DAFTAR PUSTAKA
I. BUKU
Achsien, Iggie H., Investasi Syariah di Pasar Modal: Menggagas Konsep dan Praktik Manajemen Portofolio Syariah, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2003.
Ais, Chatamarrasjid., Menyingkap Tabir Perseroan; Piercing The Corporate Veil; Kapita Selekta Hukum Perusahaan, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2000. Anogara, Pandji dan Piji Fakarti, Pengantar Pasar Modal, Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2001.
Anwar, Jusuf, Pasar Modal Sebagai Sarana Pembiayaan dan Investasi: Cetakan-2, Bandung: PT. Alumni Bandung, 2007.
Daniri, Mas Ahmad, Good Corporate Governance Konsep dan Penerapannya Dalam Konteks Indonesia, Jakarta: Ray Indonesia, 2005.
F. Brigham, Eugene dan Joel F. Houston, Manajemen Keuangan: Cetakan-8, Jakarta: Erlangga, 2001.
Fuady, Munir, Pasar Modal Modern; Tinjauan Hukum:Cetakan-2, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2001.
_____________, Doktrin-doktrin Modern dalam Corporate Law, Bandung: Citra Aditya Bakti,2002.
_____________, Pengantar Hukum Bisnis: Cetakan-3, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2008.
Forum for Good Corporate in Indonesia, Corporate Governance Tata Kelola Perusahaan, Jakarta: FCGI, 2000.
Harahap, M. Yahya, Hukum Perseroan Terbatas, Jakarta: Sinar Grafika, 2009. Jaso, Winarto ed., Pasar Modal Indonesia: Retrospeksi Lima Tahun Swastanisasi
BEJ, Jakarta: Sinar Harapan, 1997.
Nasrudin, M. Irsan dkk., Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia: Cetakan-5, Jakarta: Kencana, 2008.
Nasution, Bismar, Keterbukaan dalam Pasar Modal, Jakarta: Program Pascarsarjana UI, 2001.
Pramono, Nindyo, Sertifikasi Saham PT Go Public dan Hukum Pasar Modal Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1997.
Sitompul, Asril, Pasar Modal; Penawaran Umum Dan Permasalahannya:
Cetakan-2, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2001.
Samsul, Mohammad, Pasar Modal dan Manajemen Portofolio, Surabaya: Erlangga, 2006.
Suta, I Putu Gede Ary, Menuju Pasar Modal Modern, Jakarta: Yayasan Sad Satria Bakti, 2000.
Sutedi, Adrian, Segi-Segi Hukum Pasar Modal, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009. Surya, Indra dan Ivan Yustiavandana, Penerapan Good Corporate Governance:
Cetakan-2, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008).
Tjager, I Nyoman dkk., Corporate Governance-Tantangan dan Kesempatan bagi Komuitas Bisnis Indonesia, Jakarta: PT. Prenhallindo, 2004.
Usman, Marzuki et.al., ABC Pasar Modal Indonesia, Jakarta: LPPI/ IBI, 1994.
II. JURNAL
Carmody, Bernei, Implementasi of Corporate Governance in Indonesia, ADB Corporate Governance Reform Project.
Nasution, Bismar, Prinsip Keterbukaan dalam Good Corporate Governance, Jurnal Hukum Bisnis, Volume 22 No. 6 Tahun 2003.
Tirthayata, I Made B., Peraturan Bapepam Atas Merger dan Akuisusi, Warta Bapepam, 2005.
III. MAKALAH
Nasution, Bismar, Beberapa Aspek Hukum Pasar Modal Dalam Transaksi Saham, disampaikan pada Pelatihan Corporate Lawyer V LPSH-HIL C, Jakarta, 24 Mei 2000.
_______________, Mengupas serta Mencermati Fenomena Tindak Pidana di Pasar Modal, disampaikan pada Seminar Bina Manajemen Bisnis dan Investasi Dharma Nusantara, Jakarta, 8 Mei 2003.
IV. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.
Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor Kep-117/M-MBU/2002 tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governance Pada Badan Usaha Milik Negara.
Peraturan Bapepam Nomor IX. D. 1 tentang Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu.
Peraturan Bapepam Nomor IX. A. 2 tentang Tata Cara Pendaftaran Dalam Rangka Penawaran Umum.
Peraturan Bapepam Nomor IX. D. 4 tentang Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu.
Peraturan Bapepam Nomor IX. E. 1 tentang Transaksi Afiliasi dan Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu.
V. INTERNET
http://www.antaranews.com/view/?i=1190303412&c=EKB&s=, diakses tanggal 25 September 2010.
http://www.answers.com/topic/preemptive-right, diakses tanggal 18 Agustus 2010.
diakses tanggal 5 Oktober 2010.
http://www.bapepam.go.id/old/profil/sejarah.htm., diakses tanggal 2 September 2010.
September 2010.
http://www.bataviase.co.id/node/363215, diakses tanggal 27 September 2010.
http://www.bisnis.vivanews.com/news/read/153485
tambah_modal_tanpa_hmetd__bumi_pangkas_utang, diakses tanggal 5 Juli 2010.
http://economy.okezone.com/read/2010/09/02/278/369221/278/penutupan-trading-floor-tak-berdampak-luas , diakses tanggal 25 September 2010.
http://id.wikipedia.org/wiki/Bursa_Efek_Indonesia, diakses tanggal 25 September 2010.
2010.
http://id.wikipedia.org/wiki/Bursa_Efek_Surabaya, diakses tanggal 25 September 2010.
tanggal 18 Juli 2010.
Agustus 2010.
http://www.inilah.com/read/detail/789731/bei-trading-floor-ke-remote-trading/, diakses tanggal 27 September 2010.
tanggal 20 Juli 2010.
tanggal 18 Juli 2010.
http:/
diakses tanggal 15 Oktober 2010.
http://www.pesantrenvirtual.com/index.php/ekonomi-syariah/1156-pasar-modal-syariah,diakses tanggal 21 September 2010.
diakses tanggal 21Juli 2010.
http://shiningsiko.multiply.com/journal/item/5/Dilema_Terlupakan_dari_Pembent ukan_Otoritas_Jasa_Keuangan, diakses tanggal 14 September 2010.
http://www.unisosdem.org/article_detail.php?aid=7096&coid=2&caid=19&gid=2 , diakses tanggal 25 September 2010.
diakses tanggal 23 September 2010.
IV. KORAN
Harian Kontan.
BAB III
PENAWARAN UMUM PERDANA (INITIAL PUBLIC OFFERING)
A. Pengertian Penawaran Umum Perdana
Penawaran umum perdana merupakan salah satu tahap yang harus
dilalui oleh sebuah perusahaan dalam proses go public. Untuk dapat melakukan listing di pasar modal, suatu perusahaan haruslah memenuhi persyaratan tertentu. Jadi tidak semua perusahaan dapat go public. Karena itu, misalnya ada hal-hal yang belum beres dalam perusahaan tersebut
sehingga belum memenuhi standar atau persyaratan go public, maka hal-hal tersebut perlu terlebih dahulu dibereskan.114
Tidak jarang bahwa proses pemberesan, termasuk membereskan
dari segi yuridis tersebut terkadang memakan waktu yang lama. Di
samping itu, untuk memastikan apakah perusahaan yang bersangkutan
telah siap dan memenuhi syarat go public, dibutuhkan serangkaian prosedur, dokumentasi, pemeriksaan, analisis oleh pihak-pihak tertentu
seperti pihak profesional misalnya. Karena itu pula keseluruhan
rangkaian proses go public suatu perusahaan dapat digolongkan ke dalam :
115
1. Proses persiapan
2. Proses pendahuluan
3. Proses pelaksanaan
114
Munir Fuady, op.cit., Hal. 52. 115
Penawaran umum perdana sendiri adalah merupakan bagian
dalam proses pelaksanaan go public suatu perusahaan yaitu setelah ditempuhnya proses persiapan dan proses pendahuluan untuk go public. Dan setelah proses ini dilakukan, khususnya setelah efektifnya pernyataan
pendaftaran kepada Bapepam, maka barulah perusahaan tersebut dapat
melakukan penawaran saham-sahamnya kepada publik.116 Apabila
Bapepam tidak melakukan sesuatu, maka pernyataan pendaftaran tersebut
telah menjadi efektif dengan sendirinya pada hari ke-45 sejak diterimanya
pernyataan pendaftaran oleh Bapepam secara lengkap.117
Emisi efek dapat diartikan sebagai suatu aktivitas dikeluarkannya
atau diterbitkannya suatu jenis efek tertentu untuk pertama kalinya dan
melakukan pendistribusian efek itu kepada masyarakat melalui
penawaran umum dengan maksud menghimpun modal. UUPM Pasal 1
memuat definisi penawaran umum (public offering) yaitu kegiatan penawaran efek yang dilakukan oleh emiten untuk menjual efek kepada
masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur dalam undang-undang ini
dan peraturan pelaksananya.
Proses
penawaran saham kepada publik ini sering juga disebut dengan emisi
efek.
118
116
Ibid, Hal. 66 117
Bismar Nasution, Beberapa Aspek Hukum Pasar Modal Dalam Transaksi Saham, disampaikan pada Pelatihan Corporate Lawyer V LPSH-HIL C, Jakarta, 24 Mei 2000,Hal. 5.
118
Dalam pasar finansial, penawaran umum perdana (Initial Public
Offering) adalah penjualan pertam
kepada investor umum.119
Penawaran umum pada praktiknya dilaksanakan melalui pasar
perdana (primary market) yang berlangsung dalam waktu terbatas selama beberapa hari saja. Dalam hal ini penawaran efek dilakukan langsung
oleh emiten kepada calon pemodal dengan bantuan para Penjamin Emisi
Efek dan para agen penjualan (kalau ada). Dengan berakhirnya pasar
perdana, untuk selanjutnya pemodal dapat memperjualbelikan kembali
efeknya pada pasar sekunder (bursa). Harga penawaran efek (offering price) pada pasar perdana ditetapkan bersama antara emiten dengan Penjamin Pelaksana Emisi, sedangkan pembentukan harga efek di bursa
didasarkan pada hukum permintaan dan penawaran yang berlaku dalam
Peraturan Bapepam Nomor IX. 8.
120
B. Latar Belakang Penawaran Umum Perdana
Modal yang tersedia dalam bentuk uang sangat diperlukan oleh
perusahaan, selain untuk menjaga kelangsungan hidup juga untuk
pengembangan usaha. Yang menjadi masalah bagi tiap perusahaan adalah
dari mana modal tersebut didapat, apabila uang perusahaan yang ada
hanya berupa catatan pembukuan sedangkan uang yang sebenarnya
sedang beredar di mana-mana sesuai dengan transaksi yang dilakukan.
11
Agustus 2010
120
Bila ini terjadi dan hutang perusahaan sudah mencapai tingkat yang
cukup tinggi tentunya tidak baik bagi perusahaan. Kalau hal ini dibiarkan
berlarut-larut maka bukan tidak mungkin perusahaan akan mengalami
kebangkrutan. Di samping itu, selain untuk menjaga kelangsungan hidup
dan mengembangkan usaha, uang juga dibutuhkan untuk berbagai
keperluan termasuk untuk membayar hutang-hutang perusahaan baik
hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang. Untuk memenuhi
kebutuhan dana tersebut tentunya diperlukan usaha untuk mencari
tambahan berupa “fresh money” untuk disuntikkan ke perusahaan, sebagai pengganti ataupun sebagai penambah dana yang diperlukan untuk
pengembangan dan perluasan bidang usaha.121
Alternatif lainnya yang dapat dilakukan dalam mencari tambahan
dana itu adalah dengan mencari pihak lain yang mau ikut menanamkan
modalnya pada perusahaan. Hal ini dapat dilakukan dengan menjual
sebagian dari kepemilikan atas perusahaan, penjualan kepemilikan Dalam rangka pemenuhan kebutuhan dana tersebut, ada beberapa
alternatif yang dapat dilakukan perusahaan, seperti mencari pinjaman atau
tambahan pinjaman uang, mencari partner untuk melakukan
penggabungan usaha (merger), menjual perusahaan atau
menutupi/mengurangi sebagian kegiatan usaha. Upaya tersebut terakhir
tentunya tidak baik bagi perusahaan dan juga bagi pemilik dan
pegawainya.
121
dilakukan dengan berbagai cara salah satunya adalah dengan penjualan
sebagian dari saham yang dikeluarkan perusahaan dalam bentuk efek
kepada masyarakat luas yang dalam hal ini disebut investor atau pemodal,
hal ini dikenal dengan istilah Penawaran Umum (Go Public)122
Seperti halnya Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) yang
melunasi sebagian utangnya ke perbankan melalui Penawaran Umum atau
IPO anak usahanya, yaitu PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk yang
memperoleh dana senilai Rp. 4,1 triliun dari hasil penjualan saham
perdananya. Dana itu digunakan INDF untuk melunasi hutang digunakan
untuk membayar hutang jangka pendek dan jangka panjang kepada Bank
Mandiri, Bank BCA dan Rabobank International Indonesia sehingga
likuiditas INDF meningkat dan lebih leluasa untuk ekspansi.123
Beberapa hal yang menjadi dasar suatu perusahaan dalam
melaksanakan penawaran umum yaitu :124
a. Meningkatkan kepememilikan saham bagi pemodal individual (retail
investor)
b. Melepas sebagian dari kepemilikan perusahaan
c. Mencari proceed yang sebesar-besarnya
d. Menciptakan dasar bagi distribusi yang berlingkup internasional
(untuk penawaran di luar negeri)
e. Mengalokasikan saham kepada pemodal jangka panjang sebagai
pendukung.
122
Ibid, Hal. 10-11. 123
Kontan, Jumat, 8 Oktober 2010, Hal. 3. 124
Apabila perusahaan tidak atau belum siap untuk melakukan
penawaran umum ataupun karena kondisi pasar belum memungkinkan,
maka sebaiknya perusahaan tidak terlalu memaksakan diri dan sedapat
mungkin memutuskan untuk mencari pendanaan dari sumber dana jangka
pendek yang dalam hal ini akan lebih baik daripada melakukan
penawaran umum yang dipaksakan, karena kegagalan dalam penawaran
umum dapat merupakan malapetaka bagi perusahaan dan tentunya juga
bagi pemilik dan para pegawainya.
Ada beberapa indikator yang dapat dipedomani sebagai anjuran
untuk bahan pertimbangan sebelum memutuskan akan melakukan
penawaran umum perdana, pertimbangan ini antara lain adalah :125
a. Perusahaan memilik piutang yang dapat ditagih, persediaan barang,
tanah, pabrik dan peralatan (mesin-mesin) dalam jumlah yang cukup
besar yang tidak sedang dijadikan agunan.
Bila terdapat indikator ini perusahaan maka pendanaan yang dilakukan
melalui pinjaman dengan jaminan aset-aset perusahaan adalah
merupakan alternatif yang cukup baik.
b. Perusahaan membutuhkan dana sangat besar untuk membeli tanah,
pabrik ataupun peralatan. Hal ini bukan merupakan hal yang luar biasa,
pendanaan dari sumber-sumber komersial dapat menjadi alternatif
yang baik.
125
c. Teknologi yang diterapkan perusahaan belum canggih akan tetapi
mempunyai prospek yang menarik di masa depan. Untuk ini joint venture, atau kerja sama riset dan pengembangan merupakan alternatif yang baik bagi perusahaan untuk mendapatkan dana atau suntikan
modal, dan juga dapat merupakan suatu komitmen untuk memberikan
suatu bagian yang lebih besar dalam peningkatan perusahaan kepada
mitra kerja.
Keuntungan melakukan penawaran umum :126
1. Perusahaan menginginkan potensi untuk mendapatkan tambahan
modal daripada harus melalui kredit pembiayaan (debt financing). 2. Peningkatan likuiditas perusahaan terhadap kepentingan
pemegang saham utama dan pemegang saham minoritas.
3. Dapat melakukan penawaran efek di pasar sekunder.
4. Meningkatkan prestise dan publisitas perusahaan.
5. Kemampuan untuk mengadopsi karyawan kunci dengan
menawarkan opsi (option).
Kelemahan dari Go Public adalah :127
1. Adanya tambahan biaya untuk mendaftarkan efek pada penawaran
umum.
2. Meningkatkan pengeluaran dan pemaparan potensi kewajiban
berkenaan dengan registrasi dan laporan berkala.
126
M . Irsan Nasrudin, dkk., op.cit., Hal. 215-216. 127
3. Hilangnya kontrol terhadap persoalan manajemen , karena terjadi
dilusi kepemilikan saham.
4. Keharusan untuk mengumumkan besarnya pendapatan perusahaan
dan pembagian deviden.
5. Efek yang diterbitkan mungkin saja tidak terserap oleh masyarakat
sesuai dengan perhitungan perusahaan.
C. Syarat-syarat Penawaran Umum Perdana
Secara umum perusahaan yang melakukan penawaran umum (go public) jelas mencatat beberapa hal yang positif, misalnya catatan keuangan yang baik, perolehan keuntungan, pembesaran volume usaha
karena membesarnya potensi laba, potensi perusahaan di masyarakat.
Perusahaan yang melakukan penawaran umum jelas ingin mempertegas
posisinya di masyarakat dan memperbesar volume usaha dengan
menghimpun dana masyarakat.128
Sebelum melakukan penawaran umum perdana (IPO), ada
beberapa hal yang semestinya dijadikan faktor untuk evaluasi antara lain
:129
a. Catatan Kinerja Perusahaan pada tahun-tahun terakhir sebelum IPO,
perusahaan mungkin mempunyai sejarah tentang kekuatan financial, penghasilan laba yang konsisten dan terpelihara dan pertumbuhan
pendapatan, atau pangsa pasar yang khusus. Hal ini dapat merupakan
128
Ibid, Hal. 214. 129
faktor pertimbangan yang sangat baik, meskipun pada waktu sebelum
IPO tingkat pertumbuhan perusahaan sangat kecil, ataupun tidak ada
peningkatan sama sekali dan di pasar telah terjadi kejutan-kejutan yang
cukup berpengaruh.
b. Ukuran perusahaan, hal ini dapat dilihat dari berbagai hal dan juga
akan berbeda di masing-masing bursa efek di berbagai negara.
Umumnya untuk perusahaan yang tidak begitu membutuhkan
teknologi penjamin emisi (underwriter) selalu melihat pertumbuhan dan konsistensi pendapatan tahunan yang lebih dari US$ 15 juta dan
laba bersih US$ 1 juta atau lebih.
c. Faktor-faktor yang intangible juga harus dipertimbangkan, salah satu faktor yang sangat dipertimbangkan adalah penerapan teknologi di
perusahaan, terutama teknologi maju yang akan membuat produk atau
jasa yang dihasilkan perusahaan menjadi tampil beda di pasar dan
berada di atas pesaingnya.
d. Tujuan perusahaan dan tujuan dilaksanakan penawaran umum harus
jelas, kebutuhan perusahaan terhadap modal biasanya lebih ditekankan
untuk jangka panjang dibanding dari tujuan utnuk jangka pendek. Dan
hal ini harus didukung oleh pemikiran yang jernih dan rancangan
bisnis (business plan) perusahaan yang baik. Ukuran besarnya
penawaran yang akan dilakukan perusahaan akan ditentukan/
diarahkan oleh apa yang dibutuhkan dan apa yang akan dicapai oleh
e. Pangsa pasar, posisi produksi perusahan di pasarnya harus cukup
untuk dapat mempertahankan pertumbuhan keuntungan yang cukup
besar.
f. Gaya manajemen, manajemen perusahaan juga harus cukup fleksibel
untuk dapat membantu agar perusahaaan dapat bertahan dari tekanan –
tekanan di bidang finansial yang datang dari masyarakat investor. Hal
ini jugaharus dapat menjaga agar perusahaan tetap berhasil dalam
jangka waktu panjang.
g. Manajemen yang kuat, perusahaan harus mempunyai manajemen yang
kuat serta pengalaman, dan juga dewan komisaris yang bertindak
sebagai badan penasihat. Hal ini juga merupakan faktor-faktor yang
penting yang dipertimbangkan oleh penjamin emisi dan para pelaku
pasar modal.
h. Internal kontrol, sistem akuntansi dan sistem informasi manajemen
perusahaan harus benar-benar mampu menangani peningkatan
pertumbuhan dan pelaporan keuangan, termasuk laporan keuangan
interim yang akurat.
i. Laporan-laporan, laporan yang diaudit untuk tiga tahun terakhir
sebelum penawaran umum sangat diperlukan. Hal ini tentunya
merupakan hal yang mahal dan juga rumit dalam kenyataannya.
Kebanyakan penjamin emisi regional menghendaki agar laporan
Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi suatu perusahaan
untuk melakukan penawaran umum antara lain :130
1. Perseroan Terbatas (PT) yang telah beroperasi sekurang-kurangnya 12
bulan;
2. Memiliki Aktiva Bersih Berwujud sekurang-kurangnya Rp 5 miliar
dengan laporan keuangan auditan tahun buku terakhir memperoleh
opini ‘Wajar Tanpa Pengecualian’ dari akuntan publik yang terdaftar
di BAPEPAM;
3. Menjual sekurang-kurangnya 50 juta saham atau 35 persen dari jumlah
saham yang diterbitkan (mana yang lebih kecil) dan jumlah pemegang
saham publik sekurang-kurangnya 500 pihak, dapat menjadi
perusahaan publik yang sahamnya diperdagangkan di BEI.
D. Tahap-tahap Penawaran Umum Perdana
Tahap-tahap yang perlu diperhatikan dan dilakukan oleh
perusahaan yang akan melakukan penawaran umum adalah sebagai
berikut :131
1. Tahap Pra-Emisi
a. Perusahaan melakukan kajian mendalam (due diligence) terhadap keadaan keuangan, aset, kewajiban kepada pihak lain dan kewajiban
pihak lain terhadap perusahaan dan rencana penghimpunan dana. Dari
13
131
kajian itu akan terlihat terhadap hal-hal apa saja perusahaan perlu
melakukan restrukturisasi, misal permodalan, keuangan, aset,
organisasi, atau posisi-posisi tertentu di jajaran eksekutif dan komisaris
perusahaan. Dari legal audit bisa diketahui tentangn jumlah dan status aset yang dimiliki perusahaan, utang perusahaan kepada pihak lain,
piutang pihak lain terhadap perusahaan yang belum terselesaikan.
Kajian mendalam akan menghasilkan sejumlah rekomendasi tindakan
yang harus dilakukan perusahaan dalam rangka memenuhi persyaratan
melakukan penawaran umum.
b. Perusahaan menyusun rencana penawaran umum yang harus
mendapatkan persetujuan dari Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS). Keputusan RUPS itu akan menjadi landasan hukum untuk
melakukan penawaran umum. RUPS juga akan memutuskan
perubahan Anggaran Dasar (AD) perusahaan.
c. Perusahaan menentukan penjamin emisi , profesi penunjang, dan
lembaga penunjang untuk penawaran umum.
Profesi penunjang yang diperlukan adalah :
1. Akuntan Publik, untuk melakukan audit terhadap laporan keuangan
emiten untuk dua tahun terahir;
2. Notaris, untuk membuat dokumen atas perubahan Anggaran Dasar,
perjanjian-perjanjian dalam rangka penawaran umum; dan notulen
3. Konsultan Hukum, untu memberikan pendapat dari segi hukum
mengenai semua hal yang berkaitan dengan hukum untuk penawaran
umum.
Sedangkan lembaga penunjang yang diperlukan adalah :
1) Wali Amanat yang akan bertindak untuk mewakili kepentingan
pemegang obligasi sebagai kreditur.
2) Biro Administrasi Efek (PT KPEI)
3) Lembaga Kustodian (PT KSEI)
d. Perusahaan menyiapkan semua dokumen dan perjanjian yang
diperlukan untuk melakukan penawaran umum.
e. Perusahaan membuat kontrak pendahuluan dengan bursa efek.
f. Perusahaan melakukan public expose.
g. Perusahaan menyampaikan Pernyataan Pendaftaran kepada Bapepam.
h. Bapepam akan menyampaikan pernyataaan efektif Pernyataan
Pendaftaran tersebut dalam waktu 45 hari setelah meneliti kelengkapan
dokumen, cakupan dan kejelasan informasi, dan keterbukaan menurut
aspek hukum, akuntansi, keuangan, dan manajemen.
2. Tahap Emisi132
1) Penawaran oleh sindikasi penjamin emisi dan agen penjual di pasar
primer.
2) Penjatahan kepada pemodal oleh sindikasi penjamin emisi dan emiten
di pasar primer.
132
3) Penyerahan efek kepada pemodal di pasar primer.
4) Emiten mencatatkan efeknya di pasar sekunder (di bursa).
5) Perdagangan efek di pasar sekunder (di bursa).
3. Tahap Setelah Emisi133
Sesudah proses emisi, emiten berkewajiban untuk menyampaikan
informasi, yaitu :
1. Laporan berkala, misalnya laporan tahunan dan laporan tengah
tahunan (continuous disclosure).
2. Laporan kejadian penting dan relevan, misalnya akuisisi, pergantian
direksi (timely disclosure).
E. Keterbukaan dalam Penawaran Umum Perdana
Dalam kegiatan pasar modal adalah kewajiban pihak-pihak dalam
suatu penawaran umum untuk memerhatikan dan memenuhi prinsip
keterbukaan. Menurut Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar
Modal, yang dimaksud dengan keterbukaan adalah pedoman umum yang
mensyaratkan emiten, perusahaan publik, dan pihak lain yang tunduk
pada undang-undang ini untuk menginformasikan kepada masyarakat
dalam waktu yang tepat seluruh informasi material mengenai usahanya
atau efeknya yang dapat berpengaruh terhadap keputusan pemodal
terhadap efek yang dimaksud dan atau harga dari efek tersebut.134
133
Ibid., Hal. 219 134
Menurut Bismar Nasution, ada tiga tujuan keterbukaan
(disclosure) dalam pasar modal, yang antara lain adalah sebagai berikut :135
1. Memelihara kepercayaan publik terhadap pasar
Dalam hal ini kepercayaan investor sangat relevan ketika munculnya
ketidakpercayaan publik terhadap pasar modal yang pada gilirannya
mengakibatkan pelarian modal (capital flight) secara besar-besaran dan seterusnya dapat mengakibatkan kehancuran pasar modal (bursa
saham)
2. Menciptakan mekanisme pasar yang efisien
Pasar yang efisien berkaitan dengan sistem keterbukaan wajib. Sistem
keterbukaan wajib berusaha menyediakan informasi teknis bagi
anggota dan profesional pasar.
3. Memberi perlindungan terhadap investor
Dengan adanya keterbukaan maka secara tidak langsung akan memberi
perlindungan kepada investor, yang apabila dalam membuat perjanjian
pembelian saham oleh investor, kemudian terdapat penipuan dalam
bentuk perbuatan yang menyesatkan, misalnya pernyataan
(misrepresentation) informasi, maka perlindungan investor tersebut dilihat dari sisi ketentuan perjanjian sebagai mana diatur dalam
KUHPerdata hanya sebatas pembatalan perjanjian transaksi saham.
135
Dalam penawaran umum, aspek yang sangat penting dari
keterbukaan adalah pengertian mengenai informasi apa yang diperlukan
dan kemudian menyediakanya dalam keadaan yang jelas dan terbuka.
Salah satu langkah penting dari penawaran umum adalah penyiapan
pernyataan pendaftaran. Pernyataan pendaftaran ini memberikan detil
mengenai penawaran umum perusahaan dan menyediakan informasi yang
lengkap yang dibutuhkan oleh Bapepam, dan untuk meningkatkan minat
investor terhadap perusahaan.136
Dalam pernyataan pendaftaran, keterbukaan harus datang baik
dari emiten sendiri maupun dari profesi penunjang. Emiten hendaknya
membuka semua informasi material berkaitan dengan kondisi perusahaan
sedangkan profesi penunjang harus men-disclose semua informasi material dalam due diligence mereka. Baik emiten maupun profesi penunjang bertanggung jawab atas segala informasi yang disampaikan
kepada Bapepam. Hal ini terlihat dari angka 1 huruf c Peraturan Bapepam
No. IX. A. 2 tentang Tata Cara Pendaftaran Dalam Rangka Penawaran
Umum menyatakan :137
136
Asril Sitompul, op. cit., Hal. 56-57. 137
Angka 1 huruf c Peraturan IX. A. 2 tentang Tata Cara Pendaftaran Dalam Rangka Penawaran Umum
“Emiten dan profesi penunjang bertanggung
jawab atas kelengkapan dan kebenaran informasi yang diungkapkan
dalam pernyataan pendaftaran dan dokumen pendukungnya sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Setiap Pihak yang memberikan pendapat atau
keterangan dan atas persetujuannya, pendapat atau keterangan tersebut
bertanggung jawab baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama, atas
pendapat atau keterangan yang diberikannya”.
Selain pernyataan pendaftaran, keterbukaan dalam rangka
penawaran umum juga diharuskan tercermin dari prospektus. Peraturan
perundang-undangan memperkenalkan tiga macam prospektus yaitu :138
1. Prospektus biasa.
2. Prospektus ringkas (wajib dimuat dalam surat kabar).
3. Prospektus dalam rangka penawaran umum oleh perusahaan menengah
dan kecil.
Selanjutnya, UUPM memberikan rambu-rambu yuridis bagi suatu
prospektus, yaitu sebagai berikut :139
1. Dilarang memuat hal-hal :
a. keterangan yan tidak benar tentang fakta material; dan
b. tidak memuat keterangan yang benar tentang fakta material.
2. Memuat semua rincian tentang fakta material yang dapat memengaruhi
keputusan pemodal.
3. Fakta dan pertimbangan yang paling penting ditempatkan pada tempat
paling awal.
4. Ekstra hati-hati dalam penggunaan foto, diagram atau tabel karena
sangat potensial untuk terjadinya misleading.
5. Diungkapkan dengan bahasa yang jelas dan komunikatif.
138
Adrian Sutedi, op. cit., Hal. 105 139
6. Diungkapkannya fakta material harus ditentukan sesuai bidang usaha
atau sektor industrinya.
7. Mestilah terdapat pernyataan bahwa lembaga dan profesi penunjang
pasar modal yang disebut dalam prospektus tersebut bertanggung
jawab sepenuhnya atas data yang disajikan sesuai dengan fungsi
mereka, sesuai dengan peraturan yang berlaku dalam wilayah RI dan
kode etik, norma serta standar pofesi masing-masing.
8. Harus ada pernyataan bahwa sehubungan dengan penawaran umum,
setiap pihak terafiliasi dilarang menentukan keterangan atau
pernyataaan mengenai data yang tidak diungkapkan dalam prospektus
tanpa persetujuan tertulis dari emiten dan penjamin pelaksana emisi.
9. Menurut penjelasan pasal 78 ayat (3) UUPM, suatu prospektus
sekurang-kurangnya memuat :
a. uraian tentang penawaran umum;
b. tujuan dan penggunaan dana penawaran umum;
c. analisis dan pembahasan mengenai kegiatan dan keuangan;
d. risiko usaha;
e. data keuangan;
f. keterangan dari segi hukum;
g. informasi mengenai pemesanan pembelian efek; dan
h. keterangan tentang anggaran dasar.
10. Harus adal “klausula huruf besar” (yakni klasula yang dicetak
a. BAPEPAM TIDAK MEMBERIKAN PERNYATAAN
MENYETUJUI ATAU TIDAK MENYETUJUI EFEK INI. TIDAK
JUGA MENYATAKAN KEBENARAN ATAU KECUKUPAN ISI
PROSPEKTUS INI. SETIAP PERNYATAAN YANG
BERTENTANGAN DENGAN HAL-HAL TERSEBUT DALAM
PERBUATAN MELANGGAR HUKUM.
b. EMITEN DAN PENJAMIN EMISI EFEK (jika ada)
BERTANGGUNG JAWAB SEPENUHNYA ATAS
KEBENARAN SEMUA INFORMASI ATAU FAKTA
MATERIAL, SERTA KEJUJURAN PENDAPAT DALAM
PROSPEKTUS INI.
c. JIKA DIRENCANAKAN UNTUK MENSTABILISASI HARGA
EFEK TERTENTU, MAKA MESTI ADA KLASULA HURUF
BESAR.
Bagi pihak manajemen perusahaan, yang bermaksud go public
atau perusahaan publik, mutlak memahami prinsip keterbukaan di pasar
modal, agar dapat memahami apa yang telah ditetapkan dalam strategi
pengelolaan perusahaan yang baik. Pemahaman tersebut sekaligus
berguna untuk lebih mendalami persoalan bagaimana menciptakan
mekanisme pasar modal yang efisien. Hal ini sejalan dengan tujuan
efisien, melindungi investor, dan membantu menetapkan harga pasar yang
kuat.140
Sebab pemahaman yang baik dan mendalam tentang prinsip
keterbukaan tersebut pada gilirannya dapat digunakan untuk mendorong
jalannya hukum yang mengatur pelaksanaan prinsip keterbukaan dalam
rangka memberikan jaminan untuk mengantisipasi terjadinya
kemungkinan investor tidak memperoleh informasi atau fakta material
atau tidak meratanya informasi bagi investor disebabkan karena adanya
informasi yang tidak disampaikan dan bisa juga terjadi informasi yang
belum tersedia untuk publik telah disampaikan kepada kepada
orang-orang tertentu. Di sini investor atau pemegang saham dapat mengakses
informasi fakta material yang lahir dari prinsip keterbukaan sebagai
pendekatan untuk mengambil keputusan yang baik dalam investasinya,
sekaligus dapat memproyeksikan harga saham sesuai dengan refleksi
realita pasar.141
140
Bismar Nasution, Mengupas serta Mencermati Fenomena Tindak Pidana di Pasar Modal, disampaikan pada Seminar Bina Manajemen Bisnis dan Investasi Dharma Nusantara, Jakarta, 8 Mei 2003, Hal. 20.
BAB IV
TINJUAN HUKUM HAK MEMESAN EFEK TERLEBIH DAHULU (HMETD)/ RIGHT ISSUE DALAM PASAR MODAL
A. Pengertian dan dasar hukum Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) dalam Pasar Modal
Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) sering kali
disebut sebagai IPO kedua dari perusahaan publik atau emiten. Dalam
bab sebelumnya, telah dijelaskan bahwa dalam IPO, perusahaan publik
akan menjual saham pertama kalinya di pasar perdana dan sebagai
gantinya perusahaan akan mendapatkan dana segar (fresh money) yang akan digunakan untuk kelangsungan hidup perusahaan. Ada kalanya
setelah melakukan penawaran umum perdana, emiten membutuhkan
tambahan dana untuk mendukung kinerja perusahaan seperti untuk
membayar hutang yang akan jatuh tempo ataupun untuk keperluan
ekspansi perusahaan. Perusahaan tersebut dapat melakukan penawaran
umum kedua kalinya kepada pemegang saham lama terlebih dahulu,
inilah yang sering disebut Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu
(HMETD). Pada tahun 2009 tercatat ada 11 perusahaan yang melakukan
penambahan modal melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu di Bursa
Efek Indonesia dengan total dana yang dihimpun sebesar Rp. 8,56
triliun.142
142
Definisi Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu sebagaimana yang
terdapat dalam penjelasan pasal 82 ayat 1 Undang-Undang No 8 Tahun
1995 tentang Pasar Modal adalah hak yang melekat pada saham yang
memberikan kesempatan bagi pemegang saham yang bersangkutan untuk
membeli efek baru sebelum ditawarkan kepada pihak lain.143
Sedangkan, dalam peraturan Bapepam No IX. D.1 tentang Hak
Memesan Efek Terlebih Dahulu angka 1 huruf a, definisi Hak Memesan
Efek Terlebih Dahulu didefinisikan sebagai hak yang melekat pada saham
yang memungkinkan para pemegang saham yang ada untuk membeli
Efek baru, termasuk saham, Efek yang dapat dikonversikan menjadi
saham dan waran, sebelum ditawarkan kepada pihak lain. Hak tersebut
wajib dapat dialihkan.144 Dari pengertian tersebut, pemegang saham yang
mempunyai Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu dapat menukarkan
haknya dengan Efek baru berupa:145
1. Saham;
2. Efek yang dapat dikonversi menjadi saham (misalnya obligasi
konversi atau obligasi tukar); dan
3. Waran.
Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu Rights
Issue) atau disingkat HMETD dalam
yang diperoleh para
143
Pasal 82 ayat 1 Undang-Undang No 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal 144
Angka 1 huruf a Peraturan Nomor IX. D.1 14
daftar pemegang saham suat
penawaran terlebih dahulu apabila perusahaan sedang menjalani proses
simpanan146
Mohammad Samsul memberikan definisi Hak Memesan Efek
Terlebih Dahulu sebagai rights issue. Menurutnya, right issue atau right adalah hak pemengang saham lama untuk membeli terlebih dahulu
(preemptive right) saham baru pada harga tertentu dalam waktu kurang dari 6 bulan.147
Menurut Indo Premier Online Trading, right issue merupakan hak untuk memesan saham baru yang akan dikeluarkan oleh emiten. Rights
ini diberikan cuma-cuma dan diprioritaskan kepada pemegang saham
biasa untuk memesan saham baru.148
Adrian Sutedi menggunakan istilah Hak Memesan Efek Terlebih
Dahulu sebagai Bukti Right. Bukti Right didefinisikan sebagai Hak
Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) pada harga yang telah
diterapkan selama periode tertentu. Bukti Right diterbitkan pada
penawaran umum terbatas (right issue), di mana saham baru ditawarkan pertama kali kepada pemegang saham lama. Bukti Right dapat juga
diperdagangkan di pasar sekunder selama periode tertentu. Apabila
146
http://id.wikipedia.org/wiki/Hak_Memesan_Efek Terlebih_Dahulu, diakses tanggal 18 Juli 2010.
147
Mohammad Samsul, op. cit., Hal. 84. 14
pemegang saham tidak menukar Bukti Right tersebut, maka akan terjadi
dilusi pada kepemilikan atau jumlah saham yang dimiliki akan berkurang
secara proporsional terhadap jumlah total saham yang diterbitkan
perusahaan.149
Menurut Karimsyah Law Firm, Hak Memesan Efek Terlebih
Dahulu (HMETD) adalah saham yang dikeluarkan dalam rangka
penambahan modal yang harus ditawarkan terlebih dahulu kepada setiap
pemegang saham seimbang dengan jumlah saham yang dimilikinya
(untuk klasifikasi saham yang sama). Jika pemegang saham lama tidak
menggunakan haknya untuk mengambil saham baru yang akan
diterbitkan, maka saham-saham baru tersebut akan ditawarkan kepada
karyawan. Jika karyawan tidak menggunakan haknya untuk mengambil
saham baru yang akan diterbitkan, maka saham-saham baru tersebut akan
ditawarkan kepada pihak luar perusahaan (bukan pemegang saham dan
juga bukan karyawan). Dalam right issue, pembagian jumlah saham baru yang akan dikeluarkan dengan jumlah seluruh saham yang ada dapat
ditentukan , misalnya setiap 5 saham memiliki 12 rights, di mana 1 right
memberikan hak untuk mengambil saham baru. Pada dasarnya, Hak
Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) akan menambah modal
disetor emiten.150
Perangkat hukum yang mengatur mengenai Hak Memesan Efek
Terlebih Dahulu (HMETD) telah lama ada, yaitu diatur dalam UU PT
149
Adrian Sutedi, op.cit., Hal.47. 150
lama yang tidak lain adalah Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995. Pasal
36 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 yang antara lain berisi :151
Dasar hukum Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD)
juga diatur oleh pasal 82 ayat 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal sebagaimana yang telah disebutkan di atas. Dalam
UU PT baru, yakni Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 yaitu dalam
pasal 43 yang antara lain menyebutkan :
(1) Dalam hal Anggaran Dasar tidak menentukan lain, seluruh saham
yang dikeluarkan dalam penambahan modal harus terlebih dahulu
ditawarkan kepada setiap pemegang saham seimbang dengan
pemilikan saham untuk klasifikasi saham yang sama.
(2) Dalam hal pemegang saham tidak menggunakan hak untuk membeli
saham sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), setelah lewat waktu 14
(empat belas) hari terhitung sejak penawaran, perseroan menawarkan
kepada karyawan mendahului penawaran kepada orang lain untuk
membeli jumlah tertentu atas saham tersebut.
(3) Ketentuan mengenai saham yang ditawarkan kepada karyawan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Pemerintah.
152
1. Seluruh saham yang dikeluarkan untuk penambahan modal harus
terlebih dahulu ditawarkan kepada setiap pemegang saham seimbang
dengan pemilikan saham untuk klasifikasi saham yang sama.
151
Pasal 36 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 152
2. Dalam hal saham yang akan dikeluarkan untuk penambahan modal
merupakan saham yang klasifikasinya belum pernah dikeluarkan, yang
berhak membeli terlebih dahulu adalah seluruh pemegang saham
sesuai dengan perimbangan jumlah saham yang dimilikinya.
3. Penawaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku dalam
hal pengeluaran saham:
a. ditujukan kepada karyawan Perseroan;
b. ditujukan kepada pemegang obligasi atau efek lain yang dapat
dikonversikan menjadi saham, yang telah dikeluarkan dengan
persetujuan RUPS; atau
c. dilakukan dalam rangka reorganisasi dan/atau restrukturisasi yang
telah disetujui oleh RUPS.
4. Dalam hal pemegang saham sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tidak menggunakan hak untuk membeli dan membayar lunas saham
yang dibeli dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari terhitung sejak
tanggal penawaran, Perseroan dapat menawarkan sisa saham yang
tidak diambil bagian tersebut kepada pihak ketiga.
Dengan demikian, dapatlah disimpulkan bahwa Hak Memesan
Efek Terlebih Dahulu (HMETD) adalah hak yang dipunyai oleh
pemegang saham lama jika terjadi penambahan modal dalam perusahaan,
khususnya perusahan publik yang bergerak dalam pasar modal, dalam
jangka waktu 14 (empat belas) hari terhitung sejak tanggal penawaran.
saham secara proporsional sesuai dengan jumlah saham yang dimilikinya.
Akan tetapi, ada beberapa pengecualian Hak Memesan Efek Terlebih
Dahulu (HMETD) yang terdapat dalam Pasal 43 ayat 3. Ada pun
penjelasan tentang saham yang ditujukan kepada karyawan Perseroan
dapat diambil dari Penjelasan Pasal 36 ayat 3 huruf a yakni saham yang
dikeluarkan dalam rangka ESOP (Employee Stocks Option Program) Perseroan dengan segenap hak dan kewajiban yang melekat padanya.153
Penjelasan Pasal 36 ayat 3 huruf c menyatakan bahwa yang dimaksud
dengan reorganisasi dan/ atau restrukturisasi, antara lain Penggabungan,
Peleburan, Pengambilalihan, kompensasi piutang, atau Pemisahan.154
Selain Undang-Undang, peraturan-peraturan lain mengenai Hak
Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) lebih banyak ditemui dalam
peraturan Bapepam. Ada 5 (lima) peraturan Bapepam mengenai Hak
Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) yang penulis dapatkan dari
webpage Bapepam antara lain : 155
a. Peraturan IX. D. 1. tentang Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu;
b. Peraturan IX. D. 2. tentang Isi Pernyataan Pendaftaran Hak Memesan
Efek Terlebih Dahulu;
c. Peraturan IX. D. 3. tentang Isi dan Bentuk Prospektus dalam Hak
Memesan Efek Terlebih Dahulu;
153
Penjelasan pasal 43 ayat 3 huruf a Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 154
Penjelasan pasal 43 ayat 3 huruf c Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007
155
d. Peraturan IX. D. 4. tentang Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan
Efek Terlebih Dahulu;
e. Peraturan IX. D. 5. tentang Saham Bonus.
B. Mekanisme Penambahan Modal Perusahaan Publik melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) dalam Pasar Modal
Peraturan Bapepam IX. D. 1 menjadi acuan bagi mekanisme
penambahan modal melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu
(HMETD). Syarat utama perusahaan yang dapat melakukan Hak
Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) terdapat pada angka 2 yaitu
perusahaan tersebut harus telah melakukan penawaran umum
sebelumnya. Penambahan modal tersebut dapat dilakukan dengan
penerbitan saham, termasuk melalui penerbitan waran atau Efek
konversi.156 Setiap pemegang saham wajib diberi Hak Memesan Efek
Terlebih Dahulu atas Efek baru dimaksud dengan persentase pemilikan
mereka.157
Akan tetapi, jika perusahaan publik tersebut mempunyai lebih dari
satu saham, dan jika jumlah saham dalam setiap jenis ditambah secara
proporsional, maka pemegang saham yang ada wajib mempunyai Hak
Memesan Efek Terlebih Dahulu sebanding dengan persentase pemilikan
mereka dalam masing-masing jenis saham.158
156
Angka 2 Peraturan Nomor IX. D. 1 157
Ibid. 158
Pengertian waran dapat diambil dari angka 1 huruf b Peraturan IX.
D. 1 yaitu Efek yang diterbitkan oleh suatu perusahaan yang memberi
hak kepada pemegang Efek untuk memesan saham dari perusahaan
tersebut pada harga tertentu untuk jangka waktu 6 (enam) bulan atau lebih
sejak diterbitkannya Waran tersebut.159
Waran biasanya melekat pada saham sebagai daya tarik pada
penawaran umum saham ataupun obligasi. Biasanya harga pelaksanaan
(exercise price) lebih rendah daripada harga pasar saham. Setelah saham ataupun obligasi tersebut tercatat di bursa, waran dapat diperdagangkan
secara terpisah. Waran merupakan suatu pilihan (option) di mana pemilik waran mempunyai pilihan untuk menukarkan atau tidaknya waran pada
saat jatuh tempo. Pemilik waran dapat menukarkan waran yang
dimilikinya 6 (enam) bulan setelah waran tersebut diterbitkan oleh
emiten. Harga waran itu sendiri berfluktuasi selama periode
perdagangan.160
Manfaat dari waran yaitu pemilik waran memiliki hak untuk
membeli saham baru perusahaan dengan harga yang lebih rendah
daripada harga saham tersebut di pasar sekunder dengan menukarkan
waran yang dimilikinya ketika harga saham perusahaan tersebut melebihi
harga pelaksanaan.
161
Contoh: Jika seorang investor membeli waran pada harga Rp. 200
per lembar dengan harga pelaksanaan Rp. 1.500 dan pada tanggal
159
Angka 1 huruf b Peraturan IX. D. 1 160
Adrian Sutedi, op. cit., Hal. 48 161
pelaksanaan, harga saham perusahaan meningkat menjadi Rp. 1.800 per
saham, maka ia akan membeli saham perusahaan tersebut dengan harga
hanya Rp. 1.700 (Rp 1.500 + Rp. 200).162
Apabila waran diperdagangkan di bursa, maka pemilik waran
mempunyai kesempatan untuk memperoleh keuntungan (capital gain), yaitu apabila harga jual waran tersebut lebih besar daripada harga beli. 163
Akan tetapi angka 5 mengatur jumlah waran yang diterbitkan dan
waran yang telah beredar tidak boleh melebihi 35% (tiga puluh lima
perseratus) dari jumlah saham yang telah ditempatkan dan disetor penuh
pada saat Pernyataan Pendaftaran disampaikan.
164
Pasal 41 ayat 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas menentukan bahwa penambahan modal perseroan
dilakukan berdasarkan persetujuan RUPS.165 Hal ini ditegaskan lagi oleh
angka 6 Peraturan Bapepam IX. D. 1 yang menyatakan bahwa perusahaan
publik yang hendak melakukan penambahan modal melalui Hak
Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau melalui Penawaran
Umum Waran atau Efek konversi wajib mengadakan Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS) untuk mempertimbangkan dan menyetujui
rencana penawaran dimaksud.166
162 Ibid. 163
Ibid. 164
Angka 4 Peraturan Nomor IX. D.1 165
Angka 41 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 166
Angka 6 Peraturan Nomor IX. D. 1
Selain itu, perusahaan tersebut wajib
dalam Peraturan Nomor IX. D.3 selambat-lambatnya 28 (dua puluh
delapan) hari sebelum RUPS dilaksanakan.167
Angka 7 menentukan syarat-syarat yang wajib dipenuhi untuk
dapat melaksanakan Rapat Umum Pemegang Saham dalam rangka
Penawaran Umum dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu, antara
lain :168
a. Perusahaan publik tersebut telah mengajukan Pernyataan Pendaftaran
dan dokumen pendukungnya kepada Bapepam dalam bentuk serta
mencakup informasi yang ditetapkan untuk Penawaran Umum dengan
Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu, sesuai dengan Peraturan Nomor
IX. D.2 tentang Pedoman Mengenai Bentuk dan Isi Pernyataan
Pendaftaran Dalam Rangka Penerbitan Hak Memesan Efek Terlebih
Dahulu selambat-lambatnya 28 (dua puluh delapan) hari sebelum
Rapat Umum Pemegang Saham; dan
b. Bapepam tidak mempunyai tanggapan lebih lanjut secara tertulis
terhadap Pernyataan Pendaftaran yang disampaikan.
Angka 8 menyatakan bahwa jika tidak dinyatakan lain oleh
Bapepam, maka Pernyataan Pendaftaran yang disyaratkan dalam angka 7
di atas menjadi efektif setelah memperoleh persetujuan dari para
pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham mengenai
penawaran Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu.169
167 Ibid. 168
Angka 7 Peraturan Nomor IX. D. 1 169
Angka 8 Peraturan Nomor IX. D. 1
Pada dasarnya, Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu dapat
diperdagangkan. Ketentuan ini dapat dilihat dari angka 11 Peraturan IX.
D. 1 yang menyatakan bahwa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu
merupakan hak yang dapat dialihkan dan dibuktikan dengan :170
a. Catatan pemilikan dalam Daftar Pemegang Saham Perusahaan atau
Biro Administrasi Efek;
b. Sertifikat Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu yang dikeluarkan oleh
perusahaan untuk pemegang saham yang terdaftar pada tanggal
tertentu.
Sertifikat tersebut wajib tersedia sebelum dimulai dan selama periode
perdagangan sebagaimana dimaksud dalam angka 17 peraturan ini.
c. Kupon yang dapat dilepas dari surat saham; atau
d. Konfirmasi atau laporan rekening Efek yang diterbitkan oleh
Kustodian.
Angka 17 menegaskan bahwa perusahaan publik harus mengambil
langkah-langkah untuk mempermudah pengalihan Hak Memesan Efek
Terlebih Dahulu. Selain itu, angka 17 juga menyatakan bahwa jika Efek
yang mendasari hak tersebut tercatat di Bursa Efek maka Hak Memesan
Efek Terlebih Dahulu tersebut wajib dicatatkan di bursa yang sama.171
Periode perdagangan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu
sebagaimana yang diatur angka 17 adalah dimulai setelah berakhirnya
distribusi Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu dan berlangsung
170
Angka 11 Peraturan Nomor IX. D. 1 171
sekurang-kurangnya 5 (lima) hari kerja dan paling lama 30 (tiga puluh)
hari kerja setelah tanggal distribusi Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu
berakhir.172 Bukti Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu tersebut wajib
tersedia dan didistribusikan dalam 1 (satu) hari kerja setelah Daftar
Pemegang Saham yang berhak atas Hak Memesan Efek Terlebih
Dahulu.173
Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu yang tercatat dapat juga
diperdagangkan di luar bursa. 174
Angka 23 mewajibkan perusahaan publik untuk memberikan
tanda terima apabila telah terjadi pelaksanaan Hak Memesan Efek
Terlebih Dahulu. Tanda terima dimaksud wajib menunjukkan apakah
pemegang hak atau pemegang saham bermaksud memesan Efek
tambahan yang berasal dari hak yang tidak dilaksanakan. Dalam hal ini
perusahaan wajib menyimpan tembusan dari tanda terima yang memuat
jumlah saham atau Efek tambahan yang dipesan.
Perdagangan di luar bursa ini lebih
sering disebut dengan over the counter.
175
Ketentuan angka 24 menegaskan bahwa perusahaan publik
tersebut juga wajib mengadakan alokasi Efek yang tidak dipesan, pada
harga penawaran yang sama kepada semua pemegang saham yang
menyatakan berminat untuk membeli Efek tambahan pada periode
pelaksanaan hak dimaksud. Apabila jumlah permintaan atas Efek yang
172 Ibid. 173
Ibid. 174
Angka 21 Peraturan Nomor IX. D. 1 175
tidak dipesan melebihi Efek yang tersedia, efek yang dimaksud akan
dijatahkan secara proporsional, berdasarkan atas jumlah Hak Memesan
Efek Terlebih Dahulu yang dilaksanakan oleh masing-masing pemegang
saham yang meminta penambahan Efek berdasarkan harga pemesanan.176
Penjatahan tersebut ditetapkan dalam 1 (satu) hari kerja setelah
berakhirnya pembayaran pesanan Efek tambahan. Para pemesan Efek
tambahan wajib menyerahkan pembayaran penuh kepada perusahaan
untuk Efek tambahan dimaksud dalam 2 (dua) hari kerja setelah
berakhirnya perdagangan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu.177
Setelah penjatahan atas Efek tambahan selesai dilaksanakan, maka
semua dokumen yang berhubungan dengan pelaksanaan Hak Memesan
Efek Terlebih Dahulu, termasuk tembusan tanda terima, wajib disimpan
oleh perusahaan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun. Perusahaan
dimaksud wajib menunjuk Akuntan yang terdaftar di Bapepam untuk
melakukan pemeriksaan khusus mengenai pelaksanaan Hak Memesan
Efek Terlebih Dahulu. Laporan hasil pemeriksaan mengenai kewajaran
pelaksanaan tersebut wajib disampaikan oleh perusahaan kepada
Bapepam dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal
penjatahan berakhir.178
Apabila perusahaan publik tersebut bermaksud untuk menambah
modal dalam jumlah yang telah ditetapkan maka sebelum
dilaksanakannya penerbitan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu,
176
Angka 22 Peraturan Nomor IX. D. 1 177
Angka 24 Peraturan Nomor IX. D. 1 178
perusahaan yang bersangkutan wajib memperoleh jaminan dari pihak
tertentu untuk membeli Efek sekurang-kurangnya pada harga penawaran
atas Efek dalam hal terdapat sisa Efek yang tidak diambil.179
C. Akibat-akibat Hukum Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) dalam Pasar Modal
Pihak yang
akan membeli sisa Efek yang tidak diambil tersebut sering disebut juga
dengan pembeli siaga (standing buyer).
Akibat-akibat hukum Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu
utamanya berkaitan dengan angaran dasar dan jenis-jenis modal
perusahaan publik terebut. Menurut M. Yahya Harahap, ada 3 (tiga) jenis
modal perseroan yaitu:180
a. Modal Dasar
Modal dasar adalah seluruh nilai nominal saham Perseroan yang
disebut dalam anggaran dasar. Hal ini ditegaskan pada pasal 31 ayat 1
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas,
bahwa modal dasar Perseroan terdiri atas seluruh nilai nominal saham.
Modal dasar Perseroan pada prinsipnya merupakan total jumlah saham
yang dapat diterbitkan oleh Perseroan. Anggaran dasar sendiri yang
menentukan berapa banyak jumlah saham yang dijadikan modal dasar.
Jumlah yang ditentukan dalam anggaran dasar, merupakan “nilai
nominal yang murni”. Dengan demikian, setiap lembar saham,
179
Angka 26 Peraturan Nomor IX. D. 1 180
mempunyai “nilai nominal” yang akan menjadi nilai nominal modal
dasar Perseroan, yang sama nilainya dengan nilai nominal seluruh
saham. Pasal 32 ayat 1 UUPT 2007, modal Perseroan yang dibenarkan
paling sedikit Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
b. Modal Ditempatkan
Modal ditempatkan adalah modal yang disanggupi pendiri atau
pemegang saham untuk dilunasinya, dan saham itu diserahkan
kepadanya untuk dimiliki. Berdasar ketentuan pasal 33 ayat 1 UUPT
2007, paling sedikit 25 % dari modal dasar, harus ditempatkan.181
c. Modal Disetor
Modal disetor adalah modal yang sudah dimasukkan pemegang saham
sebagai pelunasan pembayaran saham yang diambilnya sebagai modal
yang ditempatkan dari modal dasar Perseroan.182
Menurut Karimsyah Law Firm, ada 5 (lima) akibat hukum Hak
Memesan Efek Terlebih Dahulu (Rights Issue) bagi perusahaan publik, yaitu :183
a. Perubahan Anggaran Dasar Perusahaan Publik.
Terjadi karena peningkatan modal ditempatkan dan modal disetor
perusahaan penerbit Rights. Juga mungkin/ sering terjadi peningkatan modal dasar perusahaan publik Tersebut (dalam hal penambahan
modal disetor melebihi modal dasar).
181
Ibid., Hal. 236 182
Ibid.
18
Pasal 15 ayat 1 huruf d Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007
menentukan bahwa anggaran dasar perseroan memuat besarnya jumlah
modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor. Hal ini berarti
jika terjadi peningkatan modal dasar, modal ditempatkan, dan modal
disetor melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu akan
mengakibatkan perubahan anggaran dasar suatu perseroan. 184
b. Perubahan Anggaran Dasar yang tidak memerlukan persetujuan
Menteri Hukum dan HAM
Menurut Pasal 21 ayat 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas, perubahan anggaran dasar tertentu harus
mendapat persetujuan Menteri.185 Dalam Ketentuan Umum Pasal 1
ayat 16 dikatakan bahwa Menteri dalam Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2007 adalah menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di
bidang hukum dan hak asasi manusia (Menteri Hukum dan HAM).186
Pasal 21 ayat 2 menyatakan perubahan anggaran dasar tertentu yang
harus mendapat persetujuan Menteri Hukum dan HAM meliputi :187
a. nama Perseroan dan/atau tempat kedudukan Perseroran;
b. maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perseroan;
c. jangka waktu berdirinya Perseroan;
d. besarnya modal dasar;
e. pengurangan modal ditempatkan dan disetor; dan/atau;
184
Pasal 15 ayat 3 huruf d Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 185
Pasal 21 ayat 1Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 186
Pasal 1 ayat 16 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 187
f. status Perseroan yang tertutup menjadi Perseroan Terbuka atau
sebaliknya.
Dapat dilihat bahwa dalam Pasal 21 ayat 3 menegaskan bahwa
perubahan anggaran dasar selain sebagaimana yang dimaksud pada
ayat (2) cukup diberitahukan kepada Menteri.188
c. Perubahan Anggaran Dasar yang memerlukan persetujuan Menteri
Hukum dan HAM
Dengan demikian,
apabila terjadi penambahan modal perusahaan publik melalui Hak
Memesan Efek Terlebih Dahulu yang mengakibatkan terjadinya
perubahan modal ditempatkan dan disetor, maka perubahan anggaran
dasar tersebut cukup diberitahukan kepada Menteri Hukum dan HAM.
Dapat dilihat bahwa dalam Pasal 21 ayat 2 huruf d menyatakan
perubahan anggaran dasar tertentu yang harus mendapat persetujuan
Menteri Hukum dan HAM meliputi besarnya modal dasar. Dengan
demikian, apabila terjadi penambahan modal perusahaan publik
melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu yang mengakibatkan
terjadinya perubahan modal dasar, maka perubahan anggaran dasar
tersebut harus melalui persetujuan Menteri Hukum dan HAM.
d. Dilusi kepemilikan pemegang saham lama
Pemegang saham yang menjual Rights-nya, tentunya tidak akan memperoleh saham baru yang diterbitkan sebagai pelaksanaan
188
(exercise) Rights. Oleh karena itu, persentase kepemilikannya atas seluruh saham-saham perusahaan publik tersebut akan berkurang.
e. Klasifikasi saham berbeda
Namun pemegang saham yang terdilusi tersebut dapat meminta agar
saham-saham yang dimiliknya pra Right Issue memilik hak-hak istimewa dibandingkan saham-saham yang diterbitkan pasca Right Issue. Dengan demikian, akan ada klasifikasi saham yang berbeda, dengan hak-hak berbeda, antara saham-saham pra dan pasca Rights Issue.
D. Proses Penambahan Modal Perusahaan Publik tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu
Perusahaan publik tidak hanya dapat menambahkan modalnya
melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu, tetapi juga dapat melalui
tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu. Peraturan Nomor IX. D. 4.
tentang Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu
menjadi acuan bagi proses penambahan modal perusahaan publik tanpa
Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu.
Beberapa emiten di Bursa Efek Indonesia telah menggunakan sarana
penambahan modal tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu, antara
lain PT Bumi Resources Tbk (BUMI) dan PT Mobile-8 Telecom Tbk
(FREN). BUMI melakukan penambahan modal tanpa Hak Memesan Efek
12 bulan ke depan.189 Sama halnya dengan FREN, emiten selular ini
melakukan penambahan modal tanpa Hak Memesan Efek Terlebih
Dahulu untuk membayar hutang obligasi mereka yang akan jatuh tempo
sebesar Rp. 606,5 miliar.190
Adapun syarat-syarat penambahan modal tanpa Hak Memesan
Efek Terlebih Dahulu dapat dilihat dari angka 2 Peraturan IX. D. 4 yang
menyatakan: 191
1) Perusahaan dapat menambah modal tanpa memberikan HMETD
kepada pemegang saham sebagaimanaditentukan dalam Peraturan
Nomor IX. D. 1, sepanjang ditentukan dalam anggaran dasar, dengan
ketentuan sebagai berikut :
1. jika dalam jangka waktu 2 (dua) tahun, penambahan modal
tersebut paling banyak 10% (sepuluh perseratus) dari modal
disetor; atau
2. jika tujuan utama penambahan modal adalah untuk memperbaiki
posisi keuangan Perusahaan yang mengalami salah satu kondisi
sebagai berikut :
a. Bank yang menerima pinjaman dari Bank Indonesia atau
lembaga pemerintah lain yang jumlahnya lebih dari 100%
(seratus perseratus) dari modal disetor atau kondisi lain yang
189
http://bisnis.vivanews.com/news/read/153485
tambah_modal_tanpa_hmetd__bumi_pangkas_utang diakses tanggal 5 Juli 2010 190
Kontan, Jumat, 8 September 2010, Hal. 5. 191
dapat mengakibatkan restrukturisasi bank oleh instansi
Pemerintah yang berwenang;
b. Perusahaan selain bank yang mempunyai modal kerja bersih
negatif dan mempunyai kewajiban melebihi 80 % (delapan
puluh perseratus) dari aset Perusahaan tersebut pada saat
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang menyetujui
penambahan modal; atau
c. Perusahaan yang gagal atau tidak mampu untuk menghindari
kegagalan atas kewajibannya terhadap pemberi pinjaman yang
tidak terafiliasi dan jika pemberi pinjaman tidak terafiliasi
tersebut menyetujui untuk menerima saham atau obligasi
konversi Perusahaan untuk menyelesaikan pinjaman tersebut.
2) Penambahan modal tanpa HMETD wajib terlebih dahulu memperoleh
persetujuan RUPS.
Ketentuan tentang RUPS dalam penambahan modal tanpa Hak
Memesan Efek Terlebih Dahulu tunduk pada Peraturan Nomor IX. J. 1.192
Perusahan publik yang ingin menambah modalnya tanpa Hak Memesan
Efek Terlebih Dahulu juga wajib memenuhi prinsip keterbukaan. Hal ini
terlihat ketentuan angka 4 huruf b yang menyatakan paling lambat
14(empat belas) hari sebelum RUPS, Perusahaan wajib mengumumkan
informasi kepada pemegang saham yang paling kurang memuat :193
1. perkiraan periode pelaksanaan (jika ada); dan
192
Angka 3 huruf a Peraturan Nomor IX. D. 4 193
2. analisis dan pembahasan manajemen mengenai kondisi keuangan
Perusahaan sebelum dan sesudah penambahan modal tanpa HMETD
serta pengaruhnya terhadap pemegang saham setelah penambahan
modal;
dengan memenuhi prinsip keterbukaan.
Selain itu, ada bebeapa hal mengenai pelaksanaan penambahan
modal tanpa HMETD wajib diungkapkan sebagaimana yang terdapat
pada angka 4 yaitu:194
a. Paling lambat 5 (lima) kerja sebelum pelaksanaan penambahan modal
tanpa HMETD, hari Perusahaan wajib memberitahukan kepada
Bapepam dan LK serta mengumukan kepada masyarkat kepada
masyarakat mengenai waktu pelaksanaan penambahan modal tersebut.
b. Paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah pelaksanaan penambahan
modal tanpa HMETD, Perusahaan wajib memberitahukan kepada
Bapepam dan LK serta masyarakat mengenai hasil pelaksanaan
penambahan modal tersebut, meliputi informasi antara jumlah dan
harga saham yang diterbitkan.
194
E. Proses Penambahan Modal Perusahaan Publik melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) yang Dilakukan dengan Transaksi yang Mempunyai Benturan Kepentingan
UUPM mengatur mengenai transaski yang mengandung benturan
kepentingan (conflict of interest) dalam Pasal 82 ayat 2. UUPM mencantumkan ketentuan mengenai hal ini menandakan bahwa praktik
demikian telah berlangsung lama dan berpotensi merugikan salah piahk,
karena adanya unsur kolusi dan pelanggaran terhadap prinsip keterbukaan
informasi. UUPM pasal 82 ayat 2 menyebutkan, “Bapepam dapat
mewajibkan emiten atau perusahaaan publik untuk memperoleh
persetujuan mayoritas pemegang saham independen secara sah dapat
melakukan transaksi yang berbenturan kepentingan, yaitu
kepentingan-kepentingan ekonomis emiten atau perusahaan publik dengan
kepentingan ekonomis pribadi direksi atau komisaris atau juga pemegang
saham utama emiten atau perusahaan publik.” Bapepam mempertegas
kata dapat mewajibkan pada UUPM Pasal 82 ayat 2 menjadi keharusan
melalui Peraturan Nomor IX. E. 1. Tentang Benturan Kepentingan
Transaksi Tertentu, “Jika suatu transaksi di mana seorang komisaris,
direktur, atau pemegang saham utama mempunyai benturan kepentingan
maka transaksi yang dimaksud harus disetujui oleh para pemegang saham
diatur dalam peraturan ini. Persetujuan mengenai hal tersebut harus
ditegaskan dalam bentuk akta notariil.”195
Dalam kaitannya dengan penambahan modal dengan Hak
Memesan Efek Terlebih Dahulu, angka 9 Peraturan Nomor IX. D. 1
menyatakan dalam suatu rencana Penawaran Umum dengan Hak
Memesan Efek Terlebih Dahulu, sebagian atau seluruh dana hasil
Penawaran Umum dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu tersebut
akan digunakan untuk transaksi yang mempunyai benturan kepentingan,
maka wajib memenuhi ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan
Nomor IX. E. 1.196
Peraturan ini merupakan salah satu Peraturan Bapepam yang
sangat mencerminkan pentingnya diterapkan prinsip-prinsip GCG dalam
suatu perusahaan. Menurut peraturan ini, emiten diwajibkan melakukan
transaksi secara jujur, benar, dan demi kepentingan semua pemegang
saham serta dilarang melakukan transaksi yang menguntungkan
pihak-pihak tertentu. Setiap terjadi transaksi yang memilik benturan
kepentingan ekonomi antara organ perusahaan, seperti direksi, dan
komisaris dengan perusahaan itu sendiri, maka harus terlebih dahulu
dilakukan RUPS independen. Hal ini menunjukkan adanya penerapan
prinsip kewajaran, transparansi dan juga akuntabilitas.197
195
M. Irsan Nasruddin,dkk., op. cit., Hal.241. 196
Angka 8 Peraturan Nomor IX. D. 1. 197
Secara prinsip peraturan ini bertujuan :198
1. Melindungi kepentingan pemegang saham independen yang umumnya
merupakan pemegang saham minoritas dari perbuatan yang melampaui
kewenangan direksi dan komisaris serta pemegang saham utama dalam
melakukan transaksi benturan kepentingan tertentu (UUPM Pasal 82
Ayat 2 jo. Peraturan IX. E. 1).
2. Mengurangi kemungkinan penyalahgunaan kekuasaan oleh direksi,
komisaris, atau pemegang saham utama untuk melakukan transaksi
yang mengandung benturan kepentingan tertentu (UUPM Pasal 82
ayat 2 jo. Peraturan Nomor IX. E. 1).
3. Melaksanakan prinsip keterbukaan dan penghormatan terhadap hak
pemegang saham berdasarkan asas kesetaraan, persetujuan pemegang
saham independen yang mewakili lebih dari 50 % saham yang ada
merupakan keharusan (UUPM Pasal 86 ayat 1).
Dengan adanya peraturan ini, setiap pemegang saham secara
hukum dinyatakan berhak untuk ikut menentukan kebijakan perseroan
berkaitan dengan pengambilan keputusan dalam Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS) yang teramat penting dan membawa dampak bagi
kepentingan pemegang saham.199
Dengan demikian, jika terdapat pertentangan kepentingan
ekonomis antara kepentingan perseroan dengan kepentingan direksi,
komisaris, atau pemegang saham utama, maka kepentingan perseroanlah
198
M. Irsan Nasruddin,dkk., op. cit., Hal.242. 199
yang harus didahulukan, “Direksi atau organ perusahaan lainnya tidak
diperbolehkan mengambil kesempatan untuk memperoleh keuntungan
untuk dirinya sendiri, jika kesempatan itu sebenarnya dapat diberikan
kepada perseroan.200
Apabila direksi, komisaris atau pemegang saham utama
mengabaikan kepentinagan perseroan demi keutungan diri sendiri, maka
mereka yang akan bertanggung jawab atas tindakan ultra vires terebut yang dibebankan pada tanggung jawab pribadi, antara lain berdasarkan
doktrin piercing the corporate veil.201
Sejumlah modus transaksi yang dapat dikategorikan sebagai
transaksi yang mengandung benturan kepentingan menurut Peraturan
Nomor. IX. E. 1 adalah perusahaan publik atau emiten :202
a. Penggabungan usaha, pembelian saham, peleburan usaha, atau
pembentukan usaha patungan.
b. Perolehan kontrak penting.
c. Pembelian, atau kerugian penjualan aktiva yang materiel.
d. Pengajuan tawaran untuk pembelian efek perusahaan lain.
e. Memberi pinjaman kepada perusahaan lain di mana direktur,
komisaris, pemegang saham utama atau perusahaan terkendali dari
perusahaan publik menjabat pula sebagai pemegang saham, direktur,
komisaris.
200
Chatamarrasjid. Ais, Menyingkap Tabir Perseroan (Piercing The Corporate Veil) Kapita Selekta Hukum Perusahaan, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2000), Hal. 17.
201
Munir Fuady, Doktrin-doktrin Modern dalam Corporate Law, (Bandung: Citra Aditya Bakti,2002), Hal. 117.
202
f. Memperoleh pinjaman dari perusahaan lain di mana pemegang sahm
utama, direktur, atau komisaris dari perusahaan publik merupakan
pemegang saham atau direktur atau komisaris.
g. Mengalihkan aktiva perusahaan publik kepada pihak lain yang mana
turut berperan dalam transaksi tersebut pemegang saham utam,
komisaris, atau direksi dari perusahaan publik atau emiten.
h. Memakai jasa perusahaan di mana pemegang saham utama,
direktur,komisaris dari perusahaan publik menjadi pemegang saham,
direkur, atau komisaris.
i. Melakukan penyertaan pada perusahaaan lain. Perusahaan publik
melakukan penyertaan pada perusahaan lain yang mana pemegang
saham utama, direksi, atau komisaris menjadi pemegang saham,
komisaris atau direksi pula pada perusahaan yang menerima
penyertaan.
j. Menggunakan fasilitas pada perusahaan publik oleh perusahaan lain
baik afiliasi ataupun bukan. Perusahaan publik memberikan jasa
penggunaan fasilitas kepada perusahaan yang mana pemegang saham
utama, komisaris, direksi menjadi pemegang saham atau menjadi
anggota komisaris atau direksi dari perusahaan yang mempergunakan
fasilitas tersebut.
k. Perusahaan menggunakan fasilitas perusahaan lain oleh perusahaan
publik. Perusahaan publik mempergunakan fasilitas perusahaan lain
publik merupakan pemegang saham, direksi atau komisaris dari
pemberi fasilitas.
l. Dan transaksi lain yang berindikasikan adanya benturan kepentingan.
Dengan demikian, apabila sebagian atau seluruh penambahan
modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu berkaitan dengan
modus-modus di atas, perusahaan publik tersebut harus memenuhi
syarat-syarat yang terdapat dalam Peraturan IX. E. 1.
Transaksi benturan kepentingan tertentu tetap dapat dilakukan dan
sah bila mengikuti Peraturan IX. E. 1. angka 2, yaitu harus terlebih dahulu
mendapat persetujuan oleh pemegang saham independen. Persetujuan
tersebut dituangkan ke dalam akta notariil. Peraturan Nomor IX. E. 1.
angka 9 dan 10 mensyaratkan bahwa RUPS untuk transaksi yang
mempunyai benturan kepentingan dapat dilakukan s