• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI ANALISIS PUTUSAN PERKARA MAHKAMAH AGUNG NOMOR

B. Proses Putusan Hakim

1. Proses Pemeriksaan

Penggugat mengajukan gugatan berdasarkan surat gugatannya tertanggal 1 Februari

2006 M bertepatan dengan tanggal 2 Muharram 1427 H yang telah terdaftar di kepaniteraan

Pengadilan Agama Jakarta Selatan di bawah register perkara Nomor

937/Pdt.G/2005/PA.JS.telah mengajukan cerai gugat, terhadap Tergugat. Penggugat

menguraikan kronologis apa yang menyebabkan Penggugat mengajukan gugatan tersebut.

Berdasarkan alasan-alasan dan uraian-uraian Penggugat, Penggugat mohon kepada

Pengadilan Agama Jakarta Selatan, agar memberikan putusan sebagai berikut:

Dalam Provisi54 :

- Menyatakan anak yang bernama Rassya Isslamay Pasya berumur 6 tahun yang masih di bawah umur harus dalam pengasuhan Penggugat ;

- Memerintahkan kepada Tergugat atau kepada siapapun anak tersebut dipelihara ataupun disembunyikan oleh Tergugat agar segera menyerahkan anak bernama Rassya Isslamay Pasya kepada Pengugat ;

- Menyatakan penetapan ini dapat dilaksanakan segera dalam kesempatan pertama setelah penetapan provisi diterbitkan

Dalam Pokok Perkara :

1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya ;

2. Menyatakan perkawinan antara Penggugat dan Tegugat yang dilangsungkan pernikahan di Masjidil Haram Makah pada tanggal 1 Desember 1997 yang

54

Provisi adalah untuk sementara waktu atau Putusan/ Penetapan sementara waktu. (J.C.T Simorangkir, dkk, Kamus Hukum (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), Cet. Ke-13, h. 136.)

62

dicatatkan dalam Buku Pernikahan Khusus Perkawinan warga Negara Indonesia, yang dilangsungkan di luar Negeri dengan Nomor. 01/01/1998 putus karena perceraian dengan segala akibat-akibat hukumnya ;

3. Memerintahkan kepada Panitera Pengadilan Agama Jakarta Selatan untuk mencatatkan perceraian ini dan mengeluarkan Akta Perceraian ;

4. Mewajibkan Tergugat untuk memberi nafkah hidup dan biaya pendidikan untuk masa depan dan kepentingan anak sesuai dengan kemampuan Tergugat yaitu sebesar Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) setiap bulannya secara tunai sampai anak tersebut dewasa dan madiri ;

5. Menghukum Tergugat untuk membayar seluruh biaya yang timbul dalam perkara ini.

Majelis hakim memulai pemeriksaan dengan membacakan surat gugatan yang isinya tetap dipertahankan oleh Penggugat. Atas gugatan Penggugat tersebut, Pengadilan Agama Jakarta selatan telah menjatuhkan putusan Nomor 937/Pdt.G/2005/PA.JS. Tanggal 1 Februari yang bertepatan pada tanggal 2 Muharram 1427 sebagai berikut:

Dalam Provisi

- Menyatakan menolak gugatan Penggugat

Dalam pokok perkara:

63

2. Menjatuhkan thalaq satu ba’in sughra Tergugat Teuku Rafly pasya bin Teuku Syahrul kepada Pengugat Tamara Bleszinski binti Zbignew, menyatakan perkawinan antara Tergugat dan Penggugat putus karena perceraian.

3. Memerintahkan kepada Panitera Pengadilan Agama Jakarta Selatan untuk menyampaikan salinan putusan ini kepada Kantor Urusan Agama Kecamatan Pasar Minggu untuk mencatat perceraian tersebut

4. Menghukum Penggugat untuk membayar biaya yang timbul dala perkara ini yang hingga dihitung sejumlah Rp. 325.000,- (tiga ratus dua puluh lima ribu rupiah)

5. Menyatakan gugatan Penggugat selain dan selebihnya tidak diterima.

Tergugat telah mengajukan Banding atas permohonan Tergugat, putusan Pengadilan Agama tersebut telah diperbaiki oleh Pengadilan Tinggi Agama Jakarta dengan putusan Nomor 21/Pdt.G/2006/PTA.JK. Tanggal 27 Juni 2006 . Masehi. Bertepatan dengan 01 jumadil akhir 1427 H, yang berbunyi sebagai berikut:

- Menyatakan bahwa pemohon Banding yang diajukan Tergugat/Pembanding dapat diterima

- Menguatkan putusan Pengadilan Agama Jakarta Selatan Nomor: 937/Pdt.G/2005/PA.JS. tanggal 01 Februari 2006 M. bertepatan pada tanggal 2 Muharram 1427 dengan perbaikan amar putusan sehingga secara keseluruhan berbunyi sebagai berikut:

64 - Menolak gugatan provisi Penguggat Dalam pokok perkara

1. Mengabulkan gugatan Penggugat sebagian

2. Menjatuhkan talak satu ba’in sughra Tergugat Teuku Rafly pasya bin Teuku

Syahrul terhadap Pengugat Tamara Bleszinski binti Zbignew.

3. Memerintahkan kepada Panitera Pengadilan Agama Jakarta Selatan untuk mengirimkan salinan putusan perkara ini yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap kepada Kantor Urusan Agama Kecamatam Pasar Minggu untuk mencatat perceraian tersebut

4. Menyatakan tidak menerima gugatan Penggugat selebihnya

5. Membebankan Penggugat untuk membayar biaya perkara ini seluruhnya berjumlah Rp. 325.000,- (tiga ratus dua puluh lima ribu rupiah)

6. Membebankan kepada Tergugat/Pembanding untuk membayar biaya perkara dalam tingkat banding sebesar Rp. 206.000,- (dua ratus enam ribu rupiah)

Setelah putusan terakhir di atas diberitahukan kepada Tergugat pada tanggal 6 Juli

2006 kemudian Tergugat/Pembanding mengajukan Permohonan Kasasi secara lisan pada

tanggal 12 Juli 2006, sebagaimana dari Akta Permohanan Kasasi Nomor.

937/pdt.G/2005/PA.JS. yang dibuat oleh Paniteran Pengadilan Agama Jakarta Selatan,

permohonan tersebut kemudian disusul oleh memori kasasi dengan memuat alasan-alasannya

yang diterima Panitera Pengadilan Agama pada Tanggal 19 Juli 2006, bahwa alasan-alasan

yang diajukan Pemohon Kasasi/Tergugat dalam memori kasasi sebagai berikut:

1. Bahwa Pengadilan Tinggi Agama Jakarta Selatan telah salah menerapkan hukum yang telah memutuskan melampaui batas kewenangan karena telah

65

menerima, mengadili dan memutuskan surat gugatan Penggugat/Termohon Kasasi di mana surat gugatan Penggugat/Termohon Kasasi tersebut tidak bersandar pada hukum, dan alasan-alasan gugatan tidak didukung oleh peristiwa-peristiwa dan dasar-dasar tuntutan yang membenarkan tuntutan Penggugat/Tergugat Kasasi sehingga seharusnya judex facti (Hakim yang memeriksa langsung duduk persoalan perkara atau hakim tingkat pertama dan hakim tingkat banding/hakim tinggi)55, menyatakan surat gugatan Penggugat/Termohon Kasasi sebagai obscuur libelium (Surat Gugatan yang tidak jelas apa yang dituntut atau apa dasar tuntutannya sehingga dapat diajukan suatu penolakan terhadap gugatan yang sedemikian)56, oleh karena itu sepatutnya diputuskan dengan dinyatakan tidak dapat diterima atau niet ontvankelijk verklaard.

Penggugat/Termohon Kasasi sebagaimana tersebut dalam surat gugatannya menyatakan bahwa antara Penggugat/Termohon Kasasi dengan Tergugat/Pemohon Kasasi sudah tidak ada harapan hidup rukun dan damai lagi dan juga disebutkan juga bahwa Penggugat telah menginggalkan kediaman bersama Penggugat dan Tergugat. Berdasarkan keterangan tersebut, sesuai dengan tertib beracara dan sesuai pula dengan kaidah hukum Islam keadaan itu disebut dengan nusyuz yaitu keadaan di mana seorang istri dipandangi telah membangkang kepada sang suami, sehingga apabila ada perceraian maka hak

55

Jainul Bahry, Kamus Umum “Khusus Bidang Hukum dan Politik”, (Bandung: Angkasa, 1996), h. 125.

56

66

menceraikan ada pada Tergugat/Pemohon Kasasi. Dengan demikian dengan tidak adanya hak Penggugat/Termohon Kasasi untuk mengajukan perceraian maka surat gugatan Penguggat adalah surat gugatan yang tidak bersandar hukum kerena alasan-alasan gugatan tidak didukung oleh peristiwa-peristiwa dan dasar-dasar tuntutan yang membenarkan tuntutan Penguggat/Termohon Kasasi.

2. Bahwa judex facti telah salah menerapkan hukum dan telah melanggar asas keadilan karena dalam pertimbangannya semata-mata mengambil pendapat dari yurisprudensi yang bergeser dari surat edaran Mahkamah Agung RI No. 3 Tahun 1981 yang mengajarkan tentang “Marriage Breakdown” sebagai unsur utama dari pasal 19 huruf f Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975, tanpa mempertimbangkan latar belakang kasus yang Tergugat/Pemohon Kasasi alami dan fakta hukum yang terjadi, demikian pula dengan saksi de auditu tetapi saksi hanya mendengar dari orang lain, dan karena kesaksiannya merupakan testimonium de auditu (Kesaksian, keterangan yang diberikan oleh seseorang berdasarkan keterang-keterangan/ bahan yang didengarnya/ diketahuinya dari orang lain bukan dari pengalamannya sendiri).57 Di samping itu pertimbangan judex facti semata-mata mendasarkan atas perkawinan sebagai perjanjian dalan arti sempit, sehingga memberikan pertimbangan yang cenderung hanya melihat kepada tindakan perbuatan satu pihak saja yang sudah tidak berkenan untuk melanjutkan perkawinan maka perkawinan itu mudah saja dapat diputuskan,

57

67

padahal perlu dipaham antara Tergugat/Pembanding/Termohon Kasasi tidak ada

“saling (mutual) berselisih yang ada adalah Penggugat/Terbanding/Termohon Kasasi menempuh segala cara untuk dapat mengajukan gugatan ini dengan pergi meninggalkan rumah bersama, anak dan suami dan kemudian diikuti sikap tidak peduli dan dilakukan dengan sengaja maka seharusnya hukum berpihak kepada Tergugat/Pembanding/Pemohon Kasasi sebagai pihak yang tidak berbuat salah sementara Penggugat/Terbanding/Termohon Kasasi adalah pihak yang salah dan kepadanya diberikan kesempatan untuk memperbaiki kesalahan bukannya dipermudah dan diberikan jalan untuk bercerai

3. Bahwa judex facti telah salah dan keliru dalam menarapkan hukum karena menurut penjelasan umum Undang-Undang menerapkan hukum karena menurut keluarga bahagia, kekal dan sejahtera, maka Undang-undang ini menganut mempersukar perceraian, bila mana judex facti memegang teguh asas tersebut maka masyarakat akan menghormati dan memahami perkawinan sebagai ikatan batin dalam pertimbangan sama sekali tidak mencerminkan semangat untuk mempersukar terjadi perceraian, justru memberikan pandangan dan memunculkan kesan dan preseden buruk bagi masyarakat, sehingga putusan judex facti haruslah dibatalkan

4. Bahwa judex facti telah salah dan keliru memerapkan pembuktian syiqaq (perselisihan yang terus menerus) dimana menurut M. Yahya Harahap, SH. (Kedudukan dan kewenangan Pengadilan Agama halaman 265 syiqaq harus didasarkan pada alasan-alasan sebagaimana tersebut dalam buku karangan

68

Yahya Harahap tersebut sehingga apabila tidak terbukti adanya perselisihan yang terus menerus maka penyelesaian bukan dengan cara syiqaq tetapi dengan hukum pembuktian biasa

5. Bahwa judex facti telah melalaikan asas kepatutan, kebenaran dan kelalaian yang semestinya menjiwai setiap peradilan, akan tetapi judex facti dalam hal ini tidak cermat dan salah dalam pertimbangan dan menyimpulkan fakta-fakta persidangan karena yang menjadi essensial dalam hukum pembuktian ini apakah peristiwa atau kejadian yang terjadi di dalam rumah tangga Tergugat/Pemohon Kasasi dengan Penggugat/Terbanding/Termohon Kasasi terbukti sebagai perselisihan terus menerus di dalam rumah tangga, yang kemudian dilihat, didengar dan dialami oleh saksi, bahwa Tergugat/Pembanding/Pemohon Kasasi menolak dengan keras pertimbangan Judex Facti tersebut, karena pada kenyataanya telah memberikan kesimpulan yang salah dan keliru atas fakta-fakta yang dalam pertimbanganya telah terungkap di persidangan, sehingga pengetahuan saksi hanya didasarkan atas apa yang dia dengar dari orang lain waluapun mereka pernah satu rumah, sehingga kesaksian mereka bernilai testimonium de auditu dan tidak layak untuk dipertimbangkan.

Dokumen terkait