• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proses Penambahan Modal Perusahaan Publik melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) yang Dilakukan

TINJUAN HUKUM HAK MEMESAN EFEK TERLEBIH DAHULU (HMETD)/ RIGHT ISSUE DALAM PASAR MODAL

E. Proses Penambahan Modal Perusahaan Publik melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) yang Dilakukan

dengan Transaksi yang Mempunyai Benturan Kepentingan

UUPM mengatur mengenai transaski yang mengandung benturan kepentingan (conflict of interest) dalam Pasal 82 ayat 2. UUPM mencantumkan ketentuan mengenai hal ini menandakan bahwa praktik demikian telah berlangsung lama dan berpotensi merugikan salah piahk, karena adanya unsur kolusi dan pelanggaran terhadap prinsip keterbukaan informasi. UUPM pasal 82 ayat 2 menyebutkan, “Bapepam dapat mewajibkan emiten atau perusahaaan publik untuk memperoleh persetujuan mayoritas pemegang saham independen secara sah dapat melakukan transaksi yang berbenturan kepentingan, yaitu kepentingan- kepentingan ekonomis emiten atau perusahaan publik dengan kepentingan ekonomis pribadi direksi atau komisaris atau juga pemegang saham utama emiten atau perusahaan publik.” Bapepam mempertegas kata dapat mewajibkan pada UUPM Pasal 82 ayat 2 menjadi keharusan melalui Peraturan Nomor IX. E. 1. Tentang Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu, “Jika suatu transaksi di mana seorang komisaris, direktur, atau pemegang saham utama mempunyai benturan kepentingan maka transaksi yang dimaksud harus disetujui oleh para pemegang saham independen atau wakil mereka yang diberi wewenang untuk itu sebagai

diatur dalam peraturan ini. Persetujuan mengenai hal tersebut harus ditegaskan dalam bentuk akta notariil.”195

Dalam kaitannya dengan penambahan modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu, angka 9 Peraturan Nomor IX. D. 1 menyatakan dalam suatu rencana Penawaran Umum dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu, sebagian atau seluruh dana hasil Penawaran Umum dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu tersebut akan digunakan untuk transaksi yang mempunyai benturan kepentingan, maka wajib memenuhi ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan Nomor IX. E. 1.196

Peraturan ini merupakan salah satu Peraturan Bapepam yang sangat mencerminkan pentingnya diterapkan prinsip-prinsip GCG dalam suatu perusahaan. Menurut peraturan ini, emiten diwajibkan melakukan transaksi secara jujur, benar, dan demi kepentingan semua pemegang saham serta dilarang melakukan transaksi yang menguntungkan pihak- pihak tertentu. Setiap terjadi transaksi yang memilik benturan kepentingan ekonomi antara organ perusahaan, seperti direksi, dan komisaris dengan perusahaan itu sendiri, maka harus terlebih dahulu dilakukan RUPS independen. Hal ini menunjukkan adanya penerapan prinsip kewajaran, transparansi dan juga akuntabilitas.197

195

M. Irsan Nasruddin,dkk., op. cit., Hal.241. 196

Angka 8 Peraturan Nomor IX. D. 1. 197

Indra Surya dan Ivan Yustiavandana, Penerapan Good Corporate Governance, cet 2(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), Hal. 120.

Secara prinsip peraturan ini bertujuan :198

1. Melindungi kepentingan pemegang saham independen yang umumnya merupakan pemegang saham minoritas dari perbuatan yang melampaui kewenangan direksi dan komisaris serta pemegang saham utama dalam melakukan transaksi benturan kepentingan tertentu (UUPM Pasal 82 Ayat 2 jo. Peraturan IX. E. 1).

2. Mengurangi kemungkinan penyalahgunaan kekuasaan oleh direksi, komisaris, atau pemegang saham utama untuk melakukan transaksi yang mengandung benturan kepentingan tertentu (UUPM Pasal 82 ayat 2 jo. Peraturan Nomor IX. E. 1).

3. Melaksanakan prinsip keterbukaan dan penghormatan terhadap hak pemegang saham berdasarkan asas kesetaraan, persetujuan pemegang saham independen yang mewakili lebih dari 50 % saham yang ada merupakan keharusan (UUPM Pasal 86 ayat 1).

Dengan adanya peraturan ini, setiap pemegang saham secara hukum dinyatakan berhak untuk ikut menentukan kebijakan perseroan berkaitan dengan pengambilan keputusan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang teramat penting dan membawa dampak bagi kepentingan pemegang saham.199

Dengan demikian, jika terdapat pertentangan kepentingan ekonomis antara kepentingan perseroan dengan kepentingan direksi, komisaris, atau pemegang saham utama, maka kepentingan perseroanlah

198

M. Irsan Nasruddin,dkk., op. cit., Hal.242. 199

yang harus didahulukan, “Direksi atau organ perusahaan lainnya tidak diperbolehkan mengambil kesempatan untuk memperoleh keuntungan untuk dirinya sendiri, jika kesempatan itu sebenarnya dapat diberikan kepada perseroan.200

Apabila direksi, komisaris atau pemegang saham utama mengabaikan kepentinagan perseroan demi keutungan diri sendiri, maka mereka yang akan bertanggung jawab atas tindakan ultra vires terebut yang dibebankan pada tanggung jawab pribadi, antara lain berdasarkan doktrin piercing the corporate veil.201

Sejumlah modus transaksi yang dapat dikategorikan sebagai transaksi yang mengandung benturan kepentingan menurut Peraturan Nomor. IX. E. 1 adalah perusahaan publik atau emiten :202

a. Penggabungan usaha, pembelian saham, peleburan usaha, atau pembentukan usaha patungan.

b. Perolehan kontrak penting.

c. Pembelian, atau kerugian penjualan aktiva yang materiel. d. Pengajuan tawaran untuk pembelian efek perusahaan lain.

e. Memberi pinjaman kepada perusahaan lain di mana direktur, komisaris, pemegang saham utama atau perusahaan terkendali dari perusahaan publik menjabat pula sebagai pemegang saham, direktur, komisaris.

200

Chatamarrasjid. Ais, Menyingkap Tabir Perseroan (Piercing The Corporate Veil) Kapita Selekta Hukum Perusahaan, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2000), Hal. 17.

201

Munir Fuady, Doktrin-doktrin Modern dalam Corporate Law, (Bandung: Citra Aditya Bakti,2002), Hal. 117.

202

f. Memperoleh pinjaman dari perusahaan lain di mana pemegang sahm utama, direktur, atau komisaris dari perusahaan publik merupakan pemegang saham atau direktur atau komisaris.

g. Mengalihkan aktiva perusahaan publik kepada pihak lain yang mana turut berperan dalam transaksi tersebut pemegang saham utam, komisaris, atau direksi dari perusahaan publik atau emiten.

h. Memakai jasa perusahaan di mana pemegang saham utama, direktur,komisaris dari perusahaan publik menjadi pemegang saham, direkur, atau komisaris.

i. Melakukan penyertaan pada perusahaaan lain. Perusahaan publik melakukan penyertaan pada perusahaan lain yang mana pemegang saham utama, direksi, atau komisaris menjadi pemegang saham, komisaris atau direksi pula pada perusahaan yang menerima penyertaan.

j. Menggunakan fasilitas pada perusahaan publik oleh perusahaan lain baik afiliasi ataupun bukan. Perusahaan publik memberikan jasa penggunaan fasilitas kepada perusahaan yang mana pemegang saham utama, komisaris, direksi menjadi pemegang saham atau menjadi anggota komisaris atau direksi dari perusahaan yang mempergunakan fasilitas tersebut.

k. Perusahaan menggunakan fasilitas perusahaan lain oleh perusahaan publik. Perusahaan publik mempergunakan fasilitas perusahaan lain yang mana pemegang saham utama, komisaris, atau direksi perusahaan

publik merupakan pemegang saham, direksi atau komisaris dari pemberi fasilitas.

l. Dan transaksi lain yang berindikasikan adanya benturan kepentingan. Dengan demikian, apabila sebagian atau seluruh penambahan modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu berkaitan dengan modus-modus di atas, perusahaan publik tersebut harus memenuhi syarat- syarat yang terdapat dalam Peraturan IX. E. 1.

Transaksi benturan kepentingan tertentu tetap dapat dilakukan dan sah bila mengikuti Peraturan IX. E. 1. angka 2, yaitu harus terlebih dahulu mendapat persetujuan oleh pemegang saham independen. Persetujuan tersebut dituangkan ke dalam akta notariil. Peraturan Nomor IX. E. 1. angka 9 dan 10 mensyaratkan bahwa RUPS untuk transaksi yang mempunyai benturan kepentingan dapat dilakukan sampai tiga kali.203

RUPS Pertama :

204

1. Harus dihadiri pemegang saham independen yang mewakili lebih dari 50 % saham yang dimiliki oleh pemegang saham independen; 2. Harus disetujui oleh pemegang saham independen yang mewakili

lebih dari 50 % saham pemegang saham independen.

Dalam hal RUPS pertama tidak tercapai kuorum, maka RUPS kedua harus segera dilakukan. RUPS kedua :205

1. Dihadiri oleh pemegang saham independen yang mewakili oleh saham yang dimiliki oleh pemegang saham independen;

203

M. Irsan Nasruddin,dkk., op. cit., Hal.249-250. 204

Ibid., Hal. 250 205

2. Disetujui oleh pemegang saham independen yang mewakili lebih dari 50 % saham yang dimilik oleh pemegang saham independen;

3. Pemberian suara dapat dilakukan langsung oleh pemegang saham atau kuasanya.

Dalam hal kuorum RUPS kedua tidak tercapai, maka RUPS ketiga harus dilakukan. RUPS :206

1. Mendapat persetujuan dari Bapepam; 2. Telah diumumkan kepada masyarkat;

3. Disetujui pemegang saham independen yang mewakili lebih dari 50% saham yang dimiliki oleh pemegang saham independen yang hadir.

Jika dalam RUPS yang ketiga tidak juga mendapat persetujuan pemegang saham independen, maka transaksi tidak boleh diajukan kembali dalam jangka waktu 12 bulan sejak tanggal penolakan (Peraturan Bapepam IX. E. 1. angka 11. Untuk pelanggaran atas ketentuan ini Bapepam dapat mengenakan sanksi administratif (angka 13).207 Pemegang saham independen adalah pemegang saham yang tidak mempunyai benturan kepentingan dengan suatu transaksi tertentu dan atau bukan merupakan pihak terafiliasi dari direktur, komisaris atau pemegang saham utama yang mempunyai benturan kepentingan atau transaksi tertentu.208 206 Ibid. 207 Ibid. 208

I Made B. Tirthayata, Peraturan Bapepam Atas Merger dan Akuisusi, Warta Bapepam, 2005, Hal. 7.

Setiap rencana transaksi yang mengandung benturan kepentingan harus diungkapkan terlebih dahulu, karena informasi itu merupakan panduan penting bagi pemegang saham, atau investor untuk mengambil keputusan. Semua transaksi yang tersebut harus diungkapkan secepat mungkin (paling lambat) dua hari setelah transaksi.209

F. Aspek Perlindungan Saham Minoritas dengan Adanya Hak