• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Hukum Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) Dalam Pasar Modal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tinjauan Hukum Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) Dalam Pasar Modal"

Copied!
150
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

I. BUKU

Achsien, Iggie H., Investasi Syariah di Pasar Modal: Menggagas Konsep dan Praktik Manajemen Portofolio Syariah, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2003.

Ais, Chatamarrasjid., Menyingkap Tabir Perseroan; Piercing The Corporate Veil; Kapita Selekta Hukum Perusahaan, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2000. Anogara, Pandji dan Piji Fakarti, Pengantar Pasar Modal, Jakarta: PT. Rineka

Cipta, 2001.

Anwar, Jusuf, Pasar Modal Sebagai Sarana Pembiayaan dan Investasi: Cetakan-2, Bandung: PT. Alumni Bandung, 2007.

Daniri, Mas Ahmad, Good Corporate Governance Konsep dan Penerapannya Dalam Konteks Indonesia, Jakarta: Ray Indonesia, 2005.

F. Brigham, Eugene dan Joel F. Houston, Manajemen Keuangan: Cetakan-8, Jakarta: Erlangga, 2001.

Fuady, Munir, Pasar Modal Modern; Tinjauan Hukum:Cetakan-2, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2001.

_____________, Doktrin-doktrin Modern dalam Corporate Law, Bandung: Citra Aditya Bakti,2002.

_____________, Pengantar Hukum Bisnis: Cetakan-3, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2008.

Forum for Good Corporate in Indonesia, Corporate Governance Tata Kelola Perusahaan, Jakarta: FCGI, 2000.

Harahap, M. Yahya, Hukum Perseroan Terbatas, Jakarta: Sinar Grafika, 2009. Jaso, Winarto ed., Pasar Modal Indonesia: Retrospeksi Lima Tahun Swastanisasi

BEJ, Jakarta: Sinar Harapan, 1997.

(2)

Nasrudin, M. Irsan dkk., Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia: Cetakan-5, Jakarta: Kencana, 2008.

Nasution, Bismar, Keterbukaan dalam Pasar Modal, Jakarta: Program Pascarsarjana UI, 2001.

Pramono, Nindyo, Sertifikasi Saham PT Go Public dan Hukum Pasar Modal Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1997.

Sitompul, Asril, Pasar Modal; Penawaran Umum Dan Permasalahannya:

Cetakan-2, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2001.

Samsul, Mohammad, Pasar Modal dan Manajemen Portofolio, Surabaya: Erlangga, 2006.

Suta, I Putu Gede Ary, Menuju Pasar Modal Modern, Jakarta: Yayasan Sad Satria Bakti, 2000.

Sutedi, Adrian, Segi-Segi Hukum Pasar Modal, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009. Surya, Indra dan Ivan Yustiavandana, Penerapan Good Corporate Governance:

Cetakan-2, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008).

Tjager, I Nyoman dkk., Corporate Governance-Tantangan dan Kesempatan bagi Komuitas Bisnis Indonesia, Jakarta: PT. Prenhallindo, 2004.

Usman, Marzuki et.al., ABC Pasar Modal Indonesia, Jakarta: LPPI/ IBI, 1994.

II. JURNAL

Carmody, Bernei, Implementasi of Corporate Governance in Indonesia, ADB Corporate Governance Reform Project.

Nasution, Bismar, Prinsip Keterbukaan dalam Good Corporate Governance, Jurnal Hukum Bisnis, Volume 22 No. 6 Tahun 2003.

Tirthayata, I Made B., Peraturan Bapepam Atas Merger dan Akuisusi, Warta Bapepam, 2005.

(3)

III. MAKALAH

Nasution, Bismar, Beberapa Aspek Hukum Pasar Modal Dalam Transaksi Saham, disampaikan pada Pelatihan Corporate Lawyer V LPSH-HIL C, Jakarta, 24 Mei 2000.

_______________, Mengupas serta Mencermati Fenomena Tindak Pidana di Pasar Modal, disampaikan pada Seminar Bina Manajemen Bisnis dan Investasi Dharma Nusantara, Jakarta, 8 Mei 2003.

IV. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.

Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor Kep-117/M-MBU/2002 tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governance Pada Badan Usaha Milik Negara.

Peraturan Bapepam Nomor IX. D. 1 tentang Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu.

Peraturan Bapepam Nomor IX. A. 2 tentang Tata Cara Pendaftaran Dalam Rangka Penawaran Umum.

Peraturan Bapepam Nomor IX. D. 4 tentang Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu.

Peraturan Bapepam Nomor IX. E. 1 tentang Transaksi Afiliasi dan Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu.

V. INTERNET

http://www.antaranews.com/view/?i=1190303412&c=EKB&s=, diakses tanggal 25 September 2010.

http://www.answers.com/topic/preemptive-right, diakses tanggal 18 Agustus 2010.

(4)

diakses tanggal 5 Oktober 2010.

http://www.bapepam.go.id/old/profil/sejarah.htm., diakses tanggal 2 September 2010.

September 2010.

http://www.bataviase.co.id/node/363215, diakses tanggal 27 September 2010.

http://www.bisnis.vivanews.com/news/read/153485

tambah_modal_tanpa_hmetd__bumi_pangkas_utang, diakses tanggal 5 Juli 2010.

http://economy.okezone.com/read/2010/09/02/278/369221/278/penutupan-trading-floor-tak-berdampak-luas , diakses tanggal 25 September 2010.

http://id.wikipedia.org/wiki/Bursa_Efek_Indonesia, diakses tanggal 25 September 2010.

2010.

http://id.wikipedia.org/wiki/Bursa_Efek_Surabaya, diakses tanggal 25 September 2010.

tanggal 18 Juli 2010.

Agustus 2010.

http://www.inilah.com/read/detail/789731/bei-trading-floor-ke-remote-trading/, diakses tanggal 27 September 2010.

tanggal 20 Juli 2010.

(5)

tanggal 18 Juli 2010.

http:/

diakses tanggal 15 Oktober 2010.

http://www.pesantrenvirtual.com/index.php/ekonomi-syariah/1156-pasar-modal-syariah,diakses tanggal 21 September 2010.

diakses tanggal 21Juli 2010.

http://shiningsiko.multiply.com/journal/item/5/Dilema_Terlupakan_dari_Pembent ukan_Otoritas_Jasa_Keuangan, diakses tanggal 14 September 2010.

http://www.unisosdem.org/article_detail.php?aid=7096&coid=2&caid=19&gid=2 , diakses tanggal 25 September 2010.

diakses tanggal 23 September 2010.

IV. KORAN

Harian Kontan.

(6)

BAB III

PENAWARAN UMUM PERDANA (INITIAL PUBLIC OFFERING)

A. Pengertian Penawaran Umum Perdana

Penawaran umum perdana merupakan salah satu tahap yang harus

dilalui oleh sebuah perusahaan dalam proses go public. Untuk dapat melakukan listing di pasar modal, suatu perusahaan haruslah memenuhi persyaratan tertentu. Jadi tidak semua perusahaan dapat go public. Karena itu, misalnya ada hal-hal yang belum beres dalam perusahaan tersebut

sehingga belum memenuhi standar atau persyaratan go public, maka hal-hal tersebut perlu terlebih dahulu dibereskan.114

Tidak jarang bahwa proses pemberesan, termasuk membereskan

dari segi yuridis tersebut terkadang memakan waktu yang lama. Di

samping itu, untuk memastikan apakah perusahaan yang bersangkutan

telah siap dan memenuhi syarat go public, dibutuhkan serangkaian prosedur, dokumentasi, pemeriksaan, analisis oleh pihak-pihak tertentu

seperti pihak profesional misalnya. Karena itu pula keseluruhan

rangkaian proses go public suatu perusahaan dapat digolongkan ke dalam :

115

1. Proses persiapan

2. Proses pendahuluan

3. Proses pelaksanaan

114

Munir Fuady, op.cit., Hal. 52. 115

(7)

Penawaran umum perdana sendiri adalah merupakan bagian

dalam proses pelaksanaan go public suatu perusahaan yaitu setelah ditempuhnya proses persiapan dan proses pendahuluan untuk go public. Dan setelah proses ini dilakukan, khususnya setelah efektifnya pernyataan

pendaftaran kepada Bapepam, maka barulah perusahaan tersebut dapat

melakukan penawaran saham-sahamnya kepada publik.116 Apabila

Bapepam tidak melakukan sesuatu, maka pernyataan pendaftaran tersebut

telah menjadi efektif dengan sendirinya pada hari ke-45 sejak diterimanya

pernyataan pendaftaran oleh Bapepam secara lengkap.117

Emisi efek dapat diartikan sebagai suatu aktivitas dikeluarkannya

atau diterbitkannya suatu jenis efek tertentu untuk pertama kalinya dan

melakukan pendistribusian efek itu kepada masyarakat melalui

penawaran umum dengan maksud menghimpun modal. UUPM Pasal 1

memuat definisi penawaran umum (public offering) yaitu kegiatan penawaran efek yang dilakukan oleh emiten untuk menjual efek kepada

masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur dalam undang-undang ini

dan peraturan pelaksananya.

Proses

penawaran saham kepada publik ini sering juga disebut dengan emisi

efek.

118

116

Ibid, Hal. 66 117

Bismar Nasution, Beberapa Aspek Hukum Pasar Modal Dalam Transaksi Saham, disampaikan pada Pelatihan Corporate Lawyer V LPSH-HIL C, Jakarta, 24 Mei 2000,Hal. 5.

118

(8)

Dalam pasar finansial, penawaran umum perdana (Initial Public

Offering) adalah penjualan pertam

kepada investor umum.119

Penawaran umum pada praktiknya dilaksanakan melalui pasar

perdana (primary market) yang berlangsung dalam waktu terbatas selama beberapa hari saja. Dalam hal ini penawaran efek dilakukan langsung

oleh emiten kepada calon pemodal dengan bantuan para Penjamin Emisi

Efek dan para agen penjualan (kalau ada). Dengan berakhirnya pasar

perdana, untuk selanjutnya pemodal dapat memperjualbelikan kembali

efeknya pada pasar sekunder (bursa). Harga penawaran efek (offering price) pada pasar perdana ditetapkan bersama antara emiten dengan Penjamin Pelaksana Emisi, sedangkan pembentukan harga efek di bursa

didasarkan pada hukum permintaan dan penawaran yang berlaku dalam

Peraturan Bapepam Nomor IX. 8.

120

B. Latar Belakang Penawaran Umum Perdana

Modal yang tersedia dalam bentuk uang sangat diperlukan oleh

perusahaan, selain untuk menjaga kelangsungan hidup juga untuk

pengembangan usaha. Yang menjadi masalah bagi tiap perusahaan adalah

dari mana modal tersebut didapat, apabila uang perusahaan yang ada

hanya berupa catatan pembukuan sedangkan uang yang sebenarnya

sedang beredar di mana-mana sesuai dengan transaksi yang dilakukan.

11

Agustus 2010

120

(9)

Bila ini terjadi dan hutang perusahaan sudah mencapai tingkat yang

cukup tinggi tentunya tidak baik bagi perusahaan. Kalau hal ini dibiarkan

berlarut-larut maka bukan tidak mungkin perusahaan akan mengalami

kebangkrutan. Di samping itu, selain untuk menjaga kelangsungan hidup

dan mengembangkan usaha, uang juga dibutuhkan untuk berbagai

keperluan termasuk untuk membayar hutang-hutang perusahaan baik

hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang. Untuk memenuhi

kebutuhan dana tersebut tentunya diperlukan usaha untuk mencari

tambahan berupa “fresh money” untuk disuntikkan ke perusahaan, sebagai pengganti ataupun sebagai penambah dana yang diperlukan untuk

pengembangan dan perluasan bidang usaha.121

Alternatif lainnya yang dapat dilakukan dalam mencari tambahan

dana itu adalah dengan mencari pihak lain yang mau ikut menanamkan

modalnya pada perusahaan. Hal ini dapat dilakukan dengan menjual

sebagian dari kepemilikan atas perusahaan, penjualan kepemilikan Dalam rangka pemenuhan kebutuhan dana tersebut, ada beberapa

alternatif yang dapat dilakukan perusahaan, seperti mencari pinjaman atau

tambahan pinjaman uang, mencari partner untuk melakukan

penggabungan usaha (merger), menjual perusahaan atau

menutupi/mengurangi sebagian kegiatan usaha. Upaya tersebut terakhir

tentunya tidak baik bagi perusahaan dan juga bagi pemilik dan

pegawainya.

121

(10)

dilakukan dengan berbagai cara salah satunya adalah dengan penjualan

sebagian dari saham yang dikeluarkan perusahaan dalam bentuk efek

kepada masyarakat luas yang dalam hal ini disebut investor atau pemodal,

hal ini dikenal dengan istilah Penawaran Umum (Go Public)122

Seperti halnya Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) yang

melunasi sebagian utangnya ke perbankan melalui Penawaran Umum atau

IPO anak usahanya, yaitu PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk yang

memperoleh dana senilai Rp. 4,1 triliun dari hasil penjualan saham

perdananya. Dana itu digunakan INDF untuk melunasi hutang digunakan

untuk membayar hutang jangka pendek dan jangka panjang kepada Bank

Mandiri, Bank BCA dan Rabobank International Indonesia sehingga

likuiditas INDF meningkat dan lebih leluasa untuk ekspansi.123

Beberapa hal yang menjadi dasar suatu perusahaan dalam

melaksanakan penawaran umum yaitu :124

a. Meningkatkan kepememilikan saham bagi pemodal individual (retail

investor)

b. Melepas sebagian dari kepemilikan perusahaan

c. Mencari proceed yang sebesar-besarnya

d. Menciptakan dasar bagi distribusi yang berlingkup internasional

(untuk penawaran di luar negeri)

e. Mengalokasikan saham kepada pemodal jangka panjang sebagai

pendukung.

122

Ibid, Hal. 10-11. 123

Kontan, Jumat, 8 Oktober 2010, Hal. 3. 124

(11)

Apabila perusahaan tidak atau belum siap untuk melakukan

penawaran umum ataupun karena kondisi pasar belum memungkinkan,

maka sebaiknya perusahaan tidak terlalu memaksakan diri dan sedapat

mungkin memutuskan untuk mencari pendanaan dari sumber dana jangka

pendek yang dalam hal ini akan lebih baik daripada melakukan

penawaran umum yang dipaksakan, karena kegagalan dalam penawaran

umum dapat merupakan malapetaka bagi perusahaan dan tentunya juga

bagi pemilik dan para pegawainya.

Ada beberapa indikator yang dapat dipedomani sebagai anjuran

untuk bahan pertimbangan sebelum memutuskan akan melakukan

penawaran umum perdana, pertimbangan ini antara lain adalah :125

a. Perusahaan memilik piutang yang dapat ditagih, persediaan barang,

tanah, pabrik dan peralatan (mesin-mesin) dalam jumlah yang cukup

besar yang tidak sedang dijadikan agunan.

Bila terdapat indikator ini perusahaan maka pendanaan yang dilakukan

melalui pinjaman dengan jaminan aset-aset perusahaan adalah

merupakan alternatif yang cukup baik.

b. Perusahaan membutuhkan dana sangat besar untuk membeli tanah,

pabrik ataupun peralatan. Hal ini bukan merupakan hal yang luar biasa,

pendanaan dari sumber-sumber komersial dapat menjadi alternatif

yang baik.

125

(12)

c. Teknologi yang diterapkan perusahaan belum canggih akan tetapi

mempunyai prospek yang menarik di masa depan. Untuk ini joint venture, atau kerja sama riset dan pengembangan merupakan alternatif yang baik bagi perusahaan untuk mendapatkan dana atau suntikan

modal, dan juga dapat merupakan suatu komitmen untuk memberikan

suatu bagian yang lebih besar dalam peningkatan perusahaan kepada

mitra kerja.

Keuntungan melakukan penawaran umum :126

1. Perusahaan menginginkan potensi untuk mendapatkan tambahan

modal daripada harus melalui kredit pembiayaan (debt financing). 2. Peningkatan likuiditas perusahaan terhadap kepentingan

pemegang saham utama dan pemegang saham minoritas.

3. Dapat melakukan penawaran efek di pasar sekunder.

4. Meningkatkan prestise dan publisitas perusahaan.

5. Kemampuan untuk mengadopsi karyawan kunci dengan

menawarkan opsi (option).

Kelemahan dari Go Public adalah :127

1. Adanya tambahan biaya untuk mendaftarkan efek pada penawaran

umum.

2. Meningkatkan pengeluaran dan pemaparan potensi kewajiban

berkenaan dengan registrasi dan laporan berkala.

126

M . Irsan Nasrudin, dkk., op.cit., Hal. 215-216. 127

(13)

3. Hilangnya kontrol terhadap persoalan manajemen , karena terjadi

dilusi kepemilikan saham.

4. Keharusan untuk mengumumkan besarnya pendapatan perusahaan

dan pembagian deviden.

5. Efek yang diterbitkan mungkin saja tidak terserap oleh masyarakat

sesuai dengan perhitungan perusahaan.

C. Syarat-syarat Penawaran Umum Perdana

Secara umum perusahaan yang melakukan penawaran umum (go public) jelas mencatat beberapa hal yang positif, misalnya catatan keuangan yang baik, perolehan keuntungan, pembesaran volume usaha

karena membesarnya potensi laba, potensi perusahaan di masyarakat.

Perusahaan yang melakukan penawaran umum jelas ingin mempertegas

posisinya di masyarakat dan memperbesar volume usaha dengan

menghimpun dana masyarakat.128

Sebelum melakukan penawaran umum perdana (IPO), ada

beberapa hal yang semestinya dijadikan faktor untuk evaluasi antara lain

:129

a. Catatan Kinerja Perusahaan pada tahun-tahun terakhir sebelum IPO,

perusahaan mungkin mempunyai sejarah tentang kekuatan financial, penghasilan laba yang konsisten dan terpelihara dan pertumbuhan

pendapatan, atau pangsa pasar yang khusus. Hal ini dapat merupakan

128

Ibid, Hal. 214. 129

(14)

faktor pertimbangan yang sangat baik, meskipun pada waktu sebelum

IPO tingkat pertumbuhan perusahaan sangat kecil, ataupun tidak ada

peningkatan sama sekali dan di pasar telah terjadi kejutan-kejutan yang

cukup berpengaruh.

b. Ukuran perusahaan, hal ini dapat dilihat dari berbagai hal dan juga

akan berbeda di masing-masing bursa efek di berbagai negara.

Umumnya untuk perusahaan yang tidak begitu membutuhkan

teknologi penjamin emisi (underwriter) selalu melihat pertumbuhan dan konsistensi pendapatan tahunan yang lebih dari US$ 15 juta dan

laba bersih US$ 1 juta atau lebih.

c. Faktor-faktor yang intangible juga harus dipertimbangkan, salah satu faktor yang sangat dipertimbangkan adalah penerapan teknologi di

perusahaan, terutama teknologi maju yang akan membuat produk atau

jasa yang dihasilkan perusahaan menjadi tampil beda di pasar dan

berada di atas pesaingnya.

d. Tujuan perusahaan dan tujuan dilaksanakan penawaran umum harus

jelas, kebutuhan perusahaan terhadap modal biasanya lebih ditekankan

untuk jangka panjang dibanding dari tujuan utnuk jangka pendek. Dan

hal ini harus didukung oleh pemikiran yang jernih dan rancangan

bisnis (business plan) perusahaan yang baik. Ukuran besarnya

penawaran yang akan dilakukan perusahaan akan ditentukan/

diarahkan oleh apa yang dibutuhkan dan apa yang akan dicapai oleh

(15)

e. Pangsa pasar, posisi produksi perusahan di pasarnya harus cukup

untuk dapat mempertahankan pertumbuhan keuntungan yang cukup

besar.

f. Gaya manajemen, manajemen perusahaan juga harus cukup fleksibel

untuk dapat membantu agar perusahaaan dapat bertahan dari tekanan –

tekanan di bidang finansial yang datang dari masyarakat investor. Hal

ini jugaharus dapat menjaga agar perusahaan tetap berhasil dalam

jangka waktu panjang.

g. Manajemen yang kuat, perusahaan harus mempunyai manajemen yang

kuat serta pengalaman, dan juga dewan komisaris yang bertindak

sebagai badan penasihat. Hal ini juga merupakan faktor-faktor yang

penting yang dipertimbangkan oleh penjamin emisi dan para pelaku

pasar modal.

h. Internal kontrol, sistem akuntansi dan sistem informasi manajemen

perusahaan harus benar-benar mampu menangani peningkatan

pertumbuhan dan pelaporan keuangan, termasuk laporan keuangan

interim yang akurat.

i. Laporan-laporan, laporan yang diaudit untuk tiga tahun terakhir

sebelum penawaran umum sangat diperlukan. Hal ini tentunya

merupakan hal yang mahal dan juga rumit dalam kenyataannya.

Kebanyakan penjamin emisi regional menghendaki agar laporan

(16)

Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi suatu perusahaan

untuk melakukan penawaran umum antara lain :130

1. Perseroan Terbatas (PT) yang telah beroperasi sekurang-kurangnya 12

bulan;

2. Memiliki Aktiva Bersih Berwujud sekurang-kurangnya Rp 5 miliar

dengan laporan keuangan auditan tahun buku terakhir memperoleh

opini ‘Wajar Tanpa Pengecualian’ dari akuntan publik yang terdaftar

di BAPEPAM;

3. Menjual sekurang-kurangnya 50 juta saham atau 35 persen dari jumlah

saham yang diterbitkan (mana yang lebih kecil) dan jumlah pemegang

saham publik sekurang-kurangnya 500 pihak, dapat menjadi

perusahaan publik yang sahamnya diperdagangkan di BEI.

D. Tahap-tahap Penawaran Umum Perdana

Tahap-tahap yang perlu diperhatikan dan dilakukan oleh

perusahaan yang akan melakukan penawaran umum adalah sebagai

berikut :131

1. Tahap Pra-Emisi

a. Perusahaan melakukan kajian mendalam (due diligence) terhadap keadaan keuangan, aset, kewajiban kepada pihak lain dan kewajiban

pihak lain terhadap perusahaan dan rencana penghimpunan dana. Dari

13

131

(17)

kajian itu akan terlihat terhadap hal-hal apa saja perusahaan perlu

melakukan restrukturisasi, misal permodalan, keuangan, aset,

organisasi, atau posisi-posisi tertentu di jajaran eksekutif dan komisaris

perusahaan. Dari legal audit bisa diketahui tentangn jumlah dan status aset yang dimiliki perusahaan, utang perusahaan kepada pihak lain,

piutang pihak lain terhadap perusahaan yang belum terselesaikan.

Kajian mendalam akan menghasilkan sejumlah rekomendasi tindakan

yang harus dilakukan perusahaan dalam rangka memenuhi persyaratan

melakukan penawaran umum.

b. Perusahaan menyusun rencana penawaran umum yang harus

mendapatkan persetujuan dari Rapat Umum Pemegang Saham

(RUPS). Keputusan RUPS itu akan menjadi landasan hukum untuk

melakukan penawaran umum. RUPS juga akan memutuskan

perubahan Anggaran Dasar (AD) perusahaan.

c. Perusahaan menentukan penjamin emisi , profesi penunjang, dan

lembaga penunjang untuk penawaran umum.

Profesi penunjang yang diperlukan adalah :

1. Akuntan Publik, untuk melakukan audit terhadap laporan keuangan

emiten untuk dua tahun terahir;

2. Notaris, untuk membuat dokumen atas perubahan Anggaran Dasar,

perjanjian-perjanjian dalam rangka penawaran umum; dan notulen

(18)

3. Konsultan Hukum, untu memberikan pendapat dari segi hukum

mengenai semua hal yang berkaitan dengan hukum untuk penawaran

umum.

Sedangkan lembaga penunjang yang diperlukan adalah :

1) Wali Amanat yang akan bertindak untuk mewakili kepentingan

pemegang obligasi sebagai kreditur.

2) Biro Administrasi Efek (PT KPEI)

3) Lembaga Kustodian (PT KSEI)

d. Perusahaan menyiapkan semua dokumen dan perjanjian yang

diperlukan untuk melakukan penawaran umum.

e. Perusahaan membuat kontrak pendahuluan dengan bursa efek.

f. Perusahaan melakukan public expose.

g. Perusahaan menyampaikan Pernyataan Pendaftaran kepada Bapepam.

h. Bapepam akan menyampaikan pernyataaan efektif Pernyataan

Pendaftaran tersebut dalam waktu 45 hari setelah meneliti kelengkapan

dokumen, cakupan dan kejelasan informasi, dan keterbukaan menurut

aspek hukum, akuntansi, keuangan, dan manajemen.

2. Tahap Emisi132

1) Penawaran oleh sindikasi penjamin emisi dan agen penjual di pasar

primer.

2) Penjatahan kepada pemodal oleh sindikasi penjamin emisi dan emiten

di pasar primer.

132

(19)

3) Penyerahan efek kepada pemodal di pasar primer.

4) Emiten mencatatkan efeknya di pasar sekunder (di bursa).

5) Perdagangan efek di pasar sekunder (di bursa).

3. Tahap Setelah Emisi133

Sesudah proses emisi, emiten berkewajiban untuk menyampaikan

informasi, yaitu :

1. Laporan berkala, misalnya laporan tahunan dan laporan tengah

tahunan (continuous disclosure).

2. Laporan kejadian penting dan relevan, misalnya akuisisi, pergantian

direksi (timely disclosure).

E. Keterbukaan dalam Penawaran Umum Perdana

Dalam kegiatan pasar modal adalah kewajiban pihak-pihak dalam

suatu penawaran umum untuk memerhatikan dan memenuhi prinsip

keterbukaan. Menurut Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar

Modal, yang dimaksud dengan keterbukaan adalah pedoman umum yang

mensyaratkan emiten, perusahaan publik, dan pihak lain yang tunduk

pada undang-undang ini untuk menginformasikan kepada masyarakat

dalam waktu yang tepat seluruh informasi material mengenai usahanya

atau efeknya yang dapat berpengaruh terhadap keputusan pemodal

terhadap efek yang dimaksud dan atau harga dari efek tersebut.134

133

Ibid., Hal. 219 134

(20)

Menurut Bismar Nasution, ada tiga tujuan keterbukaan

(disclosure) dalam pasar modal, yang antara lain adalah sebagai berikut :135

1. Memelihara kepercayaan publik terhadap pasar

Dalam hal ini kepercayaan investor sangat relevan ketika munculnya

ketidakpercayaan publik terhadap pasar modal yang pada gilirannya

mengakibatkan pelarian modal (capital flight) secara besar-besaran dan seterusnya dapat mengakibatkan kehancuran pasar modal (bursa

saham)

2. Menciptakan mekanisme pasar yang efisien

Pasar yang efisien berkaitan dengan sistem keterbukaan wajib. Sistem

keterbukaan wajib berusaha menyediakan informasi teknis bagi

anggota dan profesional pasar.

3. Memberi perlindungan terhadap investor

Dengan adanya keterbukaan maka secara tidak langsung akan memberi

perlindungan kepada investor, yang apabila dalam membuat perjanjian

pembelian saham oleh investor, kemudian terdapat penipuan dalam

bentuk perbuatan yang menyesatkan, misalnya pernyataan

(misrepresentation) informasi, maka perlindungan investor tersebut dilihat dari sisi ketentuan perjanjian sebagai mana diatur dalam

KUHPerdata hanya sebatas pembatalan perjanjian transaksi saham.

135

(21)

Dalam penawaran umum, aspek yang sangat penting dari

keterbukaan adalah pengertian mengenai informasi apa yang diperlukan

dan kemudian menyediakanya dalam keadaan yang jelas dan terbuka.

Salah satu langkah penting dari penawaran umum adalah penyiapan

pernyataan pendaftaran. Pernyataan pendaftaran ini memberikan detil

mengenai penawaran umum perusahaan dan menyediakan informasi yang

lengkap yang dibutuhkan oleh Bapepam, dan untuk meningkatkan minat

investor terhadap perusahaan.136

Dalam pernyataan pendaftaran, keterbukaan harus datang baik

dari emiten sendiri maupun dari profesi penunjang. Emiten hendaknya

membuka semua informasi material berkaitan dengan kondisi perusahaan

sedangkan profesi penunjang harus men-disclose semua informasi material dalam due diligence mereka. Baik emiten maupun profesi penunjang bertanggung jawab atas segala informasi yang disampaikan

kepada Bapepam. Hal ini terlihat dari angka 1 huruf c Peraturan Bapepam

No. IX. A. 2 tentang Tata Cara Pendaftaran Dalam Rangka Penawaran

Umum menyatakan :137

136

Asril Sitompul, op. cit., Hal. 56-57. 137

Angka 1 huruf c Peraturan IX. A. 2 tentang Tata Cara Pendaftaran Dalam Rangka Penawaran Umum

“Emiten dan profesi penunjang bertanggung

jawab atas kelengkapan dan kebenaran informasi yang diungkapkan

dalam pernyataan pendaftaran dan dokumen pendukungnya sesuai dengan

ketentuan yang berlaku. Setiap Pihak yang memberikan pendapat atau

keterangan dan atas persetujuannya, pendapat atau keterangan tersebut

(22)

bertanggung jawab baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama, atas

pendapat atau keterangan yang diberikannya”.

Selain pernyataan pendaftaran, keterbukaan dalam rangka

penawaran umum juga diharuskan tercermin dari prospektus. Peraturan

perundang-undangan memperkenalkan tiga macam prospektus yaitu :138

1. Prospektus biasa.

2. Prospektus ringkas (wajib dimuat dalam surat kabar).

3. Prospektus dalam rangka penawaran umum oleh perusahaan menengah

dan kecil.

Selanjutnya, UUPM memberikan rambu-rambu yuridis bagi suatu

prospektus, yaitu sebagai berikut :139

1. Dilarang memuat hal-hal :

a. keterangan yan tidak benar tentang fakta material; dan

b. tidak memuat keterangan yang benar tentang fakta material.

2. Memuat semua rincian tentang fakta material yang dapat memengaruhi

keputusan pemodal.

3. Fakta dan pertimbangan yang paling penting ditempatkan pada tempat

paling awal.

4. Ekstra hati-hati dalam penggunaan foto, diagram atau tabel karena

sangat potensial untuk terjadinya misleading.

5. Diungkapkan dengan bahasa yang jelas dan komunikatif.

138

Adrian Sutedi, op. cit., Hal. 105 139

(23)

6. Diungkapkannya fakta material harus ditentukan sesuai bidang usaha

atau sektor industrinya.

7. Mestilah terdapat pernyataan bahwa lembaga dan profesi penunjang

pasar modal yang disebut dalam prospektus tersebut bertanggung

jawab sepenuhnya atas data yang disajikan sesuai dengan fungsi

mereka, sesuai dengan peraturan yang berlaku dalam wilayah RI dan

kode etik, norma serta standar pofesi masing-masing.

8. Harus ada pernyataan bahwa sehubungan dengan penawaran umum,

setiap pihak terafiliasi dilarang menentukan keterangan atau

pernyataaan mengenai data yang tidak diungkapkan dalam prospektus

tanpa persetujuan tertulis dari emiten dan penjamin pelaksana emisi.

9. Menurut penjelasan pasal 78 ayat (3) UUPM, suatu prospektus

sekurang-kurangnya memuat :

a. uraian tentang penawaran umum;

b. tujuan dan penggunaan dana penawaran umum;

c. analisis dan pembahasan mengenai kegiatan dan keuangan;

d. risiko usaha;

e. data keuangan;

f. keterangan dari segi hukum;

g. informasi mengenai pemesanan pembelian efek; dan

h. keterangan tentang anggaran dasar.

10. Harus adal “klausula huruf besar” (yakni klasula yang dicetak

(24)

a. BAPEPAM TIDAK MEMBERIKAN PERNYATAAN

MENYETUJUI ATAU TIDAK MENYETUJUI EFEK INI. TIDAK

JUGA MENYATAKAN KEBENARAN ATAU KECUKUPAN ISI

PROSPEKTUS INI. SETIAP PERNYATAAN YANG

BERTENTANGAN DENGAN HAL-HAL TERSEBUT DALAM

PERBUATAN MELANGGAR HUKUM.

b. EMITEN DAN PENJAMIN EMISI EFEK (jika ada)

BERTANGGUNG JAWAB SEPENUHNYA ATAS

KEBENARAN SEMUA INFORMASI ATAU FAKTA

MATERIAL, SERTA KEJUJURAN PENDAPAT DALAM

PROSPEKTUS INI.

c. JIKA DIRENCANAKAN UNTUK MENSTABILISASI HARGA

EFEK TERTENTU, MAKA MESTI ADA KLASULA HURUF

BESAR.

Bagi pihak manajemen perusahaan, yang bermaksud go public

atau perusahaan publik, mutlak memahami prinsip keterbukaan di pasar

modal, agar dapat memahami apa yang telah ditetapkan dalam strategi

pengelolaan perusahaan yang baik. Pemahaman tersebut sekaligus

berguna untuk lebih mendalami persoalan bagaimana menciptakan

mekanisme pasar modal yang efisien. Hal ini sejalan dengan tujuan

(25)

efisien, melindungi investor, dan membantu menetapkan harga pasar yang

kuat.140

Sebab pemahaman yang baik dan mendalam tentang prinsip

keterbukaan tersebut pada gilirannya dapat digunakan untuk mendorong

jalannya hukum yang mengatur pelaksanaan prinsip keterbukaan dalam

rangka memberikan jaminan untuk mengantisipasi terjadinya

kemungkinan investor tidak memperoleh informasi atau fakta material

atau tidak meratanya informasi bagi investor disebabkan karena adanya

informasi yang tidak disampaikan dan bisa juga terjadi informasi yang

belum tersedia untuk publik telah disampaikan kepada kepada

orang-orang tertentu. Di sini investor atau pemegang saham dapat mengakses

informasi fakta material yang lahir dari prinsip keterbukaan sebagai

pendekatan untuk mengambil keputusan yang baik dalam investasinya,

sekaligus dapat memproyeksikan harga saham sesuai dengan refleksi

realita pasar.141

140

Bismar Nasution, Mengupas serta Mencermati Fenomena Tindak Pidana di Pasar Modal, disampaikan pada Seminar Bina Manajemen Bisnis dan Investasi Dharma Nusantara, Jakarta, 8 Mei 2003, Hal. 20.

(26)

BAB IV

TINJUAN HUKUM HAK MEMESAN EFEK TERLEBIH DAHULU (HMETD)/ RIGHT ISSUE DALAM PASAR MODAL

A. Pengertian dan dasar hukum Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) dalam Pasar Modal

Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) sering kali

disebut sebagai IPO kedua dari perusahaan publik atau emiten. Dalam

bab sebelumnya, telah dijelaskan bahwa dalam IPO, perusahaan publik

akan menjual saham pertama kalinya di pasar perdana dan sebagai

gantinya perusahaan akan mendapatkan dana segar (fresh money) yang akan digunakan untuk kelangsungan hidup perusahaan. Ada kalanya

setelah melakukan penawaran umum perdana, emiten membutuhkan

tambahan dana untuk mendukung kinerja perusahaan seperti untuk

membayar hutang yang akan jatuh tempo ataupun untuk keperluan

ekspansi perusahaan. Perusahaan tersebut dapat melakukan penawaran

umum kedua kalinya kepada pemegang saham lama terlebih dahulu,

inilah yang sering disebut Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu

(HMETD). Pada tahun 2009 tercatat ada 11 perusahaan yang melakukan

penambahan modal melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu di Bursa

Efek Indonesia dengan total dana yang dihimpun sebesar Rp. 8,56

triliun.142

142

(27)

Definisi Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu sebagaimana yang

terdapat dalam penjelasan pasal 82 ayat 1 Undang-Undang No 8 Tahun

1995 tentang Pasar Modal adalah hak yang melekat pada saham yang

memberikan kesempatan bagi pemegang saham yang bersangkutan untuk

membeli efek baru sebelum ditawarkan kepada pihak lain.143

Sedangkan, dalam peraturan Bapepam No IX. D.1 tentang Hak

Memesan Efek Terlebih Dahulu angka 1 huruf a, definisi Hak Memesan

Efek Terlebih Dahulu didefinisikan sebagai hak yang melekat pada saham

yang memungkinkan para pemegang saham yang ada untuk membeli

Efek baru, termasuk saham, Efek yang dapat dikonversikan menjadi

saham dan waran, sebelum ditawarkan kepada pihak lain. Hak tersebut

wajib dapat dialihkan.144 Dari pengertian tersebut, pemegang saham yang

mempunyai Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu dapat menukarkan

haknya dengan Efek baru berupa:145

1. Saham;

2. Efek yang dapat dikonversi menjadi saham (misalnya obligasi

konversi atau obligasi tukar); dan

3. Waran.

Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu Rights

Issue) atau disingkat HMETD dalam

yang diperoleh para

143

Pasal 82 ayat 1 Undang-Undang No 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal 144

Angka 1 huruf a Peraturan Nomor IX. D.1 14

(28)

daftar pemegang saham suat

penawaran terlebih dahulu apabila perusahaan sedang menjalani proses

simpanan146

Mohammad Samsul memberikan definisi Hak Memesan Efek

Terlebih Dahulu sebagai rights issue. Menurutnya, right issue atau right adalah hak pemengang saham lama untuk membeli terlebih dahulu

(preemptive right) saham baru pada harga tertentu dalam waktu kurang dari 6 bulan.147

Menurut Indo Premier Online Trading, right issue merupakan hak untuk memesan saham baru yang akan dikeluarkan oleh emiten. Rights

ini diberikan cuma-cuma dan diprioritaskan kepada pemegang saham

biasa untuk memesan saham baru.148

Adrian Sutedi menggunakan istilah Hak Memesan Efek Terlebih

Dahulu sebagai Bukti Right. Bukti Right didefinisikan sebagai Hak

Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) pada harga yang telah

diterapkan selama periode tertentu. Bukti Right diterbitkan pada

penawaran umum terbatas (right issue), di mana saham baru ditawarkan pertama kali kepada pemegang saham lama. Bukti Right dapat juga

diperdagangkan di pasar sekunder selama periode tertentu. Apabila

146

http://id.wikipedia.org/wiki/Hak_Memesan_Efek Terlebih_Dahulu, diakses tanggal 18 Juli 2010.

147

Mohammad Samsul, op. cit., Hal. 84. 14

(29)

pemegang saham tidak menukar Bukti Right tersebut, maka akan terjadi

dilusi pada kepemilikan atau jumlah saham yang dimiliki akan berkurang

secara proporsional terhadap jumlah total saham yang diterbitkan

perusahaan.149

Menurut Karimsyah Law Firm, Hak Memesan Efek Terlebih

Dahulu (HMETD) adalah saham yang dikeluarkan dalam rangka

penambahan modal yang harus ditawarkan terlebih dahulu kepada setiap

pemegang saham seimbang dengan jumlah saham yang dimilikinya

(untuk klasifikasi saham yang sama). Jika pemegang saham lama tidak

menggunakan haknya untuk mengambil saham baru yang akan

diterbitkan, maka saham-saham baru tersebut akan ditawarkan kepada

karyawan. Jika karyawan tidak menggunakan haknya untuk mengambil

saham baru yang akan diterbitkan, maka saham-saham baru tersebut akan

ditawarkan kepada pihak luar perusahaan (bukan pemegang saham dan

juga bukan karyawan). Dalam right issue, pembagian jumlah saham baru yang akan dikeluarkan dengan jumlah seluruh saham yang ada dapat

ditentukan , misalnya setiap 5 saham memiliki 12 rights, di mana 1 right

memberikan hak untuk mengambil saham baru. Pada dasarnya, Hak

Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) akan menambah modal

disetor emiten.150

Perangkat hukum yang mengatur mengenai Hak Memesan Efek

Terlebih Dahulu (HMETD) telah lama ada, yaitu diatur dalam UU PT

149

Adrian Sutedi, op.cit., Hal.47. 150

(30)

lama yang tidak lain adalah Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995. Pasal

36 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 yang antara lain berisi :151

Dasar hukum Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD)

juga diatur oleh pasal 82 ayat 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995

tentang Pasar Modal sebagaimana yang telah disebutkan di atas. Dalam

UU PT baru, yakni Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 yaitu dalam

pasal 43 yang antara lain menyebutkan :

(1) Dalam hal Anggaran Dasar tidak menentukan lain, seluruh saham

yang dikeluarkan dalam penambahan modal harus terlebih dahulu

ditawarkan kepada setiap pemegang saham seimbang dengan

pemilikan saham untuk klasifikasi saham yang sama.

(2) Dalam hal pemegang saham tidak menggunakan hak untuk membeli

saham sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), setelah lewat waktu 14

(empat belas) hari terhitung sejak penawaran, perseroan menawarkan

kepada karyawan mendahului penawaran kepada orang lain untuk

membeli jumlah tertentu atas saham tersebut.

(3) Ketentuan mengenai saham yang ditawarkan kepada karyawan

sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur lebih lanjut dengan

Peraturan Pemerintah.

152

1. Seluruh saham yang dikeluarkan untuk penambahan modal harus

terlebih dahulu ditawarkan kepada setiap pemegang saham seimbang

dengan pemilikan saham untuk klasifikasi saham yang sama.

151

Pasal 36 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 152

(31)

2. Dalam hal saham yang akan dikeluarkan untuk penambahan modal

merupakan saham yang klasifikasinya belum pernah dikeluarkan, yang

berhak membeli terlebih dahulu adalah seluruh pemegang saham

sesuai dengan perimbangan jumlah saham yang dimilikinya.

3. Penawaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku dalam

hal pengeluaran saham:

a. ditujukan kepada karyawan Perseroan;

b. ditujukan kepada pemegang obligasi atau efek lain yang dapat

dikonversikan menjadi saham, yang telah dikeluarkan dengan

persetujuan RUPS; atau

c. dilakukan dalam rangka reorganisasi dan/atau restrukturisasi yang

telah disetujui oleh RUPS.

4. Dalam hal pemegang saham sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

tidak menggunakan hak untuk membeli dan membayar lunas saham

yang dibeli dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari terhitung sejak

tanggal penawaran, Perseroan dapat menawarkan sisa saham yang

tidak diambil bagian tersebut kepada pihak ketiga.

Dengan demikian, dapatlah disimpulkan bahwa Hak Memesan

Efek Terlebih Dahulu (HMETD) adalah hak yang dipunyai oleh

pemegang saham lama jika terjadi penambahan modal dalam perusahaan,

khususnya perusahan publik yang bergerak dalam pasar modal, dalam

jangka waktu 14 (empat belas) hari terhitung sejak tanggal penawaran.

(32)

saham secara proporsional sesuai dengan jumlah saham yang dimilikinya.

Akan tetapi, ada beberapa pengecualian Hak Memesan Efek Terlebih

Dahulu (HMETD) yang terdapat dalam Pasal 43 ayat 3. Ada pun

penjelasan tentang saham yang ditujukan kepada karyawan Perseroan

dapat diambil dari Penjelasan Pasal 36 ayat 3 huruf a yakni saham yang

dikeluarkan dalam rangka ESOP (Employee Stocks Option Program) Perseroan dengan segenap hak dan kewajiban yang melekat padanya.153

Penjelasan Pasal 36 ayat 3 huruf c menyatakan bahwa yang dimaksud

dengan reorganisasi dan/ atau restrukturisasi, antara lain Penggabungan,

Peleburan, Pengambilalihan, kompensasi piutang, atau Pemisahan.154

Selain Undang-Undang, peraturan-peraturan lain mengenai Hak

Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) lebih banyak ditemui dalam

peraturan Bapepam. Ada 5 (lima) peraturan Bapepam mengenai Hak

Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) yang penulis dapatkan dari

webpage Bapepam antara lain : 155

a. Peraturan IX. D. 1. tentang Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu;

b. Peraturan IX. D. 2. tentang Isi Pernyataan Pendaftaran Hak Memesan

Efek Terlebih Dahulu;

c. Peraturan IX. D. 3. tentang Isi dan Bentuk Prospektus dalam Hak

Memesan Efek Terlebih Dahulu;

153

Penjelasan pasal 43 ayat 3 huruf a Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 154

Penjelasan pasal 43 ayat 3 huruf c Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007

155

(33)

d. Peraturan IX. D. 4. tentang Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan

Efek Terlebih Dahulu;

e. Peraturan IX. D. 5. tentang Saham Bonus.

B. Mekanisme Penambahan Modal Perusahaan Publik melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) dalam Pasar Modal

Peraturan Bapepam IX. D. 1 menjadi acuan bagi mekanisme

penambahan modal melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu

(HMETD). Syarat utama perusahaan yang dapat melakukan Hak

Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) terdapat pada angka 2 yaitu

perusahaan tersebut harus telah melakukan penawaran umum

sebelumnya. Penambahan modal tersebut dapat dilakukan dengan

penerbitan saham, termasuk melalui penerbitan waran atau Efek

konversi.156 Setiap pemegang saham wajib diberi Hak Memesan Efek

Terlebih Dahulu atas Efek baru dimaksud dengan persentase pemilikan

mereka.157

Akan tetapi, jika perusahaan publik tersebut mempunyai lebih dari

satu saham, dan jika jumlah saham dalam setiap jenis ditambah secara

proporsional, maka pemegang saham yang ada wajib mempunyai Hak

Memesan Efek Terlebih Dahulu sebanding dengan persentase pemilikan

mereka dalam masing-masing jenis saham.158

156

Angka 2 Peraturan Nomor IX. D. 1 157

Ibid. 158

(34)

Pengertian waran dapat diambil dari angka 1 huruf b Peraturan IX.

D. 1 yaitu Efek yang diterbitkan oleh suatu perusahaan yang memberi

hak kepada pemegang Efek untuk memesan saham dari perusahaan

tersebut pada harga tertentu untuk jangka waktu 6 (enam) bulan atau lebih

sejak diterbitkannya Waran tersebut.159

Waran biasanya melekat pada saham sebagai daya tarik pada

penawaran umum saham ataupun obligasi. Biasanya harga pelaksanaan

(exercise price) lebih rendah daripada harga pasar saham. Setelah saham ataupun obligasi tersebut tercatat di bursa, waran dapat diperdagangkan

secara terpisah. Waran merupakan suatu pilihan (option) di mana pemilik waran mempunyai pilihan untuk menukarkan atau tidaknya waran pada

saat jatuh tempo. Pemilik waran dapat menukarkan waran yang

dimilikinya 6 (enam) bulan setelah waran tersebut diterbitkan oleh

emiten. Harga waran itu sendiri berfluktuasi selama periode

perdagangan.160

Manfaat dari waran yaitu pemilik waran memiliki hak untuk

membeli saham baru perusahaan dengan harga yang lebih rendah

daripada harga saham tersebut di pasar sekunder dengan menukarkan

waran yang dimilikinya ketika harga saham perusahaan tersebut melebihi

harga pelaksanaan.

161

Contoh: Jika seorang investor membeli waran pada harga Rp. 200

per lembar dengan harga pelaksanaan Rp. 1.500 dan pada tanggal

159

Angka 1 huruf b Peraturan IX. D. 1 160

Adrian Sutedi, op. cit., Hal. 48 161

(35)

pelaksanaan, harga saham perusahaan meningkat menjadi Rp. 1.800 per

saham, maka ia akan membeli saham perusahaan tersebut dengan harga

hanya Rp. 1.700 (Rp 1.500 + Rp. 200).162

Apabila waran diperdagangkan di bursa, maka pemilik waran

mempunyai kesempatan untuk memperoleh keuntungan (capital gain), yaitu apabila harga jual waran tersebut lebih besar daripada harga beli. 163

Akan tetapi angka 5 mengatur jumlah waran yang diterbitkan dan

waran yang telah beredar tidak boleh melebihi 35% (tiga puluh lima

perseratus) dari jumlah saham yang telah ditempatkan dan disetor penuh

pada saat Pernyataan Pendaftaran disampaikan.

164

Pasal 41 ayat 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas menentukan bahwa penambahan modal perseroan

dilakukan berdasarkan persetujuan RUPS.165 Hal ini ditegaskan lagi oleh

angka 6 Peraturan Bapepam IX. D. 1 yang menyatakan bahwa perusahaan

publik yang hendak melakukan penambahan modal melalui Hak

Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau melalui Penawaran

Umum Waran atau Efek konversi wajib mengadakan Rapat Umum

Pemegang Saham (RUPS) untuk mempertimbangkan dan menyetujui

rencana penawaran dimaksud.166

162 Ibid. 163

Ibid. 164

Angka 4 Peraturan Nomor IX. D.1 165

Angka 41 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 166

Angka 6 Peraturan Nomor IX. D. 1

Selain itu, perusahaan tersebut wajib

(36)

dalam Peraturan Nomor IX. D.3 selambat-lambatnya 28 (dua puluh

delapan) hari sebelum RUPS dilaksanakan.167

Angka 7 menentukan syarat-syarat yang wajib dipenuhi untuk

dapat melaksanakan Rapat Umum Pemegang Saham dalam rangka

Penawaran Umum dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu, antara

lain :168

a. Perusahaan publik tersebut telah mengajukan Pernyataan Pendaftaran

dan dokumen pendukungnya kepada Bapepam dalam bentuk serta

mencakup informasi yang ditetapkan untuk Penawaran Umum dengan

Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu, sesuai dengan Peraturan Nomor

IX. D.2 tentang Pedoman Mengenai Bentuk dan Isi Pernyataan

Pendaftaran Dalam Rangka Penerbitan Hak Memesan Efek Terlebih

Dahulu selambat-lambatnya 28 (dua puluh delapan) hari sebelum

Rapat Umum Pemegang Saham; dan

b. Bapepam tidak mempunyai tanggapan lebih lanjut secara tertulis

terhadap Pernyataan Pendaftaran yang disampaikan.

Angka 8 menyatakan bahwa jika tidak dinyatakan lain oleh

Bapepam, maka Pernyataan Pendaftaran yang disyaratkan dalam angka 7

di atas menjadi efektif setelah memperoleh persetujuan dari para

pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham mengenai

penawaran Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu.169

167 Ibid. 168

Angka 7 Peraturan Nomor IX. D. 1 169

Angka 8 Peraturan Nomor IX. D. 1

(37)

Pada dasarnya, Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu dapat

diperdagangkan. Ketentuan ini dapat dilihat dari angka 11 Peraturan IX.

D. 1 yang menyatakan bahwa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu

merupakan hak yang dapat dialihkan dan dibuktikan dengan :170

a. Catatan pemilikan dalam Daftar Pemegang Saham Perusahaan atau

Biro Administrasi Efek;

b. Sertifikat Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu yang dikeluarkan oleh

perusahaan untuk pemegang saham yang terdaftar pada tanggal

tertentu.

Sertifikat tersebut wajib tersedia sebelum dimulai dan selama periode

perdagangan sebagaimana dimaksud dalam angka 17 peraturan ini.

c. Kupon yang dapat dilepas dari surat saham; atau

d. Konfirmasi atau laporan rekening Efek yang diterbitkan oleh

Kustodian.

Angka 17 menegaskan bahwa perusahaan publik harus mengambil

langkah-langkah untuk mempermudah pengalihan Hak Memesan Efek

Terlebih Dahulu. Selain itu, angka 17 juga menyatakan bahwa jika Efek

yang mendasari hak tersebut tercatat di Bursa Efek maka Hak Memesan

Efek Terlebih Dahulu tersebut wajib dicatatkan di bursa yang sama.171

Periode perdagangan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu

sebagaimana yang diatur angka 17 adalah dimulai setelah berakhirnya

distribusi Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu dan berlangsung

170

Angka 11 Peraturan Nomor IX. D. 1 171

(38)

sekurang-kurangnya 5 (lima) hari kerja dan paling lama 30 (tiga puluh)

hari kerja setelah tanggal distribusi Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu

berakhir.172 Bukti Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu tersebut wajib

tersedia dan didistribusikan dalam 1 (satu) hari kerja setelah Daftar

Pemegang Saham yang berhak atas Hak Memesan Efek Terlebih

Dahulu.173

Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu yang tercatat dapat juga

diperdagangkan di luar bursa. 174

Angka 23 mewajibkan perusahaan publik untuk memberikan

tanda terima apabila telah terjadi pelaksanaan Hak Memesan Efek

Terlebih Dahulu. Tanda terima dimaksud wajib menunjukkan apakah

pemegang hak atau pemegang saham bermaksud memesan Efek

tambahan yang berasal dari hak yang tidak dilaksanakan. Dalam hal ini

perusahaan wajib menyimpan tembusan dari tanda terima yang memuat

jumlah saham atau Efek tambahan yang dipesan.

Perdagangan di luar bursa ini lebih

sering disebut dengan over the counter.

175

Ketentuan angka 24 menegaskan bahwa perusahaan publik

tersebut juga wajib mengadakan alokasi Efek yang tidak dipesan, pada

harga penawaran yang sama kepada semua pemegang saham yang

menyatakan berminat untuk membeli Efek tambahan pada periode

pelaksanaan hak dimaksud. Apabila jumlah permintaan atas Efek yang

172 Ibid. 173

Ibid. 174

Angka 21 Peraturan Nomor IX. D. 1 175

(39)

tidak dipesan melebihi Efek yang tersedia, efek yang dimaksud akan

dijatahkan secara proporsional, berdasarkan atas jumlah Hak Memesan

Efek Terlebih Dahulu yang dilaksanakan oleh masing-masing pemegang

saham yang meminta penambahan Efek berdasarkan harga pemesanan.176

Penjatahan tersebut ditetapkan dalam 1 (satu) hari kerja setelah

berakhirnya pembayaran pesanan Efek tambahan. Para pemesan Efek

tambahan wajib menyerahkan pembayaran penuh kepada perusahaan

untuk Efek tambahan dimaksud dalam 2 (dua) hari kerja setelah

berakhirnya perdagangan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu.177

Setelah penjatahan atas Efek tambahan selesai dilaksanakan, maka

semua dokumen yang berhubungan dengan pelaksanaan Hak Memesan

Efek Terlebih Dahulu, termasuk tembusan tanda terima, wajib disimpan

oleh perusahaan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun. Perusahaan

dimaksud wajib menunjuk Akuntan yang terdaftar di Bapepam untuk

melakukan pemeriksaan khusus mengenai pelaksanaan Hak Memesan

Efek Terlebih Dahulu. Laporan hasil pemeriksaan mengenai kewajaran

pelaksanaan tersebut wajib disampaikan oleh perusahaan kepada

Bapepam dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal

penjatahan berakhir.178

Apabila perusahaan publik tersebut bermaksud untuk menambah

modal dalam jumlah yang telah ditetapkan maka sebelum

dilaksanakannya penerbitan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu,

176

Angka 22 Peraturan Nomor IX. D. 1 177

Angka 24 Peraturan Nomor IX. D. 1 178

(40)

perusahaan yang bersangkutan wajib memperoleh jaminan dari pihak

tertentu untuk membeli Efek sekurang-kurangnya pada harga penawaran

atas Efek dalam hal terdapat sisa Efek yang tidak diambil.179

C. Akibat-akibat Hukum Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) dalam Pasar Modal

Pihak yang

akan membeli sisa Efek yang tidak diambil tersebut sering disebut juga

dengan pembeli siaga (standing buyer).

Akibat-akibat hukum Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu

utamanya berkaitan dengan angaran dasar dan jenis-jenis modal

perusahaan publik terebut. Menurut M. Yahya Harahap, ada 3 (tiga) jenis

modal perseroan yaitu:180

a. Modal Dasar

Modal dasar adalah seluruh nilai nominal saham Perseroan yang

disebut dalam anggaran dasar. Hal ini ditegaskan pada pasal 31 ayat 1

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas,

bahwa modal dasar Perseroan terdiri atas seluruh nilai nominal saham.

Modal dasar Perseroan pada prinsipnya merupakan total jumlah saham

yang dapat diterbitkan oleh Perseroan. Anggaran dasar sendiri yang

menentukan berapa banyak jumlah saham yang dijadikan modal dasar.

Jumlah yang ditentukan dalam anggaran dasar, merupakan “nilai

nominal yang murni”. Dengan demikian, setiap lembar saham,

179

Angka 26 Peraturan Nomor IX. D. 1 180

(41)

mempunyai “nilai nominal” yang akan menjadi nilai nominal modal

dasar Perseroan, yang sama nilainya dengan nilai nominal seluruh

saham. Pasal 32 ayat 1 UUPT 2007, modal Perseroan yang dibenarkan

paling sedikit Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

b. Modal Ditempatkan

Modal ditempatkan adalah modal yang disanggupi pendiri atau

pemegang saham untuk dilunasinya, dan saham itu diserahkan

kepadanya untuk dimiliki. Berdasar ketentuan pasal 33 ayat 1 UUPT

2007, paling sedikit 25 % dari modal dasar, harus ditempatkan.181

c. Modal Disetor

Modal disetor adalah modal yang sudah dimasukkan pemegang saham

sebagai pelunasan pembayaran saham yang diambilnya sebagai modal

yang ditempatkan dari modal dasar Perseroan.182

Menurut Karimsyah Law Firm, ada 5 (lima) akibat hukum Hak

Memesan Efek Terlebih Dahulu (Rights Issue) bagi perusahaan publik, yaitu :183

a. Perubahan Anggaran Dasar Perusahaan Publik.

Terjadi karena peningkatan modal ditempatkan dan modal disetor

perusahaan penerbit Rights. Juga mungkin/ sering terjadi peningkatan modal dasar perusahaan publik Tersebut (dalam hal penambahan

modal disetor melebihi modal dasar).

181

Ibid., Hal. 236 182

Ibid.

18

(42)

Pasal 15 ayat 1 huruf d Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007

menentukan bahwa anggaran dasar perseroan memuat besarnya jumlah

modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor. Hal ini berarti

jika terjadi peningkatan modal dasar, modal ditempatkan, dan modal

disetor melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu akan

mengakibatkan perubahan anggaran dasar suatu perseroan. 184

b. Perubahan Anggaran Dasar yang tidak memerlukan persetujuan

Menteri Hukum dan HAM

Menurut Pasal 21 ayat 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007

tentang Perseroan Terbatas, perubahan anggaran dasar tertentu harus

mendapat persetujuan Menteri.185 Dalam Ketentuan Umum Pasal 1

ayat 16 dikatakan bahwa Menteri dalam Undang-Undang Nomor 40

Tahun 2007 adalah menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di

bidang hukum dan hak asasi manusia (Menteri Hukum dan HAM).186

Pasal 21 ayat 2 menyatakan perubahan anggaran dasar tertentu yang

harus mendapat persetujuan Menteri Hukum dan HAM meliputi :187

a. nama Perseroan dan/atau tempat kedudukan Perseroran;

b. maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perseroan;

c. jangka waktu berdirinya Perseroan;

d. besarnya modal dasar;

e. pengurangan modal ditempatkan dan disetor; dan/atau;

184

Pasal 15 ayat 3 huruf d Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 185

Pasal 21 ayat 1Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 186

Pasal 1 ayat 16 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 187

(43)

f. status Perseroan yang tertutup menjadi Perseroan Terbuka atau

sebaliknya.

Dapat dilihat bahwa dalam Pasal 21 ayat 3 menegaskan bahwa

perubahan anggaran dasar selain sebagaimana yang dimaksud pada

ayat (2) cukup diberitahukan kepada Menteri.188

c. Perubahan Anggaran Dasar yang memerlukan persetujuan Menteri

Hukum dan HAM

Dengan demikian,

apabila terjadi penambahan modal perusahaan publik melalui Hak

Memesan Efek Terlebih Dahulu yang mengakibatkan terjadinya

perubahan modal ditempatkan dan disetor, maka perubahan anggaran

dasar tersebut cukup diberitahukan kepada Menteri Hukum dan HAM.

Dapat dilihat bahwa dalam Pasal 21 ayat 2 huruf d menyatakan

perubahan anggaran dasar tertentu yang harus mendapat persetujuan

Menteri Hukum dan HAM meliputi besarnya modal dasar. Dengan

demikian, apabila terjadi penambahan modal perusahaan publik

melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu yang mengakibatkan

terjadinya perubahan modal dasar, maka perubahan anggaran dasar

tersebut harus melalui persetujuan Menteri Hukum dan HAM.

d. Dilusi kepemilikan pemegang saham lama

Pemegang saham yang menjual Rights-nya, tentunya tidak akan memperoleh saham baru yang diterbitkan sebagai pelaksanaan

188

(44)

(exercise) Rights. Oleh karena itu, persentase kepemilikannya atas seluruh saham-saham perusahaan publik tersebut akan berkurang.

e. Klasifikasi saham berbeda

Namun pemegang saham yang terdilusi tersebut dapat meminta agar

saham-saham yang dimiliknya pra Right Issue memilik hak-hak istimewa dibandingkan saham-saham yang diterbitkan pasca Right Issue. Dengan demikian, akan ada klasifikasi saham yang berbeda, dengan hak-hak berbeda, antara saham-saham pra dan pasca Rights Issue.

D. Proses Penambahan Modal Perusahaan Publik tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu

Perusahaan publik tidak hanya dapat menambahkan modalnya

melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu, tetapi juga dapat melalui

tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu. Peraturan Nomor IX. D. 4.

tentang Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu

menjadi acuan bagi proses penambahan modal perusahaan publik tanpa

Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu.

Beberapa emiten di Bursa Efek Indonesia telah menggunakan sarana

penambahan modal tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu, antara

lain PT Bumi Resources Tbk (BUMI) dan PT Mobile-8 Telecom Tbk

(FREN). BUMI melakukan penambahan modal tanpa Hak Memesan Efek

(45)

12 bulan ke depan.189 Sama halnya dengan FREN, emiten selular ini

melakukan penambahan modal tanpa Hak Memesan Efek Terlebih

Dahulu untuk membayar hutang obligasi mereka yang akan jatuh tempo

sebesar Rp. 606,5 miliar.190

Adapun syarat-syarat penambahan modal tanpa Hak Memesan

Efek Terlebih Dahulu dapat dilihat dari angka 2 Peraturan IX. D. 4 yang

menyatakan: 191

1) Perusahaan dapat menambah modal tanpa memberikan HMETD

kepada pemegang saham sebagaimanaditentukan dalam Peraturan

Nomor IX. D. 1, sepanjang ditentukan dalam anggaran dasar, dengan

ketentuan sebagai berikut :

1. jika dalam jangka waktu 2 (dua) tahun, penambahan modal

tersebut paling banyak 10% (sepuluh perseratus) dari modal

disetor; atau

2. jika tujuan utama penambahan modal adalah untuk memperbaiki

posisi keuangan Perusahaan yang mengalami salah satu kondisi

sebagai berikut :

a. Bank yang menerima pinjaman dari Bank Indonesia atau

lembaga pemerintah lain yang jumlahnya lebih dari 100%

(seratus perseratus) dari modal disetor atau kondisi lain yang

189

http://bisnis.vivanews.com/news/read/153485

tambah_modal_tanpa_hmetd__bumi_pangkas_utang diakses tanggal 5 Juli 2010 190

Kontan, Jumat, 8 September 2010, Hal. 5. 191

(46)

dapat mengakibatkan restrukturisasi bank oleh instansi

Pemerintah yang berwenang;

b. Perusahaan selain bank yang mempunyai modal kerja bersih

negatif dan mempunyai kewajiban melebihi 80 % (delapan

puluh perseratus) dari aset Perusahaan tersebut pada saat

Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang menyetujui

penambahan modal; atau

c. Perusahaan yang gagal atau tidak mampu untuk menghindari

kegagalan atas kewajibannya terhadap pemberi pinjaman yang

tidak terafiliasi dan jika pemberi pinjaman tidak terafiliasi

tersebut menyetujui untuk menerima saham atau obligasi

konversi Perusahaan untuk menyelesaikan pinjaman tersebut.

2) Penambahan modal tanpa HMETD wajib terlebih dahulu memperoleh

persetujuan RUPS.

Ketentuan tentang RUPS dalam penambahan modal tanpa Hak

Memesan Efek Terlebih Dahulu tunduk pada Peraturan Nomor IX. J. 1.192

Perusahan publik yang ingin menambah modalnya tanpa Hak Memesan

Efek Terlebih Dahulu juga wajib memenuhi prinsip keterbukaan. Hal ini

terlihat ketentuan angka 4 huruf b yang menyatakan paling lambat

14(empat belas) hari sebelum RUPS, Perusahaan wajib mengumumkan

informasi kepada pemegang saham yang paling kurang memuat :193

1. perkiraan periode pelaksanaan (jika ada); dan

192

Angka 3 huruf a Peraturan Nomor IX. D. 4 193

(47)

2. analisis dan pembahasan manajemen mengenai kondisi keuangan

Perusahaan sebelum dan sesudah penambahan modal tanpa HMETD

serta pengaruhnya terhadap pemegang saham setelah penambahan

modal;

dengan memenuhi prinsip keterbukaan.

Selain itu, ada bebeapa hal mengenai pelaksanaan penambahan

modal tanpa HMETD wajib diungkapkan sebagaimana yang terdapat

pada angka 4 yaitu:194

a. Paling lambat 5 (lima) kerja sebelum pelaksanaan penambahan modal

tanpa HMETD, hari Perusahaan wajib memberitahukan kepada

Bapepam dan LK serta mengumukan kepada masyarkat kepada

masyarakat mengenai waktu pelaksanaan penambahan modal tersebut.

b. Paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah pelaksanaan penambahan

modal tanpa HMETD, Perusahaan wajib memberitahukan kepada

Bapepam dan LK serta masyarakat mengenai hasil pelaksanaan

penambahan modal tersebut, meliputi informasi antara jumlah dan

harga saham yang diterbitkan.

194

(48)

E. Proses Penambahan Modal Perusahaan Publik melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) yang Dilakukan dengan Transaksi yang Mempunyai Benturan Kepentingan

UUPM mengatur mengenai transaski yang mengandung benturan

kepentingan (conflict of interest) dalam Pasal 82 ayat 2. UUPM mencantumkan ketentuan mengenai hal ini menandakan bahwa praktik

demikian telah berlangsung lama dan berpotensi merugikan salah piahk,

karena adanya unsur kolusi dan pelanggaran terhadap prinsip keterbukaan

informasi. UUPM pasal 82 ayat 2 menyebutkan, “Bapepam dapat

mewajibkan emiten atau perusahaaan publik untuk memperoleh

persetujuan mayoritas pemegang saham independen secara sah dapat

melakukan transaksi yang berbenturan kepentingan, yaitu

kepentingan-kepentingan ekonomis emiten atau perusahaan publik dengan

kepentingan ekonomis pribadi direksi atau komisaris atau juga pemegang

saham utama emiten atau perusahaan publik.” Bapepam mempertegas

kata dapat mewajibkan pada UUPM Pasal 82 ayat 2 menjadi keharusan

melalui Peraturan Nomor IX. E. 1. Tentang Benturan Kepentingan

Transaksi Tertentu, “Jika suatu transaksi di mana seorang komisaris,

direktur, atau pemegang saham utama mempunyai benturan kepentingan

maka transaksi yang dimaksud harus disetujui oleh para pemegang saham

(49)

diatur dalam peraturan ini. Persetujuan mengenai hal tersebut harus

ditegaskan dalam bentuk akta notariil.”195

Dalam kaitannya dengan penambahan modal dengan Hak

Memesan Efek Terlebih Dahulu, angka 9 Peraturan Nomor IX. D. 1

menyatakan dalam suatu rencana Penawaran Umum dengan Hak

Memesan Efek Terlebih Dahulu, sebagian atau seluruh dana hasil

Penawaran Umum dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu tersebut

akan digunakan untuk transaksi yang mempunyai benturan kepentingan,

maka wajib memenuhi ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan

Nomor IX. E. 1.196

Peraturan ini merupakan salah satu Peraturan Bapepam yang

sangat mencerminkan pentingnya diterapkan prinsip-prinsip GCG dalam

suatu perusahaan. Menurut peraturan ini, emiten diwajibkan melakukan

transaksi secara jujur, benar, dan demi kepentingan semua pemegang

saham serta dilarang melakukan transaksi yang menguntungkan

pihak-pihak tertentu. Setiap terjadi transaksi yang memilik benturan

kepentingan ekonomi antara organ perusahaan, seperti direksi, dan

komisaris dengan perusahaan itu sendiri, maka harus terlebih dahulu

dilakukan RUPS independen. Hal ini menunjukkan adanya penerapan

prinsip kewajaran, transparansi dan juga akuntabilitas.197

195

M. Irsan Nasruddin,dkk., op. cit., Hal.241. 196

Angka 8 Peraturan Nomor IX. D. 1. 197

(50)

Secara prinsip peraturan ini bertujuan :198

1. Melindungi kepentingan pemegang saham independen yang umumnya

merupakan pemegang saham minoritas dari perbuatan yang melampaui

kewenangan direksi dan komisaris serta pemegang saham utama dalam

melakukan transaksi benturan kepentingan tertentu (UUPM Pasal 82

Ayat 2 jo. Peraturan IX. E. 1).

2. Mengurangi kemungkinan penyalahgunaan kekuasaan oleh direksi,

komisaris, atau pemegang saham utama untuk melakukan transaksi

yang mengandung benturan kepentingan tertentu (UUPM Pasal 82

ayat 2 jo. Peraturan Nomor IX. E. 1).

3. Melaksanakan prinsip keterbukaan dan penghormatan terhadap hak

pemegang saham berdasarkan asas kesetaraan, persetujuan pemegang

saham independen yang mewakili lebih dari 50 % saham yang ada

merupakan keharusan (UUPM Pasal 86 ayat 1).

Dengan adanya peraturan ini, setiap pemegang saham secara

hukum dinyatakan berhak untuk ikut menentukan kebijakan perseroan

berkaitan dengan pengambilan keputusan dalam Rapat Umum Pemegang

Saham (RUPS) yang teramat penting dan membawa dampak bagi

kepentingan pemegang saham.199

Dengan demikian, jika terdapat pertentangan kepentingan

ekonomis antara kepentingan perseroan dengan kepentingan direksi,

komisaris, atau pemegang saham utama, maka kepentingan perseroanlah

198

M. Irsan Nasruddin,dkk., op. cit., Hal.242. 199

(51)

yang harus didahulukan, “Direksi atau organ perusahaan lainnya tidak

diperbolehkan mengambil kesempatan untuk memperoleh keuntungan

untuk dirinya sendiri, jika kesempatan itu sebenarnya dapat diberikan

kepada perseroan.200

Apabila direksi, komisaris atau pemegang saham utama

mengabaikan kepentinagan perseroan demi keutungan diri sendiri, maka

mereka yang akan bertanggung jawab atas tindakan ultra vires terebut yang dibebankan pada tanggung jawab pribadi, antara lain berdasarkan

doktrin piercing the corporate veil.201

Sejumlah modus transaksi yang dapat dikategorikan sebagai

transaksi yang mengandung benturan kepentingan menurut Peraturan

Nomor. IX. E. 1 adalah perusahaan publik atau emiten :202

a. Penggabungan usaha, pembelian saham, peleburan usaha, atau

pembentukan usaha patungan.

b. Perolehan kontrak penting.

c. Pembelian, atau kerugian penjualan aktiva yang materiel.

d. Pengajuan tawaran untuk pembelian efek perusahaan lain.

e. Memberi pinjaman kepada perusahaan lain di mana direktur,

komisaris, pemegang saham utama atau perusahaan terkendali dari

perusahaan publik menjabat pula sebagai pemegang saham, direktur,

komisaris.

200

Chatamarrasjid. Ais, Menyingkap Tabir Perseroan (Piercing The Corporate Veil) Kapita Selekta Hukum Perusahaan, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2000), Hal. 17.

201

Munir Fuady, Doktrin-doktrin Modern dalam Corporate Law, (Bandung: Citra Aditya Bakti,2002), Hal. 117.

202

(52)

f. Memperoleh pinjaman dari perusahaan lain di mana pemegang sahm

utama, direktur, atau komisaris dari perusahaan publik merupakan

pemegang saham atau direktur atau komisaris.

g. Mengalihkan aktiva perusahaan publik kepada pihak lain yang mana

turut berperan dalam transaksi tersebut pemegang saham utam,

komisaris, atau direksi dari perusahaan publik atau emiten.

h. Memakai jasa perusahaan di mana pemegang saham utama,

direktur,komisaris dari perusahaan publik menjadi pemegang saham,

direkur, atau komisaris.

i. Melakukan penyertaan pada perusahaaan lain. Perusahaan publik

melakukan penyertaan pada perusahaan lain yang mana pemegang

saham utama, direksi, atau komisaris menjadi pemegang saham,

komisaris atau direksi pula pada perusahaan yang menerima

penyertaan.

j. Menggunakan fasilitas pada perusahaan publik oleh perusahaan lain

baik afiliasi ataupun bukan. Perusahaan publik memberikan jasa

penggunaan fasilitas kepada perusahaan yang mana pemegang saham

utama, komisaris, direksi menjadi pemegang saham atau menjadi

anggota komisaris atau direksi dari perusahaan yang mempergunakan

fasilitas tersebut.

k. Perusahaan menggunakan fasilitas perusahaan lain oleh perusahaan

publik. Perusahaan publik mempergunakan fasilitas perusahaan lain

(53)

publik merupakan pemegang saham, direksi atau komisaris dari

pemberi fasilitas.

l. Dan transaksi lain yang berindikasikan adanya benturan kepentingan.

Dengan demikian, apabila sebagian atau seluruh penambahan

modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu berkaitan dengan

modus-modus di atas, perusahaan publik tersebut harus memenuhi

syarat-syarat yang terdapat dalam Peraturan IX. E. 1.

Transaksi benturan kepentingan tertentu tetap dapat dilakukan dan

sah bila mengikuti Peraturan IX. E. 1. angka 2, yaitu harus terlebih dahulu

mendapat persetujuan oleh pemegang saham independen. Persetujuan

tersebut dituangkan ke dalam akta notariil. Peraturan Nomor IX. E. 1.

angka 9 dan 10 mensyaratkan bahwa RUPS untuk transaksi yang

mempunyai benturan kepentingan dapat dilakukan s

Gambar

Tabel 1.

Referensi

Dokumen terkait

65 dilakukan dosen, antara lain: (1) menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) materi Geografi Desa Kota; (2) menyiapkan power point serta media gambar

nilai p>0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa pengaruh resorpsi akar gigi molar bawah sulung fisiologis dan patologis terhadap tumbuh kembang gigi premolar satu

Nabi Muhammad SAW juga mempergunakan masjid sebagai tempat untuk menjelaskan wahyu yang diterimanya dari Allah SWT dan memberikan jawaban atas pertanyaan para sahabat

Dalam penelitian ini keuntungan usaha tersebut dilihat dari perubahan keuntungan usaha dengan menggunakann variabel perubahan omset penjualan, jarak, dan diversifikasi produk dari

dibidang Hukum Administrasi Negara. 4) Perbuatan yang bersangkutan dilakukan dalaam rangka pemeliharaan kepentingan negara dan rakyat. Unsur- unsur yang dikemukakan oleh

Dalam penyusunan laporan akhir ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, serta

Hasil evaluasi pembelajaran tersebut belum optimal sebab masih banyak siswa yang mendapat nilai di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebesar 75.Hasil catatan lapangan pada

khamir Pichia kudriavzeevii pada substrat nira nipah dan jumlah etanol yang.. dihasilkan oleh gabungan kedua jenis khamir pada substrat nira aren