• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III Hasil dan Analisa Data

PENYAJIAN DAN ANALISA DATA

III.1. Mekanisme Rekrutmen Calon Gubernur PDI Perjuangan.

3.3 Pelaksanaan Rekrutmen Calon Gubernur Sumatera Utara.

3.3.2 Proses Penyaringan dan Penetapan Rekrutmen Calon Gubernur Sumatera Utara

Tahapan penyaringan dan penetapan adalah tahapan yang dilakukan oleh DPP PDI Perjuangan dengan melihat hasil dari proses penjaringan yang dilakukan DPD PDI Perjuangan Sumatera Utara. Pasca DPD PDI Perjuangan Sumatera Utara melakukan penjaringan kemudian DPP melaksanakan proses penyaringan dan penetapan.

Proses ini dilakukan dalam Rapat DPP PDI Perjuangan yang berlangsung pada tanggal 15 November 2012 Penyaringan ini dilakukan dengan mempertimbangkan pada :

1. Kesoliditas Partai dari tingkatan pusat sampai tingkatan kecamatan terhadap calon yang bakal diusung nantinya; DPP menganalisis apakah calon yang diajukan oleh DPD PDI Perjuangan Sumatera Utara berpotensi menyebabkan terjadinya perpecahan, maka peluang bagi calon tersebut untuk dicalonkan menjadi kecil.

2. Komitmen calon terhadap penggunaan mesin politik Partai; DPP menganalisis apakah para calon yang diajukan nantinya akan menjadi mesin parpol sebagai mesin pemenangannya. Partai harus dijadikan sebagai mesin untuk pemenangan dan juga perjuangan untuk kesejahteraan rakyat Sumatera Utara, bukan hanya dijadikan perahu untuk menjadi syarat administrasi pendaftaran sebagai calon Gubernur Sumatera Utara.

3. Hasil survey terkait dengan elektabilitas bakal calon; Pada Rapat DPP tentang penyaringan dan penetapan ini; DPP juga mendengarkan hasil Survey yang dilakukan, lembaga survey yang digunakan PDIP Perjuangan Adalah Polmarkindo untuk survey awal yang berlangsung pada bulan Mei-Juli 2012 dan Lembaga

Survey Indonesia yang berlangsung pada Agustus-Oktober 2012. Partai tidak mempertimbangkan calon dari popularitas melainkan dari elektabilitas (potensi masyarakat untuk memilih calon).

4. Kekuatan dukungan ril bakal calon untuk memenangkan pemilukada; DPP menganalisis perkembangan calon dan potensi pendukung calon dari kekuatan-kekuatan lain yang akan mendukung calon, seperti misalnya perkumpulan-perkumpulan maupun organisasi.

Pada proses penyaringan ini DPP melihat dari 6 calon yang diajukan DPD PDI Perjuangan Sumatera Utara yaitu ; Bintatar Hutabarat, RE Nainggolan, Benny Pasaribu, Gus Irawan, Tengku Erry Nuradi Syahrul Effendi ternyata tidak ada yang miliki kriteria yang diharapkan partai. DPP melihat dari nama nama tersebut dapat mengancam soliditas partai dan juga tingkat komitmen calon terhadap mesin partai sangat rendah dikarenakan para calon yang diajukan DPD PDI Perjuangan Sumatera Utara tidak ada yang berasal dari kader partai. DPP Partai juga melihat bahwa tingkat popularitas beberapa calon memang tinggi seperti Gus Irawan, R E Nainggilon namun tingkat elektabilitas para calon sangat rendah dari hasil survey yang dilakukan. DPP juga melihat bahwa tidak ada calon yang memiliki

dukungan ril dari organisasi-organisasi lainnya yang dapat menjadi bagian dari basis massa calon nantinya.

Rapat DPP tersebut akhirnya menganulir nama-nama calon yang diajukan DDP PDIP Perjuangan Sumatera Utara. Berdasarkan pada Juklak Pilkada PDIP pasal 21 ayat 2 dalam keadaan luar biasa DPP Partai dapat menetapkan calon di luar yang diusulkan melalui tahapan sebelumya. Rapat DPP tersebut pada akhirnya menetapkan Effendi simbolon yang merupakan kader partai yang menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi VII DPR RI yang berasal dari Fraksi PDI Perjuangan serta menduduki posisi Ketua Bidang Sumber daya pada DPP PDI Perjuangan. Pemilihan Effendi Simbolon cebagai calon Gubernur Sumatera Utara mempertimbangkan bahwa Effendi Simbolon mampu menjaga Soliditas Partai dan memiliki komitmen terhadap mesin partai hal ini dapat dibuktikan karena Effendi Simbolon adalah kader partai, selain itu Effendi adalah Ketua Umum PSBI salah satu organisasi kesatuan budaya dalam marga batak yang dalam hal ini memenuhi kreteria.

Selain itu dalam hal keadaan dimana tidak ada calon yang diusulkan DPD disetujui oleh DPP diatur dalam Surat Ketetapan nomor : 031-A/TAP/DPP/V/2011 tentang pedoman pelaksanaan

penjaringan dan penyaringan calon kepala daerah dan /atau wakil kepala daerah tingkat kabupaten / kota dan provinsi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan pasal 8 ayat 2 berbunyi Dalam hal Partai berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan tidak dapat mencalonkan sendirl atau berdasarkan perolehan suara pada pemilu legislatif tahun 2009 memperoleh suara kurang dan 15%, maka calon yang dicalonkan diutamakan berasal dari kader Partai dan diperjuangkan sekurang-kurangnya untuk posisi calon wakil kepala daerah.28 Dari pasal ini dapat di mengertikan bahwa untuk provinsi sumatera utara dimana PDI Perjuangan hanya memperoleh 12 % kursi DPRD maka calon yang di usung haruslah kader partai. Serta pasal 8 ayat 4 berbunyi tidak ada calon yang diajukan dari internal Partai, maka pertimbangan berkaitan dengan kepentingan strategis Partai harus diperjelas secara tertulis, mencakup ketentuan tentang penempatan jabatan strategis, dan pengelolaan sumber daya ekonomi di daerah tersebut untuk kepentingan Partai, serta mempertimbangkan kesejarahan keluarga calon tersebut terhadap Partai.29

28Ibid

29

Ibid

Berdasarkan pasal tersebut untuk kepentingan pemenangan maka DPP memilih

Effendi Simbolon karena dia dianggap cakap memenuhi pasal tersebut yang mempertimbangkan masalah kesejahteraan ekonomi.

Ada anggapan bahwa DPP PDI Perjuangan melalui ketua umumnya Megawati Soekarno Putri otoriter dalam memutuskan calon gubernur yang diusung dalam Pemilukada Gubernur Sumatera Utara namun ketika memahami peraturan-peraturan yang ada di PDI Perjuangan jelas terlihat bahwa penetapan Effendi Simbolon sebagai calon telah sesuai dengan peraturan yang ada ditubuh PDI Perjuangan. Megawati juga menyadari bahwa ada pihak yang beranggapan dia otoriter, maka dalam dalam pemantapan pemenangan pasangan Effendi Simblon dan Jumiran Abdi yang dilaksanakan pada tanggal 5 januari 2013 di Hermes Palace, Megawati mengisyaratkan jika pihaknya banyak menerima penilaian negatif dalam penetapan Cagub Sumut tersebut, mulai dari dianggap diktator hingga kesan menzalimi pihak tertentu. Megawati mengatakan berarti dia (yang menyatakan otoriter itu) tidak memahami aturan di PDI Perjuangan.30

Setelah penetapan Effendi sebagai calon Gubernur Sumut dari PDI Perjuangan, DPP bersama DPD melakukan rapat untuk

menetapkan Calon wakil Gubernur rapat ini berlangsung di Kantor DPD PDI Perjuangan Sumatera Utara. PDI Perjuangan akhirnya menetapkan Jumiran Abdi sebagai calon Wakil Gubernur mendampingi Effendi Simbolon.

PDI Perjuangan melakukan pendekatan kepada partai yang tidak dapat mengusung sendiri calon Gubernur. Pada saat itu partai PPRN memiliki 4 kursi dan PDS yang memiliki 5 kursi belum memiliki partai yang bermitra untuk pencalonan. PDI Perjuangan Menawarkan Effendi Simbolon dan Jumiran Abdi sebagai Calon Gubernur dan PPRN setuju, dengan demikian Effendi Simbolon dan Jumiran Abdi secara administrasi telah memenuhi persyaratan. Setelah PPRN sepakat bergabung dengan PDI Perjuangan pada saat sebelum pendaftaran ke kantor KPU Sumatera Utara PDS juga setuju untuk bergabung untuk mendukung pencalonan Effendi Simbolon dan Jumiran Abdi.

BAB IV KESIMPULAN

Rakyat semakin berdaulat dengan diakhrinya monopoli pemilihan kepala daerah oleh sekelompok kecil orang di lembaga perwakilan (DPRD) dan menggantinya dengan pemilihan langsung oleh rakyat. Pemilukada langsung sebenarnya tidak dapat dilihat hanya sebuah mekanisme atau prosedur demokratis untuk memilih kepala daerah, sebagaimana diamanatkan pasal 18 UUD 1945. Hadirnya kepala daerah yang dipilih langsung oleh rakyat pada akhirnya diharapkan dapat mewujudkan pemerintahan daerah yang lebih transparan, akuntabel, dan partisipatif jika pemilukada langsung, demokratisasi, dan good governace di tingkat lokal adalah sebuah rangkaian yang tidak terpisahkan, maka perlu ada evaluasi apa saja yang mendukung dan menghambat pencapaian tiga hal tersebut. Satu dari sekian evaluasi yang diperlukan adalah evaluasi terhadap kinerja partai politik dalam pemilukada langsung. Hal ini terutama terkait dengan partai politik dalam proses nominasi dan pencalonan, sebagaimana diatur dalam ketentuan penyelenggaraan pemilukada langsung hingga saat in. Meskipun kepala daerah tidak ditentukan lagi

ditentukan oleh perwakilan partai-partai di DPRD . tapi satu-satunya jalan bagi dalam pencolan dalam pemilukada langsung adalah melalui partai politik Pasal 36 ayat (1) PP 6 tahun 2005 menyebutkan “ Peserta pemilihan adalah pasangan yang diusulkan partai politik “

Selain itu, meskipun di banyak pemilukada yang lalu faktor popularitas dianggap lebih menentukan , partai politik yang tersebar sampai pelosok desa tetap merupakan instrumen yang potensial bagi mobilisasi dukungan, terutama bagi calon yang tidak mempunyai sumber daya yang memadai. Setidaknya dari kedua hal tersebut kita bisa menyimpulkan bahwa kualitas pemilukada langsung serta pencapaian demokratisasi dan good governance di tingkat lokal.

DPD PDI Perjuangan Sumatera Utara melalui rapat kordinasi (Rakor) menetapkan sistem penjaringan dan penyaringan kandidat pada pemilihan langsung kepala daerah (Pemilukada) Sumut periode 2013-2018 yaitu, menampung serta mendukung dan mengusung lebih dari satu pasang calon gubernur (Cagub) dan wakil calon gubernur (Cawagub) Sumut nantinya. Terobosan PDI Perjuangan dengan menetapkan penjaringan dengan sistem menerima kandidat siapa dan darimana saja ini merupakan kebijakan majemuk yang menunjukan keberpihakan kepada masyarakat dengan arti sebenarnya.

PDI Perjuangan Sumut harus menggandeng "perahu" lain (Parpol) yaitu Partai Damai Sejaterah (PDS) dan Partai Peduli Rakyat Nasional (PPRN) dalam memuluskan langkah menuju Sumut 1, hal ini dikarenakan PDI Perjuangan hanya memperoleh 12 kursi di DPRD Sumut. Yang berarti belum mencukupi persentase kursi DPRD untuk mengajukan pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur untuk ikut dalam Pemilukada.Untuk itu perlu koalisi dengan PDS yang memiliki 5 kursi dan PPRN yang memiliki 4 kursi.

Berdasarkan pedoman pelaksanaan penjaringan dan penyaringan Calon kepala daerah dan /atau wakil kepala daerah Dewan Pimpinan Pusat PDI Perjuangan menegasakan bahwa DPD melaksanakan proses penjaringan dan penyaringan bakal calon. DPP melalui DPD melakukan survey terhadap bakal calon yang mendaftar dan melalukan fit and profer test terhadap bakal calon yang mendaftar. Yang kemudian DPD memberikan hasil survey dan uji kelayakan dan kepatutan kepada DPP. DPD Partai sekurang-kurangnya merekomendasikan 2 (dua) bakal calon kepala daerah dan 2 (dua) bakal calon wakil kepala daerah untuk diusulkan ke DPP Partai.

DPP Partai menetapkan pasangan calon dengan mempertimbangkan hasil survey, dukungan internal Partai dan peluang memenangkan pemilukada.namun dalam keadaan luar biasa DPP Partai dapat menetapkan calon di luar yang diusulkan melalui tahapan sebelumya. Keadaan luar biasa sebagaimana dimaksud adalah terjadi pelanggaran terhadap ketentuan, tidak berjaIannya mekanisme organisasi yang berakibat tidak adanya pasangan calon yang memenuhi kriteria hingga batas akhir waktu pendaftaran; dan pertimbangan khusus oleh Ketua Umum Partai.

Daftar Pustaka

Budiardjo, Miriam, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008.

Nawawi, Hadari, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1995.

Nazir, Mohammad, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998.

Nursal, Adman, Political Marketing: Strategi Memenangkan Pemilu, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2004.

Parulian, Donald, Menggugat Pemilu, Jakarta: PT. Penebar Swada, 1997.

Putra, Fadilah, Kebijakan Publik Analisis Terhadap Kongruensi Janji Politik Partai Dengan Realisasi Produk Kebijakan Publik di Indonesia 1999-2003, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003.

Rahman, Arif, Sistem Politik Indonesia dalam Presfektif Struktural Fungsional, Surabaya: SIC, 2002.

Sastroatmodjo, Sudijono, Prilaku Politik, Semarang: IKIP Semarang Press, 1995.

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik.

Usman, Hubi dan Purnomo, Metodologi Penelitian Sosial, Bandung: Bumi Aksara, 2000.

Winarno, Budi, Sistem Politik Indonesia Era Reformasi, Yogyakarta: Media Pressindo, 2007.

Sarundajang, S.H, Drs, Pilkada Langsung:Problematika dan Prospek, Jakarta: Kata Hasta Pustaka

Dokumen terkait