i
PENGENDALIAN MUTU AIR
SEBAGAI BAHAN BAKU UTAMA PRODUKSI
DI PT. COCA – COLA BOTTLING INDONESIA
CENTRAL JAVA
LAPORAN KERJA PRAKTEK
Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pangan
Oleh:
OMITA SARAS PRABASARI NIM : 14.I1.0109
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG
HALAMAN PENGESAHAN
PENGENDALIAN MUTU AIR
SEBAGAI BAHAN BAKU UTAMA PRODUKSI
DI PT. COCA – COLA BOTTLING INDONESIA
CENTRAL JAVA
Disusun oleh :
OMITA SARAS PRABASARI NIM : 14.I1.0109
Program Studi : Teknologi Pangan
Laporan ini telah disetujui dan dipertahankan di hadapan sidang penguji pada tanggal :
Semarang, 09 Desember 2016 Fakultas Teknologi Pangan, Universitas Katolik Soegijapranata
Pembimbing lapangan, Risno (Production Supervisor) Dekan, V. Kristina Ananingsih, ST, MSc Pembimbing Akademik, Dr. Ir. B. Soedarini, MP
iii
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat serta kemudahan yang telah dilimpahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Kerja Praktek di PT Coca – Cola Bottling Indonesia Central Java tanpa hambatan yang berarti. Laporan Kerja Praktek ini disusun berdasarkan observasi dan studi literatur yang dilakukan dari 25 Juli – 25 Agustus 2016 bertempat di PT CCBI Central Java, khusunya dibagian Quality Assurance, Produksi, Water Treatment¸dan Waste Water Treatment.
Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Dr. Ir. B. Soedarini, MP selaku dosen pembimbing Kerja Praktek yang telah membantu memperlancar penulis dalam menyelesaikan Kerja Praktek.
2. Bapak Risno, Production Supervisor selaku pembimbing lapangan dan tim operator Production dan Quality Assurance atas arahan selama pelaksanaan Kerja Praktek. 3. Ibu Ida Lukitowati selaku Public Relation atas izin dan bimbingan selama Kerja
Praktek.
4. Seluruh karyawan PT. CCBI Central Java dan semua pihak yang membantu dalam proses pembuatan laporan Kerja Praktek.
5. Orang tua penulis yang telah memberi motivasi dan penyemangat dalam melaksanakan Kerja Praktek
6. Anastasia Jeanice, Raissa Tiffani serta Bernadeta Pingkan sebagai teman perjuangan saat melaksanakan Kerja Praktek.
Penulis menyadari bahwa dalam menulis laporan ini masih banyak kekurangan, baik dalam penulisan maupun penjelasan yang disebabkan karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis. Oleh karena itu, penulis mengharap selalu saran dan kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan laporan ini. Harapan penulis semoga laporan ini bermanfaat bagi diri penulis pribadi dan pembaca pada umumnya.
Semarang, November 2016
iv
HALAMAN PENGESAHAN ... i
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
BAB 1 ... 1
PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Tujuan Pelaksanaan Kerja Praktek ... 2
1.2.1. Tujuan Umum ... 2
1.2.2. Tujuan Khusus ... 3
1.3. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek ... 3
1.4. Metode Pelaksanaan... 3
2.1. Sejarah Coca – Cola ... 5
2.1.1. Sejarah Coca – Cola di Dunia ... 5
2.1.2. Sejarah Coca – Cola di Indonesia ... 7
2.1.3. Sejarah Coca – Cola Bottling Central Java ... 8
2.2. Profil Umum Perusahaan ... 8
2.3. Visi dan Misi Nilai – Nilai Perusahaan... 9
2.4. Struktur Organisasi ... 9
2.5. Produk yang dihasilkan ... 13
2.6. Spesifikasi Produk ... 13
2.6.1. Minuman Berkarbonasi ... 13
2.5.2. Minuman Non Karbonasi ... 14
2.7. Pemasaran Produk ... 15 BAB 3 ... 18 PROSES PRODUKSI... 18 3.1. Bahan Baku ... 18 3.1.1. Air... 18 3.1.2. Gula ... 18 3.1.3. Konsentrat ... 18
3.1.4. CO2 ... 19
3.2. Bahan Penunjang ... 19
3.3. Proses Pengolahan ... 19
3.3.1. Pengolahan Air ... 19
3.3.2. Proses Pembuatan Sirup ... 22
3.3.3. Proses Pemurnian CO2 ... 23
3.3.4. Proses Pencampuran dengan Pengisian (Mixing and Filling) ... 24
3.3.5. Proses Pengisian Produk ... 24
3.4. Pengolahan Limbah ... 26 3.4.1. Sumber Limbah ... 26 3.4.2. Limbah Padat... 26 3.4.3. Limbah Cair... 27 BAB 4 ... 30 PEMBAHASAN ... 30
4.1. Jenis Air dan Kegunaan Air ... 30
4.1.1. Raw Water ... 30
4.1.2. Treated Water ... 31
4.1.3. Soft Treated Water ... 31
4.1.4. Soft Water ... 31
4.2. Pemeriksaan Standar Mutu ... 31
4.2.1. Pengujian Fisik ... 31
4.2.2. Pengujian Kimia ... 32
4.2.3. Pengujian Mikrobiologi... 34
4.3. Parameter Kualitas Air ... 35
4.4. Faktor – Faktor Penentu Kualitas Air ... 37
4.5. Pemeliharaan Unit Pengolahan Air ... 40
BAB 5 ... 44
KESIMPULAN DAN SARAN ... 44
5.1. Kesimpulan ... 44
5.2. Saran ... 44
DAFTAR PUSTAKA ... 45
vi
Tabel 3. Monitor Kualitas Air ... 35 Tabel 4. Standarisasi pada Air Baku ... 36
vii
Gambar 1. Logo Pertama The Coca - Cola Company ... 6
Gambar 2. Desain Pertama Botol Coca - Cola ... 7
Gambar 3. Logo Perusahaan Coca - Cola Amatil Indonesia ... 8
Gambar 10. Struktur Organisasi PT. Coca - Cola Bottling Indonesia Central Java ... 12
Gambar 4. Produk Coca - Cola ... 13
Gambar 5. Produk Sprite ... 14
Gambar 6. Produk Fanta Strawberry ... 14
Gambar 7. Minute Maid Pulpy 350 ml ... 15
Gambar 8. Frestea 600 ml... 15
1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan jaman yang semakin hari semakin pesat memberikan dampak langsung terhadap kemajuan berbagai bidang terutama dalam bidang industri, teknologi serta pengetahuan. Oleh sebab itu saat ini banyak pelaku industri berlomba-lomba untuk menciptakan inovasi terbaru agar tetap mendapat kepercayaan dari konsumen dan bahkan berusaha untuk memperluas pasar sehingga mampu menjadi industri yang maju. Salah satu bidang industri yang mengalami perkembangan pesat yaitu industri makanan dan minuman. Hal tersebut dapat terlihat dengan semakin banyaknya industri makanan dan minuman bermunculan dengan menawarkan produk baru yang beraneka ragam serta memiliki penampilan yang menarik bagi konsumen. Adanya berbagai macam variasi produk tersebut tidak terlepas dari proses produksi dengan menggunakan alat berteknologi tinggi serta sumber daya manusia yang mampu menciptakan ide baru dalam rangka pengembangan produk. Salah satu sumber daya manusia yang diharapkan mampu menciptakan inovasi baru ialah mahasiswa yang memiliki ilmu serta wawasan luas untuk terjun langsung ke dalam dunia industri makanan maupun minuman tersebut. Oleh sebab itu mahasiswa perlu belajar dan membekali diri dengan pengalaman bekerja secara langsung pada suatu industri agar mampu menyesuaikan diri serta mengikuti perkembangan produk maupun teknologi yang setiap saat berubah.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan dalam mengupayakan hal tersebut, salah satunya adalah dengan melaksanakan program Kerja Praktek (KP). Oleh karena itu Program Kerja Praktek (KP) ini dijadikan sebagai salah satu mata kuliah wajib bagi mahasiswa Program Studi Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Katolik Soegijapranata Semarang. Dengan adanya mata kuliah wajib Kerja Praktek (KP) tersebut diharapkan mahasiswa mampu memiliki wawasan serta gambaran nyata mengenai dunia kerja di industri khususnya industri makanan maupun minuman yang sarat dengan berbagai macam tantangan dan siap menghadapi tantangan tersebut. Selain itu dengan melaksanakan kerja praktek mahasiswa dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama di bangku kuliah serta membandingkannya dengan aktivitas yang sebenarnya
terjadi di dunia industri. Sehingga mahasiswa akan mampu menumbuhkan dan mengembangkan pontensi kerja yang profesional dari dirinya untuk memenuhi kebutuhan industri.
Saat ini sudah ada berbagai macam industri makanan dan minuman yang terdapat di sekitar Semarang. Dari sekian banyak pilihan tersebut, PT. Coca-Cola Bottling Indonesia (CCBI) Central Java menjadi pilihan bagi penulis dalam melaksanakan program Kerja Praktek (KP). Hal ini dikarenakan perusahaan tersebut bergerak di bidang minuman (beverage) sehingga sesuai dengan dasar ilmu yang diperoleh penulis pada bangku perkuliahan di Program Studi Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Universitas Katolik Soegijapranata Semarang. PT. Coca-Cola Bottling Indonesia (CCBI) Central Java merupakan salah satu perusahaan minuman ringan (soft drink) yang terkemuka di Indonesia. Dimana perusahaan ini berfokus pada pengemasan produk seperti Coca Cola, Sprite, Fanta (dengan berbagai varian rasa), Frestea serta Minute Maid Pulpy Orange. Sehingga selama kerja praktek di perusahaan tersebut mahasiswa dapat memperoleh berbagai macam pengetahuan baru dari proses produksi yang dimulai dari tahap pengolahan air, pencampuran bahan baku, pengemasan minuman, pengujian produk untuk menjamin kualitas serta proses pengolahan limbah dalam rangka upaya menjaga dan melestarikan lingkungan di sekitar perusahaan.
1.2.Tujuan Pelaksanaan Kerja Praktek 1.2.1. Tujuan Umum
Tujuan umum dilaksanakannya kerja praktek ini yaitu :
Memperluas pengetahuan serta wawasan dari aplikasi ilmu dalam bidang pangan Memberikan kesempatan dan pengalaman kepada mahasiswa untuk dapat melihat,
memahami dan menerapkan secara langsung pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah ke dalam dunia industri yang sesungguhnya
Melatih kemampuan, profesionalisme, sikap dan pola bertindak di dalam dunia kerja dan industri sebagai bekal awal bagi mahasiswa
1.2.2. Tujuan Khusus
Mahasiswa dapat mengetahui proses penjaminan mutu air sebagai bahan baku minuman berkarbonasi di PT Coca Cola Bottling Indonesia Central Java.
1.3.Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek
Waktu pelaksanaan Kerja Praktek dimulai pada tanggal 5 Januari 2015 - 6 Januari 2014. Kerja praktek dilaksanakan di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Central Java yang berlokasi di Jalan Soekarno-Hatta km 30 Bawen, Kabupaten Semarang 50661 (terlampir). Ruang lingkup pelaksanaan kerja praktek sebagian besar terdapat pada sistem produksi, penjaminan kualitas (Quality Assurance), Water Treatment Plant, Waste Water Treatment Plant, Syrup Making dan Filling process.
1.4.Metode Pelaksanaan
Dalam upaya untuk memperoleh data yang valid selama pelaksanaan kerja praktek maka digunaka beberapa metode dalam pengumpulan data antara lain :
1. Observasi
Observasi dilakukan dengan melaksanakan pengamatan secara langsung terhadap uji penjaminan mutu incoming material di PT Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java. Selain itu juga dilakukan pencatatan data yang diperoleh selama proses pengamatan sehingga penulis memiliki gambaran yang lebih jelas mengenai uji tersebut.
2. Wawancara
Metode ini dilakukan dengan mengumpulkan data secara langsung dengan mengajukan pertanyaan kepada pihak-pihak yang berkaitan dengan tujuan untuk mengetahui langkah kerja uji penjaminan mutu incoming material serta metode pengambilan sample.
3. Studi Literatur
Pengumpulan data diperoleh dengan mempelajari buku-buku penunjang, instruksi kerja, dan dokumen lain yang menunjang penyusunan laporan kerja praktek lapangan ini.
4. Pengumpulan Data Sekunder
Data sekunder diambil dengan myalin data maupun dokumen perusahaan untuk menghindari kesalahan serta menjamin keakuratan data-data yang dikumpulkan.
Sebab data sekunder adalah data dasar atau mentah yang digunakan dalam suatu menganalisis.
5
PROFIL PERUSAHAAN
2.1. Sejarah Coca – Cola
2.1.1. Sejarah Coca – Cola di Dunia
Sejarah Coca – Cola berawal dari penemuan formula minuman yang menyegarkan oleh seorang ahli farmasi bernama Dr. John Styth Pemberton pada tanggal 8 Mei 1886 di Atlanta, Georgia, Ameria Serikat. Ahli farmasi tersebut membuat formula sirup karamel yang dicampurkan dengan air berkarbonasi dalam sebuat ketel kuning di kebun belakang rumahnya. Setelah itu pada tanggal 8 Mei 1886, beliau mendistribusikan produk tersebut kepada Jacobs Pharmacy (Rumah Obat Jacobs). Awalnya, Coca – Cola dibuat sebagai minuman yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit seperti sakit kepala, dyspensia, impotensi, morphine addiction, dan neurasthenia yang di jual dengan harga 5 sen per gelas.
Nama Coca – Cola itu sendiri disarankan oleh rekan kerja Dr. Pemberton yaitu Frank M. Robinson. Nama tersebut berasal dari stimulant cocaine yang merupakan formula dari minuman tersebut yang dicampur dengan cola nuts (bahan caffeine). Penulisan Coca – Cola dengan huruf miring mengalir dan dua huru C tampak menonjol untuk periklanan inilah yang kemudian menjadi logo paling terkenal di dunia.
Pada tahun pertama, Dr. Pemberton mampu menjual 25 galon sirup setiap harinya, distribusi sirup diangkut dengan menggunakan tong kayu berwarna merah menyala agar lebih mudah dikenali. Warna merah ini menjadi warna khusus yang dihubungkan dengan merk minuman Coca – Cola ini. Hingga pada tahun 1888 dilakukan pendaftaran merk dagang Coca – Cola dengan ciri khas tulisan Coca – Cola dengan huruf miring mengalir berwarna putih dengan dasar yang menyala. Pada tahun 1891, Asa G. Chandler yang merupakan pengusaha Atlanta mengambil alih kepemilikan penuh atas bisnis Coca – Cola. Dengan menggunakan kemampuan bisnisnya yang sangat baik, Chandler mampu memperluas konsumsi Coca – Cola hingga ke seluruh bagian negara dan wilayah Amerika. Maka pada tahun 1892, Chandler mendirikan perusahaan dengan nama The Coca – Cola Company di Atlanta, Georgia, Amerika serikat. Pada tahun 1893, Chandler
mematenkan merk dagang Coca – Cola pada kantor paten Amerika dengan membayar dividen pertamanya sebesar $20 di tahun 1893. Perusahaan ini menjadi induk dari semua perusahaan pembotolan yang memiliki merk dagang Coca – Cola diseluruh dunia dengan konsisten menyediakan bahan baku konsentrat demi menjaga cita rasa yang sama dari produk coke yang dihasilkan Coca – Cola.
Gambar 1. Logo Pertama The Coca - Cola Company
Coca – Cola pertama kali dikenal sebagai sebuah produk minuman yang dijual ke berbagai tempat dengan sistem fountain (mesin kran). Tetapi sistem tersebut diubah oleh seorang pengusaha permen di Missisipi, Joseph A. Biedenharn menjadi sistem pembotolan pada tahun 1894. Pengemasan Coca – Cola dalam botol tersebut sukses terjual dipasaran sehingga setelah 5 tahun akhirnya pada tahun 1899 pemilik The Coca – Cola Company, Asa G. Chandler memberikan hak pembotolan eksklusif kepada Joseph B. Whitehead dan Benjamin Thomas dari Chattanooga, Tennessee.
Kesuksesan Coca – Cola menjadikan banyak botol soda dari perusahaan lain yang meniru Coca – Cola, sehingga pada tahun 1951 The Root Glass Company membuat desain khusus botol Coca – Cola agar konsumen lebih mudah untuk mengenali produk Coca – Cola. Desain botol tersebut juga menjadikan ciri bagi Coca – Cola yang tidak berubah hingga saat ini.
Gambar 2. Desain Pertama Botol Coca - Cola
Pada tahun 1919, The Coca – Cola Company dijual kepada investor dengan harga $25 juta. Mulai pada tahun 1923, The Coca – Cola Company dipimpin oleh Robert W. Woodruff yang membawa kesuksesan dagang karena produknya terkenal diseluruh dunia. Hal tersebut dapat terjadi karena berkat gagasan beliau yang mencetuskan gagasan agar minuman Coca – Cola tersebut dapat dinikmati tidak hanya oleh orang Amerika saja, namun untuk dikonsumsi oleh seluruh bangsa di dunia, sehingga pada tahun 1929 didirikanlah The Coca – Cola Cooperation yang merupakan perusahaan yang menangani proses penjualan minuman ke seluruh pelosok negri di dunia dengan ciri, mutu, rasa dan kesegaran yang sama. Saat ini, Coca – Cola menjadi minuman ringan yang paling digemari di seluruh dunia, juga merupakan merk dagang yang paling dikenal dan dikagumi di seluruh dunia serta dikenal oleh lebih dari 90% penduduk dunia.
2.1.2. Sejarah Coca – Cola di Indonesia
Coca – Cola Indonesia pertama kali dikenalkan pada tahun 1927 dan mulai diproduksi secara lokal pada tahun 1932 di Jakarta. Coca – Cola pertama kali diperdagangkan di Indonesia pada tahun 1932 oleh The Netherlands Indische Mineral Water Febreicj (Pabrik Air Mineral Hindia Belanda) Jakarta di bawah manajemen Bernie Vonings yang berasal dari Belanda. Setelah proklamasi Kemeredekaan dan masuknya para pemegang saham dari Indonesia, perusahaan ini berganti nama menjadi Indonesia Beverages Limited (IBL). Setelah itu, IBL menjalin kerjasama dengan tiga perusahaan Jepang: Mitsui Totatsu Chemical Inc, Mitsui Co.Ltd dan Mikuni Coca – Cola Bottling Co. membentuk PT Djaya Beverages Bottling Company (DBBC) yang merupakan pabrik pembotolan modern pertama di Indonesia pada tahun 1971.
Pada tanggal 12 Oktober 1993, sebuah perusahaan publik dari Australia bernama Coca – Cola Amatil Limited (CCA) yang merupakan pabrik pembotolan Coca – Cola terbesar di dunia untuk pabrikasi, distribusi dan pemasaran produk The Coca – Cola Company mengambil alih kepemmilikan DBBC, sehingga terjadi perubahan nama dari yang semula DBBC menjadi Coca – Cola Amatil Indonesia, Jakarta. Pada tanggal 12 Juni 2002, PT Coca – Cola Amatil Indonesia berubah nama menjadi PT Coca – Cola Bottling Indonesia
(CCBI) serta PT Coca – Cola Distribution Indonesia sebagai distributor. Sampai saat ini, CCA didukung oleh 10 pabrik pembotolan dan sekitar 9.000 karyawan melayani lebih dari 400.000 pelanggan di seluruh Indonesia. Pabrik pembotolan tersebut tersebar di Indonesia, yaitu di Medan, Padang, Lampung, Cibitung, Cikedokan, Bandung, Semarang, Surabaya, Balikpapan, Makassar, dan Denpasar.
Gambar 3. Logo Perusahaan Coca - Cola Amatil Indonesia
2.1.3. Sejarah Coca – Cola Bottling Central Java
Perusahaan Coca – Cola di Jawa Tengah dirintis oleh dua orang pengusaha yaitu Portoguis Hutabarat (Almarhum) dan Mugijanto. Perusahaan Coca – Cola ini diberi nama PT Pan Java Bottling Company yang resmi didirikan pada tanggal 1 November 1974 diatas lahan dengan luas sebesar 8,5 ha. Namun, PT Pan Java Bottling Company ini baru beroperasi pada tanggal 5 Desember 1976, perkembangan perusahaan yang begitu cepat membuat PT Pan Java Bottling Company dapat bergabung dengan Coca – Cola Bottling Limited Australia pada bulan April 1992 dan berubah nama menjadi PT Coca – Cola Amatil Central Java. Namun pada tanggal 1 Juli 2002 terjadi oerubahan nama menjadi PT Coca – Cola Bottling Indonesia (CCBI) Central Java Operation dan nama untuk distributornya adalah PT Coca – Cola Distribution Indonesia (PT CCDI). Perusahaan ini memproduksi 2 produk utama yaitu carbonated soft drink (CSD) dan noncarbonated soft drink (non CSD).
2.2. Profil Umum Perusahaan
Nama Perusahaan : PT Coca – Cola Bottling Indonesia Central Java Alamat Perusahaan : Jl. Raya Soekarno – Hatta KM 30 Harjosari, Bawen,
Telepon : (0298) 523333 (Hunting)
Fax : (0298) 522303
Tahun Berdiri : 1976
Perintis : Partogius Hutabarat dan Mugijanto
Pemilik : PT Coca – Cola Bottling Limited (CCAL) – Australia Jenis Perusahaan : Joint Venture
Produk Utama : Carbonated Soft Drink (CSD) dan Noncarbonated Soft Drink (Non CSD)
Jumlah Pekerja : ± 1000 orang Luas Pabrik : ± 8,5 ha
2.3. Visi dan Misi Nilai – Nilai Perusahaan
Visi Perusahaan : Menjadi perusahaan produsen minuman terbaik di Asia Tenggara.
Misi Perusahaan : Memberikan kesegaran kepada pelanggan dan konsumen kita dengan rasa bangga dan semangat sepanjang hari, setiap hari.
Nilai – Nilai Perusahaan :
1. People (Sumber Daya Manusia) 2. Customers (Pelanggan)
3. Passion (Semangat) 4. Innovation (Inovasi) 5. Excellence (Keunggulan)
6. Citizenship (Warga Negara yang baik)
2.4. Struktur Organisasi
Struktur organisasi manufacturing yang diterapkan di PT Coca-Cola Bottling Indonesia Central Java merupakan struktur organisasi garis (line organization), dimana ada wewenang dari atasan kepada bawahan dan sebaliknya juga bawahan memiliki tanggung jawab kepada atasan. Tugas dan tanggung jawab dari setiap jabatan antara lain, yaitu: 1. Manufacturing Manager
a. Merencanakan, mengawasi, dan membina segala kegiatan produksi yang dijalankan (operational plant), serta membuat pertanggungjawaban kepada General Manager. b. Mengorganisasikan kegiatan-kegiatan pengadaan barang produksi perusahaan. c. Bertanggungjawab atas alat-alat produksi perusahaan.
d. Memimpin dan mengadakan pengawasan secara teratur terhadap pelaksanaan tugas bawahan sesuai dengan rencana kerja.
Dalam melaksanakan tugasnya, Manufacturing Manager membawahi beberapa departemen, yaitu :
Quality Assurance (QA) Manager
Bertugas untuk mengawasi sekaligus meneliti proses dan hasil produksi agar sesuai dengan standar mutu dan prosedur yang telah ditentukan The Coca-Cola Company sehingga tidak ada keluhan produk oleh konsumen.
QA Manager membawahi beberapa departemen, yaitu: - QA Supervisor Line
- QA Supervisor External - QA Supervisor Improve
Quality Management System (QMS) Manager
Membuat manual book yang diberikan kepada setiap departemen sebagai pedoman pelaksanaan kerja, serta memastikan bahwa seluruh kegiatan di plant terdokumentasi dengan baik dan benar sehingga semua proses yang ada di plant sesuai standar The Coca-Cola Company. QMS manager membawahi dua departemen, yaitu:
- QMS Supervisor - EMS Supervisor
Production Manager
Melaksanakan, mengawasi dan bertanggung jawab atas kelancaran dalam proses produksi serta memastikan seluruh komponen-komponen produksi (air, limbah, bahan baku, hasil produksi) sesuai dengan standar kualitas dari The Coca-Cola Company. Production Manager membawahi departemen:
- Supervisor Syrup, Water Treatment Plant, Waste Water Treatment
Maintenance & Engineering Manager
Memiliki tanggung jawab untuk menjaga, merawat dan memastikan mesin-mesin produksi dapat berfungsi dengan baik, serta memastikan bahwa seluruh mesin dan peralatan pendukung produksi bisa tersedia dengan baik. Dalam melaksanakan tugasnya, Manufacturing Manager membawahi beberapa departemen, yaitu:
- MMS Supervisor
- Maintenance & Engineering Supervisor Line - Supervisor PM Elektrik/Utility
G am ba r 4. S trukt ur O rg ani sa si P T . Coc a - Col a B ot tl ing Indone si a Ce nt ral J av a
2.5. Produk yang dihasilkan
PT CCBI Central Java memiliki 4 line produksi untuk proses pembotolan produk minuman. Setiap lini produksi digunakan untuk pembotolan produk yang sesuai dengan jenis dan spesifikasi ukuran botol atau kaleng yang sudah ditentukan. Line produksi, kecepatan maksimum pengisian dan produk yang hasilkannya ditunjukkan pada Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1 . Line Produksi PT Coca - Cola Bottling Indonesia Central Java
Line Kecepatan Produk
Line 6 600 bpm CSD, PET (425, 1000, 1500) ml
Line 4 500 bpm CSD, Can 250 ml
Line 5 300 bpm Non CSD, PET
Line 8 800 bpm CSD dan Non CSD, RGB (193, 200, 295) ml
2.6. Spesifikasi Produk
PT. Coca – Cola Bottling Indonesia memiliki dua jenis minuman ringan, yaitu minuman berkarbonasi (carbonated soft drink) dan minuman non – karbonasi (non – carbonated soft drink).
2.6.1. Minuman Berkarbonasi
Minuman berkarbonasi adalah minuman yang terbuat dari bahan sirup, konsentrat yang dicampur dengan treated water, dan ditambah gas CO2 yang berfungsi sebagai bahan penyegar sekaligus berfungsi sebagai pengawet. Berikut adalah contoh minuman ringan berkarbonasi :
a. Coca – Cola
250 ml 330 ml 1500 ml Gambar 5. Produk Coca - Cola
b. Sprite
250 ml 295 ml 200 ml 1000 ml Gambar 6. Produk Sprite
c. Fanta
250 ml 295 ml 200 ml 1000 ml
Gambar 7. Produk Fanta Strawberry
2.5.2. Minuman Non Karbonasi
Minuman Non – Karbonasi merupakan minuman ringan yang terbuat dari bahan sirup, air dan konsentrat. Minuman non – karbonasi yang diproduksi oleh PT Coca – Cola Bottling Indonesia Central Java antara lain adalah Frestea Jasmine, Frestea Green, Frestea Klasik, Frestea Markisa, Frestea Green Honey, Frestea Apel, Minute Maid Pulpy Orange dan Minute Maid White Grape. Berikut adalah contoh minuman ringan non – karbonasi :
Gambar 8. Minute Maid Pulpy 350 ml
Gambar 9. Frestea 600 ml
Gambar 10. Frestea Kemasan RGB 220 ml
2.7. Pemasaran Produk
Pada sistem distribusi ini digunakan alat transportasi berupa truk yang memilki kapasitas muatan hingga ribuan, truk ini akan mendistribusikan produk dari distribution center ke gudang-gudang yang sudah ditetapkan. Dari gudang tersebut, produk akan didistribusikan lagi ke sales center, swalayan maupun toko-toko kecil hingga akhirnya sampai ke tangan konsumen. PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Central Java memiliki dua jenis distribusi yang dilakukan untuk menawarkan produknya. Jenis pendistribusian yang dilakukan adalah sistem direct dan sistem indirect. Sistem direct adalah sistem penjualan secara
langsung yang dilakukan oleh PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Central Java ke outlet-outlet yang melalui sales office yang terdapat di masing-masing regional. Sedangkan untuk sistem indirect, PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Central Java bekerja sama dengan distributor pihak pertama untuk mendistribusikan produknya.
Pusat pemasaran PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Central Java tersebar di wilayah Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Madiun. Didukung oleh 11 area distribusi yang disebut distribution yang memiliki 75.000 pengecer. PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Central Java mempunyai area distribusi yang terbagi dalam tiga regional, yaitu :
1. Regional Selatan 2. Regional Timur 3. Regional Utara
Pada setiap regional tersebut memilki sales center dimana sales center ini berfungsi sebagai pendistribusian pada setiap wilayah yang ditempatkan pada sales center tersebut. Jadi, PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Central Java mendistribusikan produknya kepada sales center disetiap regional yang kemudian oleh sales center tersebut didistribusikan kepada konsumen di wilayahnya. Berikut merupakan pembagian sales center berdasarkan regionalnya:
1. Sales center yang terdapat di regional selatan yaitu: a. Yogyakarta
b. Purwokerto, membawahi stock point di daerah Kebumen c. Bawen, membawahi stock point di daerah Magelang 2. Sales center yang terdapat di regional timur yaitu:
a. Surakarta
b. Kudus, membawahi stock point di daerah Rembang c. Madiun, membawahi stock point di daerah Ponorogo 3. Sales center yang terdapat di regional utara yaitu:
a. Semarang Barat b. Semarang Timur c. Tegal
18
3.1. Bahan Baku 3.1.1. Air
Air adalah bahan yang digunakan pada proses produksi di PT CCBI Central Java. Air merupakan bahan baku yang diambil dari beberapa sumber air seperti PDAM STU (Sarana Tirta Ungaran) serta bersumber sumur tanah yang memiliki kedalaman 90 – 120 meter. PT CCBI Central Java Indonesia mempunyai 11 sumur dengan jumlah 4 sumur berkualitas baik yaitu sumur dengan nomor 3, 4, 8, serta 9. Bahan baku lain yang seperti air hujan jumlahnya tidak stabil karena sesuai dengan intensitas hujan.
3.1.2. Gula
Gula merupakan bahan yang diperlukan pada pembuatan minuman sehingga kualitas dari gula yang akan digunakan harus murni serta kristal gula memiliki warna putih yang bersih. PT CCBI Central Java menggunakan gula R1 atau gula yang telah dirafinasi dan sudah disaring sebanyak 3 kali sehingga warna gula menjadi putih bersih dan memiliki bentuk kristal serta tidak menggumpal. Gula rafinasi tersebut disuplai dari PT Labinta, Lampung. Pada incoming material gula diperiksa agar sesuai standar dari kualitas gula. Standar kualitas gula yang digunakan PT CCBI Central Java dilihat dari kemasan, warna gula, turbidity, serta tidak berbau.
3.1.3. Konsentrat
Konsentrat adalah bahan tambahan yang ditambahkan dan akan menentukan flavor serta warna produk itu sendiri. Konsentrat dibagi menjadi 2 yaitu bubuk serta cair. Konsentrat bubuk memiliki kandungan asam sitrat serta mengandung natrium benzoat yang berperan untuk bahan pengawet. Konsentrat cair dapat mempengaruhui warna produk dan memberikan aroma dan flavor pada minuman. Konsentrat tersebut diproduksi sendiri oleh PT Coca – Cola Indonesia (CCI) Jakarta menggunakan bahan baku langsung diperoleh dari Atlanta. Konsentrat memiliki kandungan natrium benzoat, bahan kimia aromatik, minyak essensial, asam sitrat dan vegetable plant. Konsentrat cair diletakkan dalam cool room pada suhu 4 – 10ºC untuk menjaga kualitas konsentrat.
3.1.4. CO2
CO2 ditambahkan pada pembuatan minuman jenis karbonasi seperti Coca – Cola, Sprite, serta Fanta. CO2 diterima oleh PT CCBI Central Java berbentuk liquid dan disimpan pada wadah penyimpanan CO2. CO2 memiliki fungsi pemberi rasa, penyegar, serta bahan pengawet. CO2 dipastikan memiliki kualitas sesuai dengan standar. Standar dari CO2 yang digunakan merupakan kondisi pengemas, penampakan bahan pada air, kemurnian bahan, serta tidak berbau.
3.2. Bahan Penunjang
Selain bahan utama, digunakan pula bahan tambahan. Bahan tambahan yang digunakan seperti bahan kemasan (botol gelas RGB (Returnable Glass Bottle), tutup kemasan RGB, kaleng dan tutup kaleng, botol PET), dan bahan tambahan antara lain karbon yang aktif, filter aid, garam, resin, silica sand, calcium hydroxide, ferisol, chlorin, soda kaustik seperti (NaOH), glikol, dan amonia (NH3).
3.3. Proses Pengolahan 3.3.1. Pengolahan Air 3.3.1.1. Raw Water
Air mentah yang dipakai pada produksi didapatkan dari sumur dan STU (Saran Tirta Ungaran) yang diproses menjadi air olahan maupun air olahan yang dilunakkan, yang dimanfaatkan pada fasilitas cleaning, pengairan pada toilet, serta pembersihan mesin yang tidak bersentuhan secara langsung dengan minuman. Air akan dialirkan serta ditampung dalam reservoir tank yang dapat mengendapkan bahan pengotor yang terdapat terkandung di air. Dalam tangki tersebut terjadi tahap pengolahan awal yang ditambahkan Ca(OCl)2 dengan kadar 1 – 3 ppm sebagai bahan desinfektan.
3.3.1.2. Treated Water
Air olahan merupakan air yang sudah diproses dan dimanfaatkan pada proses produksi minuman karbonasi, pembuatan sirup produk, tahap sanitasi serta proses pemurnian CO2. Tahap – tahap pengolahan treated water antara lain :
Air dari sumur, air STU dan reject RO digabungkan pada tangki reservoir. Pada tahap ini ditambahkan dengan klorin kadar 1 – 3 ppm sebagai bahan desinfektan yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba yang merugikan.
2. Filtrasi menggunakan Sand Filter
Air pada tangki reservoir lalu dipompa sehingga masuk dalam tangki sand filter yang akan disaring dengan pasir silika berdiameter 0,45 – 0,55 mm. Jika debit masuk dan keluar air tidak sama dengan standard yang ditetapkan (>0.5 ∆p) maka akan dilakukan backwash untuk mengaktifkan pasir silika.
3. Purifikasi dalam Carbon Purifier
Air dari tahapan sand filter dialirkan pada carbon purifier tank yang berisi bahan saringan yaitu karbon aktif dan berfungsi sebagai penyerap klorin, warna, serta bau dan rasa yang tidak diinginkan dalam air. Air yang dihasilkan oleh filter karbon harus bebas kandungan total klorin. Jika kadar klorin air yang dihasilkan oleh carbon purifier tank melebihi batasan (0 ppm) maka fungsi karbon aktif akan mengalami penurunan kemudian akan dilakukan proses pemanasan menggunakan suhu 80 - 90ºC selama 2 jam, serta proses backwash yang memiliki tujuan proses sterilisasi serta kinerja dari karbon aktif akan efektif kembali.
4. Penampungan dalam Buffer Tank
Buffer tank adalah tempat yang digunakan untuk menampung air dari proses carbon purifier serta mampu menstabilkan air yang akan masuk kedalam reserve osmosis (RO) system.
5. Penjernihan Air menggunakan Reverse Osmosis (RO)
Revers osmosis system adalah tahap penyaringan air dengan melewati membran yang bersifat semipermeabel yang memiliki ukuran 0.0001 mikron untuk memusnahkan mikroba serta mineral pada air (Taylor & Weisner, 1999). Air yang mampu melalui membran dinamakan treated water yang dimanfaatkan untuk bahan utama pembuatan produk tersebut. Air yang tidak bisa melalui membran dinamakan air reject RO. Air akan alirkan pada tangki aerasi dan diolah menjadi produk air lunak. Membran reverse osmosis
yang sudah tidak berfungsi dengan baik akan disirkulasi menggunakan larutan asam sitrat konsentrasi 1% dan dicuci dengan NaOH 0.2%. Selain itu digunakan pula larutan anti scalling yang berfungsi sebagai larutan yang mampu mencegah tumbuhnya lumut.
6. Penyimpanan dalam Tangki Penyimpanan
Air pada storage tank dialirkan untuk bahan pembuatan minuman maupun pembuatan sirup. Air harus dialirkan pada tabung yang berisi lampu UV untuk membebaskan dari mikroorganisme yang merugikan sebelum digunakan lebih lanjut.
7. Sirkulasi dengan UV Lamp
Sirkulasi UV Lamp memiliki tujuan memusnahkan mikroorganisme dalam air. Gelombang elektromagnetik yang digunakan yaitu 200 – 300 nm. Panjang gelombang yang efektif untuk memusnahkan bakteri adalah 265 nm selama ± 2 menit (Sembiring, 2008). Apabila air tidak memenuhi standar, air akan ditransfer kembali untuk di olah lagi.
3.3.1.3. Soft Treated Water
Soft Treated Water merupakan air olahan yang sudah dilakukan proses pelunakan dan dikurangi tingkat kesadahannya dan dimanfaatkan sebagai bahan utama pembuatan produk non karbonasi yang memerlukan pengekstrakan daun teh. Pengolahan air lunak olahan, air olahan ditransfer kedalam cation exchanger tank sehingga air tersebut memiliki Total Hardness <2 mg/L. Air lunak dimanfaatkan dalam produksi minuman non karbonasi dengan suhu yang relatif tinggi. Nilai Total Hardness tersebut mampu mengurangi pengendapan serta tumbuhnya kerak pada mesin yang digunakan saat produksi.
3.3.1.4. Soft Water
Air lunak adalah air yang diproses serta masuk dalam tahapan pelunakkan untuk memusnahkan ion – ion bikarbonat yang akan mengurangi kesadahan pada air. Level kesadahan dari air dapat dikarenakan oleh kandungan ion Ca2+, Mg2+, Mn2+, dan Fe2+ dan kation yang memiliki muatan 2+. Ion akan mengakibatkan timbulnya kerak yang diakibatkan endapan dari senyawa kalsium karbonat (CaCO3).
3.3.2. Proses Pembuatan Sirup
Sirup dibuat dengan beberapa bahan seperti gula, air serta konsentrat. Pembuatan sirup disesuaikan dengan jumlah produk minuman yang akan dihasilkan. Hal tersebut dapat mempengaruhi penggunaan konsentrasi dari air, gula serta konsentrat yang diperlukan. Tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Pembuatan Simple Syrup
Simple syrup adalah larutan hasil campuran air serta gula. Tahapan dalam proses pembuatan sirup seperti :
Pelarutan Gula
Gula serta treated water dituangkan pada tangki setelah dihitung kebutuhan produksinya. Dalam pembuatan sirup ini terdapat 3 tangki yang memiliki volume 10.000 liter. Setelah itu campuran gula serta treated water tersebut dihomogenisasikan selama kurang lebih 30 menit. Kemudian sirup diuji kelarutan gula dengan pengambilan sampel larutan serta dilakukan pengecekan kadar brix gula yang harus sama dengan standar perusahaan yang telah ditetapkan (59,5ºbrix), warna, pH, bau serta rasa yang sesuai.
Filtrasi
Filtrasi dilakukan dengan tujuan untuk memisahkan kotoran yang memiliki ukuran kecil dalam larutan gula. Larutan gula akan disaring melalui bag filter agar dapat menghasilkan warna larutan dengan standar dan dapat memusnahkan material yang tidak diinginkan.
Sterilisasi
Simple syrup yang sudah dilakukan proses penyaringan kemudian di sterilisasi dengan mengalirkan sirup ke tangki sterilisasi UV. Hal tersebut memiliki tujuan untuk memusnahkan mikroorganisme yang terkandung dalam larutan sirup. Proses sterilisasi dengan menggunakan lampu UV dengan jumlah 48 buah dan memiliki panjang gelombang (λ) 36.000 µm.
Finish syrup merupakan simple syrup yang sudah dihomogenisasikan dengan air olahan dan konsentrat. Tangki finsih syrup memiliki kapasitas 8000 – 10.000 liter per tangki. Jumlah tangki yang ada alah sebanyak 8 tangki. Finish syrup dibuat dengan proses pencampuran simple syrup beserta konsentrat pada mixer concentrate tank dengan durasi 1 jam. Kemudian finish syrup dipindahkan pada mixing tube untuk dicampurkan dengan air olahan. Finish syrup yang sudah ditambahkan dengan treated water dinamakan beverage. Penambahan treated water memiliki tujuan memperoleh kadar brix yang sesuai dengan standar serta jenis produk yang akan di produksi. Tahapan pembuatan finish syrup adalah sebagai berikut :
Persiapan pembuatan simple syrup
Simple syrup yang sudah dilakukan suatu proses akan dimasukkan dalam tangki untuk diuji kadar brix. Penggunaan simple syrup dikalkulasi dengan menyesuaikan flavor serta jumlah finish syrup dengan rumus perhitungan :
Volume penampungan = density brix / unit jumlah unit per gula kg Pemeriksaan kembali
Pengecekan kembali pada jumlah unit serta flavor concentrate dilakukan sesaat setelah tahapan menghitung volume simple syrup yang ditampung serta diperlukan dalam pembuatan finish syrup. Konsentrat padatan dilaurtkan dalam tangki. Setelah itu dihomogenisasikan selama kurang lebih 15 menit. Tangki finish syrup dijalankan serta larutan tersebut kemudian ditambahkan dalam tangki dengan proses penyaringan 100 mesh. Konsentrat yang sudah homogen akan dilakukan uji brix serta pengujian volume finish syrup. Setelah itu ditambahkan dengan air olahan dari hasil perhitungan.
Volume finish syrup akhir =
sasaran density sasaran / brix density awal brix awal sirup vol
Air yang ditambahkan = vol. finish syrup akhir – vol. finish syrup awal
3.3.3. Proses Pemurnian CO2
CO2 ditampung pada tangki sebelum dimurnikan untuk menghindari kontaminasi dan bau serta rasa asing yang merugikan. Pemurnian dilakukan dengan proses awal yaitu evaporasi senyawa CO2 berbentuk cair menjadi gas dengan kipas. Penyaringan dilakukan dengan 5 tahap seperti berikut :
1. Penyaringan Non Volatile Organic Residue (NVOR) dengan senyawa PCO2 Domnick Hunter menggunaakan catridge penaring yang memiliki ukuran 0.01 mikron.
2. Gas CO2 melalui tahap pengeringan menggunakan proses penyaringan oleh uap air.
3. CO2 disaring memiliki tujuan memusnahkan senyawa hidrokarbon antara lain toluena dan benzene.
4. Penyaringan CO2 agar kandungan sulfur (COS, H2S dan DMS) dapat hilang. 5. Gas CO2 disaring dengan membran yang memiliki ukuran 0.01 mikron dengan
tujuan agar udara yang tersisa terpisah dari CO2.
3.3.4. Proses Pencampuran dengan Pengisian (Mixing and Filling)
Unit pencampuran memiliki fungsi untuk mencampurkan syrup, air olahan serta CO2 dalam mixer. Pencampuran dilakukan dengan mentransferkan air olahan ke dalam tangki deareator yang sudah dilakukan penambahan CO2 pada tekanan sebesar 1,5 bar. Deareator dapat mempompa untuk membebaskan ikatan oksigen dengan air. Kemudian, treated water dilewatkan pada flow mix untuk dicampurkan dengan syrup. Ketika campuran telah tercampur rata, maka air dan syrup dialirkan ke carbo cooler dengan bantuan mixing pulp. Carbo cooler merupakan mesin yang memiliki fungsi sebagai alat pendingin karena sudah dihubungkan pada cooling system.
Pada carbo cooler, capuran air dan syrup akan berikatan dengan CO2. Proses tersebut dinamakan dengan proses karbonasi untuk memproduksi produk CSD (carbonated soft drink). Bahan tersebut akan dicampurkan pada suhu yang relatif rendah yaitu 4ºC sehingga CO2 mampu berikatan dengan air dengan sempurna. Berkaitan terhadap sifat CO2 berbentuk cair yang telah stabil dengan suhu relatif rendah, apabila CO2 dalam keadaan suhu relatif tinggi maka CO2 mengalami penguapan. Larutan yang didapatkan dari carbo cooler merupakan minuma yang sudah siap di transfer ke mesin pengisian.
3.3.5. Proses Pengisian Produk
Tahapan pentransferan produk minuman PT CCBI Central Java pada botol RGB (di Line 8) sebagai berikut :
1. Depalletizing Empty Bottles
Merupakan tahapan yang digunakan untuk menurunkan botol kosong dalam krat secara terus menerus.
2. Uncasing
Merupakan tahap yang digunakan untuk memindahkan botol kosong dari krat ke conveyor.
3. Pre – Inspection
Botol diperiksa dengan proses manual oleh petugas kemudian krat yang kosong akan berpindah ke alat pencuci. Pemeriksaan digunakan untuk mengetahui kualitas botol yang baik.
4. Bottle Washer
Pencucian botol dilakukan dengan pre rinse menggunakan soft water dengan suhu 40 - 50ºC. Setelah itu dilanjutkan tahapan kompartemen I menggunakan larutan NaOH 1,5 – 2% dengan suhu 60 - 70ºC, dan 2 – 3% dengan suhu 70 – 80ºC untuk kompartemen yang kedua. Kemudian dibilas dengan menggunakan air hangat agar residu yang bersifat kaustik dapat hilang.
5. Post Inspection
Setelah botol dicuci, botol akan masuk dalam filling rom dan diperiksa dengan EBI (Electronic Bottle Inspection) agar mengetahui bahwa botol tidak memenuhi standar. 6. Filling
Setelah melewati tahap post inspection, botol diisi beverage. 7. Crowning
Proses penutupan botol yang telah diisi dengan menggunakan crown secara otomatis. 8. Date Coding
Botol ditambahkan dengan tanggal serta kode produksi pada botol dengan mesin. 9. Full Inspection
Pemeriksaan seluruhnya secara visual untuk memastikan kembali agar kondisi produk memenuhi standar atau tidak. Pemeriksaan ini terdiri dari konsistensi proses pengisian, crowning, penampakan produk akhir, serta ketepatan kode produksi. 10. Checkmat
Merupakan alat yang berfungsi sebagai alat pemeriksa botol agar ketepatan filling head sudah pasti.
11. Casing
Merupakan tahapan mengemas botol ke dalam krat. 12. Palletizing
Merupakan tahap penumpukan krat di atas pallet. 13. Tagging
Merupakan tahap penempelan tag pada.. 14. Warehousing
Produk yang telah jadi akan diletakkan di gudang penyimpanan dan digunakan tahapan/ First Expired First Out.
3.4. Pengolahan Limbah 3.4.1. Sumber Limbah
PT CCBI Central Java menghasilkan limbah cair dan limbah padat dari proses produksi dan sebagainya.
a. Limbah berdasarkan asal : - Bahan baku
- Sisa produk minuman - Produk yang gagal - Sisa oli & grease
- Air hasil pencucian mesin b. Limbah berdasarkan proses :
- Tahap pencucian pada botol
- Tahap pembuatan sirup untuk produk minuman - Tahap pengisian produk pada botol
- Tahap pengolahan air yang berfungsi untuk bahan baku - Tahap pembersihan
- Sisa penggunaan fasilitas perusahaan (kantin, toilet, dll)
3.4.2. Limbah Padat
Limbah padat pada PT CCBI Central Java seperti kaleng, penutup botol, kertas karton, pecahan dari RGB, botol PET yang tidak digunakan/rusak, plastik pengemas serta karung gula. Limbah padat dikumpulkan dan dijual.
3.4.3. Limbah Cair
Limbah cair didapatkan dari tahap produksi, tahap pencucian botol, produk yang tidak sesuai, serta pembersihan. Limbah cair memiliki kandungan zat organik maupun anorganik. Pengolahan limbah cair dilakukan sebelum limbah tersebut dibuang ke lingkungan. Limbah yang berbentuk cair pada PT CCBI Central Java diolah oleh Waste Water Treatment Plant (WWTP). Pengolahan limbah cair dilakukan dengan 2 tahapan, yaitu :
1. Pengolahan Limbah dengan metode Kimia serta Fisika Screening
Limbah melalui screen dan ditrasnfer ke dalam collector tank. Screen akan memisahkan bagian padatan yang memiliki ukuran >3 mm antara lain plastik, tutup botol, kayu, lumpur.
Collector Tank
Air limbah akan masuk kedalam collector tank yang memilki jumlah 3 buah. Limbah produksi akan ditransfer dalam tangki pengumpul 1 dan melalui tahap penyaringan sehingga akan menuju ke tangki pengumpul 2 serta melalui tahap penyaringan kembali yang akan masuk ke tangki pengumpul 3. Collector tank memiliki fungsi untuk menampung influent yang tekal dilalui terlebih dahulu pada screen dan akan dipisahkan dari padatan.
Oil Separator
Limbah dalam tangki pengumpul 3 akan ditrasnfer ke oil separator. Influent akan terpisah dari kandunganminyak, lemak serta pelumas dari mesin. Pemisahan bertujuan agar minyak tidak akan mengganggu tahap aerasi. Influent dialirkan pada media penyaring lamella.
Equalization Tank
Tangki ini memiliki tujuan untuk tempat menyamakan sifat kimia pada influent yang akan diproses lagi sehingga tidak memiliki fluktuasi yang sangat kompleks sehingga tidak akan menghambat sistem dari ICEAS. Air limbah dalam tangki ekualisasi memiliki sifat basa karena kandungan
caustic soda dari sisa pencucian botol. Sehingga ditambahkan bahan asam sampai pH hampir netral serta akan mendukung aktivitas mikroorganisme.
2. Penanganan Biologi serta Fisika
ICEAS A & B (Intermittent Cycle Extended Aeration System)
Tahapan pengurangan polutan melalui cara biologi memiliki tujuan untuk memusnahkan zat padat yang tidak bisa mengendap, dan akan menstabilkan kandungan organik dengan memanfaatkan aktivitas mikroorganisme yang terkandung pada air.
Limbah dioleh dalam tangki ICEAS dengan beberapa tahap, seperti :
1. Aerasi
Tahap aerasi memiliki tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari O2 untuk aktivitas dari mikroba. Tahap ini memanfaatkan kerja blower dengan durasi ± 2,5 jam. Selama tahap pencampuran akan mengalami penyerapan partikel yang telah tersuspensi serta senyawa yang bersifat koloid pada permukaan dari massa lumpur yang aktif. Aktivitas mikroba dalam limbah dilihat dari warna dari lumpur yang lebih coklat, tidak berbau, dan tidak terdapat buih.
2. Settling
Settling selama kurang lebih 1-2 jam, dan akan terjadi tahapan pengendapan lumpur yang aktif (sludge) dari penguraian bakteri.
3. Decant phase
Dekantasi adalah tahap pemisahan limbah dengan lumpur dengan decanter. Tahapan ini dilakukan selama 60 menit atau bisa juga disesuaikan kondisi yang diinginkan. Pertumbuhan lumpur yang aktif yaitu sebesar 40-60%, jika telah berlebih akan dikurangi.
Effluent Tank
Air limbah dianggap layak dibuang ke lingkungan setelah tahapan dekantasi. Limbah yang sudah diolah dialirkan ke dalam bak effluent.
Kolam Bio Indicator
Kolam bio indicator digunakan untuk memeriksa keadaan biologis dari effluent. Kolam ini diisi dengan ikan yang dimanfaatkan untuk indikator kualitas dari
limbah yang sudah diolah. Jika ikan mati maka effluent masih terkandung bahan kimia berbahaya.
Sand Gravity
Sand gravity akan menyaring partikel padat yang terlarut dan ada pada tahap dekantasi, maka akan menimbulkan effluent yang jauh lebih jernih dan sudah sesuai baku mutu.
Clarifier Tank
Clarifier tank adalah bak penampung effluent yang digunakan kembali untuk reuse water. Limbah akan ditransfer ke inlet clarifier tank sehingga jumlah mikroorganisme berkurang. Limbah dialirkan melalui filter yang bisa menyaring bahan pengotor serta lumpur aktif yang terbawa dari bak effluent. Tahapan ini juga ditambahkan dengan klorin 5% untuk memusnahkan mikroorganisme.
Buffer & Carbon Purifier Tank
Carbon purifier tank memiliki kegunaan untuk memusnahkan kadar klorin dan padatan yang terlarut serta bau yang tidak diharapkan. Air dilewatakan pada saluran untuk fasilitas pembersihan lantai ruang produksi bagian luar serta dialirkan menuju sand filter yang dimanfaatkan sebagai fasilitas general utility.
30
Air adalah bahan utama yang dibutuhkan saat produksi di PT Coca – Cola Bottling Indonesia. Kebutuhan air dipenuhi oleh 2 sumber, yaitu 11 sumur serta air dari Saran Tirta Ungaran (STU). Sumur yang dimanfaatkan oleh PT CCBI Central Java memiliki kedalaman 90 – 110 meter. Berikut merupakan data sumur yang digunakan oleh PT CCBI Central Java.
Tabel 2. Data Sumur PT. Coca - Cola Bottling Indonesia Central Java Nomor Sumur SIPA (m3/day) Flow rate (L/min)
1 III 200 268 2 IV 200 494 3 VIII 250 316 4 IX 250 402 5 X 200 - 6 XI 200 360 7 XII 200 238 8 XIII 200 590 9 XIV 250 394 10 XV 200 401 11 XVI 200 385
Air yang dijadikan bahan dasar harus terbebas dari kotoran serta mempunyai kadar kesadahan yang relatif rendah, sehingga diperlukan pengolahan untuk mendapatkan kualitas air yang memenuhi standar.
4.1. Jenis Air dan Kegunaan Air
4.1.1. Raw Water
Air mentah yang dipakai pada produksi didapatkan dari sumur dan STU (Saran Tirta Ungaran) yang diproses menjadi air olahan maupun air olahan yang dilunakkan, yang dimanfaatkan pada fasilitas cleaning, pengairan pada toilet, serta pembersihan mesin yang tidak bersentuhan secara langsung dengan minuman.
4.1.2. Treated Water
Air olahan merupakan air yang sudah diproses. Treated Water dimanfaatkan pada proses produksi minuman karbonasi, pembuatan sirup produk, tahap sanitasi serta proses pemurnian CO2.
4.1.3. Soft Treated Water
Soft Treated Water merupakan air olahan yang sudah dilakukan proses pelunakan dan dikurangi tingkat kesadahannya. Soft Treated Water dimanfaatkan sebagai bahan utama pembuatan produk non karbonasi yang memerlukan pengekstrakan daun teh.
4.1.4. Soft Water
Air lunak adalah air yang diproses serta masuk dalam tahapan pelunakkan untuk memusnahkan ion – ion bikarbonat yang akan mengurangi kesadahan pada air. Soft Water dibagi menjadi dua jenis, yaitu Chlorinated dan Non-Chlorinated. Soft Water jenis Chlorinated biasanya digunakan sebagai Bottle Washer. Sedangkan Soft Water Non-Chlorinated biasanya digunakan sebagai boiler dan pendingin.
4.2. Pemeriksaan Standar Mutu
Pemeriksaan mutu adalah prosedur untuk menjamin standar dari produk dengan toleransi selama proses persiapan, proses penanganan, proses pengemasan, serta proses penyimpanan sampai produk dapat dikonsumsi dengan konsumen (Kartika, 1991). Standar mutu yang ditetapkan oleh PT CCBI Central Java ialah standar mutu yang telah dipatenkan oleh The Coca-Cola Company yaitu Coca-Cola Operating Requirements (KORE).
Penjaminan mutu pada air begitu penting karena air ialah bahan utama yang sangat penting dalam proses produksi. Pihak QA harus mampu menjamin kualitas dari air olahan sehingga sesuai standar. Penjaminan mutu terdiri dari pengujian secara fisik, kimia dan biologi.
4.2.1. Pengujian Fisik
Alat dan bahan : Turbidimeter, Cell Tube, tissue. Metode :
1. Air dituangkan pada cell tube sampai batas pada tabung.
2. Dinding cell tube dibersihkan menggunakan tissue untuk menghilangkan debu dan air pada dinding tabung.
3. Cell tube dimasukkan dalam turbidimeter, lalu tekan enter. 4. Hasil turbiditas yang telah tertera kemudian dicatat.
pH
Alat dan bahan :
Beaker glass, pH Meter Thermo Orion, Models 250 Aplus, aquades Metode :
1. Air dituangkan pada beaker glass secukupnya.
2. Elektroda pada pH meter dimasukkan dalam beaker glass kemudian ditunggu sampai menunjukkan nilai pH yang konstan.
4.2.2. Pengujian Kimia
Kadar Alkalinitas Alat dan bahan :
Gelas ukur 50 ml, buret otomatis, Erlenmeyer 250 ml, larutan H2SO4N/50, indikator PP, larutan T solution, dan indikator MR mix.
Metode :
1. Sebanyak 50 ml air dituangkan dalam Erlenmeyer.
2. Ditetesi dengan 3-4 tetes T solution dan kemudian dikocok hingga tercampur. 3. Ditetesi dengan 3-4 tetes indikator PP, apabila warna larutan tetap maka P-Alkalinity
= 0.
4. Larutan dititrasi menggunakan larutan standar H2SO4 N/50 dengan TAT warna larutan merah jambu berubah menjadi bening (titrasi pertama).
5. Kemudian ditetesi dengan 3-4 tetes indikator Mr mix, dititrasi kembali menggunakan larutan standar H2SO4 N/50 hingga TAT berubah dari biru berubah menjadi warna coklat bening (titrasi kedua).
P -Alkalinity = volume titrasi 1 × 20 (satuan ppm) M -Alkalinity = volume titrasi 2 × 20 (satuan ppm) A - Alkalinity = 2P - M (satuan ppm)
Total Hardness Alat dan bahan:
Buret, gelas ukur volume 50 ml, Erlenmeyer volume 250 ml, indikator HBS, indikator Total Hardness serta larutan EDTA 0,01 N.
Metode :
1. Sebanyak 50 ml air dituangkan dalam Erlenmeyer.
2. Ditetesi dengan 3-4 tetes indikator HBS serta dikocok sampai tercampur. 3. Ditetesi dengan 3-4 tetes indikator TH serta dikocok sampai tercampur.
4. Larutan tersebut dititrasi dengan larutan EDTA 0,01 N dengan TAT warna ungu berubah menjadi warna biru.
5. Volume EDTA 0,01 N yang digunakan pada titrasi lalu dicatat dan dihitung total hardness.
Perhitungan :
Total Hardness = volume EDTA × 20 (satuan ppm)
Free Chlorine serta Total Chlorine Alat dan bahan :
Gelas ukur bervolume 50 ml, Erlenmeyer bervolume 250 ml, reagen DPD free chlorine, total chlorine, 2 cuvet comparator, disk comparator, serta tissue.
Metode :
1. Sebanyak 25 ml air dituangkan dalam Erlenmeyer.
2. DPD free chlorine digunakan untuk memeriksa free chlorine, dan DPD total chlorine yang digunakan untuk memeriksa total chlorine ditambahkan dalam Erlenmeyer yang berisi air.
3. Air sebanyak 5 ml kemudian dituangkan dalam cuvet comparator. 4. Comparator diangkat dan diarahkan pada sumber cahaya.
5. Bagian kanan dari disk comparator diputar agar dapat mengetahui warna sampel pada kuvet sampai menunjukkan warna sama antara kuvet kanan dan kiri.
TDS (Total Dissolve Solids) Alat dan bahan :
Beaker glass bervolume 50 ml, TDS meter. Metode :
1. Sebanyak 50 ml air dituangkan dalam beaker glass.
2. Tombol ON-OFF portable TDS dibilas terlebih dahulu dengan menggunakan sampel. 3. Portable TDS meter dicelupkan dalam beaker glass sampai terendam dan ditunggu
sampai menunjukkan angka konstan.
4.2.3. Pengujian Mikrobiologi
Total Plate Count
Pengujian ini bertujuan untuk menghitung jumlah koloni bakteri yang terdapat dalam sampel, yang dilakukan dalam seminggu sekali.
Metode :
1. 2 ml media TGE berbentuk cair dimasukkan ke cawan petri yang sudah dilakukan sterilisasi.
2. Membran filter ditempatkan pada filter holder stainless dengan cara aseptis dalam laminer air flow.
3. Air dimasukkan dalam filter holder stainless yang sudah diisi dengan membran filter sebanyak 10 ml menggunakan scoop lalu ditutup dan dipompa menggunakan vaccum pump.
4. Membran filter dicuci menggunakan aquades steril sebanyak 20 ml lalu dipompa menggunakan vaccum pump.
5. Funnel dibuka lalu membran filter dikeluarkan dan diletakkan dalam cawan petri yang sudah diisi dengan media.
6. Cawan petri dilabeli serta diinkubasi pada inkubator dengan posisi yang terbalik. 7. Pengamatan dilakukan pada jam ke 48 dan 72.
Pengujian ini bertujuan untuk menentukan jumlah bakteri coliform yang terdapat dalam sampel.
Metode :
1. 2 ml media Chromocult berbentuk cair dimasukkan ke cawan petri yang sudah disterilisasi.
2. Membran filter ditempatkan dalam filter holder stainless dengan metode yang aseptis pada laminer air flow.
3. Air dimasukkan dalam filter holder stainless yang telah diisi dengan membran filter bervolume 100 ml menggunakan scoop lalu ditutup serta dipompa menggunakan vaccum pump.
4. Membran filter dicuci menggunakan aquades steril 20 ml dan dipompa kembali menggunakan vaccum pump.
5. Funnel dibuka kemudian membran filter diambil dan dimasukkan pada petridish yang sudah diisi dengan media.
6. Petridish diinkubasi dalam ruang inkubator dengan posisi yang terbalik. 7. Pengamatan dilakukan setiap dua hari dan tiga hari.
4.3. Parameter Kualitas Air
Menurut teori yang dikemukakan Buckle (1987) bahwa air layak minum merupakan air yang murni dari proses kimiawi dan tidak mengandung bakteri patogen. Pengolahan air di PT CCBI Central Java dilakukan oleh pihak PMKG. Pengendalian mutu dalam air yang sudah diproses dilakukan oleh bagian Quality Assurance agar memenuhi standar The Coca Cola Company. PT CCBI Central Java mempunyai monitor kualitas air yang bisa dilihat dalam Tabel 3.
Tabel 3. Monitor Kualitas Air
Sampel air Periode Parameter Standar
Reservoir Raw Water 1 kali/shift Free chlorine 1 - 3 ppm Turbidity - TDS - STU 1 kali/hari Total chlorine - Odor/Appearance Normal pH - TDS - Turbidity -
Effluent Sand 4 hours
pH 6 – 12.5
Turbidity < 1 NTU Free chlorine 1-3 ppm
Effluent Carbon 4 hours Free chlorine 0 ppm
Effluent RO Permeate 4 hours TDS < 500 ppm Total chlorine 0 ppm Odor/Appearance Normal Turbidity < 0.3 NTU pH > 4.9
Kualitas air yang terdapat dalam minuman harus menyesuaikan peraturan dengan tujuan agar memenuhi standar. Tabel perbandingan beberapa standar air minum yang dikeluarkan oleh badan – badan yang berwenang di Indonesia.
Tabel 4. Standarisasi pada Air Baku
Parameter Standar KORE Kepmenkes 2002 SNI AMDK
M-alkalinity < 85 ppm < 500 ppm -
Total Klorin 0 ppm - < 0.1 ppm
Total Hardness < 100 ppm - -
Taste Normal Tidak berasa Tidak berasa
Odor/Appearance Normal Tidak berbau Tidak berbau
Turbidity < 0.3 NTU < 5 NTU < 1.5 NTU
pH > 4.9 6.5-8.5 6.0-8.5 TDS < 500 ppm < 1000 ppm < 500 ppm Chloride < 250 ppm < 250 ppm < 250 ppm Sulphate < 250 ppm <250 ppm < 200 ppm Total Count < 25/1 ml - < 100/1ml Coliform Count 0/100 ml 0/100ml < 2/100ml
Pada tabel standarisasi tersebut dapat disimpulkan bahwa standar yang ditetapkan KORE sangat ketat apabila dibandingkan dengan standar Kepmenkes tahun 2002 dan SNI produk AMDK. Standar KORE yang ditetapkan oleh PT CCBI Central Java dikatakan sudah layak serta aman.
4.4. Faktor – Faktor Penentu Kualitas Air
PT CCBI Central Java melakukan pemeriksaan yang sangat ketat pada kualitas air dalam pengujian menggunakan parameter seperti :
Parameter Fisika
Pengujian fisik ini bertujuan agar air dapat diketahui kandungan zat yang terlarut dalam air dan sifat fisik air antara lain warna air, kekeruhan air, suhu, bau serta rasa asing yang tidak diharapkan. Analisis itu adalah parameter awal yang dapat mengetahui kualitas dari produk akhir yang akan dihasilkan (Meilgaardet al.,1999). Air yang memiliki warna dapat mengindikasikan bahwa air memiliki kandungan partikel yang kecil dan koloid terlarut. Bau serta rasa yang timbul dikarenakan beberapa faktor, seperti :
Kandungan gas yang larut
Komposisi mineral yang relatif tinggi Pencemaran oleh limbah
Organisme yang berhabitat pada air Kandungan dari Fe serta Mn
Pembusukan dari bahan – bahan organik
Berdasarkan teori Sawyer (1994), tingkat kekeruhan dapat mengindikasikan kualitas pada air karena mengidentifikasi suspensi air seperti zat yang bersifat organik, plankton, lumpur serta partikel-partikel telah larut dari kation dan anion seperti Ca2+, Mg2+, Na+, K+, Fe2+, Cl-, HCO3-, CO3-, OH-. PT CCBI Central Java mempunyai standar kekeruhan pada air olahan sebagai acuan yaitu < 0.3 NTU. Kekeruhan treated water disebabkan oleh raw water dan tahapan pengolahan dalam sand filter serta carbon purifier. Apabila kualitas air dari sumur tidak baik maka bisa mengakibatkan kualitas raw water akan menurun dan pasir silika di sand filter menyaring lebih banyak bahan pengotor serta menyebabkan media cepat kotor. Jika sand filter dalam kondisi yang kotor maka penyaringan tidak maksimal sehingga air dari sand filter mempunyai kekeruhan yang relatif tinggi. Maka dari itu kualitas treated water harus diperhatikan dan dilakukan proses backwash dalam sand filter dan memilih sumur yang dapat menghasilkan air mengandung boron yang sangat kecil.
Pengujian Alkalinitas
Kadar alkalinitas adalah tingkat ketahanan dari air dengan asam yang dapat disebabkan senyawa karbonat (CO32-), senyawa bikarbonat (HCO3-) serta senyawa hidroksida (OH-). Pengujian alkalinitas menghasilkan nilai P-Alkalinity, M-Alkalinity serta A-Alkalinity. Nilai P-Alkalinity mengindikasikan ion hidroksida, bikarbonat serta karbonat dengan penambahan indikator PP dalam sampel. Uji M-Alkalinity bertujuan untuk mengetahui kandungan dari hidroksida serta setengah bikarbonat pada air dengan penambahan indikator Metil Red Mix. Uji A-Alkalinity mengindikasikan jumlah ion hidroksida serta karbonat.
Alkalinitas diuji dengan tujuan karena air merupakan bahan yang paling spesifik digunakan untuk air olahan yang diperoleh dari sumur dan mempunyai kadar alkalinitas yang relatif tinggi. Air sumur berasal dari dasar tanah serta melalui struktur batuan, sehingga terkandung ion karbonat serta bikarbonat. Kadar alkalinitas dalam air tidak boleh tinggi dan nilai dari M-Alkalinity tidak lebih dari 85 ppm. Jika tingkat dari alkalinitas air melebihi standar yang ada maka mengakibatkan rasa minuman hambar. Hal tersebut dapat terjadi karena asam dalam air telah dinetralkan alkali.
Kesadahan (Total Hardness)
Sesuai teori Austin (1996), air sadah merupakan air yang memiliki kandungan garam kalsium dan magnesium dengan jumlah yang relatif tinggi. Air dari sumur mempunyai tingkat kesadahan tinggi serta mampu menumbuhkan kerak dalam pipa sehingga perpindahan kalor terganggu saat produksi. Tingkat kesadahan akan mengakibatkan botol berwarna suram serta permukaan kemasan kotor. Total hardness adalah tingkat kesadahan air yang diakibatkan kandungan ion-ion Ca2+ dan Mg2+ dalam air. Kalsium yang tinggi mengakibatkan karat di pipa (Permenkes, 1990). Quality Assurance (QA) di PT CCBI Central Java menguji nilai total hardness dalam treated water, dengan batasan produksi minuman karbonasi yaitu <100 ppm serta air lunak olahan yaitu <30 ppm.
Kesadahan air dapat dikurangi dengan tahap cation exchanger dalam media resin. Pertukaran ion adalah tahap untuk menghilangkan ion dalam air (kalsium dan magnesium) menggunakan media resin (Semmens, 1977). Apabila resin kontaminasi
dengan mikroorganisme maka harus diregenerasi serta backflushing (Flemming, 1987). PT CCBI Central Java akan melakukan regenerasi apabila cation exchanger kerjanya menurun. Regenerasi dilakukan dengan melewatkan larutan NaCl 15% dengan tujuan mengembalikan struktur dari resin (R-Na) dan dilakukan backwash.
pH
pH adalah faktor penting kualitas air minum. pH dapat mengindikasi timbulnya karat dalam pipa, pada pH <6,5 dan >9,5 proses korosi akan cepat berlangsung (Permenkes, 1990). pH larutan disebabkan oleh ion H+ dan OH- pada air. pH air ditentukan menggunakan pH meter. Prinsip kerja pH meter ialah mengukur arus listrik yang dihasilkan dari sensor pH karena suasana ionik dari larutan.
Kandungan Klorin
Klorin adalah bahan desinfektan dalam pengolahan air. Total klorin dapat dianalisa dengan reagen DPD total klorin. Prinsipnya adalah larutan yang memiliki kandungan klorin maka warna akan menjadi merah muda ketika ditambahkan N,N-dietil-p-fenilendiamin (DPD). Kandungan klorin dalam tangki reservoir air mentah, STU serta after sand harus berkisar antara 1-3 ppm. Total klorin treated water serta air lunak olahan harus memiliki kadar 0 ppm. Apabila air memiliki kandungan klorin akan merugikan kesehatan karena sifatnya yang toksik. Klorin dihilangkan dengan pemurnian dalam carbon purifier menggunakan penyaring berupa karbon yang aktif.
Parameter Biologi
Pengawasan mutu mikrobiologi dilakukan karena rasa, penampakan serta komposisi bahan kimia produk minuman dipengaruhi keberadaan mikroba pada produk. Pengawasan mutu biologis pada air bahan baku minuman karbonasi dan non karbonasi dapat menjaga kualitas agar tidak terdapat mikroorganisme merugikan (Fardiaz, 1992).
Proses desinfeksi dalam tahap pengolahan air seperti: 1) Sinar Ultraviolet (UV lamp)
Sinar UV tidak akan merubah warna serta rasa air dan tidak didapatkan efek residual dalam air.
2) Klorin
Desinfeksi dengan klorin mudah, efektif, dan memperkecil biaya operasional. Namun, klorin memiliki sifat toksik yang dapat membahayakan kesehatan. Quality Assurance PT CCBI Central Java menguji kandungan mikroorganisme yang terkandung dalam air dengan cara total plate count (TPC) serta coliform sebagai acuan untuk mengetahui bakteri yang terkandung dalam air. Hal itu didukung oleh teori Gaman & Sherrington (1994) bahwa acuan utama cemaran mikrobiologi produk pangan ialah kandungan coliform untuk mengetahui bakteri dari kotoran manusia serta hewan di air, serta mengindikasikan bahwa air tidak layak konsumsi.
Menurut teori Adam & Moss (2008), coliform adalah jenis mikroba dalam air yang dapat merugikan saluran pencernaan pada manusia. Keberadaan coliform dalam minuman harus dihilangkan. Total count pada standar KORE adalah < 25/1 ml dan coliform count sebesar 0/100 ml. Mikroorganisme dalam produk pangan diuji dengan cara total plate count (Schlegel & Schmidt, 1994).
4.5. Pemeliharaan Unit Pengolahan Air
Pemeliharaan pengolahan air menurut Assauri (2008) ialah: 1. Preventive Maintenance
Pemeliharaan dengan tujuan mencegah kerusakan. 2. Corrective Maintenance
Pemeliharaan untuk memperbaiki serta meningkatkan fasilitas sehingga sesuai standar.
3. Pemeliharaan Berjalan
Pemeliharaan pada mesin dalam kondisi operasi. 4. Predictive Maintenance
Bertujuan untuk mengetahui perubahan kondisi fisik dan fungsi sistem pemeliharaan. 5. Breakdown Maintenance