• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.13 Proses Pengelolaan Kelapa Sawit

2.13 Proses Pengelolaan Kelapa Sawit

Untuk mengelolah Tandan Buah Segar (TBS) Menjadi Crude Palm Oil (CPO) dan inti (kernel), pabrik kelapa sawit Sei. Mangkeiii mempunyai 14 stasiun kerja yang saling terkait, yaitu:

1. Stasiun Penerimaan TBS 2. Stasiun Loading Ramp 3. Stasiun Rebusan / Sterilizer

4. Stasiun Hoisting Crane / Thressing dan Tipler 5. Stasiun Screw Press

6. Stasiun Clarifikasi 7. Stasiun Hopper 8. Stasiun Kernel Plant 9. Stasiun Fat Pit

10. Stasiun Water Treatment 11. Stasiun Boiler

12. Stasiun Power Plant 13. Stasiun Effluent Treatment

1. Stasiun Penerimaan Tandan Buah Segar (TBS)

Stasiun penerimaan Tandan Buah Segar adalah stasiun pertama dalam pengolahan minyak kelapa sawit. Bahan baku yang berasal dari kebun milik PT.

Perkebunan Nusantara III (Persero) maupun bahan baku yang berasal dari pihak ketiga akan dilengkapi dengan berkas pengiriman sebagai surat pengantar untuk memasuki stasiun ini. Stasiun ini juga memiliki beberapa pos, yaitu : Jembatan timbang kapasitas 50 Ton yang betujuan untuk mengetahui berat kotor truk (Brutto), berat kosong truk (tarra), serta berat bersih TBS (netto),pos sortasi yang berfungsi sebagai tempat pemilihan buah yang matang dan masak untuk mempertahankan mutu CPO yang dihasilkan, pos berikutnya adalah loading ramp yang berfungi sebagai area tempat penimbunan sementara TBS yang telah di sortasi sebelum dipindahkan ke lori dan masuk stasiun perebusan, pos terakhir dalamstasiun ini adalah Lori, Capstand, dan TransferCarriage.

2. Stasiun Loading Ramp

Ramp adalah tempat timbunan TBS sementara dan dituang ke tiap-tiap bays dari loading ramb.TBS yang akan diperoses diisi kedalam lori-lori yang berkapasitas 3,5 dan 15 ton TBS dengan cara membuka pintu bays yang diatur dengan system pintu hidrolik. Lori merupakan tempat untuk merebus TBS.

Jumlah lori yang mencukupi merupakan persyaratan yang harus dipenuhi agar kapasitas rebusan tercapai.Lori yang dipergunakan adalah ukuran 3,5 ton dan 15 ton.

3. Stasiun Perebusan (Sterilizer)

Stasiun perebusan adalah stasiun kedua dari kegiatan pengolahan tandan buah segar menjadi CPO. Perebusan TBS dilakukan menggunakan sistem uap basah dengan tekanan 2,8 – 3,0 kg/cm3 dengan suhu perebusan 140-143oC dengan waktu perebusan sekitar 88-95 menit. PKS Sei. Mangkei memiliki 3 unit mesin perebusan dengan kapasitas 6 lori dipabrik 30 ton TBS/jam, dimana 1 lori dapat memuat 3,5 Ton TBS dan 3 unit mesin perebusan dengan kapasitas 3 lori di pabrik 45 ton TBS/jam, dimana satu lori dapat memuat 15 ton TBS. Tujuan dari kegiatan perebusan menggunakan mesin perebusan adalah untuk: mengurangi peningkatan asam lemak bebas, mempermudah proses pembrondolan pada thresher, menurunkan kadar air, memudahkan penguraian serabut pada biji, memisahkan antara inti dan cangkang, dan memudahkan pemisahan minyak dari daging buah.

4. Stasiun Hoisting Crane (Thresser)

Stasiun Penebahan adalah stasiun ketiga dari kegiatan pengolahan tandan buah segar menjadi CPO. Tujuan thresher berfungsi untuk memisahakan brondolan dari janjangannya dengan cara mengangkat dan membanting serta mendorong janjang kosong ke empty bunch conveyor dan brondolan akan jatuhke fruits conveyor melalui kisi-kisi menggunakan 2 Threser diline I dan line II 3 Unit.

5. Stasiun Kempa (Pressing)

Setelah stasiun penebahan yang dapat memisahkan brondolan dari janjangannya dengan cara membanting janjangan, janjang kosong akan di dorong ke Empty Brunch Conveyor dan brondolan akan jatuh ke Fruit Conveyor. Setelah itu brondolan akan di bawa ke stasiun Kempa. Stasiun Kempa adalah stasiun pengambilan minyak dari daging buah yang dilakukan dengan metode pelumatan dan mengempa daging buah. Pelumatan dilakukan dalam digester, sedangkan pelumatan dilakukan dalam kempa ulir (Screw Press). Proses-proses yang terjadi pada stasiun pressing adalah proses pelumatan pada digester, proses pengempaan dan pemisahan yang dilakukan dalam mesin Screw Press. Proses yang terjadi pada mesin press adalah proses terakhir dalam stasiun kempa dan selanjutnya mulai memasuki stasiun pemurnian pada Vibro. Alat-alat yang digunakan di stasiun ini adalah:

 Digester dimana buah diputar seperti blender dan dipanaskan dengan uap yang bersuhu 90-95oC sehingga seperti dilumat.

 Screw Press untuk memeras berondolan yang telah dicincang dan dilumat dari Digester untuk mendapatkan minyak kasar.

6. Stasiun Pemurnian (Clarifikasi)

Stasiun Pemurnian adalah stasiun terakhir dalam pengelolaan kelapa sawit menjadi CPO. Pada stasiun ini minyak kasar yang dihasilkan dari stasiun kempa dibersihkan dan dimurnikan dari segala bentuk kotoran sehingga diperoleh minyak kelapa sawit murni. Alat- alat yang terdapat dalam stasiun ini yakni:

 Sand Trap adalah sebuah bejana berbentuk silinder untuk mengendapkan partikel-partikel pasir dan lumpur pada bagian atas minyak, kemudian secara gravitasi turun ke ayakan getar.

 Saringan Getar (Vibro Separator) berfungsi untuk menyaring crude oil dari serabut yang dapat mengganggu proses pemisahan minyak.

 Vertical Clarifier Tank (VCT) adalah untuk memisahkan minyak dan air secara gravitasi dengan memanfaatkan perbedaan berat jenis keduanya.

 Crude Oil Tank (COT) adalah untuk pengendapan kotoran dan sebagai penampung sebelum minyak di pompa ke mesin Purifier.

 Oil Purifier adalah untuk mengurangi kadar kotoran dan air dalam minyak dengan menggunakan prinsip pemisahan maka kotoran dan air yang berat jenisnya lebih besar dari minyak akan berada pada bagian luar, minyak yang berada dibagian tengah dialirkan di vacum dryer.

 Vacum Dryer berfungsi untuk mengurangi kadar air dalam minyak produksi.

 Storange Tank berfungsi untuk menyimpan sementara minyak produksi.

7. Stasiun Kernel

Pada proses ini dijelaskan campuran ampas atau fiber dan biji atau nut yang keluar dari screw press diproses kembali di stasiun kernel untuk menghasilkan: cangkang atau sel dan fiber yang digunakan sebagai bahan bakar boiler. Alat- alat yang terdapat dalam stasiun ini yakni:

 Nut Elevator berfungsi untuk menghantarkan nut dari nut polishing drum ke nut silo. Nut elevator dilengkapi dengan cyclone dan blower untuk mengisap nut.

 Nut Silo berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara nut sebelum diolah pada Ripple Mill.

 Ripple Mill berfungsi untuk memecahkan nut, memisahkan cangkang dan inti dengan cara menekan atau menjepit biji

 LTDS (Light Tenera Dust Seperation) berfungsi untuk memisahkan cangkang dengan inti serta membawa cangkang untuk bahan bakar boiler.

System pemisahan yang dilakukan disini adalah dengan menggunakan tenaga blower hisap dust separation.

 Clay Bath berfungsi untuk memisahkan cangkang dan inti sawit pecah yang besar yang beratnya hamper sama dengan menggunakan larutan kaolin (kalsium karbonat). Proses pemisahan dilakukan berdasarkan perbedaan berat jenis.

 Kernel Silo berfungsi untuk mengurangi kadar air yang terkandung dalam inti produksi. Temperature dalam kernel silo terbagi atas tiga tingkatan yaitu bagian atas 60°C, bagian tengah 70°C, dan bagian bawah 80°C.

 Kernel Storage berfungsi sebagai tempat penyimpan inti produksi sebelum dikirim untuk dijual.

8. Stasiun Water Treatment

Proses pengambilan air berasal dari sungai Bah Bolon yang kemudian dialirkan melalui pipa menuju bak yang disebut bak sedimen. Dimana terbagi atas lima bagian yaitu Sedimen satu, Sedimen dua, dan Sedimen tiga flok dari air sudah mengalami penurunan atau pengendapan kemudian dialirkan ke Sedimen empat yang mengalir melalui lubang kecil yang berada pada bawah sedimen tersebut. Kemudian Sedimen empat flok semakin sedikit dan air pada Sedimen lima dialirkan ke Tube Settler. Dimana proses penjernihan air dilakukan dengan zat kimia yakni tawas dan soda ash. Tawas berfungsi untuk menjernikan air dan Soda Ash berfungsi untuk menaikkan pH air (pH = 7). Kemudian air disimpan didalam tabung dimana air yang sudah bersih akan dialirkan sebagian ke domestic dan ke boiler.

Proses pengolahan air bertujuan untuk mendapatkan kualitas air sebelum digunakan agar memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Proses pengolahan air mencakup pengoperasian, penjernihan dan penyaringan.

9. Stasiun Boiler

Boiler adalah alat untuk menghasilkan uap dengan bahan bakar fiber dan shell yang berbentuk bejana tertutup yang berfungsi untuk menghasilkan uap yang digunakan untuk pembangkit daya listrik dan juga proses pemanasan,

Sebelum masuk ke Boiler: Tahap pertama, air masuk ke kation untuk menghilangkan hardness (membuat korosi), yang harus diperhatikan dalam tabung kation, yaitu:

 pH ( <5 )

 Hardness (Maks 2 ppm)

 TDS (Total Dispensive Solid)/ Total Kekentalan Air (Viskositas) (Maks

100 ppm)

Di dalam kation terdapat resin berbentuk seperti pasir lunakyang berfungsi untuk menangkap hardness, agar resin tidak jenuh dilakukan regenisasi/ dicuci sampai bersih dengan menggunakan H2SO4 sampai bersih.

Tahap kedua, Degasifier berfungsi untuk menghilangkan O2 dalam air. Tahap ketiga, air mengalir ke dalam tabung anion dimana didalam nya terdapat resin yang berfungsi untuk menghilangkan silica dalam air (Hardness Maks 5 ppm jika

>5 silika yang masuk dalam boiler akan menyumbat pipa). Yang harus diperhatikan dalam tabung anion, yaitu:

 pH (>7-8)

 Silica (Maks 5 ppm, jika >5 ppm harus diregenisasi dengan soda api/

caustic soda)

 Hardness (Maks 5 ppm)

Tahap keempat, Fit Tank (air umpan), dilakukan pemanasan air pada suhu 60-70°C lalu dialirkan masuk kedalam dearator yang berfungsi untuk memanaskan air 95-105°C. Tahap kelima, masuk ke boiler yang menghasilkan steam kemudian air pada boiler di cek. Yang harus diperhatikan dalam air boiler yaitu:

 pH (10,5-11,5)

 Silika (Maks 150 ppm)

 TDS (2000 ppm)

 Total Hardness (2 ppm)

 P-Alkalinity (asam 3000-6000 ppm)

 M-Alkalinity (basa 400-800 ppm)

 Fosfat (20-50 ppm)

 Sulfit (30-50 ppm)

 Klorida

 Turbin merupakan alat untuk mengkonversikan energy dari steam menjadi energy mekanis atau putaran untuk membangkitkan tenaga listrik. Uap yang digunakan merupakan uap kering dari boiler.

 BPV (Back Pressure Vessel) berfungsi untuk menampung steam dari turbin memakai satu unit Back Pressure Vessel (BPV) berfungsi untuk menyeragamkan tekanan steam dan menstribusikan ke stasiun pengolahan.

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

1. Timbangan Digital Automatic 60 Kg Avery Weigh Tronix

2. Neraca Analitik Sortarius

3. Oven Memmer

4. Desikator K

5. Labu Ukur 250 ml Duran

6. Alu dan Lumpang

7. Alat Soklet Pyrex

8. Kondensor 9. Cawan

10. Hot Plate Gerhard

11. Alat Spektrofotometer UV-VIS Spectroquant pharo 300

12. Kuvet 10 mm

13. Labu Ukur 25 ml Pyrex

14. Botol aquadest

15. Kalkulator Casio

16. Cutter Kenko

17. Buret digital 18. Tisu Halus

19. Erlenmeyer 250 ml pyrex

20. Gelas ukur 50 ml pyrex

3.1.2 Bahan

1. N-Heksana 2. Alkohol 96%

3. KOH 0.1030 N

4. Indikator Phenolpthalein (PP) 5. Buah Berondolan Sawit 6. Minyak Sawit Mentah

3.2 Prosedur Kerja

3.2.1 Analisa Kadar Asam Lemak Bebas ( %ALB ) Pada Minyak Sawit Mentah

1. Tandan Buah Segar (TBS) disimpan di dalam laboratorium tanpa mengenai cahaya sinar matahari untuk dianalisa perkembangan kadar asam lemak bebasnya (ALB) selama 1-3 hari

2. Diambil beberapa berondolan buah luar, buah tengah dan buah dalam dari tandan untuk mengetahui kadar asam lemak bebasnya untuk hari pertama penyimpanan

3. Diiris-iris daging buah berondolan dan dimasukkan kedalam cawan lalu ditimbang dan diketahui berat daging sebelum dipanaskan

4. Dipanaskan sampel selama ± 2 jam di dalam oven pada suhu 105 derajat sampai kadar air menghilang dan didinginkan dalam desikator kemudian ditimbang untuk mengetahui kadar air yang menghilang

5. Dihaluskan daging berondolan kelapa sawit setelah pemanasan dengan alu dan lumpang

6. Dimasukkan sampel yang telah dihaluskan kedalam timbal 7. Dimasukkan sampel timbal kedalam alat soklet

8. Diambil labu alas kosong lalu ditimbang dengan mengunakan neraca analitik

9. Dimasukkan pelarut N-Heksana kedalam labu alas

10. Dirangkai alat soklet kemudian diekstraksi sampel sampai N-Heksana habis menguap dan menghasilkan minyak sawit mentah lalu dioven selama 2 jam dan didinginkan

11. Ditimbang erlenmeyer kosong dengan neraca analitik

12. Ditimbang sampel minyak dan dimasukkan kedalam erlenmeyer 13. Ditambahkan pelarut N-Heksana dan Alkohol dengan

perbandingan 1: 2 ( 15 ml : 30 ml )

14. Ditambahkan indikator Phenolftalein sebanyak 3 tetes

15. Dititrasi dengan larutan standart KOH 0.1030 N sampai terjadi perubahan warna dari kuning menjadi merah bata

16. Dicatat volume titrasi larutan standart KOH yang terpakai

17. Dihitung kadar asam lemak bebas ( % ALB ) yang terkandung dalam minyak dengan menggunakan rumus :

%ALB = V KOH × N KOH × BM asam palmitat

Berat sampel gr × 100 18. Dilakukan perlakuan yang sama terhadap minyak mentah yang

diperoleh dari berondolan TBS yang disimpan selama 1-3 hari di dalam laboratorium

3.2.2. Analisa DOBI Pada Minyak Sawit Mentah

1. Ditimbang sampel minyak sawit mentah kedalam labu ukur 25 ml dengan neraca analitik

2. Dilarutkan sampel dengan pelarut N-Heksana dan diencerkan sampai garis tanda

3. Dihomogenkan

4. Dibilas quartz kuvet sebanyak tiga kali dengan larutan uji 5. Diisi kuvet dengan larutan sampel

6. Diukur absorbansi pada 𝜋 269 𝑛𝑚 dan 𝜋 446 𝑛𝑚 7. Dihitung dobi dengan rumus

DOBI

=

𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑝𝑎𝑑𝑎 446 𝑛𝑚 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑝𝑎𝑑𝑎 269 𝑛𝑚

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Data Percobaan

1. Tabel 4.1.1 Hasil Analisa Kadar Asam Lemak Bebas ( % ALB ) Pada

2. Tabel 4.1.2 Hasil Analisa DOBI Pada Minyak Sawit Mentah kelapa sawit pada hari pertama penyimpanan

Untuk menghitung kadar asam lemak bebas (%ALB) yang dihasilkan dari tandan buah segar (TBS) kelapa sawit digunakan rumus sebagai berikut :

%ALB = V KOH × N KOH × BM asam palmitat

Berat sampel (gr) × 100%

Dimana :

V KOH = Volume larutan standart KOH yang terpakai BM = Berat molekul minyak sawit (asam palmitat=25,6) N KOH = Normalitas larutan standart KOH (0,1030N)

Februari 2016

3 128.2541 126.2310 2.0231 2.35 3.06

- Percobaan I

%ALB =2.20 × 0,1030 × 25,6

2.1305 × 100% = 2,72%

- Percobaan II

%ALB =2.25 × 0,1030 × 25,6

2.2085 × 100% = 2.68%

- Percobaan III

%ALB =2.38 × 0,1030 × 25,6

2.4135 × 100% = 2,60%

ALB Rata − Rata =2,72 + 2,68 + 2,60

3 = 2,67%

Untuk hari kedua sampai hari ketiga dilakukan perhitungan kadar asam lemak bebas (%ALB) buah mentah yang sama seperti pada perhitungan diatas.

4.2.2. Perhitungan analisa DOBI pada minyak kelapa sawit mentah Untuk menghitung dobi yang dihasilkan dari minyak kelapa sawit mentah digunakan rumus :

Dobi

=

𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑝𝑎𝑑𝑎 446 𝑛𝑚 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑝𝑎𝑑𝑎 269 𝑛𝑚

- Untuk sampel CPO 1 Dobi : 0.8543

0.3456 = 2.47 - Untuk sampel CPO 2

Dobi : 0.8469 sawit sangat merugikan. Tingginya asam lemak bebas ini mengakibatkan rendemen minyak turun. Untuk itulah perlu dilakukan usaha pencegahan terbentuknya asam lemak bebas dalam minyak kelapa sawit.

Kenaikan kadar ALB ditentukan mulai dari saat tandan dipanen sampai tandan diolah di pabrik. Kenaikan ALB ini disebabkan adanya reaksi hidrolisa pada minyak. Hasil reaksi hidrolisa minyak sawit adalah gliserol dan ALB. Reaksi ini akan dipercepat dengan adanya faktor-faktor panas, air, keasaman, dan katalis (enzim). Semakin lama reaksi ini berlangsunng , maka semakin banyak kadar ALB yang terbentuk.

Pemanenan pada waktu yang tepat merupakan salah satu usaha untuk menekan kadar ALB sekaligus menaikkan rendemen minyak. Pemanenan TBS harus dikaitkan dengan kriteria matang panen sehingga dihasilkan minyak sawit yang berkualitas tinggi. Sebagai ukuran standar mutu dalam perdagangan internasional untuk ALB ditetapkan sebesar 5 %.

Penentuan kadar asam lemak bebas dilakukan dengan metode titrasi asam basa (netralisasi). Kualitas tandan buah segar yang diolah sangat berpengaruh

pada mutu crude palm oil (CPO) yang dihasilkan. Untuk itu tandan buah segar haruslah diolah dalam keadaan segar ( tidak disimpan lebih dari 1 hari) agar ALB tidak meningkat. Karena apabila semakin lama tandan buah diinapkan , maka kadar ALB akan semakin meningkat sehingga mutu dari CPO yang dihasilkan akan rendah. Sebaliknya jika tandan buah tidak mengalami penyimpanan (restan) dan langsung diolah setelah panen maka kadar ALB akan rendah dan mutu CPO akan maximal.

Dari hasil analisa yang diperoleh, dengan perlakuan yang sama untuk mengamati perkembangan ALB tandan buah segar kelapa sawit selama 3 hari penyimpanan yaitu pada hari pertama = 2,67, hari kedua = 2,79, hari ketiga = 3,09. Hasil analisa ini masih dibawah dari standart maximal ALB olahan pabrik yaitu maximal 5 %.

Kadar ALB pada buah yang disimpan hari pertama memang rendah yaitu sebesar 2.67% namun masuk pada hari kedua, kadar ALB berkembang walaupun tidak terlalu besar. Oleh karena itu, penyimpanan buah yang terlalu lama akan meningkatkan kadar ALB sehingga dapat menghasilkan kualitas CPO yang rendah yang dapat mengakibatkan kerugian pada pabrik.

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan peningkatan kadar ALB yang relatif tinggi dalam minyak sawit antara lain :

- Pemanenan buah sawit yang tidak tepat waktu

- Keterlambatan dalam pengumpulan dan pengangkutan buah

- Penumpukan buah yang terlalu lama

- Proses hidrolisa selama pemrosesan di pabrik.

DOBI (Deterioration Of Bleachability Index) merupakan index derajat kepucatan minyak sawit mentah untuk menentukan kualitas minyak yang berdasarkan rasio perbandingan absorbansi pada range visible dan absorbansi pada range UV. Maka analisa DOBI dilakukan dengan spektrofotometri UV-Visible. Angka minimal DOBI adalah 2,8. Analisa dari asam lemak bebas , kelembapan dan kotoran sendiri tidak mencukupi untuk mengidentifikasi kualitas CPO yang baik sedangkan dalam analisa DOBI dapat memberikan indikasi yang lebih baik serta memberikan kemudahan CPO dalam pengolahan. DOBI (Deterioration Of Bleachability Index) adalah rasio angka dari penyerapan Spektrofotometer pada λ 446 nm dan pada λ 269 nm.

Untuk mengukur absorbansi pada range visible dan UV maka terlebih dahulu ditentukan panjang gelombang maksimumnya dengan menggunakan pelarut n-heksan sebagai larutan blankonya. Dobi dari minyak CPO harus memenuhi standar mutu yang sesuai dengan standar mutu ekspor departemen perdagangan dan perindustrian yang telah ditetapkan oleh deperindag yaitu harga DOBI ≥ 3, sehingga semakin tinggi DOBI maka semakin baik kualitas CPO yang diperoleh dari harga DOBI. Sehingga daya jual CPO semakin tinggi.

Dari hasil analisa yang diperoleh, dengan perlakuan yang sama DOBI yang dihasilkan untuk CPO selama tiga 3 hari , yaitu hari pertama = 2,47, hari kedua =2.37, hari ketiga =2.14. Dimana DOBI yang dihasilkan semakin lama CPO diinapkan maka nilai DOBI semakin rendah. Hal ini dapat mengakibatkan kualitas minyak CPO menurun sehingga daya jual CPO semakin rendah.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan harga DOBI rendah antara lain : - Persentase yang tinggi dari tandan buah yang berwarna hitam ( belum

masak )

- Penundaan pengolahan terutama di musim hujan - Kontaminasi dari CPO dengan kondensasi Sterizer

- Kontaminasi dari CPO dengan minyak sawit oksidasi endapan - Sterilisasi yang lama dari tandan buah

- Pemanasan ( > 55 ˚ C ) dari CPO dalam tangki penyimpanan

Hubungan antara asam lemak bebas dengan DOBI adalah semakin rendah asam lemak bebas maka nilai DOBI akan semakin tinggi sehingga kualitas minyak CPO akan semakin baik dan daya jual minyak CPO akan semakin meningkat. Sebaliknya semakin tinggi asam lemak bebas maka nilai DOBI akan semakin rendah sehingga kualitas minyak CPO akan semakin buruk dan daya jual minyak CPO akan semakin menurun.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Dari hasil analisis yang dilakukan dengan metode titrasi asam basa (netralisasi) untuk mengetahui persentase perkembangan kadar asam lemak bebas (ALB) pada buah kebun PTPN 3 Sei Mangkei yang dilakukan dengan menyimpan tandan buah segar selama 3 hari tanpa terkena sinar matahari dan hujan. Diperoleh kadar asam lemak bebas hari pertama yaitu 2,67% , hari kedua 2,79%, hari ketiga 3,09%. Semakin lama tandan buah disimpan maka semakin besar kadar asam lemak bebas yang dihasilkan.

2. Nilai DOBI yang dihasilkan dari minyak kelapa sawit mentah selama 3 hari yaitu hari pertama 2,47, hari kedua 2,37, hari ketiga 2,14. Semakin lama minyak kelapa sawit mentah (CPO) diproses maka nilai DOBI akan semakin rendah. Nilai DOBI yang dihasilkan tergolong rendah karena minyak kelapa sawit yang dihasilkan berasal dari buah kelapa sawit yang kurang matang.

5.2 Saran

1. Diharapkan Tandan Buah Segar ( TBS) yang telah dipanen haruslah segera diolah dan tidak tertimbun terlalu lama di loading ramp. Hal ini dapat meningkatkan kadar asam lemak bebas dan menurunkan kualitas rendemen dari minyak yang dihasilkan sehingga dapat menurunkan nilai DOBI.

2. Diharapkan untuk stasiun penyortiran pada loading ramp , harus melakukan sortir buah dengan teliti , memilih buah yang matang sempurna agar buah mudah diproses dan menghasilkan minyak yang baik dan nilai DOBI yang tinggi.

3. Diharapkan lebih teliti menggunakan alat spektrofotometer sehingga sampel yang dianalisa mendapatkan hasil yang lebih akurat.

DAFTAR PUSTAKA

Dacriyanus, 2004. Analisis Struktur Senyawa Organik Secara Spektroskopi.

Padang : CV. Andalas University Press

Fauzy,Y. 2002. Kelapa Sawit. Usaha Budidaya, Pemanfaatan Hasil Dan Aspek Pemasaran. Jakarta : Penebar Swadaya

Hadi ,M. 2004. Teknik Berkebun Sawit. Yogyakarta. Adicita Karya Nusantara Ketaren, S. 2005. Minyak Dan Lemak Pangan . Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia

Pahan, I. 2006. Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis Dari Hulu Hingga Hilir.

Cetakan Pertama. Jakarta. Penebar Swadaya.

Poedjiadi, A. 2006. Dasar- Dasar Biokimia. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia

Risza, S. 1994. Kelapa Sawit Upaya Peningkatan Produktivitas. Yogyakarta.

Penerbit Kanisius

Syamsulbahri,Ir. 1996. Bercocok Tanam Tanaman Perkebunan Tahunan.

Yogyakarta. Gadjah Mada University Press

Tim penulis, 1997. Kelapa Sawit. Usaha Budidaya, Pemanfaatan Hasil Dan Aspek Pemasaran. Jakarta : Penebar Swadaya

Watson, D.G. 2005. Analisis Farmasi. Edisi Kedua. Jakarta : Buku Kedokteran . EGC

Yan, F dkk. 2002. Kelapa Sawit Budidaya Pemanfaatan Hasil dan Limbah Analisis Usaha dan Pemasaran. Edisi Revisi. Jakarta. Penerbit Swadaya http://www.deptan.go.id /infomutu/

ALAT SOKLETASI UNTUK MENGEKSTRAKSI SAMPEL

ALAT SPEKTROFOTOMETER UV-VIS UNTUK MENGHITUNG DOBI

Dokumen terkait