• Tidak ada hasil yang ditemukan

SAMSUL BAHRI H3109052

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SAMSUL BAHRI H3109052"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

LAPORAN TUGAS AKHIR

PROSES PRODUKSI MIE CABAI BASAH

“SAFIRA”

KAYA AKAN VITAMIN C

Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mendapatkan Gelar Ahli Madya (A.Md) Program Studi Teknologi Hasil Pertanian

Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh:

SAMSUL BAHRI H3109052

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

(2)

commit to user HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN TUGAS AKHIR

PROSES PRODUKSI MIE CABAI BASAH “SAFIRA”

KAYA AKAN VITAMIN C

Oleh: SAMSUL BAHRI

Telah dipertahankan dihadapan penguji Pada tanggal 10 Juli 2012 Dan dinyatakan memenuhi syarat

Mengetahui

Dosen Pembimbing I

Ir. Basito., M.Si. NIP. 195206151983031001

Dosen Pembimbing II

Dwi Ishartani, STP., M.Si. NIP.19810402005012002

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

(3)

commit to user KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini dengan baik. Tugas Akhir Praktek Produksi ini disusun sebagai syarat kelulusan untuk meraih gelar Ahli Madya.

Tugas Akhir Praktek Produksi Pembuatan Mie Cabai Basah ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar Ahli Madya Program Studi Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dengan diselesaikannya Tugas Akhir ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan, bantuan, dan dorongan kepada penulis. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS, Dekan Fakultas Pertanian UNS.

2. Ir. Choirul Anam, M.P, M.T Ketua Program Studi Diploma III THP Fakultas Pertanian UNS.

3. Ir. Basito, M.Si selaku Pembimbing I Praktek Produksi.

4. Dwi Ishartani, STP. MSiselaku Pembimbing II Praktek Produksi. 5. Dosen dan karyawan Jurusan Teknologi Hasil Pertanian.

6. Kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan moril dan spiritual serta nasehat-nasehatnya.

7. Kakak yang selalu memberikan semangatnya. 8. Rekan-rekan mahasiswa D-III THP angkatan 2009. 9. Rekan-rekan kontrakan Beta House

10. Semua pihak yang telah ikut membantu terselesaikannya laporan Tugas Akhir Praktek Produksi ini.

(4)

commit to user

Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini bermanfaat terutama bagi pembaca maupun pihak lain yang memerlukan

Surakarta, Mei 2012

(5)

commit to user

PERSEMBAHAN

Segala Puji bagi Allah SWT pencipta dan penguasa seluruh jagat raya yang telah

memberikan kehidupan dan petunjuk-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas

Akhir ini. Karya kecil ini penulis persembahkan untuk :

Bapak dan Ibu, kakak beserta segenap keluarga besar penulis, terimakasih atas doa,

dukungan, kesabaran dan semangat serta nasehat-nasehatnya selama ini.

Bapak Ir. Basito, M.Si selaku pembimbing penulis, terimakasih atas bimbingan, masukan,

motivasi, dan dukungan-dukungannya selama ini.

Teman-teman seperjuangan D3 THP 2009, untuk sahabat kontrakan Beta House,

terimakasih atas bantuan dan dukungannya, serta untuk Safira terima kasih untuk

motivasinya selama ini.

(6)

commit to user MOTTO

Agar dapat membahagiakan seseorang, isilah tangannya dengan kerja, hatinya dengan kasih sayang, pikirannya dengan tujuan, ingatannya dengan ilmu yang bermanfaat, masa depannya

dengan harapan, dan perutnya dengan makanan. Frederick E. Crane

Musuh yang paling berbahaya di atas dunia ini adalah penakut dan bimbang. Teman yang paling setia, hanyalah keberanian dan keyakinan yang teguh.

Andrew Jackson

Bersikaplah kukuh seperti batu karang yang tidak putus-putus-nya dipukul ombak. Ia tidak saja tetap berdiri kukuh, bahkan ia menenteramkan amarah ombak dan gelombang itu.

Marcus Aurelius

Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah.

Thomas Alva Edison

Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh.

(7)

commit to user DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

PERSEMBAHAN ... v

MOTTO ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

ABSTRAK ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Tujuan Praktek Produksi ... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Mie Basah ... 3

B. Cabai ... 4

C Bahan Baku Pembuatan Mie Cabai Basah ... 6

D. Cara Pembuatan Mie ... 13

E. Vitamin C ... 16

F. Anilisa Sensori ... 17

G. Analisa Ekonomi ... 18

BAB III METODE PELAKSANAAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan ... 22

(8)

commit to user

C. Analisa Produk ... 23

D. Analisa Ekonomi ... 25

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Produk ... 27

B. Proses Pembuatan Mie Cabai Basah ... 29

C. Analisa Sensori ... 35

D. Analisa Vitamin C ... 41

F. Kemasan ... 42

G. Analisa Ekonomi ... 44

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 54

B. Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

1. Borang Uji Organoleptik 2. Hasil Uji kesukaan 3. Hasil SPSS

(9)

commit to user DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Kandungan gizi mie per 100g bahan ... 3

Tabel 2.2 Kandungan gizi cabai per 100g bahan ... 6

Tabel 2.3 Syarat Mutu Garam Konsumsi (SNI 01-4076-1999) ... 10

Tabel 2.4 Komposisi zat gizi per 100 g Tapioka ... 12

Tabel 3.1 Formulasi Mie Basah Cabai ... 24

Tabel 3.2 Parameter Analisa ... 24

Tabel 4.1 Penimbangan bahan baku ... 30

Tabel 4.2 Uji Ranking ... 31

Tabel 4.3 Uji Scoring ... 38

Tabel 4.4 Bahan Baku Mie Cabai Basah Formula D ... 40

Tabel 4.5 Hasil Analisa Kadar Vitamin C Pada Mie Cabai Basah ... 41

Tabel 4.6 Kandungan vitamin C pada buah-buahan ... 44

Tabel 4.7 Biaya Usaha ... 44

Tabel 4.8 Biaya amortisasi ... 44

Tabel 4.8 Penyusutan ... 45

Tabel 4.10 Total Biaya Tetap (Fixed Cost) ... 45

Tabel 4.11 Biaya Bahan Utama dan Bahan Pembantu ... 46

Tabel 4.12 Perhitungan Biaya Kemasan ... 46

Tabel 4.13 Biaya Bahan Bakar/Energi. ... 46

Tabel 4.14 Biaya Perawatan dan Perbaikan ... 47

(10)

commit to user DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Rumus perhitungan kadar vitamin C ... 17

Gambar 2.1 Diagram Alir Proses Pembuatan Mie Cabai Basah ... 23

Gambar 4.1 Cabai Merah ... 23

Gambar 4.2 Pengadukan ... 30

Gambar 4.3 Pelembaran ... 31

Gambar 4.4 Pencetakan ... 31

Gambar 4.5 Perebusan ... 32

Gambar 4.6 Penirisan ... 33

Gambar 4.7 Pendinginan dan Pemberian minyak goreng ... 34

(11)

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mie basah (fresh noodle atau wet noodle) merupakan salah satu jenis mie yang sudah dikenal luas dan menjadi makanan yang disukai masyarakat

di Indonesia. Industri mie basah tersebar luas di banyak wilayah di Indonesia

dan kebanyakan diproduksi oleh industri rumah tangga, dan industri kecil/

menengah. Terdapat dua jenis mie basah yang dikenal masyarakat, yaitu mie

mentah (raw noodle) dan mie rebus (cooked noodle).

Mie basah terdiri dari berbagai macam jenisnya, antara lain mie basah

sawi, dan mie basah bayam. Sedangkan untuk jenis mie basah cabai belum

begitu terkenal di pasaran. Padahal mie cabai begitu tinggi prospek di

pasaran. Selain mie cabai basah banyak mengandung karbohidrat mie cabai

basah juga banyak mengandung banyak kandungan gizi lainya yang terdapat

pada penambahan cabai.

Cabai (Capsicum annum varlongum) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia. Tanaman

cabai banyak ragam tipe pertumbuhan dan bentuk buahnya. Diperkirakan

terdapat 20 spesies yang sebagian besar hidup di negara asalnya. Masyarakat

pada umumnya hanya mengenal beberapa jenis saja, yakni cabai besar, cabai

keriting, cabai rawit dan paprika. Secara umum cabai memiliki banyak

kandungan gizi dan vitamin, diantaranya Kalori, Protein, Lemak,

Kabohidarat, Kalsium, Vitamin A, B1 dan Vitamin C. Kandungan vitamin C

inilah yang paling besar yang terkandung dalam produk cabai.

Vitamin C sering disebut sebagai rajanya vitamin, hal itu disebabkan

vitamin C memang memiliki banyak manfaat. Sebagai vitamin yang larut

dalam air, vitamin C memiliki banyak peranan penting dalam menangkal

berbagai penyakit. Vitamin C atau biasa dikenal dengan asam askorbat ini

mempunyai tugas penting dalam pembentukan kolagen yang membantu

meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan membantu penyerapan zat besi.

(12)

commit to user

menurunkan kadar kolesterol dan memproduksi bahan kimia tertentu pada

otak. Selain itu, tingginya kandungan antioksidan pada vitamin C juga dapat

menyapu radikal bebas yang merusak sel-sel dalam tubuh.

.

B. Rumusan masalah

Dari latar belakang dapat diambil rumusan masalah yaitu

1. Bagaimana cara pembuatan mie basah cabai dan bahan baku yang

digunakan?

2. Bagaimana penerimaan mie cabai basah dalam masyarakat?

3. Bagaimana kadar vitamin C pada mie basah cabai?

4. Bagaimana analisa biaya produk mie basah cabai?

C. Tujuan Praktek Produksi

Tujuan pelaksanaan praktek produksi (PP) ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui proses pembuatan mie basah cabai dan bahan baku yang

digunakan.

2. Mengetahui penerimaan masyarakat terhadap produk mie cabai basah.

3. Mengetahui kadar kandungan vitamin C dalam produk mie basah cabai.

(13)

commit to user

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Mie Basah

Mie basah (fresh noodle atau wet noodle) merupakan salah satu

jenis mie yang sudah dikenal luas dan menjadi makanan yang disukai

masyarakat di Indonesia. Industri mie basah tersebar luas di banyak

wilayah di Indonesia dan kebanyakan diproduksi oleh industri rumah

tangga, dan industri kecil/ menengah. Terdapat dua jenis mie basah yang

dikenal masyarakat, yaitu mie mentah (raw noodle) dan mie rebus (cooked noodle). Kualitas, baik mutu organoleptik, fisikokimia, mikrobiologi maupun daya awet dari mie basah dapat bervariasi disebabkan oleh adanya

perbedaan proses pengolahan dan penggunaan bahan tambahan. Mie basah

dijual dalam bentuk segar baik dalam keadaan terkemas maupun curah,

baik di pasar tradisional maupun supermarket (Hilmansyah, 2007).

Komposisi gizi setiap jenis mie berbeda satu sama lainya. Menurut

Nio(1992) kandungan gizi pada mie basah, mie kering, mie instan per

100g bahan dapat dilihat dalam tabel 2.1

Tabel 2.1. Kandungan gizi mie per 100g bahan

Kandungan kimia Mie basah Mie kering Mie instan Energy(kal) 88 338 320 Protein(gr) 0,6 7,9 7 Lemak (gr) 3,3 11,8 11 Karbohidrat (gr) 14,0 50 48 Kalsium (mg) 14,0 49 2* Fosfor (mg) 13,0 47 - Besi (mg) 0,8 2,8 30* Vitamin A (SL) 0 0 0 Vitamin B1 (mg) 0 0 25* Vitamin C (mg) 0 0 6* Air (g) 80,0 12,9 12

(14)

commit to user

Mie basah yang sehat dibuat dengan penambahan bahan sayur.

Selain gizinya bertambah, penampilan mie menjadi lebih menarik sehinga

dapat dijadikan daya pikat bagi konsumen. Pada pembuatan mie, bahan

yang digunakan dipilih yang bermutu baik dan segar. Bahan tambahan

yang diperlukan untuk mengikat gluten dipilih yang aman dan seminimal

mungkin. (suyanti, 2008)

Mie basah juga dijual dalam bentuk olahan oleh pedagang

makanan, seperti soto mie, toge goreng, mie ayam, dsb. Selain itu mie

basah juga dapat diolah menjadi aneka makanan di tingkat rumah tangga.

Dalam kondisi tidak ada penambahan bahan pengawet, mie basah

umumnya memiliki umur simpan yang relatif pendek, yaitu berkisar antara

1-2 hari bila disimpan pada suhu ruang. Pendeknya umur simpan ini

disebabkan mie basah memiliki kadar air dan aktivitas air (aw) yang tinggi

sehingga mudah ditumbuhi oleh mikroorganisme. Dengan demikian,

kerusakan mie basah terutama disebabkan oleh pertumbuhan mikroba.

Istilah umum yang sering digunakan produsen atau konsumen tentang

kerusakan mie basah adalah mie menjadi basi (Hilmansyah, 2007).

B. Cabai

Cabai (Capsicum annum varlongum) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia.

Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terong‐terongan yang

memiliki nama berasal dari benua Amerika tepatnya daerah Peru dan

menyebar ke negara‐negara benua Amerika, Eropa dan Asia termasuk

Negara Indonesia (Andoko, 2004).

Menurut Cahyono (2003) ada berbagai jenis cabai di Indonesia

antara lain, yaitu :

1. Capsicum annuum

(15)

commit to user

a. Cabai besar

Bunga cabai berwarna putih dan pada setiap buku

terdapat satu kuntum bunga. Permukaan buah cabai rata dan

halus, dengan diameter sedang sampai besar dan kulit daging

buah tebal. Kadar kapsaisin buah cabai besar umumnya rendah.

Buah cabai besar umumnya dipanen setelah berwarna merah,

tetapi kadang – kadang juga dipanen ketika buah masih

berwarna hijau. Cabai besar berumur genjah dan dapat tumbuh

di berbagai ketinggian, baik di lahan darat, lahan sawah maupun

pantai.

b. Cabai keriting

Bunga cabai keriting berwarna putih atau ungu. Buah

muda berwarna hijau atau ungu, permukaan buah

bergelombang, diameternya lebih kecil dibandingkan dengan

diameter buah cabai besar, sedangkan kulit daging buahnya

lebih tipis. Umur panen cabai keriting lebih dalam dan buahnya

lebih tahan disimpan. Cabai keriting dapat tumbuh di berbagai

ketinggian, baik dilahan darat, maupun lahan sawah.

c. Cabai paprika

Buah paprika yang muda memiliki warna yang

bervariasi, yaitu kuning, hijau muda, hijau, dan ungu. Buah

berbentuk kotak atau lonceng dengan diameter yang besar

permukaannya rata. Kulit daging buah tebal, dan rasanya manis

(tidak pedas). Biasanya buah dipanen saat masih muda, yaitu

ketika masih berwarna hijau atau kuning. Paprika cocok tumbuh

di dataran tinggi.

2. Capsicum frutescens (cabai rawit)

Buah cabai rawit yang masih muda berwarna putih,

kuning, atau hijau. Bunganya berwarna putih kehijauan. Pada

umumnya, dalam satu ruas terdapat satu kuntum bunga, tetapi

(16)

commit to user

anthesis, tetapi bunganya merunduk, sedangkan tangkai daun

pendek. Daging buah umumnya lunak, dengan kapsaisin yang

kadarnya tinggi, sehingga rasa buah pedas. Umumnya cabai rawit

dipanen ketika buah masih muda, berwarna hijau, putih, atau

kuning.

Setiap cabai mempunyai kandungan nilai gizi yang berbeda-beda.

Kandungan gizi berbagi jenis cabai dapat dilihat dalam tabel 2.2

Tabel 2.2 kandungan gizi cabai per 100g bahan

Kandungan kimia Cabai rawit Cabai merah Cabai hijau Energy(kal) 103 31 23 Protein(gr) 4,7 1,0 0,7 Lemak (gr) 2,4 1,3 0,3 Karbohidrat (gr) 19,9 7,3 5,2 Kalsium (mg) 45 29 14 Fosfor (mg) 85 24 23 Vitamin A (SL) 11,05 470 260 Vitamin C (mg) 70 181 84

Sumber : direktorat Gizi Depkes, 1997

Rasa pedas yang mendominasi buah cabai disebabkan oleh karena

adanya senyawa kapsaisin yang terkandung dalam cabai. Senyawa ini

merupakan yang bertanggung jawab terhadap rasa pedas pada cabai.

Senyawa kapsaisin terdapat pada urat-urat putih cabai, yaitu tempat

melekatnya biji cabai. Oleh karena itu untuk mengurangi rasa

pedasbiasanya biji cabai di buang beserta uratnya. Namun justrun senyawa

kapsaisin inilah yang membuat orang ketagihan akan rasa cabai (Andoko,

2004).

C. Bahan Baku Pembuatan Mie Basah Cabai

1. Tepung terigu

Tepung terigu merupakan bahan dasar pembuatan mie. Tepung

terigu di peroleh dari biji gandum yang di giling. Keistimewaan terigu

(17)

commit to user

yang menyebabkan mie yang di hasilkan tidak mudah putus pada proses

pencetakan. Mutu terigu yang di kehendaki memliki kadar air 14%,

kadar protein 8-12%, kadar abu 0,25-0,60%, dan glutein bash 24-36%

(Astawan, 2006)

Tepung terigu mengandung dua macam protein yang memegang

peranan penting dalam pembuatan roti, yaitu protein gluten berfungsi

menentukan struktur produk roti dan memberikan kekuatan pada

adonan untuk menahan gas dari aktivitas ragi, dan glutenin memberikan

elastisitas dan kekuatan untuk perenggangan terhadap gluten.

Kandungan gizi tepung terigu yang baik akan mempunyai komposisi

kadar air 13%, kadar protein 12-13%, kadar hidrat arang 72-73%, kadar

lemak 11/12 %, pada saat bercampur dengan air yang berfungsi sebagai

kerangka roti, membuat adonan tidak mudah pecah pada waktu diroll

dan menahan gas CO2 hasil fermentasi. Gas CO2 yang tertahan dalam

kerangka jaringan gluten dapat lolos kembali apabila kerangka gluten

yang terbentuk tidak kuat, akibatnya roti menjadi kempes kembali

setelah dioven (Haryono, 1992).

Menurut Astawan (2006) berdasarkan kandungan glutein

(protein), tepung terigu yang beredar di pasaran dapat di bedakan

menjadi 3 macam, yaitu :

·Hard flour. Tepung ini berkualitas paling baik. Kandungan proteinya 12-13%. Tepung ini biasanya di gunkan dalam

pembuatan roti dan mie berkualitas tinggi. Contohnya , terigu

cakara kembar

·Medium hard flour. Terigu ini kandungan proteinya 9,5 - 11 %. Cocok untuk membuat mie, cake dan bolu. Contonya, tepung

terigu segitiga biru

·Tepung terigu rendah protein / soft flour, kandungan proteinya 7 – 8,5 %. Cocok untuk membuat kue kering biscuit dan kue kue

(18)

commit to user

2. Air

Air merupakan komponen penting dalam bahan baku pembuatan

mie. Karena air dapat mempengaruhi penampilan, tekstur, serta cita rasa

makanan. Kandungan air dalam bahan makanan mie ikut menentukan

acceptability, kesegaran, dan daya tahan bahan. Kandungan air pada

mie di tentukan pada saat penggolahan dimulai penggadonan, air sangat

menentukan pada pengolahan makanan, tanpa air pengolahan makanan

tidak dapat berlangsung, air juga di gunakan sebagai ingredient

makanan olahan (Auinger, 1999).

Air pada proses penggolahan juga dapat berfungsi sebagai

penghantar panas dan pelarut dan sebagai media reaksi antara gluten

dengan karbohidrat, air yang digunakan sebaiknya memiliki pH antara

6-9, makin tinggi pH maka roti yang dihasilkan tidak mudah hancur

karena absorbsi air meningkat dengan meningkatnya pH, selain pH air

yang digunakan harus air yang memenuhi persyaratan air minum,

diantaranya tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa (Auinger, 1999).

Kadar air merupakan salah satu karakteristik yang sangat

penting pada bahan pangan, karena air dapat mempengaruhi

penampakan, tekstur, dan cita rasa pada bahan pangan. Kadar air dalam

bahan pangan ikut menentukan kesegaran dan daya awet bahan pangan

tersebut, kadar air yang tinggi mengakibatkan mudahnya bakteri,

kapang, dan khamir untuk berkembang biak, sehingga akan terjadi

perubahan pada bahan pangan (Winarno, 1997).

3. Telur

Telur adalah suatu bahan makanan sumber protein hewani yang

bernilai gizi tinggi. untuk dunia kuliner, telur berfungsi sebagai

pengembang adonan mie, membentuk warna, perbaikan rasa,

menambah nilai gizi, sebagai pelembut atau pengempuk, sebagai

penambah aroma dan zat gizi. Kuning telur banyak mengandung lesitin

(19)

commit to user

lebih baik dibandingkan kuning telur. Telur adalah suatu bahan

makanan sumber zat protein hewani yang bernilai gizi tinggi. Fungsi

telur dalam penyelenggaraan gizi adalah sebagai pengental, perekat atau

pengikat (Tarwotjo, 1998).

Nilai Gizi yang terkandung dari kuning telur dan putih telur

berbeda, kuning telur memiliki kadar protein 16% dan kadar lemak

31%, sedangkan putih telur memiliki kadar protein 13 %. Oleh karena

itu bagian telur yang mempunyai nilai gizi paling tinggi sebagai bahan

makanan yaitu kuning telur. Pada bagian kuning telur terdapat asam

amino essensial yang sering disebut triptofane. Garam yang banyak

terdapat didalam kuning telur adalah garam ferum dan fosfor, akan

tetapi garam tersebut sedikit mengandung kalsium, vitamin yang

banyak terdapat dalam telur adalah vitamin B, komplek dalam jumlah

cukup (Moehji, 1971).

4. Soda Abu

Soda abu nama kimianya Sodium Carbonate (Na2CO3) yang sering disebut dengan Soda Kie S. Soda abu berfungsi sebagai

pembantu pembentukan gluten sehingga mie tidak keras tetapi kenyal

(Moehji, 1971).

Soda abu adalah bahan tambahan yang wajib ditambahkan pada

proses pembuatan mie. Soda abu juga dapat diganti dengan air qi yang

dibuat dari air rendaman abu merang padi. Soda abu dapat

meningkatkan elastisitas dan fleksibilitas mie. Meningkatkan kehalusan

tekstur serta meningkatkan sifat kenyal (Widyaningsih, 2006)

Sunaryo (1985) menyatakan bahwa natrium karbonat dan garam

fosfat telah sejak dulu dipakai sebagai alkali untuk pembuatan mie.

Komponen tersebut untuk mempercepat pengikatan gluten,

meningkatkan kehalusan tekstur (Na2CO3).

5. Garam dapur

Proses pembuatan mie yang dilakukan dengan pemberian garam

(20)

commit to user

berfungsi sebagai citarasa gurih, juga sebagai pengawet, garam mampu

menghambat penguapan air sehingga tidak langsung menguap, untuk

mie kering akan menambah kekuatan mie sehingga tidak mudah

patah.dan fungsi lainnya adalah mampu menurunkan waktu pemasakan

(Supardi, 1999).

Garam juga mempengaruhi aktivitas air (aw) dari bahan, jadi

mengendalikan pertumbuhan mikroorganisme dengan suatu metoda

yang bebas dari pengaruh racunnya. Garam ditambahkan terutama

sebagai bahan flavor tetapi juga untuk memperbaiki tekstur sosis dan

daya awet (Buckle, 1987)

Garam konsumsi yang digunakan dalam kehidupan sehari harus

mempunyai sarat mutu. Menurut SNI (01-4076-1999) sarat mutu garam

dapat dilihat dalam Tabel 2.3

Tabel 2.3. Syarat Mutu Garam Konsumsi (SNI 01-4076-1999) No. Jenis Uji Syarat 5 Kalsium dan magnesium

sebagai Ca

Mutu I : Garam konsumsi yang beryodium Mutu II : Garam konsumsi yang tidak beryodium

6. Minyak Goreng

Minyak merupakan trigliserida yang tersusun atas tiga unit asam

(21)

commit to user

mengandung asam lemak tidak jenuh sehingga mudah mengalami

oksidasi. Minyak yang berbentuk padat biasa disebut dengan lemak.

Minyak dapat bersumber dari tanaman, misalnya minyak zaitun,

minyak jagung, minyak kelapa, dan minyak bunga matahari. Minyak

dapat juga bersumber dari hewan, misalnya minyak ikan sardin, minyak

ikan paus dan lain-lain (Ketaren, 1986).

Setiap minyak goreng tidak boleh berbau dan sebaiknya

beraroma netral. Berbeda dengan lemak yang padat, dalam bentuk cair

minyak merupakan penghantar panas yang baik. Makanan yang

digoreng tidak hanya menjadi matang, tetapi menjadi cukup tinggi

panasnya sehingga menjadi cokelat. Suhu penggorengan yang

dianjurkan biasanya berkisar antara 1770C sampai 2010C (kukuh, 2010)

Secara umum komponen utama minyak yang sangat

menentukan mutu minyak adalah asam lemaknya karena asam lemak

menentukan sifat kimia dan stabilitas minyak. Mutu minyak goreng

ditentukan oleh titik asapnya, yaitu suhu pemanasan minyak sampai

terbentuk akrolein yang menimbulkan rasa gatal pada tenggorokan.

Akrolein terbentuk dari hidrasi gliserol. Titik asap suatu minyak goreng

tergantung pada kadar gliserol bebasnya. Makin tinggi kadar gliserol

makin rendah titik asapnya, artinya minyak tersebut makin cepat

berasap. Makin tinggi titik asapnya, makin baik mutu minyak goreng itu

(Winarno, 2004)

Penambahkan dengan minyak goreng pada mie basah

dimaksudkan supaya tekstur mie kelihatan halus dan antar pilinan tidak

lengket. Minyak goreng megandung gliserol yang berfungsi melicinkan

mie supaya mie yang yang sudah direbus tidak saling menempel

(Supardi, 1999).

7. Tepung Tapioka

Tepung tapioka adalah pati yang diperoleh dari ekstrak ubi kayu

melalui proses pemarutan, pemerasan, penyaringan, pengendapan pati,

(22)

commit to user

pengolahan mie di Indonesia sangantlah besar. Oleh karena itu,

pemanfaatan tepung tapioka sebagai pensubstitusi diharapkan dapat

mengurangi penggunaan tepung terigu sehingga dapat member

keuntungan yang cukup besar. Tepung tapioka dapat digunakan sebagai

bahan alternatif agar mie tetap kenyal, dan tidak lengkat saat dicetak.

Dari segi hargapun tepung tapioka lebih murah disbanding dengan

tepung terigu (Astawan, 2006).

Di lihat dari nilai gizinya, tapioka merupakan sumber

karbohidrat dan energi yang sangat baik. Di lain pihak, tapioka

mengandung sangat sedikit protein dan lemak. Kandungan gizi tapioka

per 100 gram dapat di lihat pada Tabel 2.2

Tabel 2.4 Komposisi zat gizi per 100 g Tapioka

No Kandungan gizi Satuan 1 Energi 358 kkal 2 Protein 0,19 g 3 Lemak total 0,02 g 4 Karbohidrat 88,69 g 5 Serat pangan 0,9 g 6 Kalsium (mg) 20 mg 7 Besi 1,58 mg 8 Magnesium 1 mg 9 Fosfor 7 mg 10 Kalium 11 mg 11 Natrium 1 mg 12 Seng 0,12 mg 13 Tembaga 0,02 mg 14 Mangan 0,11 mg 15 Selenium 0,8 mg 16 Asam folat 4 µg

(23)

commit to user D. Cara pembuatan mie

Menurut Astawan ,(2006) berdasarkan cara pengolahannya mie

dapat di kelompokkan menjadi 4 macam :

1. Mie mentah/mie segar

Mie mentah atau mie segar adalah mie yang tidak mengalami

proses tanbahan setelah pemotongan dengan kadar air 35%. Mie segar

umunya dibuat dari tepung terigu jenis keras untuk memudahkan

penanganannya. Mie jenis ini biasanya digunakan untuk bahan baku

dalam pembuatan mie ayam

2. Mie Basah

Mie basah adalah mie yang mengalami proses perebusan air

mendidih setelah tahap pemotongan dan sebelum dipasarkan. Kadar

airnya dapat mencapai 52% sehingga daya simpannyarelatif singkat

(40 jam pada suhu kamar). Di Indonesia, mie basah lebih dikenal

dengan istilah mie kuning atau mie bakso.

3. Mie kering

Mie kering adalah mie mentah yang dikeringkan dengan kadar

air antara 8-10%. Pengeringan umumnya dilakukan dengan

penjemuran di bawah sinar matahari atau dengan menggunakan oven.

Karena sifat kering inilah maka mie mempunyai daya simpan yang

relatif panjang dan dalam penanganannya cukup mudah. Mie kering

juga ditambahkan dengan telor segar atau tepung telor, sehingga

dipasaran mie ini juga dikenal dengan istilah mie telor

4. Mie Instan

Mie Instan adalah mie yang telah mengalami proses

gelatinisasi, sehingga untuk menghidangkannya cukup dengan di rebus

dengan air mendidih, Mie instan biasanya mengacu pada

(24)

commit to user

Proses pembuatan mie menurut Setyaningrum (2003) terdiri

dari beberapa tahapan yaitu, tahap pencampuran, roll press (pembentukan lembaran), pembentukan mie, pengukusan. Tahap pencampuran bertujuan

agar hidrasi tepung dengan air berlangsung secaramerata dan menarik

serat-serat gluten. Untuk mendapatkan adonan yang baik harus

diperhatikan jumlah penambahan air (28 – 38 %), waktu pengadukan (15 –

25 menit),dan suhu adonan (24 – 40o C). Proses roll press\ (pembentukan lembaran) bertujuan untuk menghaluskan serat-serat gluten dan membuat

lembaran adonan. Pasta yang dipress sebaiknya tidak bersuhu rendah yaitu

kurang dari 25oC, karena pada suhu tersebut menyebabkan lembaran pasta

pecah-pecah dan kasar. Mutu lembaran pasta yang demikian akan

menghasilkan mie yang mudah patah. Tebal akhir pasta sekitar 1,2 – 2

mm. Di akhir proses pembentukan lembaran, lembar adonan yang tipis

dipotong memenjang selebar 1 – 2 mm dengan roll pemotong mie, dan selanjutnya dipotong melintang pada panjang tertentu, sehingga dalam

keadaan kering menghasilkan beratstandar. Setelah pembentukan mie

dilakukan proses pengukusan. Pada proses ini terjadigelatinisasi pati dan

koagulasi gluten sehingga dengan terjadinya dehidrasi air dari glutenakan

menyebabkan timbulnya kekenyalan mie. Hal ini disebabkan oleh

putusnya ikatanhidrogen, sehingga rantai ikatan kompleks pati dan gluten

lebih rapat. Pada waktusebelum dikukus, ikatan bersifat lunak dan

fleksibel, tetapi setelah dikukus menjadi kerasdan kuat

Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pembuatan mie

basah antara lain pencampuran bahan yaitu mencampurkan bahan seperti

tepung terigu, garam, soda abu, air, dan pewarna makanan hingga

tercampur menjadi rata. Setelah adonan tersebut menjadi rata kemudian

ditambahkan air sampai membentuk adonan yang homogen yaitu adonan

yang menggumpal bila dikepal dengan tangan. Langkah selanjutnya yaitu

pengulenan adonan, pengulenan ini dapat dilakukan menggunakan alat

(25)

commit to user

pengulenan ini dapat dilakukan secara berulang-ulang kurang lebih selama

10-15 menit (Setyaningrum,2003).

Setelah proses pengulenan tahap selanjutnya yaitu

pembentukan lembaran dimana hasil ulenan tersebut dimasukkan kedalam

mesin pembentuk lembaran yang dapat diatur ketebalannya selama

berulang kali (4-5 kali) sampai ketebalan lembaran ini mencapai 1,5-2

mm. Lembaran yang keluar dari mesin dilumuri dengan tepung tapioka

supaya menyatu kembali dan tidak lengket. Setelah itu pembentukan mie

menggunakan alat pencetak mie (roll press) yang digerakkan dengan

tenaga tangan. Bagian roll ada dua bagian dimana roll pertama berfungsi

untuk menipiskan lembaran mie dan roll kedua berfungsi untuk mencetak.

Setelah pembentukan mie dilanjutkan dengan proses perebusan. Proses

perebusan hanya dilakukan pada pembuatan mie kuning saja yaitu dengan

cara memasukkan mie tersebut kedalam air yang sudah mendidih. Pada

proses perebusan mie digunakan api yang besar, ini dikarenakan supaya

pada saat perebusan tidak terlalu lama sehingga mie tidak terlalu lembek.

Tahap terakhir yang harus dilakukan adalah pendinginan. Mie yang sudah

direbus ditiriskan lalu diangin-anginkan dan ditambahkan dengan minyak

goreng agar tekstur mie kelihatan halus dan antar pilinan tidak lengket

(Lestari, 2008)

Faktor yang harus diperhatikan dalam membuat adonan dalam

pembuatan mie yang baik adalah, jumlah air yang ditambahakan, lama

pengadukan, dan suhunya. Pada awal pencampuran terdapat pemecahan

lapisan tipis air dan tepung. Semakin lama semua bagian tepung terbasahi,

oleh air dan menjadi gumpalan-gumpalan adonan. Adonan air tersebut

juga merupakan serat-serta gluten tertarik, disusun bersilang dan

terbungkus dalam pati, sehingga adonan menjadi lunak, harus serta elastis

(26)

commit to user E. Vitamin C

Vitamin C mudah larut dalam air sehingga bila vitamin yang

dikonsumsi melebihi yang dibutuhkan, kelebihan tersebut akan dibuang

dalam urine. Karena tidak disimpan dalam tubuh, vitamin C sebaiknya

dikonsumsi setiap hari. Dosis yang rata-rata dibutuhkan bagi orang dewasa

adalah 60-90 mg/hari. Tapi bisa juga lebih tergantung kondisi tubuh dan

daya tahan masing-masing orang yang berbeda-beda. Batas maksimum

yang diizinkan untuk mengkonsumsi vitamin C adalah 1000 mg/hari

(Counsel, 1996).

Kekurangan vitamin ini dapat menyebabkan gusi berdarah,

sariawan, nyeri otot atau gangguan syaraf. Kekurangan lebih lanjut

mengakibatkan anemia, sering mengalami infeksi dan kulit kasar.

Sementara kelebihan vitamin C dapat menyebabkan diare. Bila kelebihan

vitamin C akibat penggunaan suplemen dalam waktu yang cukup lama

dapat mengakibatkan batu ginjal, sedangkan bila kelebihan vitamin C yang

berasal dari buah-buahan umumnya tidak menimbulkan efek samping

(Hashmi, 1986).

Vitamin C pada umumnya hanya terdapat di dalam pangan nabati, yaitu sayur dan buah seperti jeruk, nenas, rambutan, papaya, gandaria, tomat. Buah yang mengandung vitamin C tidak selalu berwarna kuning. Bahkan,

pada beberapa buah, kulitnya mengandung vitamin C lebih tinggi daripada

buahnya. Misalnya pada kulit buah apel dan jeruk walaupun tidak semua

kulit buah bisa dimakan(Counsel, 1996).

Penentuan vitamin C menurut Sudarmadji, (1981) dapat dilakukan

dengan metode iodiumetri. Hal ini didasarkan pada sifat vitamin C yang

dapat bereaksi dengan iodine. Indikator yang digunakan adalah amilum

dan hasil akhir dari titrasi ditandai dengan terjadinya warna biru dari

iod-amilum. 1 ml iodine setara dengan 0,88 mg vitamin C. Rumus perhitungan

kadar vitamin C adalah sebagai berikut.

(27)

commit to user F. Analisa Sensori

1. Uji ranking

Uji ranking termasuk kedalam uji skalar karena hasil

pengujian panelis dinyatakan dalam besaran kesan dalam jarak/interval

tertentu. Jumlah panelis yang digunakan pada uji ranking yaitu 5-15

orang untuk panelis terlatih, 15-25 orang untuk panelis agak terlatih,

dan >80 orang untuk panelis tidak terlatih. Pada uji ranking, panelis

diminta mengurutkan contoh yang diuji berdasarkan perbedaan tingkat

mutu sensori (Rahayu,1998).

Menurut Rosenthal (1999), ranking adalah metode yang

digunakan untuk menguji tiga atau lebih sampel yang disajikan dalam

waktu bersamaan, dengan tujuan untuk mengetahui urutan atau jenjang

sampel berdasarkan atribut tertantu. Uji ranking merupakan uji yang

mudah dilakukan dan dapat menguji sampel dalam jumlah relatif

banyak.

Menurut Rahayu (1998), pada uji ranking, komoditas

diurutkan dengan pemberian nomor urut, dimana urutan pertama selalu

menyatakan tingkat mutu sensori tertinggi dan urutan selanjutnya

menunjukkan tingkat yang semakin rendah. Angka atau nilai hasil uji

ranking hanya berbentuk nomor urut dan tidak menyatakan suatu

besaran skalar. Data pada besaran skalar dapat diperlakukan sebagai

nilai pengukuran karena itu dapat diambil rata-ratanya dan dapat

dianalisis sidik ragam (Soekarto, 1985).

2. Uji Scoring

Uji scoring adalah pengujian yang dilakukan untuk

memberikan penilaian terhadap suatu produk, dengan mengandalkan

panca indra. Panelis adalah kelompok yang memberikan penilaian

terhadap suatu produk, dibedakan menjadi lima yaitu panelis

perorangan, panelis terbatas, panelis terlatih (7-15 orang), panelis

(28)

commit to user

Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam melaksanakan uji

organoleptik adalah fisiologi (keadaan fisik panelis), psikologi

(perasaan panelis) dan kondisi lingkungan saat pengujian. Dalam

pelaksanaannya, digunakan uji scoring dimana panelis tidak terlatih

diminta memberikan penilaian dalam skala yang menunjukkan tingkat

dari sangat tidak suka sekali sampai sangat suka sekali untuk respon

rasa. Sedangkan panelis setengah terlatih memberikan penilaian dari

tingkat sangat tidak mengembang sekali sampai sangat mengembang

sekali untuk respon kemampuan mengembang (Kume, 2002).

Uji skoring merupakan uji yang menggunakan panelis terlatih

dan benar-benar tahu mengenai atribut yang dinilai. Tipe pengujian

skoring sering digunakan untuk menilai mutubahan dan intensitas sifat

tertentu misalnya kemanisan, kekerasan, dan warna. Selain

itu,digunakan untuk mencari korelasi pengukuran subyektif dengan

obyektif dalam rangkapengukuran obyektif (Kartika, 1988).

G. Analisa Ekonomi

Biaya produksi pada dasarnya dibedakan atas biaya produksi yang

besarnya tetap selama produksi (biaya tetap), dan biaya yang besarnya

tergantung produk yang dihasilkan (biaya tidak tetap).

1. Biaya Tetap

Biaya tetap merupakan biaya produksi yang selama satu

periode kerja tetap jumlahnya. Biaya ini tergantung dari jumlah

produk yang dihasilkan dan jumlah kerja suatu alat atau mesin

pekerja (Boediono, 1995).

2. Biaya Tidak Tetap

Biaya tidak tetap adalah biaya produksi yang dikeluarkan

pada saat alat dan mesin beroperasi. Besarnya biaya ini tergantung

(29)

commit to user

Perhitungan biaya tidak tetap dilakukan terhadap biaya bahan baku,

bahan penunjang, dan upah pekerja (Boediono, 1995).

3. Analisa Rugi Laba

Analisa laba rugi adalah suatu analisa keuangan yang

meringkas penerimaan dan pengeluaran suatu perusahaan selama

periode akutansi. Jadi merupakan suatu analisa yang mennjukan

hasil-hasil operasi perusahaan selain periode tersebut. Pendapatan,

netto atau laba adalah apa yang tersisa setelah dikurangkan dengan

pengurangan-pengurangan yang timbul didalam memproduksi

barang dan jasa atau dari penerimaan yang diperoleh dengan

penerimaan menjual barang dan jasa tersebut. Dengan kata lain,

laba = penerimaan - pengeluaran (Dumairy, 1991).

4. Break Event Point (BEP)

BEP adalah suatu titik keseimbangan dimana pada titik

tersebut jumlah hasil penjualan sama dengan jumlah biaya yang

dikeluarkan atau perusahaan tersebut tidak mengalami laba atau

rugi. Jika penjualan berjumlah kurang dari pada jumlah yang

ditunjukan oleh titik ini, maka akan diperoleh kerugian bersih

(Firdaus, 2004).

5. ROI (Return On Investment)

Return On Investment (ROI) adalah perbandingan antara

besarnya laba per tahun dengan besarnya modal, yang dinyatakan

ROI dapat dihitung berdasarkan laba kotor yaitu selisih

antara hasil penjualan dengan biaya produksi keseluruhan (belum

dikurangi pajak pendapatan) atau berdasarkan laba bersih yaitu

laba dikurangi pajak pendapatan. Demikian juga dengan besarnya

modal dapat dinyatakan sebagai modal tetap atau modal

(30)

commit to user

6. POT (Pay Out Time)

Metode Payback Period (PP) adalah periode yang

diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi (initial

cash investment) dengan menggunakan arus kas. Dengan kata lain,

payback period merupakan rasio antara initial cash investment dan

cash inflow-nya yang hasilnya merupakan satuan waktu.

Selanjutnya nilai rasio ini dibandingkan dengan maksimum

payback period yang dapat diterima. Pay Back Periode merupakan

jangka waktu yang dibutuhkan untuk pengembalian modal yang

ditanam pada proyek. Nilai tersebut dapat berupa prosentase

maupun waktu (baik tahun maupun bulan. Pay back periode

tersebut harus lebih (<) dari nilai ekonomis proyek. Untuk industri

pertanian diharapkan nilai tersebut lebih kecil 10 tahun atau

sedapat mungkin kurang dari lima tahun (Mulyadi, 1998).

7. BC Ratio

Benefit Cost Ratio (BCR) adalah nilai perbandingan antara pendapatan dan biaya. Jika nilai B/C lebih besar dari 1 maka

perusahaan memenuhi salah satu kriteria untuk dikatakan layak.

Jika nilai B/C lebih kecil dari 1 maka perusahaan tidak layak

berdiri (rugi). Jika nilai B/C = 1 maka perusahaan berada dalam

keadaan impas (Nazir, 2000).

Benefit Cost Ratio digunakan untuk mengkaji kelayakan

proses sering digunakan pula kriteria yang disebut benefit cost

ratio-BCR. Penggunaannya amat dikenal dalam mengevaluasi

proyek-proyek untuk kepentingan umum atau sektor publik.

Meskipun penekananya ditujukan kepada manfaat (benefit) bagi

kepentingan umum dan bukan keuntungan finansial perusahaan,

namun bukan berarti perusahaan swasta mengabaikan kriteria ini

(31)

commit to user

8. Internal Rate of Return (IRR)

Menurut Mulyadi, (1998) Internal Rate of Return (IRR) adalah suatu tingkat bunga yang menggambarkan bahwa antara

benefit (penerimaan) yang telah dipresent valuekan dan cost

(pengeluaran) yang telah dipresent valuekan sama dengan nol.

Dengan demikian IRR ini menunjukkan kemampuan suatu proyek

untuk menghasilkan suatu returns, atau tingkat keuntungan yang

akan dicapai oleh proyek tersebut. IRR akan selalu mendekati

besarnya (i) sehingga sering dijadikan pedoman tingkat bunga yang

berlaku (i).

Berdasarkan kriteria investasi IRR, suatu proyek akan

dipilih apabila IRR ≥ social discount rate, sedangkan IRR kurang

dari social discount rate maka proyek tersebut akan ditolak.

IRR 0

IRR) (i

Ct -Bt

t 1

= +

=

å

=

n

t

(32)

commit to user

22

BAB III

METODE PELAKSANAAN

A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Praktek Produksi Pembuatan mie basah cabai dilaksanakan mulai

Bulan April 2012 sampai bulan Mei 2012 di Laboratorium Rekayasa Proses

dan Pengolahan Hasil Pertanian dan Laboratorium Pangan dan Gizi, Fakultas

Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

B. Bahan, Alat dan Cara Kerja

1. Bahan

Bahan yang digunakan dalam pembuatan Mie Basah Cabai,

yaitu, tepung terigu Cakra Kembar, air, garam dapur, telur, minyak

goreng, soda abu, cabai merah. Bahan yang digunakan untuk uji

vitamin C yaitu, aquadest, larutan iod dan larutan amilum.

2. Alat

Alat yang digunakan dalam pembuatan Mie Basah Cabai,

yaitu, timbangan, alat pencetak mie, kompor, baskom, blender, panci,

solet, loyang, mixer, sealer. Alat yang digunakan untuk uji vitamin C yaitu, kertas saring, gelas ukur, gelas beker, pengaduk, corong, alat

titrasi, pipet.

3. Cara Kerja.

Cara kerja pembuatan mie basah cabai dapat dilihat dalam

(33)

commit to user

Gambar 3.1 Diagram Alir Proses Pembuatan Mie Cabai Basah

C. Analisa Produk

1. Uji Organoleptik

Uji organoleptik adalah sebuah uji yang dilakukan untuk

menentukan tingkat kesukaan, perbedaan, dan perbandingan pada

sebuah produk. Dalam praktek produksi ini dilakukan uji organoleptik Minyak goreng10 ml Perebusan dengan suhu 1000C selama 5 menit

Pendinginan

Pengemasan

· Tepung terigu

· Air 100 ml

· Garam 1 g

· Telur 1 butir

· Tepung tapioka 25 g

Cabai Merah

Pengadukan 10 menit

Pemotongan dan Pencetakan panjang 10 cm

Mie Basah 400g Adonan Mie 350g

Penirisan 5 menit

(34)

commit to user

yang berfungsi untuk menentukan tingkat kesukaan pada 3 jenis mie

cabai yang ketiga jenis mie cabai ini dibedakan berdasarkan

formulasinya. Formulasi dari ketiga formulasi tersebut dapat dilihat

dalam Tabel 3.1

Tabel 3.1 Formulasi Mie Basah Cabai

Nama Bahan Formulasi (Tepung terigu : Cabai)

A (100:0) B (90:10) C (80:20) D (70:30)

Tepung Terigu

250 gram 225 gram 200 gram 175 gram

Cabai merah 0 gram 25 gram 50 gram 75 gram Pati 25 gram 25 gram 25 gram 25 gram Soda abu 0,85 gram 0,85 gram 0,85 gram 0,85 gram Telur 1 butir 1 butir 1 butir 1 butir Garam 1,1 gram 1,1 gram 1,1 gram 1,1 gram Air 100ml 100ml 100ml 100 ml Minyak

goreng

10 ml 10 ml 10 ml 10 ml

2. Analisis Kandungan Fungsional Produk

Dalam praktek produksi juga dilakukan analisis kandungan

Vitamin C. Analisa ini bertujuan untuk mengetahui keunggulan dari

produk akhir praktek produksi yang dilakukan. Metode yang

digunakan dalam menganalisis kandungan vitamin C pada mie cabai

basah yaitu metode Sudarmadji, (1981) dan metode Soekarto, (1985)

digunakan untuk mengetahui tingkat penerimaan mie cabai basah di

masyarakat.

Table3.2 Parameter Analisa

Parameter Analisa Metode Vitamin C Sudarmadji, (1981)

(35)

commit to user D. Analisa Ekonomi

Analisis kelayakan ekonomi di maksudkan untuk mengetahui harga

pokok, harga jual dan keuntungan produk maka dilakukan analisa kelayakan

ekonomi meliputi biaya produksi (biaya tetap, biaya variabel), Gross Benefit Cost Racio (Net B/C Ratio), BEP dan ROI.

1. Biaya produksi

Total biaya produksi = total fixed cost + total variable cost

2. Biaya Perawatan Dan Perbaikan (Bpp)

alat

FPP = faktor perawatan dan perbaikan

3. Penyusutan/Depresiasi

Penjualan = Harga/unit x jumlah unit

7. Perhitungan Rugi Laba

Laba kotor = Penjualan-Biaya Pokok Produksi

(36)

commit to user

FC : Fixed Cost (Biaya Tetap)

VC : Variabel Cost (biaya tidak tetap)

9. ROI (Return on Investment)

ROI sebelum pajak = x100%

POT merupakan waktu yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk

mendapatkan pengembalian modal dan mendapatkan keuntungan bersih.

kotor Laba

produksi Biaya

POT =

11.B/C Ratio (Benefit Cost Ratio)

(37)

commit to user

27

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Produk

Mie cabai basah merupakan makanan yang bercita rasa pedas. Hal ini

dikarenakan adanya penambahan cabai. Mie cabai basah ini pada

umumnya hampir sama dengan mie basah yang ada di pasaran. Yang

membedakan produk ini dengan yang ada di pasaran yaitu dengan adanya

penambahan cabai pada proses pembuatanya. Penambahan cabai ini

dimaksudkan untuk memberi inovasi pada produk mie basah, selain

memberikan inovasi produk mie cabai basah ini sangat kaya akan vitamin

C

Pembuatan mie cabai basah hampir sama dengan mie basah pada

umumnya. Untuk pembutan mie cabai basah hal utama yang harus

diperhatikan yaitu bahan baku dan proses pembuatanya. Bahan baku

pembuatan mie cabai basah meliputi cabai merah, tepung terigu, telur, air,

minyak goreng, tepung tapioka, garam.

Bahan baku yang utama dalam pembuatan mie cabai basah ini adalah

cabai merah. Cabai atau cabe merah atau lombok (bahasa Jawa) adalah

buah dan tumbuhan anggota genus Capsicum. Buahnya dapat digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu, tergantung bagaimana digunakan.

Sebagai bumbu, buah cabai yang pedas sangat populer di Asia Tenggara

sebagai penguat rasa makanan. Cabai merah yang digunakan harus dalam

keadaan baik dan segar.

Cabai yang baik dapat dilihat dari berbagai sudut, diantaranya warna

cabai merah cerah, bentuk bagus, ukuran besar dan tidak busuk. Cabai

merah yang digunakan dalam pembuatan mie cabai basah dapat dilihat

dalam Gambar 4.1. Penambahan cabai pada produk mie selain sebagai

penanbah cita rasa dapat juga digunakan untuk pewarna alami pada produk

(38)

commit to user

pada mie. Sehingga mie akan keliatan lebih menarik dan banyak

mengandung zat gizi.

Gambar 4.1 Cabai Merah

Bahan utama dalam pembuatan mie adalah tepung terigu. Tepung

terigu pada praktik pembuatan mie ini menggunakan tepung terigu tinggi

protein yaitu tepung terigu Cakra Kembar. Jumlah tepung terigu yang

digunakan dalam pembuatan mie cabai basah adalah 300g.

Telur sangat berperan penting dalam pembuatan mie cabai basah.

Telur berfungsi sebagai pengembang adonan, membentuk warna,

perbaikan rasa, menambah nilai gizi, sebagai pelembut atau pengempuk,

sebagai penambah aroma dan zat gizi. Dalam pembuatan mie cabai basah

digunakan telur sebanyak 1 butir. Pemilihan telur harus memenuhi

beberapa kerteria yaitu, kondisi cangkang telur tidak retak, ukuran telur

tidak terlalu kecil dan tidak terlalu besar, warna telur tidak pucat atau

terlalu gelap, bersih dari berbagai kotoran atau pun noda, tektur kulit telur

halus mulus dan tidak kasar.

Air merupakan komponen penting dalam bahan baku pembuatan mie.

karena air dapat mempengaruhi penampilan, tekstur, serta cita rasa

(39)

commit to user

acceptability, kesegaran, dan daya tahan bahan. Air yang digukana dalam

pembuatan mie basah cabai yaitu menggunakan air biasa sebanyak 10 ml

per resepnya.

Minyak goreng berfungsi supaya mie tidak lengket sehabis perebusan.

Minyak goreng ditambahkan pada mie secukupnya saja. Pemberian

minyak goreng dilakukan pada waktu pendinginan sehabis dari proses

perebusan. Pemberian minyak goreng ini dilakukan sebanyak 10 ml.

Tepung tapioka dapat digunakan sebagai bahan alternatif agar mie

tetap kenyal, dan tidak lengkat saat dicetak. Tepung tapioka tidak

dicampur menjadi satu dengan adonan. Tepung tapioka di sini berfungsi

sebagai bahan supaya mie tidak lengket. Tepung tapioka ditaburkan ke mie

yang sudah dicetak, lalu diaduk supaya mie tidak lengket.

Garam sangat penting dalam pengolahan mie cabai basah. Garam

dapat mencegah kerusakan bahan pangan. Garam langsung ditambahakan

ke dalam adonan pada saat pencampuran.

B. Proses pembuatan mie basah cabai

1. Persiapan bahan baku

Pemilihan bahan baku dilakukan untuk mendapatkan hasil yang

maksimal. Bahan baku yang digunakan harus bahan baku yang

berkualitas baik. Pemilihan baku baku dapat dilakukan berdasarkan

beberapa kreteria bahan baku itu sendiri.

Setelah didapatkan bahan baku yang berkualitas baik maka

dilakukan penimbangan bahan baku. Bahan baku ditimbang sesuai

dengan resep yang telah ditentukan. Bahan baku pembuatan mie pada

prinsipnya sama semua. Perbedaan bahan baku pada setiap jenisnya

hanya perlakuan pada jumlah tepung terigu dan cabai merah.

Perlakuan tepung terigu dan cabai merah pada pembuatan mie cabai

(40)

commit to user Tabel 4.1. Penimbangan bahan baku

Nama Bahan Formulasi (Tepung terigu : Cabai)

A (100:0) B (90:10) C (80:20) D (70:30)

Tepung Terigu

250 gram 225 gram 200 gram 175 gram

Cabai merah 0 gram 25 gram 50 gram 75 gram

2. Pengadukan atau mixing

Pengadukan adonan mie dilakukan dengan menggunakan

mixer. Pengadukan dilakukan sampai mendapatkan adonan yang kalis. Adonan yang kalis didapatkan bila adonan tidak putus bila

direntangkan. Pengadukan dilakukan selama 10-20 menit

menggunakan kecepatan sedang.

Gambar 4.2 Pengadukan 3. Pembentukan Lembaran dan Pencetakan

Adonan yang telah kalis kemudian dibentuk

lembaran-lembaran agar mudah dicetak. Dalam tahap pelembaran-lembaran ukuran

cetakan yang digunakan yaitu ukuran dua. Setelah mie dilakukan

pelembaran, mie selanjunya dilakukan pencetakan.

Pembentukan lembaran mie dilakukan dengan menggunakan

(41)

commit to user

ukuran lima dan seterusnya hingga ukuran tiga dan dua. Setelah itu

dilakukan pembaluran dengan tepung tapioka dengan tujuan mie yang

diperoleh dapat terpisah satu sama lainya (Saptani, 2007)

Gambar 4.3. Pelembaran

Mie yang telah dibentuk lembaran-lembaran kemudian

dilakukan pencetakan. Pencetakan mie dilakukan dengan hati-hati agar

mie tidak putus. Pada proses pencetakan inilah yang sangat

menentukan bentuk dan teksur mie.

(42)

commit to user

4. Perebusan

Setelah dilakukan pencetakan kemudian dilakukan perebusan

mie. Perebusan mie menggunakan air yang telah mendidih dengan

mengunakan suhu 900 – 1000 C selama 5 menit. Hal ini dimaksudkan

agar mendapatkan mie yang baik. Pada saat perebusan yang harus

diperhatikan adalah waktu perebusan. Bila perebusan mie terlalu lama

maka mie akan rusak dan lembek.

Perebusan merupakan proses transfer kalor (yang diukur

dengan panas) dari sumber ke material dengan menggunakan medium

yang mengandung senyawa air (H2O). Transfer panas dapat terjadi satu

tahap atau lebih secara konduksi, konveksi maupun radiasi tergantung

dari batasan sistem yang dibuat. Medium transfer panas dalam

perebusan dapat berupa air maupun dalam bentuk uap air (steam) pada suhu 1000C selama beberapa menit (Fardiaz,1992).

Dalam proses pemasakan mie basah digunakan metode

perebusan. Proses perebusan lebih unggul dibandingkan dengan cara

pengukusan. Pada proses perebusan mie lebih cepat matang

dibandingkan dengan sistem pengukusan, selain itu kualitas mie

hampir sama antara proses pengukusan dan perebusan.

(43)

commit to user

5. Penirisan

Proses selanjutnya dalam pembuatan mie adalah penirisan.

Penirisan ini bertujuan untuk mengurangi kadar air mie setelah

perebusan. Penirisan dilakukan selama 5 menit.

Gambar 4.6. Penirisan

6. Pendinginan

Tahap selanjunya adalah pendinginan. Pendinginan dilakukan

dengan meletakan produk mie di ruang terbuka. Selama proses

pendinginan dilakukan pemberian minyak goreng. Hal ini

dimaksudkan agar mie yang telah matang tidak lengket sehingga

(44)

commit to user

Gambar 4.7. Pendinginan dan Pemberian minyak goreng

7. Pengemasan

Mie yang sudah dingin kemudian siap untuk dilakukan

pengemasan. Pengemasan mie menggunakan plastik PP berbentuk segi

empat. Kemasan yang siap dipasarkan disealer terlebih dahulu supaya mie lebih tahan lama dan menarik.

Pengemasan merupakan sistem yang terkoordinasi untuk

menyiapkan barang menjadi siap untuk ditransportasikan,

didistribusikan, disimpan, dijual, dan dipakai. Adanya wadah atau

pembungkus dapat membantu mencegah atau mengurangi kerusakan,

melindungi produk yang ada di dalamnya, melindungi dari bahaya

pencemaran serta gangguan fisik (gesekan, benturan, getaran). Di

samping itu pengemasan berfungsi untuk menempatkan suatu hasil

pengolahan atau produk industri agar mempunyai bentuk-bentuk yang

memudahkan dalam penyimpanan, pengangkutan dan distribusi. Dari

segi promosi wadah atau pembungkus berfungsi sebagai perangsang

atau daya tarik pembeli. Karena itu bentuk, warna dan dekorasi dari

(45)

commit to user C. Analisa Sensori

Uji organoleptik membantu menentukan selera konsumen terhadap

produk mie cabai basah yang akan dipasarkan. Oleh karena itu pemasaran

mie cabai basah kedepannya sudah memiliki gambaran tentang selera

konsumen terhadap produk ini. Karena mie basah secara umum sudah

banyak dipasaran, maka dengan adanya kombinasi mie cabai basah yang

baru ini mampu diterima dipasaran. Untuk uji organoleptik ini tidak

dilakukan ke banyak orang melainkan hanya diwakili oleh 30 orang

panelis.

Analisis sensoris pada produk mie cabai basah dilakukan dengan

menggunakan uji kesukaan. Uji kesukaan dilakukan dengan menggunakan

dua uji yaitu uji scoring dan uji rangking. Uji rangking dan scoring

dilakukan untuk mengetahui penerimaan konsumen terhadap mutu mie

basah yang dibuat dengan perbedaan konsentrasi kadar tepung terigu dan

kadar cabai yang berbeda. Parameter yang digunakan dalam uji scoring dan

rangking meliputi warna, rasa, tekstur, aroma dan overall. Hasil yang

didapatkan dalan uji rangking dan scoring dapat dilhat dalam Tabel 4.2 dan

Tabel 4.3.

Tabel 4.2 Uji Rangking

Sampel Warna Rasa Tekstur Aroma Overall

Keterangan : Nilai yang dilingkari = formula yang paling disukai untuksetiap parameter

1. Warna

Dari tabel uji rangking dapat disimpulkan bahwa dari parameter

warna, rangking yang tertinggi yaitu formula D (70:30) dan rangking yang

(46)

commit to user

nyata dengan sampel Formula B (90:10), Formula C (80:20) dan beda

nyata dengan sampel Formula D (70:30). Sampel Formula D (70:30) beda

nyata dengan semua sampel yang ada. Dari itu dapat di ambil kesimpulan

bahwa produk mie yang paling disukai konsumen yaitu sampel yang

mendapatkan rangking tertinggi yaitu sampel Formula D (70:30) dan

sampel mie yang paling tidak disukai yaitu sampel Formula A (100:0). Hal

ini disebabkan warna mie yang menggunakan cabai 30% dan tepung terigu

70% lebih merah dan menarik.

2. Rasa

Parameter selanjutnya adalah parameter rasa. Untuk hasil rangking

tertinggi yaitu pada sampel Formula D (70:30) dan rangking terendah

terdapat pada sampel Formula A (100:0). Sampel Formula A (100:0) tidak

beda nyata dengan sampel Formula B (90:10) dan Formula C (80:20)

tetapi beda nyata degan sampel Formula D (70:30). Sampel Formula D

(70:30) beda nyata dengan semua sampel yang digunakan. Berdasarkan

rangking sampel maka dapat diambil kesimpulan bahwa dari segi rasa

sampel Formula D (70:30) yang paling disukai dan sampel Formula A

(100:0) yang tidak disukai oleh konsumen. Hal ini disebabkan oleh

penambahan cabai 30% dan tepung terigu 70% menghasilkan rasa yang

pedas.

3. Tekstur

Pada parameter tekstur sampel yang mempunyai rangking tertinggi

yaitu pada sampel Formula A (100:0) dan sampel yang mempunyai

rangking terendah yaitu pada sampel Formula D (70:30). Sampel Formula

A (100:0) tidak beda nyata dengan sampel Formula B (90:10) dan

Formula D (70:30), tetapi beda nyata dengan sampel Formula C (80:20).

Sampel Formula C (80:20) beda nyata dengan semua sampel yang ada.

Maka dapat diambil kesimpulan dari rangking tertinggi yaitu produk

Formula A (100:0) yang paling disukai oleh kosumen dan sampel Formula

D (70:30) yang tidak disukai oleh konsumen. Hal ini disebabkan oleh

(47)

commit to user

4. Aroma

Parameter selanjutnya adalah parameter aroma. Pada parameter

aroma sampel yang mempunyai rangking tertinggi yaitu sampel Formula

A (100:0) dan sampel dengan rangking terendah yaitu terdapat pada

sampel Formula D (70:30). Sampel Formula A (100:0) tidak beda nyata

dengan sampel Formula B (90:10) tetapi beda nyata dengan sampel

Formula C (80:20) dan Formula D (70:30). Sampel Formula B (90:10)

tidak beda nyata dengan sampel Formula A (100:0) dan Formula C

(80:20), tetapi beda nyata dengan sampel Formula D (70:30). Sampel

Formula C (80:20) tidak beda nyata dengan sampel Formula B (90:10) dan

Formula D (70:30), tetapi beda nyata dengan sampel Formula A (100:0).

Sampel Formula D (70:30) tidak beda nyata dengan sampel Formula C

(80:20) dan beda nyata dengan sampel Formula A (100:0) dan Formula B

(90:10). Maka dapat di ambil kesimpulan bahwa sampel Formula A

(100:0) paling disukai konsumen dan sampel Formula D (70:30) tidak

disukai kosumen. Hal ini disebabkan dari penambahan cabai dihasilkan

aroma yang khas dari cabai yang tidak disukai oleh konsumen.

5. Overall

Parameter yang terakhir yaitu parameter overall. Pada parameter

overall rangking yang tertinggi terdapat pada sampel Formula D (70:30) sedangkan rangking yang terendah terdapat pada sampel Formula C

(80:20). Sampel Formula A (100:0) tidak beda nyata dengan sampel

Formula B (90:10) dan beda nyata dengan sampel Formula C (80:20) dan

Formula D (70:30). Sampel Formula B (90:10) tidak beda nyata dengan

sampel Formula A (100:0) dan Formula C (80:20), tetapi beda nyata

dengan sampel Formula D (70:30). Sampel Formula C (80:20) tidak beda

nyata dengan sampel Formula B (90:10) dan beda nyata dengan sampel

Formula A (100:0) dan Formula D (70:30). Untuk sampel Formula D

(70:30) beda nyata dengan semua sampel yang ada. Maka dapat diambil

kesimpulan produk yang paling disukai konsumen yaitu sampel Formula

(48)

commit to user

(80:20). Dari keseluruhan uji maka dapat diambil kesimpulan bahwa

penambahan cabai sebanyak 30% pada pembuatan mie basah sangat

disukai oleh konsumen.

Tabel 4.3 Uji Scoring

Sampel Warna Rasa Tekstur Aroma Overall Formula A (100:0) 3.10a 3,10a 3,93b 3,97b 3,40b Formula B (90:10) 3,33a 3,03a 3,60b 3,83b 3,23a Formula C (80:20) 3,40a 3,63b 2,57a 3,20a 2,83a Formula D (70:30) 4,13b 4,23c 3,70b 2,97a 4,37a

Keterangan kisaran nilai: 1 = Tidak Suka 2 = Kurang Suka 3 = Agak Suka 4 = Suka 5 = Sangat Suka

Keterangan : Nilai yang dilingkari = formula yang paling disukai untuk setiap parameter

1. Warna

Dari hasil diatas didapat kesimpulan bahwa warna dengan nilai

yang paling rendah adalah sampel kode Formula A (100:0) dan warna

yang lebih tinggi adalah sampel dengan kode Formula D (70:30). Dari

sampel Formula A (100:0), Formula B (90:10), Formula C (80:20) dan

Formula D (70:30), yang tidak beda nyata adalah sampel dengan kode

Formula A (100:0), Formula B (90:10) dan Formula C (80:20), sedangkan

untuk sampel kode Formula D (70:30) beda nyata dengan sampel Formula

A (100:0), Formula B (90:10), dan Formula C (80:20). Jadi dapat

disimpulkan bahwa penambahan cabai 30% dan tepung terigu 70% dapat

menghasilkan warna yang paling disukai daripada sampel yang lainnya.

Hal ini disebabkan karena warna cabai yang cenderung lebih cerah,

sehingga menghasilkan warna mie yang menarik yaitu berwarna

(49)

commit to user

2. Rasa

Untuk parameter selanjutnya yang akan dibahas adalah parameter

rasa. Dalam tabel menunjukkan bahwa nilai yang terendah adalah sampel

Formula B (90:10) dan sampel yang paling tinggi adalah sampel dengan

kode Formula D (70:30). Sampel Formula A (100:0) tidak beda nyata

dengan sampel Formula B (90:10), dan beda nyata dengan sampel

Formula C (80:20) dan Formula D (70:30). Sampel Formula C (80:20)

beda nyata dengan semua sampel. Untuk sampel Formula D (70:30) juga

beda nyata dengan semua sampel. Dari tabel di atas dapat disimpulkan

bahwa penambahan cabai 30% lebih di sukai daripada sampel yang lainya.

Hal ini disebabkan karena rasa mie dengan penambahan cabai 30% lebih

terasa lebih pedas dari sampel yang lain.

3. Tekstur

Untuk parameter tekstur sampel yang mempunyai nilai terendah

adalah sampel 257 dan yang mempunyai tertinggi yaitu sampel Formula A

(100:0). Sampel Formula A (100:0) tidak beda nyata dengan sampel

Formula B (90:10) dan Formula D (70:30) dan beda nyata dengan sampel

Formula C (80:20). Jadi dapat diambil kesimpulan dari segi tekstur mie

yang paling disukai konsumen yaitu mie tanpa penambahan cabai atau mie

0% cabai.

4. Aroma

Parameter aroma sampel yang mempunyai nilai tertinggi yaitu

sampel dengan kode Formula A (100:0) dan sampel dengan aroma

terendah yaitu sampel Formula D (70:30). Sampel Formula A (100:0)

tidak beda nyata dengan sampel Formula B (90:10)dan beda nyata dengan

sampel Formula C (80:20) dan sampel Formula D (70:30). Sampel

Formula C (80:20) tidak beda nyata dengan sampel Formula D (70:30) dan

beda nyata dengan sampel Formula A (100:0) dan sampel Formula B

(90:10). Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa mie yang di sukai

konsumen dari segi warna yaitu mie dengan kode Formula A (100:0). Mie

(50)

commit to user 5. Overall

Dalam parameter overall produk yang mempunyai nilai tertinggi

yaitu sampel dengan kode Formula D (70:30) dan produk yang dapat nilai

terendah yaitu sampel dengan kode Formula C (80:20). Sampel Formula A

(100:0) beda nyata dengam sampel Formula B (90:10), Formula C (80:20)

dan Formula D (70:30). Sampel Formula B (90:10) tidak beda nyata

dengan sampel Formula C (80:20) dan beda nyata dengan sampel Formula

D (70:30). Sendangkan sampel Formula D (70:30) beda nyata dengan

semua sampel. Jadi dapat di ambil kesimpulan bahwa konsumen dilihat

dari overall sangat menyukai sampek Formula D (70:30).

Tujuan uji sensori dengan menggunakan metode ranging dan skoring

untuk mengetahui penerimaan masyarakat dari ke tiga mie cabai yang akan

dipasarkan. Dari uji tersebut dapat disimpulkan bahwa mie yang paling

disukai oleh konsumen yaitu formula D yaitu menggunakan 70% tepung

terigu dan 30% cabai merah. Bahan baku pembuatan mie cabai basah dengan

formula D dapat dilihat dalam Tabel 4.4

Tabel 4.4 Bahan baku mie cabai basah formula D

Gambar

Tabel 2.1. Kandungan gizi mie per 100g bahan
Tabel 2.2 kandungan gizi cabai per 100g bahan
Tabel 2.3. Syarat Mutu Garam Konsumsi (SNI 01-4076-1999)
Tabel 2.4 Komposisi zat gizi per 100 g Tapioka
+7

Referensi

Dokumen terkait

the Key Financial Institutions in the Foreign Sturges, David M., International Bonds and the Exchange Market, Volume 9, Number 3, Currency Risk: How Do Macro-shocks Affect

Perbaikan yang dilakukan peneliti menuju pada proses pergerakan alat penyaring agar didapatkan hasil yang stabil, kuantitas naik, tidak terjadi luapan bubur

Sistem proteksi petir pada bangunan meliputi sistem proteksi petir eksternal dan internal, sistem proteksi petir eksternal berfungsi untuk mengurangi resiko terhadap bahaya

Memberikan asuhan caring secara sederhana tidak hanya sebuah perasaan emosional atau tingkah laku sederhana, karena caring merupakan kepedulian untuk mencapai perawatan yang

Dalam konteks Indonesia, Lembaga Keuangan Syariah idealnya harus mampu bermitra dengan para nazhir untuk mengembangkan wakaf uang di Indonesia ke arah yang lebih

Universitas Negeri

To the extent permitted by law, Phillip Futures, or persons associated with or connected to Phillip Futures, including but not limited to its officers,

Kedua, karyawan senantiasa harus memiliki organizational citizen behavior di dalam dirinya, yakni harus rela melakukan berbagai pekerjaan di organisasinya, terutama