• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Adovsi Inovasi

2.2.2 Proses Pengadopsian Inovasi

Faktor yang mempengaruhi percepatan adopsi adalah sifat dari inovasi itu

sendiri. Inovasi yang akan di introduksikan harus mempunyai kesesuaian (daya

adaptif) terhadap kondisi biofisik, social, ekonomi, dan budaya yang ada dalam

masyarakat penerima (adopter) tersebut. Jadi inovasi yang ditawarkan tersebut

hendaknya inovasi yang tepat guna.

Adopsi dipengaruhi oleh banyak faktor sifat atau karakteristik inovasi,

sifat atau karakteristik calon pengguna, pengambilan keputusan adopsi, saluran

atau media yang digunakan, kualifikasi penyuluh. Strategi untuk memilih inovasi

yang tepat guna adalah menggunakan kriteria sebagai berikut:

1. Inovasi harus dirasakan sebagai kebutuhan oleh adopter.

2. Inovasi harus memberikan keuntungan bagi adopternya.

3. Inovasi harus memiliki kompatibilitas atau keselarasan.

4. Inovasi harus mendayagunakan sumber daya yang sudah ada.

5. Inovasi tersebut terjangkau oleh financial, sederhana, tidak rumit dan mudah

diperagakan.

6. Inovasi harus mudah untuk diamati.

Adopsi inovasi merupakan suatu proses mental atau perubahan perilaku

baik yang berupa pengetahuan (cognitive), sikap (affective), maupun keterampilan

(psycomotor) pada diri seseorang sejak ia mengenal inovasi. Rogers and

Shoemaker(1971),proses adopsi inovasi merupakan proses kejiwaan/mental yang

terjadi pada saat menghadapi suatu inovasi, dimana terjadi proses penerapan suatu

17

Berdasarkan penjelasan tersebut, terlihat bahwa proses adopsi didahului

oleh pengenalan suatu inovasi (introduksi) kepada masyarakat, selanjutnya terjadi

proses mental untuk menerima atau menolak inovasi tersebut. Jika hasil dari

proses mental tersebut adalah keputusan untuk menerima suatu inovasi maka

terjadilah adopsi.Proses adopsi melalui beberapa tahapan yaitu kesadaran

(awareness), perhatian (interest), penaksiran (evaluation), percobaan (trial),

adopsi dan konfirmasi (Mundy, 2000). Setelah suatu inovasi di adopsi oleh

pengguna, maka proses selanjutnya yang diharapkan adalah terjadinya difusi

inovasi. Difusi adalah proses dimana inovasi disebarkan pada individu atau

kelompok dalam suatu sistem sosial tertentu (Soekartawi, 1988).

Tipe-Tipe Putusan Inovasi

Adapun tipe-tipe keputusan dalam inovasi adalah sebagai berikut.

1. Keputusan otoritas ( authority decision) Keputusan ini dibuat oleh atasan atau

suatu lembaga, pemerintah, pabrik, sekolah dan sebagainya

2. Keputusan Individu ( individual decision) Keputusan ini dilaksanakan oleh

individu/ seseorang terlepas dari keputusan-keputusan yang dibuat oleh

masyarakat (collective) dalam sistem sosial

3. Keputusan bersama (collective decision) Keputusan ini disepakati dan

dilaksanakan secara bersama atau melalui consensus masyarakat dalam sistem

sosial

Teori difusi inovasi yang dikemukakan oleh Everett M. Rogers, pada

dasarnya menjelaskan proses bagaimana suatu inovasi disampaikan melalui

saluran-saluran tertentu sepanjang waktu kepada sekelompok anggota dari sistem sosial. Hal tersebut sejalan dengan pengertian difusi dari Rogers (1961), yaitu “as

18

the process by which an innovation is communicated through certain channels over time among the members of a social system.” Lebih jauh dijelaskan bahwa difusi adalah suatu bentuk komunikasi yang bersifat khusus berkaitan dengan

penyebaran pesan-pesan yang berupa gagasan baru, atau dalam istilah Rogers

(1961) difusi menyangkut “which is the spread of a new idea from its source of invention or creation to its ultimate users or adopters.” Sesuai dengan pemikiran Rogers, dalam proses difusi inovasi terdapat empat elemen pokok, yaitu:

1. Inovasi: gagasan, tindakan, atau barang yang dianggap baru oleh seseorang.

Dalam hal ini, kebaruan inovasi diukur secara subjektif menurut pandangan

individu yang menerimanya. Jika suatu ide dianggap baru oleh seseorang

maka ia adalah inovasi

2. Saluran komunikasi: ’alat’ untuk menyampaikan pesan-pesan inovasi dari sumber kepada penerima. Dalam memilih saluran komunikasi, sumber paling

tidak perlu memperhatikan (a) tujuan diadakannya komunikasi dan (b)

karakteristik penerima. Jika komunikasi dimaksudkan untuk memperkenalkan

suatu inovasi kepada khalayak yang banyak dan tersebar luas, maka saluran

komunikasi yang lebih tepat, cepat dan efisien, adalah media massa. Tetapi

jika komunikasi dimaksudkan untuk mengubah sikap atau perilaku penerima

secara personal, maka saluran komunikasi yang paling tepat adalah saluran

interpersonal.

3. Jangka waktu: proses keputusan inovasi, dari mulai seseorang mengetahui

sampai memutuskan untuk menerima atau menolaknya, dan pengukuhan

terhadap keputusan itu sangat berkaitan dengan dimensi waktu. Paling tidak

19

keinovatifan seseorang: relatif lebih awal atau lebih lambat dalam menerima

inovasi, dan (c) kecepatan pengadopsian inovasi dalam sistem sosial.

4. Sistem sosial: kumpulan unit yang berbeda secara fungsional dan terikat

dalam kerjasama untuk memecahkan masalah dalam rangka mencapai tujuan

bersama.

Lebih lanjut teori yang dikemukakan Rogers (1995) memiliki relevansi

dan argumen yang cukup signifikan dalam proses pengambilan keputusan inovasi.

Teori tersebut antara lain menggambarkan tentang variabel yang berpengaruh

terhadap tingkat adopsi suatu inovasi serta tahapan dari proses pengambilan

keputusan inovasi. Variabel yang berpengaruh terhadap tahapan difusi inovasi

tersebut mencakup (1) atribut inovasi (perceived atrribute of innovasion), (2) jenis

keputusan inovasi (type of innovation decisions), (3) saluran komunikasi

(communication channels), (4) kondisi sistem sosial (nature of social system), dan

(5) peran agen perubah (change agents).

Sementara itu tahapan dari proses pengambilan keputusan inovasi

mencakup:

1. Tahap Munculnya Pengetahuan (knowledge) ketika seorang individu (atau unit

pengambil keputusan lainnya) diarahkan untuk memahami eksistensi dan

keuntungan/manfaat dan bagaimana suatu inovasi berfungsi.

2. Tahap Persuasi (kersuasion) ketika seorang individu (atau unit pengambil

keputusan lainnya) membentuk sikap baik atau tidak baik .

3. Tahap Keputusan (decisions) muncul ketika seorang individu atau unit

pengambil keputusan lainnya terlibat dalam aktivitas yang mengarah pada

20

4. Tahapan Implementasi (implementation), ketika seorang individu atau unit

pengambil keputusan lainnya menetapkan penggunaan suatu inovasi.

5. Tahapan Konfirmasi (confirmation), ketika seorang individu atau unit

pengambil keputusan lainnya mencari penguatan terhadap keputusan untuk

menerimaan atau menolakan inovasi yang sudah dibuat sebelumnya.

Menurut Rogers (1960) proses adopsi itu terjadi mulai seseorang

mendengar suatu ide baru sampai akhirnya ia melaksanakannya (mengadopsinya).

Proses difusi merupakan proses perembesan atau merembesnya inovasi ke dalam

masyarakat sampai mencapai mengenai sebagian besar anggota masyarakat

tersebut. Proses adopsi dan difusi mempunyai hubungan yang sangat erat. Proses

adopsi terjadi pada orang-orang secara individual, sedangkan proses difusi

terjadinya perembesan inovasi di masyarakat.

Tahapan-tahapan adopsi dalam proses adopsi atau penerimaan, ada lima

tahap, yaitu :

1. Tahap kesadaran atau penghayatan (awareness stage).

Tahap pertama kali mendengar tentang inovasi. Pada tahap ini sasaran sudah

maklum atau menghayati sesuatu hal yang baru yang aneh tidak biasa

(kebiasaan atau cara yang mereka lakukan kurang baik atau mengandung

kekeliruan, cara baru dapat meningkatkan hasil usaha dan pendapatannya, cara

baru dapat mengatasi kesulitan yang sering dihadapi). Hal ini diketahuinya

karena hasil berkomunikasi dengan penyuluh. Tahapan mengetahui adanya

inovasi dapat diperoleh seseorang dari mendengar, membaca atau melihat,

21

2. Tahap Minat atau tertarik (interest stage).

Mencari informasi lebih lanjut. Pada tahap ini sasaran mulai ingin mengetahui

lebih banyak perihal yang baru tersebut. Ia menginginkan

keterangan-keterangan yang lebih terinci lagi. Sasaran mulai bertanya-tanya. Hanya

keberhasilan dan penjelasan petani golongan early adopterlah yang dapat

menghilangkan kebimbangan petani yang telah menaruh minat.

3. Tahap Penilaian (evaluation stage).

Menimbang manfaat dan kekurangan penggunaan inovasi. Pada tahap ini

sasaran mulai berpikir-pikir dan menilai keterangan-keterangan perihal yang

baru itu. Juga ia menghubungkan hal baru itu dengan keadaan sendiri

(kesanggupan, resiko, modal, dll). Pertimbangan-pertimbangan atau penilaian

terhadap inovasi dapat dilakukan dari tiga segi, yaitu teknis, ekonomis dan

sosiologis. Misalkan inovasi yang diperkenalkan adalah jenis padi baru,

segi-segi teknis yang dinilai adalah tingkat produktivitasnya, pemeliharaannya

mudah atau tidak, umurnya lebih pendek daripada lokal atau tidak, mudah

terserang hama dan penyakit atau tidak dan sebagainya. Penilaian berikutnya

dilakukan terhadap segi ekonominya; penilaian segi ini dilakukan terhadap

semua biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produksi untuk satuan luas

tertentu pada suatu periode kegiatan berproduksi dan nilai yang diperoleh dari

hasil penjualan hasil produksinya. Selisih antara nilai penjualan dari nilai

pengorbanan yang diperlukan dihitung dalam nilai uang, merupakan

keuntungan yang dapat diperoleh dari usaha tani tersebut. Keuntungan inilah

yang akan diperbandingkan dengan keuntungan yang diperoleh jika seseorang

22

manfaat penerapan inovasi tersebut bagi masyarakat di sekitar usaha taninya,

apakah penerapan inovasi ini dapat memberikan lapangan kerja baru bagi

keluarganya atau masyarakat disekitarnya. Jika penilaian telah dilakukan dan

kesimpulan yang dapat ditarik adalah bahwa penerapan inovasi tersebut

menguntungkan, maka seseorang akan melangkah ke tahap berikutnya.

4. Tahap Percobaan (trial stage)

Menguji sendiri inovasi pada skala kecil. Sasaran sudah mulai mencoba-coba

dalam luas dan jumlah yang sedikit saja. Sering juga terjadi bahwa usaha

mencoba ini tidak dilakukan sendiri, tetapi sasaran mengikuti (dalam pikiran

dan percakapan-percakapan), sepak terjang tetangga atau instansi mencoba hal

baru itu (dalam pertanaman percobaan atau demosntrasi). Kalau ia sudah

yakin tentang apa yang dianjurkan, maka ia kan mengetrapkannya secara lebih

luas. Bila gagal dalam percobaan ini, maka petani yang biasa akan berhenti

dan tidak akan percaya lagi. Tapi petani yang maju dan ulet akan mengulangi

percoabaannya lagi, sampai ia mendapat keyakinannya.

5. Tahap Penerimaan (adoption)

Menerapkan inovasi pada skala besar setelah membandingkannya dengan

metoda lama. Sasaran sudah yakin akan kebenaran atau keunggulan hal baru

itu, maka ia mengetrapkan anjuran secara luas dan kontinu. Ia juga akan

mengajurkannya kepada tetangga atau teman-temannya. Dalam prakteknya

pentahapan tadi tidak perlu secara berurutan dilaluinya. Dapat saja sesuatu

tahap dilampaui, karena tahap tersebut dilaluinya secara mental. Tidak semua

orang mempunyai waktu, kesempatan, ketekunan, kesanggupan dan keuletan

Dokumen terkait