• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MIE BERBAHAN UMBI DAN KACANG LOKAL UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN PANGAN MASYARAKAT WILAYAH TERPENCIL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN MIE BERBAHAN UMBI DAN KACANG LOKAL UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN PANGAN MASYARAKAT WILAYAH TERPENCIL"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN MIE BERBAHAN UMBI DAN KACANG LOKAL UNTUK

MENINGKATKAN KETERSEDIAAN PANGAN MASYARAKAT WILAYAH

TERPENCIL

Musthofa Lutfi*

Jurusan Keteknikan Pertanian FTP Universitas Brawijaya

ABSTRACT

Developing remote area’s products have to consider raw materials availability in-situ (indigenous commodity) and nutrition contains. Indigenous commodity usually has an inferior perception and under-exploration. In Indonesia, remote villages are scattered across country where they have various indigenous inferior food sources. Noodle made from locally commodities could develop in steps of: 1) the selection of suitable materials and the availability, 2) determination of process which suitable to the materials and products that will be generated, 3) determination of machinery and equipment will be used, 4) training of the production process of noodles in the target communities, 5) assistance of production, marketing and management. Product development followed by production training could empower farmer groups to produce noodles using local commodity. Introduction of production technology facilities and grants of equipment will make the farmer groups has the ability to process local raw materials. Furthermore, local commodities would have value-added. Processing business development with local ingredients into noodles could increase food availability in the dry season and could be facilities for people to get the added value of local food that is still inferior to the subject of an important merchandise.

Keywords: Food availability, Noddles, Local food, Rural technology, inferior commodities. PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak hasil bumi yang dapat dijadikan sebagai tepung lokal.. Lebih dari 30 jenis umbi-umbian yang biasa ditanam dan dikonsumsi rakyat Indonesia sebagai sumber karbohidrat dapat dijadikan tepug lokal. Teknologi pengolahan umbi-umbian menjadi tepung sangat sederhana dan murah. Dengan teknologi itu, usaha kecil-menengah mampu menghasilkan tepung dengan kualitas yang tidak kalah bagus dibandingkan tepung terigu yang diproduksi perusahaan besar.

Umbi-umbian menjadi komoditas dominan di beberapa kecamatan terutama yang tingkat kesuburan tanahnya rendah. Sayangnya potensi umbi umbianan yang beragam jenisnya ini belum dimanfaatkan dengan baik. Pemanfaatan segar oleh masyarakat setempat yang masih terbatas ini menjadikan komoditas umbi-umbian mempunyai nilai ekonomi yang rendah. Teknologi proses pengolahan umbi-umbian yang belum berkembang menyebabkan masyarakat tidak mendapatkan nilai tambah dari komoditas ini.

Pengembangan usaha pengolahan dengan bahan dasar umbi-umbian dengan bahan tambahan produk lokal lainnya akan dapat menjadi sarana bagi masyarakat untuk mendapatkan nilai tambah dari umbi-umbian. Sebagai sarana untuk mengembangkan usaha ini diperlukan bimbingan teknologi dan manajemen usaha agar dapat berhasil dengan baik. Diseminasi teknologi pengolahan bagi masyarakat yang diterapkan haruslah teknologi yang tidak rumit, mudah dioperasikan dan cara perawataanya serta modal yang fleksibel. Hal ini dikarenakan mayoritas pendidikan masyarakat yang masih rendah dan kemampuan inovasinya yang masih terbatas.

Untuk menjawab tantangan tersebut diperkenalkan suatu produk inovasi yang bernama Yoake Mie. Yoake Mie merupakan mie basah yang menggunakan tepung lokal seperti tepung ubi jalar sebagai sumber karbohidrat serta tepung kacang hijau sebagai sebagai sumber protein. Dimana diharapkan dengan penggabungan kedua bahan tersebut dapat menggantikan penggunaan tepung terigu, meskipun tentunya sifat fisik yang akan dihasilkan tidak akan sama persis dengan mie yang menggunakan bahan baku tepung terigu. Pemilihan produk mie dikarenakan mie telah menempati ruang khusus di masyarakat, sehingga tingkat konsumsinya mencapai nomor 2 pada masyarakat.

(2)

Selain itu Yoake Mie juga menggunakan ekstra wortel, dimana wortel akan memberikan warna kemerahan pada mie yang dihasilkan. Karena itulah dipilih penamaan Yoake Mie yang artinya adalah mie fajar.

Pemilihan bahan baku ubi jalar merupakan suatu pemanfaatan dari produk hasil bumi yang melimpah di Indonesia. Menurut data Departemen Pertanian (Deptan) menyebutkan bahwa pada 2003 diperkirakan kebutuhan nasional mencapai 2.170.426 ton dengan produksi mencapai 2.753.356. Kacang hijau telah diakui memiliki protein yang cukup tinggi dan baik. Tingkat produksi kacang hijau pada tahun 2004 cukup melimpah, mencapai 212.325 ton. Wortel ditambahkan kedalam produk olahan ini untuk memperkaya gizi produk. Kandungan vitamin A-nya yang tinggi serta kandungan karotenoidnya baik untuk tubuh akan memberi nilai lebih produk ini bagi konsumen untuk dipilih dikonsumsi.

Berdasarkan bahan baku yang digunakan tersebut diharapkan Yoake Mie dapat menjadi ikon mie basah baru yang belum ada dipasaran dimana selain mie ini diharapkan dapat menjadi alternatif produk pangan diversifikasi beras yang lebih murah, sesuai dengan selera masyarakat serta memiliki gizi yang tinggi dan berbagai sifat fungsional. Pengolahan bahan lokal menjadi mie ini akan memperpanjang daya simpan bahan pangan ini sehingga akan dapat tersedia pada masa masa pacekilik. Pengolahan bahan lokal dari wilayah produksi menjadi yoake mie akan menjadi sarana bagi produk lokal bernilai ekonomi rendah menjadi komoditas dagang sehingga mayarakat setempat mendapatkan nilai tambah dari produk mereka.

Perumusan Masalah

Pengembangan produk di pedesaan harus mempertimbangkan ketersediaan bahan baku yang tersedia di wilayah pengembangan setempat. Untuk menghasilkan produk olahan yang sesuai dengan kondisi setempat dan sesuai dengan kebutuhan pasar, perlu mengadopsi teknologi terkini melalui kegiatan pengembangan. Apabila hal tersebut dilakukan secara optimal, maka masyarakat setempat akan dapat menghasilkan inovasi-inovasi baru yang bermanfaat dalam meningkatkan nilai tambah hasil bumi yang mereka hasilkan. Meskipun demikian, di dalam pelaksanaannya pihak-pihak tersebut tidak berdiri sendiri, melainkan dapat bekerjasama dengan para tenaga profesional dan akademisi.

Permasalahan yang dihadapi di wilayah sasaran dalam pengembangan produk berbahan dasar potensi lokal untuk penguatan ekonomi masyarakat wilayah sekitarnya adalah masih terbatasnya kemampuan masyarakat dalam pemanfaatan teknologi tepat guna prosesing umbi umbian dan kacang kacangan. Masyarakat sasaran tidak dapat menentukan produk apa yang akan dikembangkan dan bagaimana teknologinya agar sesuai dengan kebutuhan pasar namun bahan baku tersedia di tingkat lokal. Hal ini disebabkan kerena pendidikan yang umumnya masih rendah dan banyak sarjana yang tidak mau kembali ke desa asal setelah menyelesaikan pendidikan terutama bidang ilmu eksakta. Masalah berikutnya adalah tingkat perekonomian masyarakat yang masih rendah sehingga perlu dibangun budaya kewirausahaan melalui pengembangan usaha kecil berbasis bahan baku lokal

Penerapan teknologi pengolahan komoditas pangan lokal diharapkan akan meningkatkan ketersediaan produk pangan yang sehat dan bergizi dengan memanfaatkan bahan baku lokal. Dari sisi ekonomi, diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan petani dengan mengolah hasil bumi mereka. Hasil panen dijual dalam bentuk olahan sehingga mempunyai nilai tambah dan umur simpan yang lebih lama sehingga daya jangkau pemasaranya lebih luas.

PEMBAHASAN

Mie basah merupakan jenis mie yang mengalami proses perebusan setelah tahap pemotongan dan sebelum dipasarkan. Biasanya mie basah dipasarkan dalam keadaan segar. Mie basah merupakan produk makanan dengan kadar air yang tergolong tinggi yakni mencapai 52%. Masa simpan mie basah dalam kondisi normal penyimpanan hanya bisa bertahan 16 jam. Supaya mendapatkan mie basah yang memiliki masa simpan lebih lama serta mutu yang dapat dipertahankan diperlukan suatu bahan pengawet yang tidak berbahaya bagi kesehatan manusia serta dapat mempertahankan aspek gizi yang terkandung di dalamnya. Salah satu bahan pengawet alami yang dapat digunakan sebagai pangawet makanan alternatif ialah chitosan (Wahyudi, dkk, 2007).

Formulasi mie basah hasil penelitian Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan mempunyai komposisi 25 terigu, 8.5 kg air, 0.075% (25 gram) Ca-propianat, 2.5% Na-Asetat (35 gram), 0.025%

(3)

(8.5 gram) Paraben. Formulasi ini aman untuk dikonsumsi dan memiliki daya awet 2 hari, normalnya, mie basah hanya bisa bertahan 16 jam (Hariyadi, 2007).

Pembuatan mie kering ubi jalar dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu Menggunakan tepung ubi jalar dan menggunakan pasta ubi jalar. Pada pembuatan mie dengan menggunakan tepung ubi jalar, pertama ubi jalar terlebih dahulu diproses menjadi tepung kemudian dicampur dengan tepung tapioka 20%. Selanjutnya dilakukan penambahan bahan-bahan seperti garam 2%, gum arab 2%, asam sitrat 2%, sodium tripolifosfat 2% sodium karbonat 0,94% dan potassium karbonat 0,56%. Kemudian ditambahkan air, diaduk dan dikukus. Setelah itu adonan dicetak dan dikeringkan dengan oven bersuhu 1000C selama 2 jam. Sedangkan pada pembuatan mie dengan menggunakan pasta ubi jalar. Pertama ubi jalar sebelumnya diproses terlebih dahulu menjadi pasta dengan cara dikukus. Setelah itu dicampurkan dengan tepung tapioka 30% dan dilakukan penambahan bahan-bahan yang sama seperti pada pembuatan mie kering dengan menggunakan tepung ubi jalar. Selanjutnya pengadukan adonan, pencetakan dan pengeringan menggunakan oven. Teknologi sederhana ini dapat diterapkan untuk membuat produk olahan mie kering ubi jalar. Mie yang dihasilkan ini memiliki rasa yang sedikit lebih manis karena mengandung gula yang terdapat di dalam ubi jalar itu sendiri (Agung, dkk, 2007).

Ubi jalar merupakan tanaman yang berpotensi untuk menjadi bahan pangan non beras. Penggunaan sebagai sumber karbohidrat mempunyai keuntungan karena ubi jalar dapat dimanfaatkan sebagai salah satu bahan makanan yang dapat memperbaiki gizi masyarakat. Selain kaya kalori, ubi jalar mengandung nutrisi cukup tinggi.

Karbohidrat yang dikandung ubi jalar masuk dalam klasifikasi Low Glycemix Index (LGI, 54), artinya kondisi ini sangat cocok untuk penderita diabetes. Mengkonsumsi ubi jalar tidak secara drastis menaikkan gula darah, berbeda halnya dengan sifat karbohidrat dengan Glycemix index tinggi, seperti beras dan jagung. Sebagian besar serat ubi jalar merah merupakan serat larut yang menyerap kelebihan lemak/kolesteraol darah, sehingga kadar lemak/kolesterol dalam darah tetap aman terkendali. Kandungan karotenoid (betakaroten) pad aubi jalar, dapat berfungsi sebagai antioksidan. Antioksidan yang tersimpan dalam ubi jalar merah mampu menghalangi laju perusakan sel oleh radikal bebas. Kombinasi betakaroten dan vitamin E dalam ubi jalar bekerja sama menghalau stroke dan serangan jantung. Betakarotennya mencegah stroke sementara vitamin E mencegah terjadinya penyumbatan dalam saluran pembuluh darah, sehingga dapat mencegah munculnya serangan jantung (Budijanto, 2007).

Kacang hijau merupakan tanaman daerah tropis dengan kandungan gizi yang cukup tinggi. Karbohidrat larut air yang terdapat pada kacang hijau yaitu sukrosa, fruktosa, glukosa, rafinosa, stakiosa dan verbakosa yang jumlahnya sangat sedikit. Karbohidrat merupakan komponen terbesar dalam kacang hijau yang terdiri dari pati, gula dan serat kasar. Pati yang terdapat pada kacang hijau terdiri dari 28,8% amilosa dan 71,2% amylopektin.

Protein kacang hijau sedikit mengandung asam amino metionin dan sistein namun kaya akan leusin. Daya cerna protein kacang hijau adalah 81%, namun daya cerna protein ini dipengaruhi oleh adanya tripsin inhibitor. Lemak dalam kacang hijau relative sedikit dan sebagian besar tersusun atas asam lemak tak jenuh olet, linoleat, linolenat. Kandungan gizi yang lengkap dari kacang hijau sangat bermanfaat untuk mengatasi berbagai macam penyakit seperti beri-beri, anemia, cuci perut, wasir dan gangguan hati.

Wortel merupakan komponen sayuran yang termasuk dalam golongan klimakterik. Umbi wortel merupakan sumber vitamin A yang mengandung karoten yang merupakan pigmen isomeric berwarna violet-merah-kuning (jingga). Warna jingga wortel disebabkan oleh kandungan alfa dan beta karoten yang tinggi. Warna jingga yang tinggi dan menyala merupakan sumber pro vitamin A terbaik dibandingkan sayuran yang lain. Kadar pro vitamin A wortel 10 kali dari tomat. Vitamin A tahan terhadap panas, cahaya alkali tetapi tidak tahan asam dan oksidasi. Karoten merupakan bentuk pro vitamin A yang paling aktif.

Bahan-bahan pelengkap yang digunakan untuk membuat mie yoake adalah air, garam, air kie dan CMC.Air berfungsi sebagai media reaksi antara gluten dan karbohidrat, melarutkan garam, dan membentuk sifat kenyal gluten. Jumlah air yang optimum membentuk pasta yang baik. Sedangkan Garam berperan dalam memberi rasa, memperkuat tekstur mie, meningkatkan fleksibilitas dan elastisitas mie serta mengikat air. Garam dapat menghambat aktivitas enzim protease dan amilase sehingga pasta tidak bersifat lengket dan tidak mengembang secara berlebihan.

(4)

Air kie (air abu, garam alkali, larutan kansui, soda kie) adalah suatu bahan yang ditambahkan ke dalam adonan mie yang berfungsi untuk menguatkan struktur protein (gluten), sehingga mie menjadi lentur. Selain itu air kie juga mengubah sifat pati dalam tepung terigu sehingga mie kenyal dan mengubah sifat zat warna (pigmen) dalam terigu menjadi kuning cerah. Semakin besar jumlah yang digunakan, mie akan menjadi semakin kenyal. Tetapi penambahan air kie yang terlalu banyak akan menimbulkan rasa yang tajam yang kurang enak di lidah dan kurang baik untuk kesehatan. Dilain pihak CMC (Carboxy Methyl Celulose) digunakan dalam formulasi mie sebagai pengental. Penambahan CMC mempengaruhi sifat gigitan mie sehingga lebih kenyal. Saat mie dikukus CMC menahan air selama mungkin dalam mie. Saat mie digoreng CMC menutup sel yang terbuka pada mie, sehingga minyak tidak masuk. Sel yang terbuka ini terjadi karena air yang keluar. Saat mie direbus kembali (akan disajikan) CMC akan membantu dalam penyerapan air dan dapat menahannya sehingga mie tidak akan menjadi lembek.

Berdasar pengamatan potensi wilayah sasaran, Yoake Mie berbahan baku potensi lokal ditentukan sebagai teknologi pengolahan pangan untuk masyarakat terpencil. Mengingat bahwa komoditas lokal yang dihasilkan, dipilihlah ubi untuk dibuat tepung sebagai bahan dasar dan tepung kacang hijau untuk memperkaya kandungan gizinya. Proses pembuatan mie dengan bahan tersebut ditampilkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Alur Proses Pembuatan Yoake Mie

Untuk dapat melaksanakan proses produksi, khalayak sasaran diberikan bantuan mesin mesin yaitu mesin pemarut, mesin penepung, mesin pengaduk dan mesin pencetak mie. Khalayak sasaran kemudian diberi penyuluhan tentang proses produksi menggunakan mesin bantuan yaitu

Tepung terigu Tepung ubi Tepung kacang hijau

Larutan garam Air kie

CMC Sari wortel

Diaduk rata

Adonan mie

Digiling dengan roller hingga ketebalan 2 mm

Ditaburi tepung kanji

Yoake mie mentah

Dikukus setengah matang

(5)

melalui tahap; demonstrasi, diskusi, praktek dibawah bimbingan dan terakhir mereka harus mampu melakukan proses produksi mandiri tanpa bantuan.

Rancang Bangun Alat dan Mesin Pengolah “Mie Yoake” dalam kegiatan ini menghasilkan empat macam mesin yaitu mesin penepung, pemarut, pengaduk dan pencetak mie. Mesin penepung digunakan untuk menepung bahan-bahan pembuat mie yaitu tepung ubi jalar dan tepung kacang hijau. Mesin penepung berbahan rangka besi, dengan dimensi ukuran 30x30x65cm. Diameter disc 23 cm dan bahan disc hammer mill dari besi cor. Digerakkan dengan motor bensin dengan daya 4 HP, dan kapasitasnya 1 kg/jam.

Mesin pemarut berfungsi untuk memarut wortel sehingga didapatkan sari wortel dengan kehalusan ukuran yang diinginkan. Mesin pemarut terdiri dari hopper yaag berbahan stainless steel, serta dinding dan outletnya juga berbahan stainless steel. Sedangkan rol pemarutnya berbahan kayu dan baja dengan diameter 30 cm dan panjangnya 35 cm. Frame terbuat dari besi. Mesin pemarut digerakkan denga diesel berdaya 7 HP.

Mesin pengaduk berfungsi untuk mencampur dan mengaduk bahan-bahan pembuat mie sehingga didapatkan adonan yang homogen. Bagian-bagian dari mesin pengaduk antara lain tabung yang berbahan stainless steel, kemudian pengaduknya juga berbahan sama yaitu stainless steel, porosnya juga berbahan stainless steel, sudu pengaduk terbuat dari karet, rangkanyaa berbahan besi. Mesin pengaduk digerakkan oleh motor listrik dengan daya 0,25 HP dan putaran 1400 rpm.

Mesin pencetak digunakan untuk mencetak mie sesuai dengan ukuran yang ada dan bentuknya seragam dan mempecepat proses pencetakkan. Rangka mesin pencetak berbahan besi, hopper dan outletnya terbuat dari stainless steel, dan mesin ini digerakkan oleh motor listrik berbahan bakar bensin dengan daya 4 HP. Diameter lubang pecetak berukuran 2 mm dan 10 mm.

Teknologi pengolahan umbi-umbian menjadi tepung yang diberikan, menjadikan mitra mampu menghasilkan tepung dengan kualitas yang tidak kalah bagus dibandingkan tepung terigu yang diproduksi perusahaan besar. Tepung ubi jalar dalam program ini diperoleh dengan jalan menumbuk atau menggiling ubi jalar yang sudah dikeringkan. Fungsi tepung ubi jalar adalah sebagai bahan dasar mie yoake. Tepung yang dihasilkan mempunyai karakteristik yang baik, serta nilai gizinya yang cukup baik.

Pembuatan tepung ubi jalar mula-mula ubi jalar dikupas kemudian diiris dengan ketebalan 2 mm. setalah itu dicuci dan direndam dalam larutan Na metabisulfit (NaSO3) 0,3% selama 5 menit.

Setelah direndam dikeringkan di bawah sinar matahari atau pengering buatan selama 60°C sampai bias digiling atau ditepung dengan menggunakan mesin penepung.

Tepung kacang hijau merupakan tepung yang bebas gluten. Tujuan penambahannya dalam pembuatan mie adalah agar dihasilkan mie yang kaya Ca, Mg, Fosfor. Proses pembuatan tepung kacang hijau mula-mula kacang hijau direndam dalam air dingin selama 8 jam selanjutnya kulit kacang hijau dikupas secara manual. Kemudian biji kacang hijau dikukus selama 75 menit lalu didinginkan. Setelah dingin kacang hijau dikeringkan pada suhu 50°C selama 8 jam. Bila telah benar-benar kering kacang hijau digiling dengan mesin pengiling, selanjutnya dilakukan pengayakan dengan ukuran 60 mesh. Setelah tahap ini didapatkan tepung kacang hijau yang siap pakai. Sedangkan proses pembuatan sari wortel cukup sederhana yaitu mengekstraknya menggunakan mesin pemarut kemudian memisahkan cairan dari ampasnya.

Pembuatan “Mie Yoake” dimulai dengan cara mencampur semua bahan, kemudian mengaduknya dengan mesin pengaduk. Pengadukan dialakukan sampai bahan homogen dan kalis serta berwarna kuning cerah sehingga adonan siap digiling. Adonan yang telah kalis digiling dan dicetak dengan mesin pencetak. Mie yang telah digiling ditaburi tepung kanji, hasilnya berupa “Yoake” mie mentah.. selanjutnya setelah dicetak mie direbus. Agar potongan mie tidak lengket satu dengan lainnya saat perebuasan, air perebuasan ditambahkan minyak goring. Mie dimasukkan ke dalam air yang mendidih dengan api besar. Perebusan dilakukan selama 2 menit sambil diaduk. Pemasakan yang terlalu lama (lebih dari 2 menit) akan menghilangkan sebagian nutrisinya dan menjadikan mie sangat lunak serta patah-patah. Kemudian dilakukan pendinginan/pencucian dengan air mengalir dengan tujuan mencegah mie lewat masak, menghilangkan tapioka yang melekat pada permukaan mie, dan mencegah mie agar tidak lengket dengan lainnya. Setelah ditiriskan, mie ditambah minyak goreng lalu diaduk sampai rata. Tujuan penambahan minyak agar mie tidak menempel satu dengan yang lain juga menyebabkan tampilan mie lebih menarik karena mengkilap. Namun untuk mie basah yang direbus tidak dapat dilakukan pengeringan, dan hasil akhirnya berupa mie basah.

(6)

Cara lainnya untuk mendapatkan mie basah yaitu mie dikukus setengah matang dengan suhu 60-70°C agar kandungan airnya turun sampai kadar airnya sekitar 11-12%. Pemanasan tersebut menyebabkan gelatinisasi dan koagulasi gluten sehingga mie menjadi keras, kuat dan kenyal, dan hasilnya berupa mie basah. Kemudian mie dikeringkan sampai diperoleh mie yang kering dan renyah. Tahap berikutnya setelah produksi adalah pemasaran hasil produksi. Pada tahap ini masyarakat sasaran diberikan bimbingan pemasaran untuk menjaga agar siklus produksi tetap berjalan. Pendampingan terus dilanjutkan agar perputaran siklus produksi berjalan kontinyu, yaitu dengan bimbingan menjalankan usaha dan pengelolaan asset bersama.. Masyarakat sasaran memiliki alternatif pengolahan bahan lokal menjadi mie sehingga dapat memperpanjang daya simpan bahan pangan ini sehingga akan tersedia pada masa masa paceklik. Pengolahan bahan lokal dari wilayah produksi menjadi yoake mie akan menjadi sarana bagi produk lokal bernilai ekonomi rendah menjadi komoditas dagang.

KESIMPULAN

Masyarakat daerah terpencil memerlukan bantuan pengembangan produk untuk mengkonversi hasil pertanian mereka menjadi produk jadi, sehingga dapat memperpanjang umur simpan komoditas pangan mereka. Penyuluhan teknologi harus dalam satu paket dengan bantuan peralatan teknologi agar dapat menjadi sarana produksi. Teknologi dan mesin produksi untuk menghasilkan produk yoake mie menggunakan komoditas lokal dapat menjadi sarana bagi masyarakat terpencil untuk meningkatkan nilai tambah hasil pertanian lokal mereka.

DAFTAR PUSTAKA

Ahza AB. 1998. Pengembangan Formulasi dan Proses Penelitian Makanan Ringan Hasil Teknologi Ekstruksi, Penggorengan dan Bakery Tahap I dalam Kumpulan Pelatihan Teknologi Ekstruksi,

Penggorengan dan Pemanggangan. PAU Pangan dan Gizi

IPB. Bogor.

Anonymous. 2001. Glucomannan: a new vegetal texturing agent for European food and non-food industries. http://www.biomanet.org./secure/Fair?F914.htm

Astawan M. 2004. Kacang hijau sebagai antioksidan

http://Cyberman.cbn.net.id/detilhit.asp?kategori=Health&newsno=472

Direktorat Pengawasan Makanan dan Minuman. 1996. Pedoman Penerapan Cara Produksi Makanan yang Baik. CPMB Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehartan Republik Indonesia.

Fardiaz D. 1997. “Praktek Pengolahan Pangan yang Baik”. Pelatihan Pengendalian Mutu dan Keamanan Pangan Bagi Staf Pengajar. Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi (CFNS)-IPB dengan Dirjen Dikti. Bogor, 21Juli – 2 Agustus 1997.

Faridi H. 1994. The Science of Cookies and Craker Production. Chapman and Hall. New York. Fellows P.1990. Food Processing and Technology Principle and Practice. Ellis Norwood. New York. Harnowo D, SS Antarlina dan Mahagyosuko. 1994. Pengolahan Ubi Jalar Guna Mendukung

Diversifikasi Pangan dan Agroindustri. Dalam A. Winarnto, Y. Widodo, S.S. Antarlina, H. Pudjosantoso, dan Sumarno (ed). Risalah Seminar Penerapan Teknologi Produksi dan Pasca Panen Ubi Jalar Mendukung Agroindustri. Edisi Khusus Balittan Malang No. 3-1994. Balittan Malang.hal 145-157.

Kadarisman D. 1996. “ISO (9000 dan 14000) dan Sertifikasi”. Buletin Teknologi dan Industri Pangan. Vol. VII (3).

Kencananingrum EA. 1989. Hasil Olahan Bahan Makanan Campuran dari Beras-Ubi Jalar-Kecambah Kacang Hijau Sebagai Makanan Selingan Bagi Anak Balita. Karya Ilmiah. Jurusan GMSK Faperta IPB Bogor.

Kramer A dan BA Twigg. 1983. Fundamental of Quality Control for the Food Industry. The AVI Pub. Inc., Conn., USA.

Marliyati, S Anna, A Sulaeman, dan F Anwar. 1992. Pengolahan Pangan Tingkat Rumah Tangga. Depdikbud. Ditjen Dikti. PAU Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor.

(7)

Muchtadi. 1996. Gizi Untuk Bayi, Susu Formula dan Makanan Tambahan. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.

Murdinah F, YN Irianto dan S Wibowo. 1998. Fortifikasi tepung ikan pada makanan ekstrusi dari campuran beras dan kacang hijau. di dalam Prosiding Simposium Perikanan Indonesia II, Ujung Pandang, 2-3 Desember 1997. p.315-320

Potter NN. 1968. Food Science. The AVI Pubi Com pany Inc. Westport, Connecticut.

Roberts HR. 1981. Food Safety. A Wiley-Interscience PubI. John Wiley & Sons. New York, Chichester, Brisbane, Toronto

Santoso BA dan EY. Purwani.1994. Pengolahan Kacang Hijau Menunjang Agroindustri. Balai Penelitian Pangan Sukamardi. Bogor.

Suprapto HS dan S Teteng. 1993. Bertanam Kacang Hijau. Penebar Swadaya. Jakarta.

Soekarto ST.1990. Dasar-dasar Pengawasan dan Standarisasi Mutu Pangan. PAU Pangan dan Gizi. IPB Press. Bogor.

Gambar

Gambar 1. Alur Proses Pembuatan Yoake Mie

Referensi

Dokumen terkait

[r]

dan wawancara mendalam dengan sumber informasi.. Prosedur dan Tahap-tahap Penelitian. Sumber informasi di dalam penelitian ini adalah KH. sebagai pimpinan pondok pesantren

Salah satu permasalahan yang ada pada pembelajaran penjas orkes untuk materi bola besar seperti sepak takraw di lingkungan sekolah kami adalah, kurang bersungguh-sungguhnya

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor penyebab belum adanya pembinaan tanah wakaf oleh KUA di Kecamatan Sukau, Kabupaten Lampung Barat adalah bahwa KUA Kecamatan

Dana untuk kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang bersumber dari dana eksternal biasanya berasal dari instansi pemerintah melalui kementrian terkait

Kesimpulan penelitian ini adalah sebanyak 26 responden (68,4%) mengekspresikan respon nyeri dengan mengerutkan dahi, mengatupkan rahang dan dagu gemetar, sebanyak

kromoszóma CDKN2A/B, PTCH, DBC1 és TSC1 géneket érintő elváltozásai az UC minden típusára jellemző „primér” genetikai elváltozások, vagy csak a papilláris

Apabila terdapat bukti objektif terjadinya penurunan nilai atas aset keuangan yang dicatat pada biaya perolehan (seperti menurunnya secara signifikan lingkungan usaha, kemungkinan