• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI PARAMETER DALAM PERBANDINGAN TBS (TANDAN BUAH SEGAR) BUAH SEGAR DAN BUAH MENGINAP (RESTAN) DI PKS PT.PERKEBUNAN NUSANTARA III UNIT SEI MANGKEI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "STUDI PARAMETER DALAM PERBANDINGAN TBS (TANDAN BUAH SEGAR) BUAH SEGAR DAN BUAH MENGINAP (RESTAN) DI PKS PT.PERKEBUNAN NUSANTARA III UNIT SEI MANGKEI"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI PARAMETER DALAM PERBANDINGAN TBS (TANDAN BUAH SEGAR) BUAH SEGAR DAN BUAH

MENGINAP (RESTAN) DI PKS PT.PERKEBUNAN NUSANTARA III UNIT SEI MANGKEI

TUGAS AKHIR

ELSA SUCITA PERANGIN-ANGIN 132401026

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2016

(2)

STUDI PARAMETER DALAM PERBANDINGAN TBS (TANDAN BUAH SEGAR) BUAH SEGAR DAN BUAH

MENGINAP (RESTAN) DI PKS PT.PERKEBUNAN NUSANTARA III UNIT SEI MANGKEI

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh Ahli Madya

ELSA SUCITA PERANGIN-ANGIN 132401026

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2016

(3)

PERSETUJUAN

Judul : Studi Parameter Dalam Perbandingan

TBS (Tandan Buah Segar) Buah Segar Dan Buah Menginap (Restan) di PKS PT.Perkebunan Nusantara III Unit Sei Mangkei

Kategori :Tugas Akhir

Nama : Elsa Sucita Perangin-Angin

Nomor Induk Mahasiswa : 132401026

Program Studi : Diploma Tiga (D3) Kimia

Departemen : Kimia

Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Sumatera Utara

Disetujui di Medan, Juli 2016

Program Studi D3 Kimia Pembimbing,

FMIPA USU

Ketua,

Dra.Emma Zaidar Nst,M.Si Dr.Minto Supeno,M.S NIP.195512181987012001 NIP.196105091987031002 Disetujui Oleh

Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,

Dr.Rumondang Bulan,MS NIP.195408301985032001

(4)

PERNYATAAN

STUDI PARAMETER DALAM PERBANDINGAN TBS (TANDAN BUAH SEGAR) BUAH SEGAR DAN BUAH

MENGINAP (RESTAN) DI PKS PT.PERKEBUNAN NUSANTARA III UNIT SEI MANGKEI

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2016

ELSA SUCITA PERANGIN - ANGIN 132401026

(5)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat, kasih dan karunia-Nya kepada saya, sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini tepat pada waktunya .

Tugas akhir ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan Program Studi D-3 Kimia, Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara, dengan judul “ Studi Parameter Dalam Perbandingan TBS (Tandan Buah Segar ) Buah Segar Dan Buah Menginap ( Restan ) di PKS PT.Perkebunan Nusantara III Unit Sei Mangkei .

Penyusunan Tugas Akhir ini tidak terlepas dari bantuan , dukungan , dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini saya dengan hati tulus dan kerendahan hati mengucapkan banyak terimakasih sebesar-besarnya kepada :

1. Kedua orangtua saya tercinta , Bapak Drs. Perdinan Perangin-Angin dan Ibu Rosalita Depari, kakak saya tersayang Desy Natalisa Perangin- Angin,S.Pd , adik-adik saya tersayang Cavin Karunia Perangin-Angin dan Wahyu Har-hari Perangin-Angin yang selama ini telah memberikan dukungan dan bantuan moril dan materil serta doa restu demi kesuksesan dalam menyusun tugas akhir ini .

2. Bapak Dr.Sutarman M.Sc selaku dekan FMIPA USU

3. Ibu Dr. Rumondang Bulan, M.S selaku Ketua Departemen Kimia FMIPA USU.

4. Ibu Dra. Emma Zaidar Nst, M.Si selaku Ketua Program Studi D-3 Kimia FMIPA USU.

5. Bapak Dr. Minto Supeno M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan bimbingan, arahan, nasihat, dan petunjuk sampai selesainya penulisan tugas akhir ini.

6. Seluruh Staff Dosen yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada saya selama duduk di bangku kuliah khususnya Bapak Prof. Dr.Jamaran Kaban sebagai dosen penasehat yang selalu memberikan dukungan dan nasihatnya kepada saya.

7. Kepada Bapak H.Yudi Darma Putra,Hsb.ST.MM selaku Manager di PKS PT.Perkebunan Nusantara III Unit Sei Mangkei yang telah memberikan izin kepada saya untuk mengadakan Praktek Kerja Lapangan (PKL)

8. Kepada Ibu Mastarida Sitorus,ST selaku assistan laboratorium, Bapak Wendy Amin, ST selaku assistan pengolahan I dan Bapak Hendra

(6)

Kesuma,ST selaku assistan pengolahan II yang telah banyak membimbing dan memberikan masukan yang bermanfaat untuk saya selama melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) hingga dalam penyelesaian Laporan Praktek Kerja Lapangan saya.

9. Seluruh staff dan karyawan laboratorium PKS PT.Nusantara III unit Sei Mangkei khususnya( Bapak Ahmad Fahrul,ST, Bapak Khairul Siregar, Bapak Basri Setiawan, Bapak Nasir Batubara,Bapak Amir Batubara, Bapak Josua Panjaitan) yang selama ini sangat membantu dalam memberikan informasi dan ilmunya kepada saya.

10. Kepada sahabat saya terkasih (Merry C.Lubis, Gresta Y.manalu, Andreas Situmorang, Vienny Pinem, Ricky Pasaribu, Elseria Sebayang, Clara Sebayang , Selly Bangun, Bestika) serta temen-temen PKL ( Roberto simanungkalit dan Andri Silalahi) dan kepada kakak terbaikku Ricka Simanjuntak yang telah banyak menghibur , menyemangati dan memberikan doa kepada saya hingga tugas akhir ini selesai.

11. Kepada teman-teman seperjuangan D-3 Kimia stambuk 2013 , kakak abang alumni Kimia Analis dan Industri serta adik-adik junior D-3 Kimia yang telah memberikan semangat dan dorongan kepada saya hingga tugas akhir ini selesai.

12. Kepada Guru-guru sekolah minggu dan Permata Imanuel GBKP RG SEI MENCIRIM yang telah memberikan semangat, penghiburan dan doa restu kepada saya sehingga selesainya tugas akhir ini .

Saya menyadari masi banyak kekurangan dari penulisan ini dan jauh dari kesempurnaan, saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca untuk menuju kesempurnaan tugas akhir ini. Akhir kata saya mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.

(7)

STUDI PARAMETER DALAM PERBANDINGAN TBS (TANDAN BUAH SEGAR) BUAH SEGAR DAN BUAH

MENGINAP ( RESTAN) DI PKS PT.PERKEBUNAN NUSANTARA III UNIT SEI MANGKEI

ABSTRAK

Telah dilakukan pengamatan proses penyimpanan tandan buah segarkelapa sawit terhadap asam lemak bebas (% ALB) dan analisa Deterioration of Bleachability Index(DOBI) pada buah kebun kelapa sawit PT.Perkebunan Nusantara III unit Sei Mangkei. Hasil analisa yang diperoleh untuk kadar asam lemak bebas diperoleh dengan menggunakan titrasi asam basa (netralisasi). Hasil perolehan kadar asam lemak bebas dilakukan berdasarkan lama penyimpanan tandan buah segar kelapa sawit selama 3 hari. Kadar asam lemak bebas hari pertama yaitu 2,67 %, hari kedua 2,79 % dan hari ketiga 3,09 %.

Dobi adalah rasio perbandingan absorbansi pada range visible dan absorbansi pada range UV yang diperlukan untuk menentukan kualitas crude palm oil (CPO). Kualitas CPO yang baik memiliki nilai DOBI yang tinggi. Hasil analisa yang diperoleh nilai DOBI pada CPO yang telah diinapkan selama 3 hari yaitu hari pertama 2,47, hari kedua 2,37, hari ketiga 2,14. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut nilai DOBI dalam CPO semakin lama diinapkan maka nilai DOBI semakin rendah.

Kata Kunci : DOBI, Asam Lemak Bebas, CPO.

(8)

STUDY OF PARAMETER IN RATIO OF FFB ( FRESH FRUIT BUNCHES) AND LEFTOVER FRUIT AT PALM OIL FACTORY OF

PT.PERKEBUNAN NUSANTARA III UNIT SEI MANGKEI ABSTRACT

It had be conducted the observation of the storage of fruit fresh bunches of oil palm to the free fatty acid (% ALB) and Deterioration of Bleachability Index(DOBI) analysis to the fruits of oil palm at PT.Perkebunan Nusantara III Unit Sei Mangkei. The results of analysis for content of free fatty acid is by using titration of base acid (neutralization). The content of free fatty acid is calculated based on the storage duration time of fresh fruit bunches of oil palm during 3 days. The content of free fatty acid in the first day is 2,67% , the second day is 2,79% , and the third day is 3,09%.

DOBI is a ratio of absorbance in the visible range and absorbance in UV range that required to determine the quality of crude palm oil(CPO). A good quality of CPO is indicated by the higher DOBI rate. The results of analysis is indicatesthat DOBI of CPO that stored during 3 days, i.e.the first day 2,47, the second day is 2,37 and the third day is 2,14. Based on the results of observation , the DOBI rate in CPO is lower for the longer of storate.

Key Words : DOBI, Free Fatty Acid, CPO.

(9)

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN ...i

PERNYATAAN ...ii

PENGHARGAAN ...iii

ABSTRAK ...v

ABSTRACT ...vi

DAFTAR ISI ...vii

DAFTAR GAMBAR ...x

DAFTAR TABEL ...xi

DAFTAR LAMPIRAN...xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...1

1.2 Permasalahan ...4

1.3 Batasan Masalah ...4

1.4 Tujuan ...4

1.5 Manfaat...5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengenalan Tanaman Kelapa Sawit ...6

2.2 Sekilas Sejarah Pabrik Minyak Sawit dan Perkebunan Kelapa Sawit ...6

2.2.1 Terbentuknnya Pabrik Minyak Kelapa Sawit ...7

2.3 Sejarah Kelapa Sawit ...8

2.4 Klasifikasi Botani Kelapa Sawit ...10

2.5 Varietas Unggul ...10

2.5.1 Pembagian Varietas Berdasarkan Ketebalan Tempurung dan Daging Buah ...11

2.5.2 Pembagian Varietas Berdasarkan Warna Kulit Buah ...13

2.5.3 Bagian-bagian Buah Kelapa Sawit ...13

2.5.4 Tandan Buah Kelapa Sawit ...14

(10)

2.6 Varietas Unggul ...15

2.7 Kriteria Matang Panen ...16

2.8 Komposisi Kimia Minyak Kelapa Sawit ...17

2.9 Asam Lemak ...19

2.10 Asam Lemak Bebas ...20

2.11 DOBI ...20

2.11.1 Peranan Deterioration Of Bleachability Index(DOBI) dalam Penentuan Harga Minyak Sawit ...21

2.11.2 Deterioration Of Bleachability Index (DOBI) dan Hubungannya dengan Kualitas Minyak Sawit ...22

2.11.3 Penyebab-Penyebab DOBI (Deterioration Of Bleachability Index) yang rendah ...25

2.11.4 Tindakan-tindakan yang dilakukan untuk Memastikan CPO Mempunyai Kualitas yang Tinggi ...26

2.12 Spektrofotometer UV/Visibel ...27

2.12.1 Pengertian Spektrofotometer UV-Vis ...27

2.13 Proses Pengelolaan Kelapa Sawit ...29

Bab III METODOLOGI PERCOBAAN 3.1 Alat dan Bahan ...38

3.1.1 Alat ...39

3.1.2 Bahan ...39

3.2 Prosedur Kerja ...39

3.2.1 Analisa Kadar Asam Lemak Bebas (%ALB) pada Minyak Sawit Mentah...39

3.2.2 Analisa DOBI pada Minyak Sawit Mentah ...41

Bab IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Data Percobaan ...42

4.1.1 Hasil Analisa Kadar Asam Lemak Bebas (%ALB) pada

(11)

Minyak Sawit Mentah ...42

4.1.2 Hasil Analisa DOBI pada Minyak Sawit Mentah ...43

4.2 Perhitungan ...43

4.2.1 Perhitungan Kadar ALB Pada Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa Sawit pada hari pertama penyimpanan ...43

4.2.2 Perhitungan Analisa DOBI pada Minyak Kelapa Sawit Mentah ...44

4.3 Pembahasan ...45

Bab V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ...49

5.2 Saran ...50

DAFTAR PUSTAKA ...51

LAMPIRAN ...52

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar

1. Skema alat spektrofotometer UV-Vis 28 single-beam

(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel

2.1 Beberapa Tingkat Fraksi TBS 16

2.2 Hasil Rendemen dan ALB Akibat Lamanya

Penginapan Berondolan Sawit 17

2.3 Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit

dan Inti Minyak Kelapa Sawit 18

2.4 Beberapa Asam Lemak yang Umum 19

2.5 SNI( Standar Nasional Indonesia) Tentang

Hubungan DOBI denagn Kualitas 22

2.6 PORIM( Palm Oil Riset Institute Of Malaysia)

tentang Hubungan DOBI dengan Kualitas 24 2.7 Petunjuk Keck Seng Mengambil Garis Petunjuk 25

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

Lamp

1. Alat sokletasi untuk mengekstraksi sampel 53 2. Alat spektrofotometer UV-VIS untuk 54

Menghitung DOBI

(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu dari beberapa tanaman golongan palm yang dapat menghasilkan minyak adalah kelapa sawit (Elaeis guinensis JACQ). Kelapa sawit (Elaeis guinensis JAC) dikenal terdiri dari empat macam tipe atau varietas, yaitu tipe Macrocarya, Dura, Tenera, dan Pisifera. Masing – masing tipe dibedakan berdasarkan tebal tempurung (Ketaren,2005).

Standar mutu adalah merupakan hal yang penting untuk menentukan minyak yang bermutu baik. Ada beberapa faktor yang menentukan standar mutu, yaitu kandungan air dan kotoran dalam minyak,kandungan asam lemak bebas, warna, dan bilangan peroksida.

Mutu minyak kelapa sawit yang baik mempunyai kadar air kurang dari 0.1 persen dan kotoran lebih kecil dari 0.01 persen, kandungan asam lemak bebas serendah mungkin( lebih kurang 2 persen ), bilangan peroksida dibawah 2, bebas dari warna merah dan kuning ( harus berwarna pucat) tidak berwarna hijau , jernih, dan kandungan logam berat serendah mungkin atau bebas dari ion logam (Ketaren,2005).

(16)

Mutu minyak sawit dalam arti yang pertama dapat ditentukan dengan menilai sifat-sifat fisiknya ,antar lain titik lebur angka penyabunan, dan bilangan yodium. Sedangkan yang kedua, yaitu minyak sawit dilihat dalam arti penilaian menurut ukuran. Dalam hal ini syarat mutunya diukur berdasarkan spesifikasi standar mutu internasional , yang meliputi kadar asam lemak bebas(ALB,FFA), air, kotoran logam, besi, logam tembaga, peroksida, dan ukuran pemucatan. ( Tim Penulis PS, 1997)

Penentuan saat panen sangat mempengaruhi kandungan asam lemak bebas (ALB) minyak sawit yang dihasilkan. Apabila pemanenan buah dilakukan dalam keadan lewat matang , maka minyak yang dihasilkan mengandung ALB dalam persentase tinggi ( lebih dari 5%). Sebaliknya, jika pemanenan dilakukan dalam keadaan buah belum matang , selain kadar ALB nya rendah , rendemen minyak yang diperoleh juga rendah.(Fauzi.Y,2002).

Minyak kelapa sawit mengandung zat warna, seperti karoten dan turunannya yang memberikan warna merah – kuning pada minyak. Warna tersebut kurang disukai konsumen. Terlebih lagi, hal ini dikarenakan reaksi pada temperatur tinggi dapat mengubah karoten menjadi senyawa yang berwarna kecokelat-cokelatan dan larut dalam minyak sehingga semakin sukar untuk dipucatkan ( kemampuan untuk dipucatkan semakin berkurang).

Penurunan daya pemucatan ini disebut DOBI ( Deterioration of Bleachability Index ).

(17)

Adanya warna dan bilangan DOBI yang rendah tidak disukai dalam industri karena minyak sawit semakin sulit untuk dipucatkan. Berdasarkan evaluasi terhadap nilai DOBI minyak sawit, nilai DOBI minyak sawit dapat dikelompokkan 4 macam , yaitu sebagai berikut.

 DOBI < 1,7 - berarti jelek

 1,8 < DOBI < 2,3 – berarti kurang baik

 2,4 < DOBI < 2,9 – berarti cukup

 DOBI > 2,9 - berarti baik ( Pahan, I. 2006 ).

Kadar asam lemak bebas harus dibatasi karena tingginya asam lemak juga berpengaruh terhadap nilai dobi pada minyak kelapa sawit sehingga perlu dilakukan analisa kandungan selama penyimpanan tandan buah segar kelapa sawit pada buah kebun PTPN III unit Sei Mangkei .

PT.Perkebunan Nusantara III adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang usaha perkebunan (Plantation) dan pengolahan hasil perkebunan. Pabrik Kelapa Sawit Sei Mangkei milik PT.Perkebunan Nusantara III telah dirintis sejak awal tahun 1996 oleh Management dalam pelaksana (PTP V). Dengan perubahan Management dari PTP-V menjadi PTP III maka rencana pembagunan PKS Sei Mangkei dilanjutkan oleh PTPN-III Seikambing Medan.

(18)

PKS Sei Mangkei terletak diblok 113 afdeling II Kebun Sei Mangkei ,Kecamatan Bosar Maligas Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara. PKS Sei Mangkei (PSMKI) terdiri diatas areal ±17,50 Ha.

1.2. Permasalahan

1. Bagaimanakah pengaruh penyimpanan tandan buah segar kelapa sawit selama beberapa hari terhadap kadar asam lemak bebas (% ALB) ? 2. Bagaimanakah perbandingan nilai DOBI dalam CPO selama 3 hari ?

1.3. Batasan masalah

Penentuan kadar asam lemak bebas dan nilai DOBI hanya sebelum diproses yaitu setelah tandan buah segar sampai di pabrik.

1.4. Tujuan

1. Untuk mengetahui persentase perubahan kadar asam lemak bebas selama 3 hari (%ALB)

2. Untuk mengetahui nilai DOBI terhadap lama penyimpanan tandan buah segar selama 1-3 hari.

(19)

1.5. Manfaat

Analisa ini dapat memberikan informasi dan pengetahuan khususnya kepada pabrik, bahwa pengaruh lamanya penyimpanan tandan buah segar sangat mempengaruhi mutu dari miyak sawit yang dihasilkan dalam suatu pabrik. Oleh karena itu buah yang sampai di pabrik harus cepat diproses .

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengenalan Tanaman Kelapa Sawit

Kelapa sawit ( Elaeis guinensis Jacq) adalah salah satu dari beberapa palma yang menghasilkan minyak untuk tujuan komersial. Bagian tanaman kelapa sawit yang memiliki nilai ekonomi tinggi adalah buahnya yang tersusun dalam sebuah tandan yang biasa disebut dengan Tandan Buah Segar (TBS). Buah sawit dibagian sabut( daging buah atau mesocarb) menghasilkan minyak sawit kasar atau Crude Palm Oil (CPO) sebanyak 20-24%. Sementara itu, bagian inti sawit menghasilkan minyak inti sawit atau Palm Kernel Oil (PKO) sebanyak 3-4%.

2.2. Sekilas Sejarah Pabrik Minyak Sawit dan Perkebunan Kelapa Sawit

Kelapa sawit, didasarkan atas bukti-bukti fosil, sejarah, dan linguistik yang ada, diyakini berasal dari Afrika Barat. Di tempat asalnya ini, kelapa sawit( yang pada saat yang lalu dibiarkan tumbuh liar dihutan-hutan ) sejak awal telah dikenal sebagai tanaman pangan yang penting. Diluar benua Afrika, kelapa sawit mulai diperhitungkan sebagai tanaman komoditas (penghasil produk dagangan ) sejak Revolusi Industri bergaung keras di Eropa. Saat itu, di Eropa mulai bermunculan industri atau pabrik ( antara lain industri sabun dan margarin) yang membutuhkan bahan mentah / baku untuk operasionalnya.

(21)

Minyak sawit dan minyak inti sawit yang muncul kemudian, adalah dua produk yang antara lain dibutuhkan untuk bahan mentah / bahan baku tersebut.

2.2.1. Kelahiran Pabrik Minyak Kelapa Sawit

Orang pertama yang mewujudkan hasrat para pemilik industri tersebut adalah Sir William Lever. Bangsawan ini, dengan berbekal surat izin dan konsensi tanah belukar kelapa sawit di Sierra Leone dari Kementerian Penjajahan Inggris, pada tahun 1911-an mendirikan pabrik minyak sawit.

Sayang sekali, usaha yang dirintisnya ini gagal setelah berlangsung beberapa tahun. Hal ini karena keuntungan yang didapatkan tidak sepadan dengan ongkos produksinya. Penyebabnya adalah :

1. Pabrik tidak dapat bekerja dengan kapasitas penuh, karena TBS yang diproses hanya sedikit

2. Jarak pabrik ke lokasi kelapa sawit amat jauh sehingga untuk itu diperlukan biaya angkut yang sangat mahal.

Sir William , atas kegagalannya tersebut , ternyata tidak patah semangat. Ia tetap berupaya kuat untuk mencoba mengusahakan PMS lagi.

Pada tahun yang sama (1991) , ia atas nama perusahaan Belgia , yang bernama Hurleriesdu Congo Belge (HCB) , berhasil memperoleh izin pendirian PMS di Kongo. Beruntung , ia juga mendapatkan jaminan dari

(22)

pemerintah Belgia bahwa seluruh TBS yang dihasilkan kelapa sawit di Kongo akan disalurkan ke PMS nya. ( Tim penulis, 1977)

2.3. Sejarah Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit ( Elaeis Quinensis Jacq) merupakan tumbuhan tropis golongan palem yang termasuk tanaman tahunan. Berasal dari Nigeria, Afrika Barat. Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari Amerika Selatan yaitu Brazil karena lebih banyak ditemukan spesies kelapa sawit di hutan Brazil dibandingkan dengan Afrika. Pada kenyataannya tanaman kelapa sawit hidup subur diluar daerah asalnya seperti Malaysia, Indonesia, Thailand, dan Papua Nugini. Bahkan mampu memberikan hasil produksi per hektar yang lebih tinggi. Bagi pembangunan perkebunan Nasional.

Indonesia merupakan salah satu produsen utama minyak sawit.

Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh perintah colonial Belanda pada tahun 1848. Ketika itu ada empat batang bibit kelapa sawit yang dibawa dari Mauritius dan Amsterdam dan ditanam dikebun Raya Bogor.

Tanaman kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial pada tahun 1911. Perintis usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah Ardien Hallet, seorang Belgia yang telah belajar banyak tentang kelapa sawit di Afrika. Budidaya yang dilakukan diikuti oleh K.Schadt yang menandai lahirnya perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Sejak saat itu perkebunan kelapa sawit mulai berkembang. Perkebunan kelapa sawit pertama kali berlokasi dipantai Timur Sumatera (Deli) dan Aceh.

(23)

Pada masa pendudukan Belanda, kelapa sawit mengalami perkembangan yang cukup pesat. Indonesia menggeser dominasi ekspor Negara Afrika pada waktu itu. Namun kemajuan pesat yang dialami Indonesia tidak diikuti dengan perkembangan perekonomian Nasional. Hasil perolehan ekspor minyak sawit hanya meningkatkan perekonomian Negara asing termasuk Belanda. Memasuki masa pendudukan Jepang, perkembangan kelapa sawit mengalami kemunduran.

Secara keseluruhan produksi perkebunan kelapa sawit terhenti. Setelah Belanda dan Jepang meninggalkan Indonesia pada tahun 1957, pemerintah mengambil alih perkebunan dengan alasan politik dan keamanan. Pemerintah menempatkan perwira-perwira militer disetiap jenjang managemen perkebunan yang bertujuan mengamankan jalannya produksi. Pemerintah juga membentuk BUMIL (buruh militer) yang merupakan wadah kerja sama antara perkebunan dengan militer.

Perubahan managemen dalam perkebunan dan kondisi sosial politik serta keamanan dalam negri yang tidak kondusif, menyebabkan produksi kelapa sawit mengalami penurunan. Pada periode tersebut posisi Indonesia sebagai pemasok minyak sawit dunia terbesar tergeser oleh Malaysia.

Memasuki pemerintahan orde baru, pembangunan perkebunan diarahkan dalam rangka menciptakan kesempatan kerja, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan sebagai sektor penghasil devisa Negara. Pemerintah terus mendorong pembukaan lahan baru untuk perkebunan. Sampai dengan tahun 1980 luas lahan mencapai 294.560 dengan produksi CPO sebesar 721.172 ton. Sejak saat itu lahan perkebunan kelapa sawit Indonesia berkembang pesat terutama perkebunan rakyat. (Yan,F. 2002)

(24)

2.4. Klasifikasi Botani Kelapa Sawit

Klasifikasi botani kelapa sawit adalah sebagai berikut : Divisio : Tracheophyta

Subdivisio : Pteropsida Kelas : Angiospermae Subkelas : Monocotiledonae Ordo : Cocoideae Familia : Palmae Genus : Elaeis

Spesies : Elaeis guinensis Varietas : Dura, Psifera, Tenera

2.5. Varietas Kelapa Sawit

Ada beberapa varietas tanaman kelapa sawit yang telah dikenal. Varietas- varietas itu dapat dibedakan berdasarkan tebal tempurung dan daging buah; atau berdasarkan warna kulit buahnya. Selain varietas-varietas tersebut, ternyata dikenal juga beberapa varietas unggul yang mempunyai beberapa keistimewaan, antara lain mampu menghasilkan produksi yang lebih baik dibandingkan dengan varietas lain.

(25)

2.5.1. Pembagian Varietas Berdasarkan Ketebalan Tempurung dan Daging Buah

Berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah, dikenal lima varietas kelapa sawit, yaitu :

1. Dura

Tempurung cukup tebal antara 2-8 mm dan tidak terdapat lingkaran sabut pada bagian luar tempurung. Daging buah relatif tipis dengan persentase daging buah terhadap buah bervariasi antara 35-50%.

Kernel (daging biji) biasanya besar dengan kandungan minyak yang rendah.

Dari empat pohon induk yang tumbuh di Kebun Raya Bogor, varietas ini kemudian menyebar ketempat lain, antara lain ke negara Timur jauh. Dalam persilangan varietas Dura dipakai sebagai pohon induk betina.

2. Pisifera

Ketebalan tempurung yang sangat tipis, bahkan hampir tidak ada, tetapi daging buahnya tebal. Persentase daging buah terhadap buah cukup tinggi, sedangkan daging biji sangat tipis. Jenis Pisifera tidak dapat diperbanyak tanpa menyilangkan dengan jenis yang lain. Varietas ini dikenal sebagai tanaman betina yang steril sebab bunga betina gugur pada fase dini. Oleh sebab itu, dalam persilangan dipakai sebagai pohon induk jantan. Penyerbukan silang antara Pisifera dengan Dura akan menghasilkan varietas Tenera.

(26)

3. Tenera

Varietas ini mempunyai sifat-sifat yang berasal dari kedua induknya, yaitu Dura dan Pisifera. Varietas inilah yang banyak ditanam di perkebunan-perkebunan pada saat ini. Tempurung sudah menipis, ketebalannya berkisar antara 0,5-4 mm, dan terdapat lingkaran serabut disekelilingnya. Persentase daging buah terhadap buah tinggi, antara 60- 96%. Tandan buah yang dihasilkan oleh Tenera lebih banyak daripada Dura, tetapi ukurannya relatif lebih kecil.

4. Macro carya

Tempurung sangat tebal, sekitar 5 mm, sedang daging buahnya tipis sekali.

5. Diwikka-wakka

Varietas ini mempunyai ciri khas dengan adanya dua lapisan daging buah. Diwikka-wakka dapat dibedakan menjadi dwikka- wakkadura, diwikka-wakkapisifera dan dwikka-wakkatenera. Dua varietas kelapa sawit yang disebutkan terakhir ini jarang dijumpai dan kurang begitu dikenal di Indonesia.

Perbedaan ketebalan daging buah kelapa sawit menyebabkan perbedaan persentase atau rendemen minyak yang dikandungnya. Rendemen minyak tertinggi terdapat pada varietas Tenera yaitu sekitar 22-24%, sedangkan pada varietas Dura antara 16-18%. Jennis kelapa sawit yang diusahakan tentu saja yang mengandung rendemen minyak tinggi sebab minyak sawit merupakan hasil olahan yang utama. Sehingga tidak mengherankan jika lebih banyak perkebunan yang menanam kelapa sawit dari varietas Tenera.

(27)

2.5.2.Pembagian Varietas Berdasarkan Warna Kulit Buah

Ada 3 varietas kelapa sawit yang terkenal berdasarkan perbedaan warna kulitnya. Varietas-varietas tersebut adalah :

1. Nigrescens

Buah berwarna ungu sampai hitam pada waktu dan berubah menjadi jingga kehitam-hitaman pada waktu masak. Varietas ini banyak ditanam di perkebunan.

2. Virescens

Pada waktu muda buahnya berwarna hijau dan ketika masak warna buah berubah menjadi jingga kemerahan, tetapi ujungnya tetap kehijauan.

Varietas ini jarang dijumpai di lapangan.

3. Albescens

Pada waktu muda buahnya berwarna keputih-putihan, sedangkan setelah masak menjadi kekuning-kuningan dan ujungnya berwarna ungu kehitaman.

Varietas ini juga jarang dijumpai.(Tim Penulis PS, 1997).

2.5.3. Bagian-bagian Buah Kelapa Sawit

Buah kelapa sawit secara umum terbagi dalam tiga bagian utama , yaitu Epikarpatau kulit buah , Mesokarp atau daging buah ( sering disebut sabut), dan Endokarp yang terdiri dari tempurung dan inti buah atau kernel.

(28)

a. Epikarbp

Epikarp merupakan bagian terluar buah kelapa sawit. Bagian ini berfungsi sebagai pelindung mesokarp. Epikarp biasanya mempunyai warna tertentu sesuai varietas dan umur buahnya .Dari warna epikarp inilah seseorang bisa menentukan tingkat kemasakan buah.

b. Mesokarp

Mesokarp atau daging buah merupakan bagian utama buah kelapa sawit karena dari bagian inilah minyak sawit mentah (CPO) akan diperoleh melalui proses ekstraksi atau penggilingan.

c. Tempurung atau Cangkang

Tempurung merupakan bagian buah kelapa sawit yang berfungsi melindungi inti. Secara ekonomis , hingga saat ini sebagian besar perkebunan kelapa sawit di Indonesia belum memanfaatkan tempurung secara efisien.

d. Inti Buah Sawit atau Kernel

Kernel merupakan bagian terpenting kedua setelah mesokarp karena dari inti inilah akan dihasilkan KPO sebagai produk unggulan kedua setelah CPO. ( Hadi, M.2004)

2.5.4. Tandan Buah Kelapa Sawit

Tandan bunga betina yang telah menjadi buah disebut tandan buah kelapa sawit atau tandan buah segar (TBS). Setiap TBS pada tanaman dewasa umumnya terdiri dari 1.000-2.000 buah. Setiap buah

(29)

berdiameter 1,5-3 cm. Berat setiap butir buah adalah 10-30 gram , sehingga satu TBS pada tanaman dewasa beratnya mencapai 10-40 kg.

Pada umur 3 tahun atau saat tanaman berbuah untuk pertama kali , berat TBS adalah 3-6 kg , dan meningkat sejalan dengan pertambahan umur tanaman. Buah kelapa sawit yang telah terlepas atau terpisah dari tandannya, dalam istilah umum perkebunan kelapa sawit disebut brondol atau brondolan. ( Hadi, M.2004)

2.6. Varietas Unggul

Pada saat ini, telah dikenal beberapa varietas unggul kelapa sawit yang dianjurkan untuk ditanam di perkebunan. Varietas-varietas unggul tersebut dihasilkan melalui hibridisasi atau persilangan buatan antara varietas Dura sebagai induk betina dengan varietas Pisifera sebagai induk jantan. Terbukti dari hasil pengujian yang dilakukan selama bertahun-tahun, bahwa varietas-varietas tersebut mempunyai kualitas dan kuantitas yang lebih baik dibandingkan varietas lainnya.

Salah satu sumber benih kelapa sawit di Indonesia adalah Pusat Penelitian Perkebunan Marihat yang berkedudukan di Pematang Sintar, Medan. Pusat Penelitian tersebut anatara lain melakukan peningkatan mutu benih secara berkesinambungan.

Pokok induk Dura yang dipakai di Kebun Seleksi marihat berasal dari keturunan kelapa sawit di Kebun Raya Bogor yang dikembangkan di Sumatera Timur dan disebut Dura Deli. Selain itu juga berasal dari introduksi IRHO (Institut de Recherches les Huiles et Oleagineux).(Tim Penulis PS, 1997).

(30)

2.7. Kriteria Matang Panen

- Kriteria matang panen ditentukan pada saat kandungan minyak dalam daging buah maksimal dan kandungan asam lemak bebas terendah.

- Berdasarkan penyelidikan, kriteria matang panen yang paling baik adalah 2 brondolan/ kg berat tandan.

- Sebagai tolak ukur penilaian adalah perolehan minyak dan inti per hektar. ( Risza, S. 1994 )

Tabel 2.1. Beberapa Tingkat Fraksi TBS

Fraksi Jumlah Berondolan Tingkat Kematangan

00 Tidak ada, buah berwarna hitam Sangat mentah

0 1-12.5% buah luar membrondol Mentah

1 12.5-25% buah luar membrondol Kurang matang

2 25-50% buah luar membrondol Matang I

3 50-75% buah luar membrondol Matang II

4 75-100% buah luar membrondol Lewat matang I 5 Buah dalam juga membrondol ,

ada buah yang busuk

Lewat matang II

Secara ideal, dengan mengikuti ketentuan dan kriteria matang panen dan terkumpulnya brondolan , serta pengangkutan yang lancar , maka dalam suatu pemanenan akan diperoleh komposisi fraksi tandan sebagai berikut :

1. Jumlah brondolan di pabrik sekitar 25% dari berat tandan seluruhnya.

2. Tandan yang terdiri dari fraksi 2 dan 3 minimal 65% dari jumlah tandan .

(31)

3. Tandan yang terdiri dari fraksi 1 maksimal 20 % dari jumlah tandan 4. Tandan yang terdiri dari fraksi 4 dan 5 maksimal 15% dari jumlah tandan.

(Fauzi.Y,2002)

Tabel 2.2. Hasil Rendemen dan ALB akibat lamanya penginapan brondolan sawit

Lama menginap (hari) Rendemen minyak terhadap buah (%)

ALB (%)

0 50,44 3,90

1 50,60 5,01

2 50,73 6,09

3 48,66 6,90

(Syamsulbahri, 1996)

2.8. Komposisi Kimia Minyak Kelapa Sawit

Kelapa sawit mengandung lebih kurang 80 persen perikarp dan 20 persen buah yang dilapisi kulit yang tipis , kadar minyak dalam perikarp sekitar 34-40 persen. Minyak kelapa sawit adalah lemak semi padat yang mempunyai komposisi yang tetap.

(32)

Tabel 2.3. Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit dan Minyak Inti Kelapa Sawit

Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit (%)

Minyak Inti Sawit (%)

Asam kaprilat - 3-4

Asam kaproat - 3-7

Asam laurat - 46-52

Asam miristat 1.1-2.5 14-17

Asam palmitat 40-46 6.5-9

Asam stearat 3.6-4.7 1-2.5

Asam oleat 39-45 13-19

Asam linoleat 7-11 0.5-2

Kandungan karotene dapat mwncapai 1000 ppm atau lebih , tetapi dalam minyak dari jenis tenera lebih kurang 500-700 ppm, kandungan tokoferol bervariasi dan dipengaruhi oleh penanganan selama produksi.

(33)

2.9. Asam Lemak

Asam lemak adalah asam organik yang terdapat sebagai ester trigliserida atau lemak , baik yang berasal dari hewan atau tumbuhan.

Rantai karbon yang jenuh ialah rantai karbon yang tidak mengandung ikatan rangkap , sedangkan yang mengandung ikatan rangkap disebut rantai karbon tidak jenuh. Pada umumnya asam lemak mempunyai jumlah atom karbon genap. ( Poedjiadi.A,2006)

Tabel 2.4. Beberapa Asam Lemak yang Umum

Nama Rumus Titik Lebur ( 0 C )

Asam Lemak Jenuh

Asam Butirat C3H7COOH -7,9

Asam Kaproat C5H11COOH -1,5 sampai -2,0

Asam Palmitat C15H31COOH 64

Stearat C17H35COOH 69,4

Asam Lemak tidak jenuh

Asam Oleat C17H33COOH 14

Asam Linoleat C17H31COOH -11

Asam linolenat C17H29COOH Cair pada suhu sangat rendah

(Poedjiadi.A,2006)

(34)

2.10. Asam Lemak Bebas

Asam lemak bebas, walaupun berada dalam jumlah kecil mengakibatkan rasa tidak lezat. Hal ini berlaku pada lemak yang mengandung asam lemak tidak dapat menguap , dengan jumlah atom C lebih besar dari 14 (C>14). Asam lemak bebas yang dapat menguap , dengan jumlah atom karbon C4,C6,C8,dan C10, menghasilkan bau tengik dan rasa tidak enak dalam bahan pangan berlemak. Asam lemak ini pada umumnya terdapat dalam lemak susu dan minyak nabati, misalnya minyak inti sawit. (Ketaren.S,2005)

Asam lemak bebas dalam konsentrasi tinggi yang terikut dalam minyak sawit sangat merugikan. Tingginya asam lemak bebas ini mengakibatkan rendemen minyak turun. Untuk itulah perlu dilakukan usaha pencegahan terbentuknya asam lemak bebas dalam minyak sawit.

Kenaikan ALB ini disebabkan adanya reaksi hidrolisa pada minyak.

Hasil reaksi hidrolisa minyak sawit adalah gliserol dan ALB. Reaksi ini akan dipercepat dengan adanya faktor-faktor panas, air, keasaman, dan katalis(enzim). Semakin lama reaksi ini berlangsung, maka semakin banyak kadar ALB yang terbentuk ( Tim Penulis, 1997)

2.11. DOBI

Bilangan DOBI merupakan gambaran kerusakan minyak akibat proses oksidasi yang terjadi sejak panen , lalu dilanjutkan pada proses

(35)

pengolahan , penimbunan , dan pemompaan ke kapal tanker angkut.

Kerusakan kualitas tersebut akan akan berperan pada proses pengolahan lanjutan di industri hilir. Oleh sebab itu , perlu dilakukan pengendalian pada setiap kegiatan yang mepengaruhi kerusakn minyak.

Panen perlu mendapat pengawasan yang efektif karena perlakuan yang kurang baik dapat meyebabkan luka pada daging buah dan pembusukan buah. Hal ini akan menurunkan kualitas produk minyak sawit yang dikenal dengan penurunan niali DOBI. Pengangkutan buah yang tidak segera dilakukan (restan) juga dapat menurunkan nilai DOBI. Oleh sebab itu, perlu dibuat suatu ketetapan yang harus dipenuhi, yaitu buah harus sampai di PKS paling lambat 24 jam setelah panen. Penerimaan buah di loading ramp harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak terjadi penimbunan di pelataran yang memungkinkan terjadi luka pada buah akibat penggusuran dengan alat berat (loader). ( Pahan, I. 2006 )

2.11.1 Peranan DOBI ( Deterioration Of Bleachability Index ) dalam Penentuan Harga Minyak Sawit

DOBI ( Deterioration Of Bleachability Index ) merupakan index derajat kepucatan minyak sawit mentah. Angka minimal DOBI adalah 2,8.

Karena tidak terpenuhinya angka standart DOBI maka harga CPO Indonesia dipasar Internasional selalu dipotong antara 300-500 rupiah perkilogram . DOBI itu sendiri merupakan angka perbandingan antara serapan atom terhadap asam lemak bebas.

(36)

Rendahnya efisiensi pengolahan dan teknologi terjadi akibat sistem teknologi dan perangkat mesin menggunakan acuan sistem teknologi lama, akibatnya banyak buah kelapa sawit yang tersisa pada pengolahan petontokan atau proses pemisahan secara mekanis antara sawit dan tandannya.

Tabel 2.5. SNI ( Standar Nasional Indonesia ) tentang hubungan DOBI dengan kualitas

DOBI Kualitas

< 1,68 Buruk

1,78-2,30 Kurang Baik

2,30-2,92 Cukup Baik

2,93-3,23 Baik

2.11.2 Deterioration Of Bleachability Index (DOBI) dan Hubungannya dengan Kualitas Minyak Sawit

Dalam hubungannya perdagangan , kualitas CPO harus menemukan gambaran dari GMQ ( Good Merchantable Quality ) atau kualitas perdagangan yang baik , sebenarnya disalam GMQ Deterioration Of Bleachability Index (DOBI) tidak termasuk dalam spesifikasi kualitas.

Walaupun demikian banyak pembeli memurnikan CPO dalam

(37)

penyulingan , pemutihan dan deoderasi produksi. Pemutihan yang baik kemudian menjadi satu indikator pencocokan untuk pemakaian dan harus mencakup GMQ.

Analisa dari asam lemak bebas , kelembapan dan kotoran sendiri tidak mencukupi untuk mengidentifikasi kualitas CPO yang baik sedangkan dalam analisa DOBI dapat memberikan indikasi yang lebih baik serta memberikan kemudahan CPO dalam pengolahan.

DOBI (Deterioration Of Bleachability Index) adalah rasio angka dari penyerapan spektrofotometer pada 𝜆 446 𝑛𝑚 dan pada 𝜆269 𝑛𝑚.

Metode ini dikembangkan oleh Dr.P.A.T.Swabada dari Institut Penelitian minyak sawit dari Malaysia ( Malaysia Palm Oil Board ). Pengukuran yang dibuat dengan melarutkan minyak sawit memakai pelarut n-heksan dan kemudian menentukan penyerapannya dalam spektrofotometer UV- Visible Hitachi U-2000.

Pekerja PORIM ( Palm Oil Riset Institute Of Malaysia ) menentukan hubungan berikut antara lain DOBI dengan kualitas .

(38)

Tabel 2.6. PORIM (Palm Oil Riset Institute Of Malaysia) tentang Hubungan DOBI dengan kualitas

DOBI Kualitas

<1,68 Minyak sawit endapan atau

equivalennya

1,76-2,30 Kurang

2,36-2,92 Cukup

2,99-3,24 Baik

>3,24 Terbaik

Untuk menghindari kehilangan celah , Keck Seng mengambil garis petunjuk berikut ini :

(39)

Tabel 2.7. Petunjuk Keck Seng mengambil garis petunjuk

DOBI Kualitas

<1,56 Minyak sawit endapan atau

equivalennya

1,68-2,30 Kurang

2,31-2,92 Cukup

2,93-3,24 Baik

>3,24 Terbaik

2.11.3 Penyebab – penyebab DOBI (Deterioration Of Bleachability Index) yang rendah

Salah satu penyebab rendahnya angka DOBI adalah adanya perbedaan persyaratan mutu antara SNI CPO dengan persyaratan mutu yang dituntut oleh konsumen. Konsumen mensyaratkan angka DOBI minimal sementara persyaratan mutu SNI menurut angka asam lemak bebas max 5 %.

Adapun penyeban DOBI (Deterioration Of Bleachability Index) yang rendah antar lain adalah sebagai berikut :

- Persentase yang tinggi dari tandan buah yang berwarna hitam ( belum masak)

- Penundaan pengolahan terutama pada musim hujan - Kontaminasi dari CPO dengan kondensasi Sterizer

(40)

- Kontaminasi dari CPO dengan minyak sawit oksidasi endapan - Sterilisasi yang lama dari tandan buah

- Pemanasan (>55˚C dari CPO dalam tangki penyimpanan Ada beberapa penyebab lain, tetapi hal ini kurang mendukung dari penyebab diatas. Misalnya perhatian (erasi) minyak panas, penundaan dalam pemrosesan hingga pada bagian mesin sementara suhu tinggi pada tingkat suhu yang lain.

Tandan buah segar ( TBS) yang menunjukkan dua kategori dari kematangan. Tandan berwarna hitam yang mengandung minyak dengan DOBI yang lebih rendah dan tandan berwarna kuning dengan DOBI yang lebih tinggi. Ekstraksi minyak dari tandan yang lebih hitam memiliki DOBI >3,5. Dalam praktek DOBI >3,0 dapat dicapai dengan melakukan pemanenan dan pemrosesan yang baik.

2.11.4 Tindakan – tindakan yang Dilakukan untuk Memastikan CPO Mempunyai Kualitas yang Tinggi

Keck Seng dapat melakukan tindakan untuk meningkatkan CPO dalam perkebunan kelapa sawit pada saat penggilingan dan pembersihan minyak sawit.

Tindakan yang dilakukan Keck Seng untuk menghasilkan DOBI minyak sawit yang lebih tinggi yaitu:

- Memberikan peringatan kepada perkebunan agar memanen buah pada keadaan sudah benar-benar masak.

(41)

- Sterilisasi kondensasi dengan endapan yang buruk tidak diizinkan untuk dihubungkan dengan CPO. Karena kondensasi sterilizer dan minyak dapat menghasilkan besi dan tembaga yang berkadar tinggi.

- Keck Seng menggunakan kondisi sterilisasi yang lemah. Dalam hal ini dilakukan untuk mengecilkan tandan buah setelah pengupasan dan menggunakan penghancuran tandan yang tinggi. (http:///www.deptan.go.id)

2.12 Spektrofotometer UV / Visibel

2.12.1 Pengertian Spektrofotometer UV-Vis

Spektrofotometer UV-Vis adalah pengukuran panjang gelombang dan intensitas sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang diabsorbsi oleh sampel. Sinar ultraviolet dan cahaya tampak memiliki energi yang cukup untuk mempromosikan elektron pada kulit terluar ke tingkat energi yang lebih tinggi. Spektroskopi UV-Vis biasanya digunakan untuk molekul dan ion anorganik atau kompleks di dalam larutan. Spektrum UV-Vis mempunyai bentuk yang lebar dan hanya sedikit informasi tentang struktur yang bias di dapatkan dari spektrum ini. Tetapi spektrum ini sangat berguna untuk pengukuran secara kuantitatif. Konsentrasi dari analit di dalam larutan bias ditentukan dengan mengukur absorban pada panjang gelombang tertentu dengan menggunakan hukum Lambert-Beer.

(42)

Sinar ultraviolet berada pada panjang gelombang 200-400 nm sedangkan sinar tampak berada pada panjang gelombang 400-800 nm. Pada panjang gelombang (𝜆) itu sendiri adalah jarak antara satu lembah dan satu puncak seperti gambar dibawah ini , sedangkan frekuensi adalah kecepatan cahaya dibagi dengan panjang gelombang (λ). Bilangan gelombang (v) adalah satu satuan per panjang gelombang. Amplitude gelombang adalah distrurban maksimum dari garis horizontal.

λ= 𝑐 𝑣 atau 𝑣 = 𝑐 𝜆

Gambar 1 Skema alat spektrofotometer UV-Vis single-beam Diagram sederhana suatu spektrofotometri UV-Visibel ditunjukkan pada gambar diatas. Komponen – komponen antara lain :

(43)

1. Sumber cahaya – lampu deuterium untuk daerah UV dari 190 sampai 350 nm dan lampu halogen kuartz atau lampu tungsten untuk daerah visibel dari 350 sampai 900 nm.

2. Monokromator – digunakan untuk menghamburkan cahaya ke dalam panjang gelombang unsur unsurnya, yang diseleksi lebuh lanjut dengan celah. Monokromator berotasi sehingga rentang panjang gelombang dilewatkan melalui sampel ketika instrument tersebut memindai sepanjang spektrum.

3. Optik – dirancang untuk memisahkan berkas cahaya sehingga berkas tersebut melewati dua kompartemen sampel, dan pada instrument berkas rangkap tersebut , larutan blanko dapat digunakan dalam suatu kompartemen untuk memperbaiki pembacaan atau spektrum sampel tersebut. Blanko pada umumnya adalah pelarut yang dapat melarutkan sampel. (Watson,2005)

2.13 Proses Pengelolaan Kelapa Sawit

Untuk mengelolah Tandan Buah Segar (TBS) Menjadi Crude Palm Oil (CPO) dan inti (kernel), pabrik kelapa sawit Sei. Mangkeiii mempunyai 14 stasiun kerja yang saling terkait, yaitu:

1. Stasiun Penerimaan TBS 2. Stasiun Loading Ramp 3. Stasiun Rebusan / Sterilizer

4. Stasiun Hoisting Crane / Thressing dan Tipler 5. Stasiun Screw Press

(44)

6. Stasiun Clarifikasi 7. Stasiun Hopper 8. Stasiun Kernel Plant 9. Stasiun Fat Pit

10. Stasiun Water Treatment 11. Stasiun Boiler

12. Stasiun Power Plant 13. Stasiun Effluent Treatment

1. Stasiun Penerimaan Tandan Buah Segar (TBS)

Stasiun penerimaan Tandan Buah Segar adalah stasiun pertama dalam pengolahan minyak kelapa sawit. Bahan baku yang berasal dari kebun milik PT.

Perkebunan Nusantara III (Persero) maupun bahan baku yang berasal dari pihak ketiga akan dilengkapi dengan berkas pengiriman sebagai surat pengantar untuk memasuki stasiun ini. Stasiun ini juga memiliki beberapa pos, yaitu : Jembatan timbang kapasitas 50 Ton yang betujuan untuk mengetahui berat kotor truk (Brutto), berat kosong truk (tarra), serta berat bersih TBS (netto),pos sortasi yang berfungsi sebagai tempat pemilihan buah yang matang dan masak untuk mempertahankan mutu CPO yang dihasilkan, pos berikutnya adalah loading ramp yang berfungi sebagai area tempat penimbunan sementara TBS yang telah di sortasi sebelum dipindahkan ke lori dan masuk stasiun perebusan, pos terakhir dalamstasiun ini adalah Lori, Capstand, dan TransferCarriage.

(45)

2. Stasiun Loading Ramp

Ramp adalah tempat timbunan TBS sementara dan dituang ke tiap-tiap bays dari loading ramb.TBS yang akan diperoses diisi kedalam lori-lori yang berkapasitas 3,5 dan 15 ton TBS dengan cara membuka pintu bays yang diatur dengan system pintu hidrolik. Lori merupakan tempat untuk merebus TBS.

Jumlah lori yang mencukupi merupakan persyaratan yang harus dipenuhi agar kapasitas rebusan tercapai.Lori yang dipergunakan adalah ukuran 3,5 ton dan 15 ton.

3. Stasiun Perebusan (Sterilizer)

Stasiun perebusan adalah stasiun kedua dari kegiatan pengolahan tandan buah segar menjadi CPO. Perebusan TBS dilakukan menggunakan sistem uap basah dengan tekanan 2,8 – 3,0 kg/cm3 dengan suhu perebusan 140-143oC dengan waktu perebusan sekitar 88-95 menit. PKS Sei. Mangkei memiliki 3 unit mesin perebusan dengan kapasitas 6 lori dipabrik 30 ton TBS/jam, dimana 1 lori dapat memuat 3,5 Ton TBS dan 3 unit mesin perebusan dengan kapasitas 3 lori di pabrik 45 ton TBS/jam, dimana satu lori dapat memuat 15 ton TBS. Tujuan dari kegiatan perebusan menggunakan mesin perebusan adalah untuk: mengurangi peningkatan asam lemak bebas, mempermudah proses pembrondolan pada thresher, menurunkan kadar air, memudahkan penguraian serabut pada biji, memisahkan antara inti dan cangkang, dan memudahkan pemisahan minyak dari daging buah.

(46)

4. Stasiun Hoisting Crane (Thresser)

Stasiun Penebahan adalah stasiun ketiga dari kegiatan pengolahan tandan buah segar menjadi CPO. Tujuan thresher berfungsi untuk memisahakan brondolan dari janjangannya dengan cara mengangkat dan membanting serta mendorong janjang kosong ke empty bunch conveyor dan brondolan akan jatuhke fruits conveyor melalui kisi-kisi menggunakan 2 Threser diline I dan line II 3 Unit.

5. Stasiun Kempa (Pressing)

Setelah stasiun penebahan yang dapat memisahkan brondolan dari janjangannya dengan cara membanting janjangan, janjang kosong akan di dorong ke Empty Brunch Conveyor dan brondolan akan jatuh ke Fruit Conveyor. Setelah itu brondolan akan di bawa ke stasiun Kempa. Stasiun Kempa adalah stasiun pengambilan minyak dari daging buah yang dilakukan dengan metode pelumatan dan mengempa daging buah. Pelumatan dilakukan dalam digester, sedangkan pelumatan dilakukan dalam kempa ulir (Screw Press). Proses-proses yang terjadi pada stasiun pressing adalah proses pelumatan pada digester, proses pengempaan dan pemisahan yang dilakukan dalam mesin Screw Press. Proses yang terjadi pada mesin press adalah proses terakhir dalam stasiun kempa dan selanjutnya mulai memasuki stasiun pemurnian pada Vibro. Alat-alat yang digunakan di stasiun ini adalah:

(47)

 Digester dimana buah diputar seperti blender dan dipanaskan dengan uap yang bersuhu 90-95oC sehingga seperti dilumat.

 Screw Press untuk memeras berondolan yang telah dicincang dan dilumat dari Digester untuk mendapatkan minyak kasar.

6. Stasiun Pemurnian (Clarifikasi)

Stasiun Pemurnian adalah stasiun terakhir dalam pengelolaan kelapa sawit menjadi CPO. Pada stasiun ini minyak kasar yang dihasilkan dari stasiun kempa dibersihkan dan dimurnikan dari segala bentuk kotoran sehingga diperoleh minyak kelapa sawit murni. Alat- alat yang terdapat dalam stasiun ini yakni:

 Sand Trap adalah sebuah bejana berbentuk silinder untuk mengendapkan partikel-partikel pasir dan lumpur pada bagian atas minyak, kemudian secara gravitasi turun ke ayakan getar.

 Saringan Getar (Vibro Separator) berfungsi untuk menyaring crude oil dari serabut yang dapat mengganggu proses pemisahan minyak.

 Vertical Clarifier Tank (VCT) adalah untuk memisahkan minyak dan air secara gravitasi dengan memanfaatkan perbedaan berat jenis keduanya.

 Crude Oil Tank (COT) adalah untuk pengendapan kotoran dan sebagai penampung sebelum minyak di pompa ke mesin Purifier.

 Oil Purifier adalah untuk mengurangi kadar kotoran dan air dalam minyak dengan menggunakan prinsip pemisahan maka kotoran dan air yang berat jenisnya lebih besar dari minyak akan berada pada bagian luar, minyak yang berada dibagian tengah dialirkan di vacum dryer.

(48)

 Vacum Dryer berfungsi untuk mengurangi kadar air dalam minyak produksi.

 Storange Tank berfungsi untuk menyimpan sementara minyak produksi.

7. Stasiun Kernel

Pada proses ini dijelaskan campuran ampas atau fiber dan biji atau nut yang keluar dari screw press diproses kembali di stasiun kernel untuk menghasilkan: cangkang atau sel dan fiber yang digunakan sebagai bahan bakar boiler. Alat- alat yang terdapat dalam stasiun ini yakni:

 Nut Elevator berfungsi untuk menghantarkan nut dari nut polishing drum ke nut silo. Nut elevator dilengkapi dengan cyclone dan blower untuk mengisap nut.

 Nut Silo berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara nut sebelum diolah pada Ripple Mill.

 Ripple Mill berfungsi untuk memecahkan nut, memisahkan cangkang dan inti dengan cara menekan atau menjepit biji

 LTDS (Light Tenera Dust Seperation) berfungsi untuk memisahkan cangkang dengan inti serta membawa cangkang untuk bahan bakar boiler.

System pemisahan yang dilakukan disini adalah dengan menggunakan tenaga blower hisap dust separation.

 Clay Bath berfungsi untuk memisahkan cangkang dan inti sawit pecah yang besar yang beratnya hamper sama dengan menggunakan larutan kaolin (kalsium karbonat). Proses pemisahan dilakukan berdasarkan perbedaan berat jenis.

(49)

 Kernel Silo berfungsi untuk mengurangi kadar air yang terkandung dalam inti produksi. Temperature dalam kernel silo terbagi atas tiga tingkatan yaitu bagian atas 60°C, bagian tengah 70°C, dan bagian bawah 80°C.

 Kernel Storage berfungsi sebagai tempat penyimpan inti produksi sebelum dikirim untuk dijual.

8. Stasiun Water Treatment

Proses pengambilan air berasal dari sungai Bah Bolon yang kemudian dialirkan melalui pipa menuju bak yang disebut bak sedimen. Dimana terbagi atas lima bagian yaitu Sedimen satu, Sedimen dua, dan Sedimen tiga flok dari air sudah mengalami penurunan atau pengendapan kemudian dialirkan ke Sedimen empat yang mengalir melalui lubang kecil yang berada pada bawah sedimen tersebut. Kemudian Sedimen empat flok semakin sedikit dan air pada Sedimen lima dialirkan ke Tube Settler. Dimana proses penjernihan air dilakukan dengan zat kimia yakni tawas dan soda ash. Tawas berfungsi untuk menjernikan air dan Soda Ash berfungsi untuk menaikkan pH air (pH = 7). Kemudian air disimpan didalam tabung dimana air yang sudah bersih akan dialirkan sebagian ke domestic dan ke boiler.

Proses pengolahan air bertujuan untuk mendapatkan kualitas air sebelum digunakan agar memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Proses pengolahan air mencakup pengoperasian, penjernihan dan penyaringan.

Gambar

Tabel 2.1. Beberapa Tingkat Fraksi TBS
Tabel 2.2. Hasil Rendemen dan ALB akibat lamanya penginapan  brondolan sawit
Tabel 2.3. Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit dan Minyak Inti  Kelapa Sawit
Tabel 2.4. Beberapa Asam Lemak yang Umum
+5

Referensi

Dokumen terkait

The objective of this study was to determine the effect of a commercially prepared exogenous enzyme solution on production and carcass characteristics in growing and ®nishing

Draft Standar PNF sudah baik dan dapat diteruskan untuk segera diproses menjadi Permendikbud dengan perbaikan sedikit tentang konsistensi sumber belajar dan pelayanan bagi

ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014.. PARTAI

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah

3 Apakah anda berharap kelemahan pada bagian tubuh anda yang sakit akan dapat kembali normal jika anda melakukan fisoterapi.. 4 Apakah anda berharap dapat terhindar dari risiko

Menyusun rencana kerja sama Daerah sesuai dengan lingkup tugas Seksi berpedoman pada ketentuan yang berlaku untuk meningkatkan akses dan kualitas pelayanan

Secara konseptual, pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk

Seseorang pada suatu titik dapat menjadi anonim (tidak mempunyai identitas diri) dan apabila seseorang sedang merasa anonim maka seseorang tersebut akan melakukan