensori dengan menggunakan metode ranging dan skoring untuk mengetahui penerimaan masyarakat dari ke tiga mie cabai yang akan dipasarkan. Dari uji tersebut dapat disimpulkan bahwa mie yang paling disukai oleh konsumen yaitu formula D yaitu menggunakan 70% tepung terigu dan 30% cabai merah. Bahan baku pembuatan mie cabai basah dengan formula D dapat dilihat dalam Tabel 4.4

Tabel 4.4 Bahan baku mie cabai basah formula D

Nama Bahan Takaran Tepung Terigu 175 gram Cabai merah 75 gram Pati 25 gram Soda abu 0,85 gram Telur 1 butir Garam 1,1 gram Air 100 ml Minyak goreng 10 ml

commit to user D. Analisa Vitamin C

Pada produk mie cabai basah selain dilakukan pengujian terhadap uji sensori tetapi dilakukan juga uji terhadap kandungan gizinya. Uji kandungan gizi yang dilakukan yaitu dengan menguji kadar kandungan Vitamin C. Hasil analisis vitamin C dalam produk mie cabai basah dapat dilihat dalam tabel

Tabel 4.5 Hasil Analisa Kadar Vitamin C Pada Mie Cabai Basah

Analisa Pengulangan 1 Pengulangan 2 Rata-Rata

Vitamin C (mg) 51,62 mg/100 g 62,18 mg/100 g 56,9mg /100 g

Sumber : hasil uji vitamin C

Analisa vitamin C pada produk mie cabai basah menggunakan dua kali pengujian. Pengujian pertama didapatkan hasil 51,62 mg/100 g bahan dan pengujian kedua dihasilkan 62,18 mg/100 g bahan. Sehingga rerata yang diperoleh dari pengujian yaitu 56,9 mg/100 gr bahan. Vitamin C pada cabai merah menurut Depkes (1997) yaitu sebesar 181mg/100gr bahan. Penurunan kadar vitamin C dimungkinkan karena akibat dari penambahan air dan pemanasan. Sesuai dengan pendapat Andarwulan dan Koswara (1992) bahwa pengaruh cara memasak (pengukusan dan perebusan) termasuk cara pemotongan dan volume air yang digunakan serta suhu berpengaruh terhadap kerusakan vitamin C.

Kadar vitamin C pada produk mie cabai basah ini mampu bersaing dengan berbagai jenis buah-buahan. Seperti pada Tabel 4.6 dapat diketahui bahwa kadar vitamin C pada mie cabai basah lebih besar dari jenis buah-buahan seperti jeruk, melon dan anggur, tetapi lebih rendah dari buah jambu biji, kiwi dan pepaya.

commit to user

Tabel 4.6 Kandungan vitamin C pada buah-buahan

Buah Kandungan Vitamin C (mg/100 gr) Jambu Biji 183 Kiwi 100 Kelengkeng 84 Pepaya 62

Mie Cabai Basah 56,9

Jeruk 53 Melon 42 Anggur 34 Jeruk Mandarin 31 Buah Sukun 29 Mangga 28 Nanas 15 Pisang 9 Alpukat 8 Sumber : Depkes (1997) E. Kemasan

Pengertian umum dari kemasan adalah suatu benda yang digunakan untuk wadah atau tempat yang dapat memberikan perlindungan sesuai dengan tujuannya. Adanya kemasan yang dapat membantu mencegah/mengurangi kerusakan, melindungi bahan yang ada di dalamnya dari pencemaran serta gangguan fisik seperti gesekan, benturan dan getaran. Dari segi promosi kemasan berfungsi sebagai perangsang atau daya tarik pembeli. Bahan kemasan yang umum untuk pengemasan produk, plastik, kertas dan gelombang karton (Maezawa, 1990).

1. Bahan

Pengemasan pada mie basah cabai menggunakan plastik PP (Poly propylene). Plastik PP atau polypropylene adalah pilihan terbaik untuk bahan plastik terutama untuk yang berhubungan dengan makanan dan minuman seperti tempat menyimpan makanan, botol minum dan botol minum untuk bayi. Karakteristiknya adalah transparan, tapi tidak jernih atau berawan, dan cukup mengkilap pada permukaannya. Polipropilen

commit to user

yang baik terhadap lemak, dan stabil terhadap suhu tinggi. Direkomendasikan untuk mencari plastik dengan kode ini jika anda ingin menyimpan makanan dalam kemasan plastik. Plastik PP mempunyai titik leleh yang cukup tinggi (190-200oC), sedangkan titik kristalisasinya antara 130–135oC. Polypropylene mempunyai ketahanan terhadap bahan kimia (chemical Resistance) yang tinggi, tetapi ketahanan pukul (impact strength) nya rendah (BPOM, 2008).

2. Bentuk

Pengemasan pada mie basah cabai menggunakan plastik PP yang berbentuk persegi panjang. Penutupan kemasan dengan menggunakan

sealer agar tertutup rapat dan rapi (lebih menarik) dan menghindari kebocoran, sehingga produk yang dikemas memiliki umur simpan lama dan tetap mempertahankan kualitas produk dari segi rasa, warna. Kemasan mie basah yang sudah jadi dapat dilihat dalam Gambar 4.14

Gambar 4.7 Kemasan Produk

Desain kemasan sangat berperan penting dalam proses pemasaran produk. Desain dibuat sebaik mungkin, hal ini bertujuan untuk menarik minat konsumen. Labeling Informasi yang diberikan tidak boleh menyesatkan konsumen. Pada label kemasan, khususnya untuk makanan dan minuman, sekurang-kurangnya dicantumkan hal-hal berikut (Undang-Undang RI No. 7 tahun 1996 tentang

commit to user

Pangan), nama produk, daftar bahan yang digunakan, berat bersih atau isi bersih, nama dan alamat pihak yang memproduksi atau memasukkan pangan ke dalam, keterangan tentang halal, tanggal, bulan, dan tahun kedaluwarsa.

F. Analisa Ekonomi

1. Perhitungan

1 bulan = 25 hari kerja

1 hari = 1 kali produksi menghasilkan 684 kemasan mie cabai basah Kapasitas produksi/bulan = 684 bungkus mie cabai basah x 25 hari = 17.100 bungkus/bln

a. Biaya Produksi 1. Biaya Tetap Usaha

a.Biaya Usaha

Tabel 4.7 Biaya Usaha

No Uraian Rp/bulan 1. Gaji manager 1.500.000 2 Gaji karyawan (Rp 800.000/bln x 5 orang) 4.000.000 3 Biaya Promosi 100.000 4 Sewa Tempat 200.000 5 Biaya Administrasi 100.000 Jumlah 5.900.000 b.Amortisasi Tabel 4.8 Amortisasi

No. Harta tidak berwujud Rp/bln

1. Pajak Reklame 30.000

2. Biaya Trial dan Error 50.000

commit to user

c.Biaya Penyusutan/Depresiasi

Tabel 4.9 Penyusutan

No Uraian Jumlah Nilai awal @ 1 Nilai awal (P) Nilai sisa (S) 2% Umur (th) Depr. (Rp/th) Depr. (Rp/bln) 1 Timbangan 1 50.000 50.000 1.000 5 9.800 816.67 2 Baskom 4 7.500 30.000 600 1 29.400 2.450.00 3 Panci 2 125.000 250.000 5.000 1 245.000 20416,67 4 Cetakan mie 1 1.000.000 1.000.000 20.000 4 245.000 20.416.67 5 Kompor gas 1 400.000 400.000 8.000 4 98.000 8.166.67 6 Solet 4 3.000 12.000 240 1 11.760 980.00 7 Loyang 3 15.000 45.000 900 1 44.100 3.675.00 8 Mixer 1 1.000.000 1.000.000 20.000 5 196.000 16.333.33 9 Sealer 1 150.000 150.000 3.000 5 29.400 2.450.00 10 Blender 1 400.000 200.000 8000 4 98.000 8.166,67 Jumlah 3.337.000 1.006.460 83.871,67 d. Dana Sosial = Rp 5.000,00 / bln e.Pajak dan Asuransi

Rumus = Pajak Asuransi dan Usaha = 5% x pembelian alat Pajak Asuransi dan Usaha = 5% x Rp 3.337.000

= Rp 166.850

f.Suku Bunga Usaha

Rumus = total biaya produksi + biaya alat x 2 % = (22.800.759,42 + Rp 3.337.000) x 2 % = Rp 398.041

Tabel 4.10 . Total Biaya Tetap (Fixed Cost)

Komponen Biaya Tetap Rp/bulan

Biaya Usaha 5.900.000

Biaya Amortisasi 80.000

Biaya Penyusutan/Depresiasi 83.871,67

Dana Sosial 5.000

Pajak Asuransi 166.850 Suku Bunga Usaha 398.041 Jumlah 6.633.762,42

commit to user

2. Biaya Tidak Tetap ( VC )

a.Biaya Bahan Utama dan Bahan Pembantu

Tabel 4.11. Biaya Bahan Utama dan Bahan Pembantu

No Uraian bahan/hari Jumlah Rp @ satuan Rp/hari Rp/bulan

1. Tepung terigu 30 kg @7.500 225.000 5.625.000

2 Cabai merah 10 kg @10.000 100.000 2.500.000

3 Tepung tapioka 2 kg @ 6.000 12.000 300.000

4 Soda abu 2 bungkus @2.500 5.000 125.000

5 Telur 4 kg @18.000 72.000 1.800.000

6 Garam @500 8 bungkus @500 4.000 100.000

7 Minyak goreng 1 kg @12.000 12.000 300.000

Jumlah 10.750.000

b.Biaya kemasan produk

Tabel 4.12. Biaya kemasan

Kemasan Ukuran Jumlah Rp @

satuan Rp/hr Rp/bln Plastik PP 0,003 3.5 15.000 52.500 1.312.500 Label 684 250 171.000 4.27.5000 JumlahBiayaKemasan 5.587.500

c.Biaya Bahan Bakar/Energi

Tabel 4.13. Biaya Bahan Bakar/Energi.

No Nama Rp/bulan

1. Gas 150.000

2. Air dan Listrik 75.000

commit to user

d.Biaya Perawatan dan Perbaikan

Tabel 4.14. Biaya Perawatan dan Perbaikan

No Uraian Harga (Rp) %FPP Jam/hari Hari/bln BPP

1 Timbangan 50.000 2% 1 25 25 2 Baskom 7.500 1% 2 25 3.75 3 Panci 250.000 1% 2 25 125 4 Cetakan mie 10.00.000 1% 4 25 1000 5 Kompor gas 400.000 2% 3 25 600 6 Solet 3.000 1% 2 25 1.5 7 Loyang 15.000 1% 2 25 7.5 8 Mixer 10.00.000 1% 2 25 500 9 Sealer 150.000 1% 2 25 75 10 Blender 400.000 2% 1 25 200 jumlah 2.537,25

Tabel 4.15. Total Biaya Tidak Tetap (Variable Cost)

Komponen Biaya Rp/bulan Biaya Bahan Utama dan Bahan Pembantu 10.750.000 Biaya kemasan 5.587.500 Biaya Bahan Bakar/Energi. 225.000 Biaya Perawatan dan Perbaikan 2.537,25 Jumlah 16.565.037,75

Total Biaya Produksi = FC + VC = Rp 6.633.762,42 + Rp 16.565.037,75 = Rp 23.198.800,17/ bulan. b. Kapasitas Produksi = 684 bungkus x 25 hari = 17.100 bungkus/bulan. c. Harga Pokok Produksi

= Biaya Produksi Kapasitas Produksi

commit to user = Rp 23.198.800,17 17.100 bungkus = Rp 1.356,65 / bungkus » Rp 1.400/bungkus e. Harga Jual = Rp 1.600,00/bungkus ü PENJUALAN

= Harga Jual x Kapasitas Produksi = Rp 1.600 x 17.100 bungkus = Rp 27.360.000 / bln

d. Laba Kotor/Bulan

= Hasil Penjualan – Biaya Produksi = Rp 27.360.000 – Rp 23.198.800,17 = Rp 4.161.199,83 / bln

e. Laba Bersih/Bulan

= Laba Kotor – Pajak Kepemilikan Usaha = Laba Kotor – (5% x laba kotor)

= Rp 4.161.199,83 – (5% x Rp 4.161.199,83 ) = Rp 4.161.199,83 – Rp 208.060

= Rp 3.953.139,84 / bln

f. BEP (Break Even Point) Unit

= FC _ Price – (VC / Kapasitas produksi perbulan)

= Rp 6.633.762,42

(Rp 1.600 – (16.565.037,75) 17.100

= 10.508,4 bungkus/bln

Artinya, titik impas akan tercapai pada tingkat produksi sebanyak 10.509 bungkus.

commit to user

g. ROI (Return of Investment) Sebelum Pajak = Laba kotor____ ___ x 100 % Total Biaya Produksi

= Rp 4.161.199,83 x 100 % Rp 23.198.800,17

= 17,93 %

h. ROI (Return of Investment) Setelah Pajak = Laba Bersih _____ x 100 %

Total Biaya Produksi

= Rp 3.953.139,84 x 100 % Rp 23.198.800,17 = 17,04 % i. POT = Biaya Produksi Laba Kotor = Rp 23.198.800,17 Rp 4.161.199,83 = 5,57» 6 bulan j. B/C (Benefit Cost Ratio)

= Pendapatan Biaya Produksi

= Rp 27.360.000 Rp 23.198.800,17

commit to user k. IRR IRR 0 IRR) (i Ct - Bt t 1 = + =

å

= n t = 27.360.000 - 23.198.800,17 x 100% 23.198.800,17 +3.337.000 = 0,1568 x 100% = 15,68 % 2. Pembahasan

Dari hasil perhitungan di atas dapat diketahui bahwa analisa usaha mie cabai basah adalah :

a. Biaya Produksi

Biaya produksi merupakan biaya yang dikeluarkan selama usaha dijalankan, yang dibedakan atas biaya tetap dan biaya tidak tetap.

1) Biaya Tetap (Fixed Cost)

Biaya tetap adalah biaya yang tetap dikeluarkan meskipun perusahaan tidak melakukan proses produksi. Biaya tetap terdiri atas biaya usaha, amortisasi, biaya penyusutan alat, dan dana sosial. Biaya tetap produksi mie cabai basah setiap bulan sebesar Rp 6.633.762,42

2) Biaya Tidak Tetap/Variabel (Variabel Cost)

Biaya variabel merupakan biaya yang dikeluarkan hanya jika melakukan proses produksi. Biaya variabel terdiri dari biaya bahan baku dan bahan pembantu, biaya bahan bakar atau energi, biaya perawatan dan perbaikan. Biaya variabel produksi mie cabai basah setiap bulan sebesar Rp 16.565.037,75

b. Kapasitas Produksi

Kapasitas produksi merupakan jumlah/besarnya produk yang dapat dihasilkan oleh perusahaan selama kurun waktu tertentu.

commit to user

Kapasitas produksi mie cabai basah setiap bulan adalah 17.100 bungkus dengan berat netto 100 gram.

c. Harga Pokok Produksi

Harga pokok produksi merupakan harga minimal yang harus diberikan pada produk untuk menghindari kerugian. Harga pokok berasal dari biaya produksi (biaya tetap dan biaya varibel) dibagi dengan jumlah produk yang dihasilkan (kapasitas produksi). Harga pokok mie cabai basah setiap bungkus adalah Rp, 1.400.

d. Harga Jual

Harga jual adalah harga yang diberikan pada produk setelah ditambah keuntungan sesuai yang diinginkan oleh perusahaan mengacu/berdasarkan harga pokok, sehingga untuk memperoleh keuntungan maka harga jual harus lebih tinggi dari harga pokok produksi. Harga jual mie cabai basah Rp 1.600,00 tiap bungkus.

e. Laba (Keuntungan)

Laba (keuntungan) merupakan selisih antara pendapatan dan pengeluaran atau selisih antara harga jual dengan harga pokok. Laba perusahaan meliputi laba kotor dan laba bersih.

1) Laba Kotor

Laba kotor merupakan laba yang diperoleh dari selisih hasil penjualan dengan biaya produksi sebelum dikurangi pajak usaha. Laba kotor produksi mie cabai basah ini sebesar Rp 4.161.199,83

2) Laba Bersih

Laba bersih merupakan laba yang diperoleh dari selisih laba

Dalam dokumen SAMSUL BAHRI H3109052 (Halaman 39-65)

Dokumen terkait