3.3.1.1. Raw Water
Air mentah yang dipakai pada produksi didapatkan dari sumur dan STU (Saran Tirta Ungaran) yang diproses menjadi air olahan maupun air olahan yang dilunakkan, yang dimanfaatkan pada fasilitas cleaning, pengairan pada toilet, serta pembersihan mesin yang tidak bersentuhan secara langsung dengan minuman. Air akan dialirkan serta ditampung dalam reservoir tank yang dapat mengendapkan bahan pengotor yang terdapat terkandung di air. Dalam tangki tersebut terjadi tahap pengolahan awal yang ditambahkan Ca(OCl)2 dengan kadar 1 – 3 ppm sebagai bahan desinfektan.
3.3.1.2. Treated Water
Air olahan merupakan air yang sudah diproses dan dimanfaatkan pada proses produksi minuman karbonasi, pembuatan sirup produk, tahap sanitasi serta proses pemurnian CO2. Tahap – tahap pengolahan treated water antara lain :
Air dari sumur, air STU dan reject RO digabungkan pada tangki reservoir. Pada tahap ini ditambahkan dengan klorin kadar 1 – 3 ppm sebagai bahan desinfektan yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba yang merugikan.
2. Filtrasi menggunakan Sand Filter
Air pada tangki reservoir lalu dipompa sehingga masuk dalam tangki sand filter yang akan disaring dengan pasir silika berdiameter 0,45 – 0,55 mm. Jika debit masuk dan keluar air tidak sama dengan standard yang ditetapkan (>0.5 ∆p) maka akan dilakukan backwash untuk mengaktifkan pasir silika.
3. Purifikasi dalam Carbon Purifier
Air dari tahapan sand filter dialirkan pada carbon purifier tank yang berisi bahan saringan yaitu karbon aktif dan berfungsi sebagai penyerap klorin, warna, serta bau dan rasa yang tidak diinginkan dalam air. Air yang dihasilkan oleh filter karbon harus bebas kandungan total klorin. Jika kadar klorin air yang dihasilkan oleh carbon purifier tank melebihi batasan (0 ppm) maka fungsi karbon aktif akan mengalami penurunan kemudian akan dilakukan proses pemanasan menggunakan suhu 80 - 90ºC selama 2 jam, serta proses backwash yang memiliki tujuan proses sterilisasi serta kinerja dari karbon aktif akan efektif kembali.
4. Penampungan dalam Buffer Tank
Buffer tank adalah tempat yang digunakan untuk menampung air dari proses carbon purifier serta mampu menstabilkan air yang akan masuk kedalam reserve osmosis (RO) system.
5. Penjernihan Air menggunakan Reverse Osmosis (RO)
Revers osmosis system adalah tahap penyaringan air dengan melewati membran yang bersifat semipermeabel yang memiliki ukuran 0.0001 mikron untuk memusnahkan mikroba serta mineral pada air (Taylor & Weisner, 1999). Air yang mampu melalui membran dinamakan treated water yang dimanfaatkan untuk bahan utama pembuatan produk tersebut. Air yang tidak bisa melalui membran dinamakan air reject RO. Air akan alirkan pada tangki aerasi dan diolah menjadi produk air lunak. Membran reverse osmosis
yang sudah tidak berfungsi dengan baik akan disirkulasi menggunakan larutan asam sitrat konsentrasi 1% dan dicuci dengan NaOH 0.2%. Selain itu digunakan pula larutan anti scalling yang berfungsi sebagai larutan yang mampu mencegah tumbuhnya lumut.
6. Penyimpanan dalam Tangki Penyimpanan
Air pada storage tank dialirkan untuk bahan pembuatan minuman maupun pembuatan sirup. Air harus dialirkan pada tabung yang berisi lampu UV untuk membebaskan dari mikroorganisme yang merugikan sebelum digunakan lebih lanjut.
7. Sirkulasi dengan UV Lamp
Sirkulasi UV Lamp memiliki tujuan memusnahkan mikroorganisme dalam air. Gelombang elektromagnetik yang digunakan yaitu 200 – 300 nm. Panjang gelombang yang efektif untuk memusnahkan bakteri adalah 265 nm selama ± 2 menit (Sembiring, 2008). Apabila air tidak memenuhi standar, air akan ditransfer kembali untuk di olah lagi.
3.3.1.3. Soft Treated Water
Soft Treated Water merupakan air olahan yang sudah dilakukan proses pelunakan dan dikurangi tingkat kesadahannya dan dimanfaatkan sebagai bahan utama pembuatan produk non karbonasi yang memerlukan pengekstrakan daun teh. Pengolahan air lunak olahan, air olahan ditransfer kedalam cation exchanger tank sehingga air tersebut memiliki Total Hardness <2 mg/L. Air lunak dimanfaatkan dalam produksi minuman non karbonasi dengan suhu yang relatif tinggi. Nilai Total Hardness tersebut mampu mengurangi pengendapan serta tumbuhnya kerak pada mesin yang digunakan saat produksi.
3.3.1.4. Soft Water
Air lunak adalah air yang diproses serta masuk dalam tahapan pelunakkan untuk memusnahkan ion – ion bikarbonat yang akan mengurangi kesadahan pada air. Level kesadahan dari air dapat dikarenakan oleh kandungan ion Ca2+, Mg2+, Mn2+, dan Fe2+ dan kation yang memiliki muatan 2+. Ion akan mengakibatkan timbulnya kerak yang diakibatkan endapan dari senyawa kalsium karbonat (CaCO3).
3.3.2. Proses Pembuatan Sirup
Sirup dibuat dengan beberapa bahan seperti gula, air serta konsentrat. Pembuatan sirup disesuaikan dengan jumlah produk minuman yang akan dihasilkan. Hal tersebut dapat mempengaruhi penggunaan konsentrasi dari air, gula serta konsentrat yang diperlukan. Tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Pembuatan Simple Syrup
Simple syrup adalah larutan hasil campuran air serta gula. Tahapan dalam proses pembuatan sirup seperti :
Pelarutan Gula
Gula serta treated water dituangkan pada tangki setelah dihitung kebutuhan produksinya. Dalam pembuatan sirup ini terdapat 3 tangki yang memiliki volume 10.000 liter. Setelah itu campuran gula serta treated water tersebut dihomogenisasikan selama kurang lebih 30 menit. Kemudian sirup diuji kelarutan gula dengan pengambilan sampel larutan serta dilakukan pengecekan kadar brix gula yang harus sama dengan standar perusahaan yang telah ditetapkan (59,5ºbrix), warna, pH, bau serta rasa yang sesuai.
Filtrasi
Filtrasi dilakukan dengan tujuan untuk memisahkan kotoran yang memiliki ukuran kecil dalam larutan gula. Larutan gula akan disaring melalui bag filter agar dapat menghasilkan warna larutan dengan standar dan dapat memusnahkan material yang tidak diinginkan.
Sterilisasi
Simple syrup yang sudah dilakukan proses penyaringan kemudian di sterilisasi dengan mengalirkan sirup ke tangki sterilisasi UV. Hal tersebut memiliki tujuan untuk memusnahkan mikroorganisme yang terkandung dalam larutan sirup. Proses sterilisasi dengan menggunakan lampu UV dengan jumlah 48 buah dan memiliki panjang gelombang (λ) 36.000 µm.
Finish syrup merupakan simple syrup yang sudah dihomogenisasikan dengan air olahan dan konsentrat. Tangki finsih syrup memiliki kapasitas 8000 – 10.000 liter per tangki. Jumlah tangki yang ada alah sebanyak 8 tangki. Finish syrup dibuat dengan proses pencampuran simple syrup beserta konsentrat pada mixer concentrate tank dengan durasi 1 jam. Kemudian finish syrup dipindahkan pada mixing tube untuk dicampurkan dengan air olahan. Finish syrup yang sudah ditambahkan dengan treated water dinamakan beverage. Penambahan treated water memiliki tujuan memperoleh kadar brix yang sesuai dengan standar serta jenis produk yang akan di produksi. Tahapan pembuatan finish syrup adalah sebagai berikut :
Persiapan pembuatan simple syrup
Simple syrup yang sudah dilakukan suatu proses akan dimasukkan dalam tangki untuk diuji kadar brix. Penggunaan simple syrup dikalkulasi dengan menyesuaikan flavor serta jumlah finish syrup dengan rumus perhitungan :
Volume penampungan = density brix / unit jumlah unit per gula kg Pemeriksaan kembali
Pengecekan kembali pada jumlah unit serta flavor concentrate dilakukan sesaat setelah tahapan menghitung volume simple syrup yang ditampung serta diperlukan dalam pembuatan finish syrup. Konsentrat padatan dilaurtkan dalam tangki. Setelah itu dihomogenisasikan selama kurang lebih 15 menit. Tangki finish syrup dijalankan serta larutan tersebut kemudian ditambahkan dalam tangki dengan proses penyaringan 100 mesh. Konsentrat yang sudah homogen akan dilakukan uji brix serta pengujian volume finish syrup. Setelah itu ditambahkan dengan air olahan dari hasil perhitungan.
Volume finish syrup akhir =
sasaran density sasaran / brix density awal brix awal sirup vol
Air yang ditambahkan = vol. finish syrup akhir – vol. finish syrup awal
3.3.3. Proses Pemurnian CO2
CO2 ditampung pada tangki sebelum dimurnikan untuk menghindari kontaminasi dan bau serta rasa asing yang merugikan. Pemurnian dilakukan dengan proses awal yaitu evaporasi senyawa CO2 berbentuk cair menjadi gas dengan kipas. Penyaringan dilakukan dengan 5 tahap seperti berikut :
1. Penyaringan Non Volatile Organic Residue (NVOR) dengan senyawa PCO2 Domnick Hunter menggunaakan catridge penaring yang memiliki ukuran 0.01 mikron.
2. Gas CO2 melalui tahap pengeringan menggunakan proses penyaringan oleh uap air.
3. CO2 disaring memiliki tujuan memusnahkan senyawa hidrokarbon antara lain toluena dan benzene.
4. Penyaringan CO2 agar kandungan sulfur (COS, H2S dan DMS) dapat hilang. 5. Gas CO2 disaring dengan membran yang memiliki ukuran 0.01 mikron dengan
tujuan agar udara yang tersisa terpisah dari CO2.
3.3.4. Proses Pencampuran dengan Pengisian (Mixing and Filling)
Unit pencampuran memiliki fungsi untuk mencampurkan syrup, air olahan serta CO2 dalam mixer. Pencampuran dilakukan dengan mentransferkan air olahan ke dalam tangki deareator yang sudah dilakukan penambahan CO2 pada tekanan sebesar 1,5 bar. Deareator dapat mempompa untuk membebaskan ikatan oksigen dengan air. Kemudian, treated water dilewatkan pada flow mix untuk dicampurkan dengan syrup. Ketika campuran telah tercampur rata, maka air dan syrup dialirkan ke carbo cooler dengan bantuan mixing pulp. Carbo cooler merupakan mesin yang memiliki fungsi sebagai alat pendingin karena sudah dihubungkan pada cooling system.
Pada carbo cooler, capuran air dan syrup akan berikatan dengan CO2. Proses tersebut dinamakan dengan proses karbonasi untuk memproduksi produk CSD (carbonated soft drink). Bahan tersebut akan dicampurkan pada suhu yang relatif rendah yaitu 4ºC sehingga CO2 mampu berikatan dengan air dengan sempurna. Berkaitan terhadap sifat CO2 berbentuk cair yang telah stabil dengan suhu relatif rendah, apabila CO2 dalam keadaan suhu relatif tinggi maka CO2 mengalami penguapan. Larutan yang didapatkan dari carbo cooler merupakan minuma yang sudah siap di transfer ke mesin pengisian.
3.3.5. Proses Pengisian Produk
Tahapan pentransferan produk minuman PT CCBI Central Java pada botol RGB (di Line 8) sebagai berikut :
1. Depalletizing Empty Bottles
Merupakan tahapan yang digunakan untuk menurunkan botol kosong dalam krat secara terus menerus.
2. Uncasing
Merupakan tahap yang digunakan untuk memindahkan botol kosong dari krat ke conveyor.
3. Pre – Inspection
Botol diperiksa dengan proses manual oleh petugas kemudian krat yang kosong akan berpindah ke alat pencuci. Pemeriksaan digunakan untuk mengetahui kualitas botol yang baik.
4. Bottle Washer
Pencucian botol dilakukan dengan pre rinse menggunakan soft water dengan suhu 40 - 50ºC. Setelah itu dilanjutkan tahapan kompartemen I menggunakan larutan NaOH 1,5 – 2% dengan suhu 60 - 70ºC, dan 2 – 3% dengan suhu 70 – 80ºC untuk kompartemen yang kedua. Kemudian dibilas dengan menggunakan air hangat agar residu yang bersifat kaustik dapat hilang.
5. Post Inspection
Setelah botol dicuci, botol akan masuk dalam filling rom dan diperiksa dengan EBI (Electronic Bottle Inspection) agar mengetahui bahwa botol tidak memenuhi standar. 6. Filling
Setelah melewati tahap post inspection, botol diisi beverage. 7. Crowning
Proses penutupan botol yang telah diisi dengan menggunakan crown secara otomatis. 8. Date Coding
Botol ditambahkan dengan tanggal serta kode produksi pada botol dengan mesin. 9. Full Inspection
Pemeriksaan seluruhnya secara visual untuk memastikan kembali agar kondisi produk memenuhi standar atau tidak. Pemeriksaan ini terdiri dari konsistensi proses pengisian, crowning, penampakan produk akhir, serta ketepatan kode produksi. 10. Checkmat
Merupakan alat yang berfungsi sebagai alat pemeriksa botol agar ketepatan filling head sudah pasti.
11. Casing
Merupakan tahapan mengemas botol ke dalam krat. 12. Palletizing
Merupakan tahap penumpukan krat di atas pallet. 13. Tagging
Merupakan tahap penempelan tag pada.. 14. Warehousing
Produk yang telah jadi akan diletakkan di gudang penyimpanan dan digunakan tahapan/ First Expired First Out.
3.4. Pengolahan Limbah