METODOLOGI PENELITIAN
F. TEKNIK DAN LANGKAH PENGUMPULAN DATA
3. Proses Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan dua cara, yaitu analisis deskriptif dengan menggunakan statistika deskriptif yang melibatkan penggunaan frekuensi, rata-rata (mean) dan analisis korelasional.
a. Analisis Deskriptif
Data diolah secara deskriptif dengan menggunakan statistika deskriptif. Data angket, dihitung berdasarkan frekuensi terhadap pemunculan pendapat atau kompetensi yang telah diberi kode. Kesenjangan atau discrepancy antara ”apa yang seharusnya dimiliki oleh guru” dan ” apa yang telah dimiliki oleh guru” dalam pembelajaran dilakukan dengan menggunakan analisis kerja (work anayisis) pada level performansi (performance level), sedangkan kesenjangan atau discrepancy antara ”apa yang seharusnya dimiliki
156 oleh guru” dan ”apa yang telah dimiliki oleh guru” dalam menyusun RPP dilakukan melalui analisis konten (content analysis) (Rossett & Sheldon, 2001).
Pengolahan data angket dilakukan dengan menghitung frekuensi kemunculan pendapat yang telah diberi kode. Hasil dari analisis deskriptif yaitu kesenjangan/discrepancy latar belakang guru yang terdiri dari kualifikasi pendidikan, pengalaman mengajar dan keterlibatan guru dalam pelatihan/workshop antara ”apa yang seharusnya ada” dengan ”apa yang ditemukan di lapangan” yang diperoleh dari hasil angket tertera pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1
Diagram kesenjangan antara apa yang seharusnya dengan apa yang ditemukan pada latar belakang guru yang dijaring melalui angket
Kesenjangan/discrepancy ketersediaan dan pemanfaatan fasilitas diambil dari data yang dikumpulkan melalui angket dan observasi. Data yang diperoleh yaitu frekuensi latar belakang pendidikan guru, pengalaman mengajar, keterlibatan guru dalam pelatihan pembelajaran IPA dan kurikulum dibandingkan
157 dengan standar yaitu jumlah responden yang terlibat dalam penelitian (n = 30). Hasil discrepancy antara standar, ketersediaan fasilitas dan pemanfaatan fasilitas disajikan dalam Gambar 3.2
Gambar 3.2
Diagram kesenjangan antara standar, ketersediaan fasilitas/media dan pemanfaatan fasilitas/media
Hasil kesenjangan pandangan guru terhadap IPA diperoleh dari jawaban responden terhadap tiga pertanyaan, yaitu: 1) apa yang dimaksud dengan belajar IPA dengan respon dikelompokan menjadi tiga, yaitu: IPA sebagai produk, IPA sebagai proses dan IPA sebagai nilai, 2) apa yang dimaksud dengan mengajar IPA dengan respon dikelompokkan dalam pengembangan aspek kognitif, psikomotor dan afektif, 3) Bagaimanakah seharusnya pembelajaran IPA dilangsungkan dengan respon dikelompokkan menjadi 4 kelompok, yaitu: aspek sarana, konten, pemahaman terhadap siswa dan pedagogi. Hasil dapat dilihat pada Gambar 3.3.
158 Gambar 3.3
Diagram kesenjangan antara pandangan Guru Terhadap Pembelajaran IPA
Dalam menentukan discrepancy antara kemampuan guru dalam melangsungkan pembelajaran dan kemampuan guru menyusun RPP, skor maksimal yang diperoleh guru pada masing-masing aspek pembelajaran dibandingkan dengan skor maksimal yang telah ditentukan dalam standar, yang ditampilkan dalam bentuk persentase kesenjangan. Kesenjangan/discrepancy kemampuan guru dalam mengembangkan pembelajaran dengan standar ditampilkan dalam gambar 3.4. Kesenjangan pada kemampuan kompetensi yang kemudian diurutkan dari yang paling rendah sampai kemunculan yang paling tinggi dicapai oleh keseluruhan guru. Kompetensi yang tidak dimiliki oleh sebagian besar dari 50% guru ditentukan sebagai kebutuhan guru untuk ditingkatkan dalam program pelatihan. Selain itu dilakukan pula analisis terhadap prioritas kompetensi yang paling diperlukan untuk mengembangkan dan
159 melangsungkan pembelajaran IPA. Teknik ini digunakan untuk menentukan kebutuhan sesuai dengan yang disarankan oleh Wentling (1993) dan Kauffman (2003).
Gambar 3.4
Diagram kesenjangan antara keterampilan yang seharusnya dimiliki oleh guru dengan apa yang telah dimiliki oleh guru dalam aspek melangsungkan
pembelajaran IPA
Gambar 3.4 menunjukan kesenjangan/discrepancy keseluruhan aspek dari kemampuan guru dalam melangsungkan pembelajaran. Dalam Bab IV akan disajikan secara detail kesenjangan untuk setiap aspek, sehingga dapat dikaji pada komponen mana guru memerlukan peningkatan untuk setiap aspeknya.
160 Kesenjangan/discrepancy antara pendapat guru terhadap kurikulum diperoleh dengan membandingkan hasil jawaban pada angket dari pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan kurikulum sedangkan kemampuan kemampuan guru dalam menyusun RPP dengan standar diperoleh dengan cara yang sama seperti kesenjangan antara kemampuan guru melangsungkan pembelajaran dengan standar. Hasil kesenjangan pendapat guru terhadap kurikulum disajikan pada gambar 3.5 dan kesenjangan antara kemampuan guru dalam menyusun RPP dengan standar disajikan pada Gambar 3.6.
Gambar 3.5
161 Gambar 3.6
Kesenjangan antara keterampilan yang seharusnya dimiliki oleh guru dengan apa yang telah dimiliki oleh guru dalam menyusun RPP IPA
Data lebih rinci akan disajikan selanjutnya di Bab IV untuk menunjukan pada komponen mana guru memiliki kelemahan untuk setiap aspek dalam mengembangkan RPP.
b. Analisis Korelasi
Pengolahan data juga dilakukan dengan statistik korelasional. Statistik korelasional digunakan untuk memperoleh informasi korelasi antara latar belakang pendidikan guru (X1), pengalaman mengajar guru (X2) dan keterlibatan guru dalam kegiatan pelatihan/workshop (X3) dengan kemampuan guru mengembangkan RPP (Y1) dan kemampuan guru melangsungkan pembelajaran IPA (Y2). Ketiga aspek, yaitu latar belakang pendidikan guru, pengalaman mengajar guru dan keterlibatan guru dalam kegiatan pelatihan/workshop dipilih berdasarkan pendapat Arlington (2006) yang menyatakan bahwa kompetensi guru dalam melangsungkan pembelajaran dipengaruhi oleh tiga aspek, yaitu pendidikan
162 formal guru, kegiatan pengembangan profesional seperti workshop dan pelatihan serta lamanya guru menjalankan tugasnya sebagai guru. Penghitungan korelasi dilakukan melalui Spearman rank correlational (rho).
Penghitungan korelasi antar variabel (rho) dihitung dengan menggunakan SPSS Versi 16.1. Nilai korelasi berkisar antara -1 sampai 1. Nilai korelasi +1 menunjukkan nilai korelasi positif tertinggi antara satu variabel dengan variabel lain. Nilai 0 menunjukkan tidak ada korelasi antara satu variabel dengan variabel lain, sedangkan nilai korelasi -1 menunjukkan korelasi negatif tertinggi antara satu variabel dengan variabel lain. Penghitungan korelasi tidak menunjukkan hubungan sebab akibat antara satu variabel dengan variabel lain (Schimdt, 2009). Dalam penelitian ini penghitungan korelasi dilakukan terhadap aspek-aspek latar belakang pendidikan guru, pengalaman mengajar guru dan keterlibatan guru dalam pelatihan/workshop dengan kemampuan guru dalam melangsungkan pembelajaran dan merancang RPP untuk menunjukkan faktor apakah yang paling berkorelasi di antara variabel-variabel tersebut, bukan untuk melihat apakah kemampuan guru dalam melangsungkan pembelajaran dan merancang RPP dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan guru, pengalaman mengajar guru dan keterlibatan guru dalam pelatihan/workshop. Hasil penghitungan korelasi (rho) dengan menggunakan SSS Ver. 16.0 tertera pada Tabel 3.13. Sedangkan nilai rho antara kemampuan guru mengembangkan RPP dan kemampuan mengajar guru tertera pada Tabel 3.14.
163 Tabel 3.13
Nilai korelasi (rho) antara belakang pendidikan guru, pengalaman mengajar guru dan keterlibatan guru dalam pelatihan/workshop dengan kemampuan
guru dalam melangsungkan pembelajaran dan merancang RPP ASPEK LATAR BELAKANG GURU KEMAMPUAN GURU Melangsungkan Pembelajaran IPA Mengembangkan Rencana Pembelajaran IPA Kualifikasi Pendidikan -.279 .091 Pengalaman Mengajar .143 -.164 Keterlibatan dalam Pelatihan .015 -.185 Tabel 3.14
Nilai Korelasi (rho) antara kemampuan guru dalam melangsungkan pembelajaran dan merancang RPP
Aspek Kemampuan Mengajar (Y1)
Nilai Korelasi (rho) Kemampuan Mengembangkan RPP (Y2) 0.409263
236