• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pola Rekrutmen Calon Gubernur Sumatera Utara Tahun 2013-2018 Pada Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pola Rekrutmen Calon Gubernur Sumatera Utara Tahun 2013-2018 Pada Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Sumatera Utara"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

POLA REKRUTMEN CALON GUBERNUR SUMATERA UTARA TAHUN 2013-2018 PADA PARTAI DEMOKRASI

INDONESIA PERJUANGAN SUMATERA UTARA

OLEH:

Leo Agustinus Hutagalung 070906067

Dosen Pembimbing :Warjio, P.hD

Dosen Pembaca :Faisal Andri Mahrawa, S.IP, M.Si

DEPARTEMEN ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

Leo Agustinus Hutagalung (070906067)

POLA REKRUTMEN CALON GUBERNUR SUMATERA UTARA TAHUN 2013-2018 PADA PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN SUMATERA UTARA

ABSTRAK

Penelitian ini mengenai Rekrutmen Partai Politik Dalam Pencalonan Pemilu Kepala Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013. Penelitian ini bertujuan mengetahui dan menganalisis tentang keputusan PDI Perjuangan dan apa saja yang menjadi indikator partai golkar dalam menentukan calon gubernur sumatera utara dalam pemilu kepala daerah sumatera utara 2013 yang lalu. Peneliti sangat tertarik untuk melakukan penelitian ini, karena di era demokrasi ini hanya sedikit masyarakat yang tahu bagaimana kriteria-kriteria pencalonan Kepala Daerah khususnya dari partai PDI Perjuangan , mengingat PDI Perjuangan adalah salah satu partai besar di Indonesia,

(3)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTEMENT OF POLITICAL SCIENCE

Leo Agustinus Hutagalung (070906067)

GOVERNOR CANDIDATE RECRUITMENT PATTERNS OF NORTH SUMATRA 2013-2018 DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN PARTY IN NORTH SUMATRA

ABSTRACT

This study on the Recruitment of Political Parties In Election Nomination of Regional Head of North Sumatra province in 2013. This study aims to identify and analyze the decision Golkar party and what are the indicators in determining the Demokrasi Indonesia Perjuangan Party candidate for governor of North Sumatra in North Sumatra regional head election in 2013 ago. Researchers are very interested in doing this research, because in this era of democracy only a few people who know how the nomination criteria, especially the Regional Head of the Demokrasi Indonesia Perjuangan Party, considering the Demokrasi Indonesia Perjuangan Party is one big party in Indonesia.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga dengan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “POLA REKRUTMEN CALON GUBERNUR SUMATERA UTARA TAHUN 2013-2018 PADA PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN SUMATERA UTARA

Skripsi ini diajukan guna memenuhi persyaratan dalam

menyelesaikan pendidikan Strata Satu (S1) Jurusan Ilmu Politik, Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

(5)

yaitu studi yang di lakukan dengan cara melakukan pengumpulan buku-buku, makalah, jurnal, ataupun literature yang berhubungan dengan penelitian ini.Metode Penelitian Lapangan (Field Research), yaitu dengan cara datang langsung ke lokasi penelitian untuk menghimpun data-data yang diperlukan..

Dalam penyelesaian penulisan skripsi ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu. Dan pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginnya serta ucapan terima kasih:

1. Kepada Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku dekan Fakultas Ilmu-ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Kepada Ibu Dra. T. Irmayani, M.Si selaku Ketua Departemen S-1 Ilmu Politik, Fakultas Ilmu-ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan.

(6)

4. Kepada Bapak Faisal Andri Mahrawa, S.IP, M.Si selaku Dosen Pembimbing II yang sudah banyak memberikan waktu dan tenaga untuk membimbing penulis dan memberikan penghargaan dengan sabar dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai.

5. Kepada Bapak/Ibu Dosen Departemen Ilmu Politik S-1 Fakultas Ilmu-ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmunya selama penulis menjalani perkuliahan..

6. Kepada saudari Emma Sari Dalimunthe, S.E yang telah banyak membantu penulis dalam urusan perkuliahan sampai penulisan skripsi ini selesai

7. Kepada Orang Tua Penulis yaitu, Bapak Limbas Hutagalung dan Ibu Lisma Manik. yang telah banyak memberikan bantuan baik materil maupun moril serta doa yang selalu menyertai penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

(7)

Luther M Hutagalung. Yang selalu mendoakan dan memotivasi penulis.

9. Kepada teman-teman penulis di Departemen Ilmu Politik stambuk 2007, yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. 10.Kepada para Narasumber terutama bapak Soetarto selaku

wakil sekretaris PDIP Sumut yang telah memberikan waktunya untuk mendukung skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini belumlah sempurna.Oleh karena itu dengan kerendahan hati mohon kritik dan saran yang sifatnya membangun intelektualitas untuk perbaikan skripsi ini, sehingga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, April 2014

(8)

Daftar Isi

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belaka………... 1

I.2. Perumusan Masalah ………... 12

I.3.PembatasanMasalah ………13

I.4. Tujuan Penelitian……… 14

I.5. Manfaat Penelitian……… 14

I.6. Kerangka Teori ……… 15

I.6.1. Kebijakan Politik ………16

I.6.1.1. Pengertian Kebijakan Politik……… 16

I.6.1.2. Pengertian Rekrutmen Politik……… 18

I.6.1.3. Metode Rekrutmen Politik ……… 22

I.6.2. Partai Politik ……… 23

(9)

I.6.2.2. Fungsi Partai Politik ……… 27

I.6.2.2.1. Partai Politik Sebagai Sarana Komunikasi Politik ………. 28

I.6.2.2.2. Partai Politik Sebagai Sarana Sosialisasi Politik ………. 31

I.6.2.2.3. Partai Politik Sebagai Sarana Rekrutmen Politik ………. 33

I.6.2.2.4. Partai Politik Sebagai Sarana Pengatur Konflik ………. 36

I.6.2.3. Sistem Kepartaian………. 37

I.6.3. Pemilihan Umum Dan Pemilihan Umum Kepala Daerah………….. 38

I.6.3.1. Pemilihan Umum ………. 38

I.6.3.2. Pemilihan Umum Kepala Daerah ………. 40

I.7. Metodologi Penelitian ……… 43

I.7.1. Jenis Penelitian ……… 43

I.7.2. Lokasi Penelitian ……… 44

I.7.3. Teknik Pengumpulan Data ……… 44

I.7.4. Teknik Analisis Data ……… 45

(10)

BAB II

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

II.2. Profil PDI Perjuangan ………. 48

II.2.1. Sejarah Berdirinya PDI Perjuangan ………. 48

II.2.2. Ideologi Dan Program Partai ……… 66

II.2.3.Ekonomi Nasional ……… 40

II.2.4.Hukum ……… 46

II.2.5.Pertahanan Dan Keamanan ……… 48

II.2.7.Konflik Daerah ……… 52

II.2.8.Pembangunan Jangka Panjang ………. 53

II.2.9.Sosial Budaya ………. 59

(11)

3.2. Mekanisme Penetapan Calon ………. 65

3.3. Pembentukan Panitia Penjaringan Dan Penetapan

Calon Gubernur Dan Wakil Gubernur………. 75

BAB VI

Kesimpulan ……….. 82

(12)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

Leo Agustinus Hutagalung (070906067)

POLA REKRUTMEN CALON GUBERNUR SUMATERA UTARA TAHUN 2013-2018 PADA PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN SUMATERA UTARA

ABSTRAK

Penelitian ini mengenai Rekrutmen Partai Politik Dalam Pencalonan Pemilu Kepala Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013. Penelitian ini bertujuan mengetahui dan menganalisis tentang keputusan PDI Perjuangan dan apa saja yang menjadi indikator partai golkar dalam menentukan calon gubernur sumatera utara dalam pemilu kepala daerah sumatera utara 2013 yang lalu. Peneliti sangat tertarik untuk melakukan penelitian ini, karena di era demokrasi ini hanya sedikit masyarakat yang tahu bagaimana kriteria-kriteria pencalonan Kepala Daerah khususnya dari partai PDI Perjuangan , mengingat PDI Perjuangan adalah salah satu partai besar di Indonesia,

(13)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTEMENT OF POLITICAL SCIENCE

Leo Agustinus Hutagalung (070906067)

GOVERNOR CANDIDATE RECRUITMENT PATTERNS OF NORTH SUMATRA 2013-2018 DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN PARTY IN NORTH SUMATRA

ABSTRACT

This study on the Recruitment of Political Parties In Election Nomination of Regional Head of North Sumatra province in 2013. This study aims to identify and analyze the decision Golkar party and what are the indicators in determining the Demokrasi Indonesia Perjuangan Party candidate for governor of North Sumatra in North Sumatra regional head election in 2013 ago. Researchers are very interested in doing this research, because in this era of democracy only a few people who know how the nomination criteria, especially the Regional Head of the Demokrasi Indonesia Perjuangan Party, considering the Demokrasi Indonesia Perjuangan Party is one big party in Indonesia.

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pada masa UU No.5/1974, peranan Presiden dan Mendagri sangat besar dan menentukan. Pejabat-pejabat Sekretariat Kepresidenan, Departemen Dalam Negeri, Mabes ABRI sampai Kodam pun turut ambil peranan. Pada saat UU tersebut digantikan UU No.2 tahun 1999, peranan anggota DPRD “tidak tertandingi”.Dalam hampir setiap Pilkada tercium aroma tidak sedap; politik uang. Selain itu campur tangan elite partai,baik pusat maupun daerah,untuk menentukan calon kepala daerah dan bahkan calon kepala daerah tak terpilih tak terhindarkan. Akibatnya , pilkada menjadi ajang transaksi- dengan pengertian yang luas- yang melibatkan elite-elite politik.1

Proses politik dibawah Orde Baru bukanlah demokrasi, terbukti dengan pelaksanaan beberapa pemilihan umum sebelumnya yang kerap sekali terjadi penyimpangan- penyimpangan sehingga azas langsung, bebas dan rahasia (luber) tidak berjalan sebagaimana

1 Joko J. Prihatmoko,

(15)

mestinya sehingga boleh disebut tidak memenuhi syarat demokrasi.2

Salah satu produk reformasi yang dapat dilihat sebagai peningkatan kualitas demokrasi adalah Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada). Undang - Undang No. 32 tahun 2004 ditetapkan pada Oktober 2004 memberikan perubahan yang sangat signifikan dalam tata pemerintahan dan bahkan adanya pemilihan kepala daerah secara langsung. Ini berarti semangat untuk memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi masyarakat daerah untuk berbenah sesuai dengan keinginannya. Dan pada akhirnya setiap kepala daerah akan terasa lebih dekat dengan rakyat. Artinya semua kebijakan yang akan diambil

Bergulirnya Era Reformasi yang menggantikan rezim otoriter Orde Baru telah menjadi sebuah batu lompatan bagi perjalanan demokrasi di Indonesia.Terbukti pasca memasuki era Reformasi praktek-praktek demokrasi yang sebelumnya menghadapi jalan buntu di Orde Baru secara perlahan mulai dijalankan.Salah satu contohnya adalah pelaksanaan Pemilu yang lebih demokratis.

2 Adman Nursal,

(16)

kepala daerah benar - benar berdasarkan kebutuhan rakyat yang sesungguhnya3

Undang - Undang Nomor 12 Tahun 2008 perubahan kedua atas Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dalam Pasal 59 (1) Peserta pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah adalah pasangan calon yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik dan pasangan calon perseorangan yang didukung oleh sejumlah orang. Perjalanan sistem politik di Indonesia memasuki babak baru setelah Mahkamah Konstitusi (MK) pada hari Senin (23/07/07). Tepat pada waktu ini Mahkamah Konstitusi

.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, peserta Pilkada adalah pasangan calon yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik. Ketentuan ini diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 yang menyatakan bahwa peserta pilkada juga dapat berasal dari pasangan calon perseorangan yang didukung oleh sejumlah orang.Undang-undang ini menindaklanjuti keputusan Mahkamah Konstitusi yang membatalkan beberapa pasal menyangkut peserta Pilkada dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004.

3 Zaenalariefin,weebly.com: Legal Opinion calon Independen Pemilukada, diunggah

(17)

mengeluarkan Putusan Nomor 5/PUU-V/2007 tentang putusan perkara permohonan Pengajuan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 yang pada dasarnya merupakan putusan untuk melegitimasi secara tegas posisi calon perseorangan untuk dapat maju dalam sebuah pemilihan kepala daerah (gubernur, walikota, dan bupati) tanpa partai politik. Putusan MK tersebut merupakan langkah maju dari pelembagaan demokratisasi baik secara nasional maupun lokal.4

Sistem baru calon independen ini akan membuka ruang demokrasi arus lokal yang melahirkan persaingan sehat sebagai upaya mencari figur pemimpin berkualitas, guna menjawab tantangan daerah di tengah arus global. Persaingan melalui calon independen berimplikasi positif sebagai solusi atas pembangunan lokal di saat dukungan sumber daya alam kita yang saat ini semakin terbatas.

Secara sederhana pengertian calon independen yang dimaksud di dalam keputusan Mahkamah Konstitusi adalah calon perseorangan yang dapat berkompetisi dalam rekrutmen pencalonan kepala daerah dan wakil kepala daerah melalui mekanisme pilkada tanpa mempergunakan partai politik sebagai media perjuangannya.

4 Zaenalariefin.weebly.com: legal opinion calon independen pemilukada, diunggah

(18)

Pemilukada mempunyai tujuan agar setiap warga daerah dapat memilih kepala pemerintahan daerah secara langsung tanpa proses perwakilan. Pemilihan kepala daerah yang dimaksud adalah pemilihan kepala daerah tingkat I (Gubernur) dan kepala daerah tingkat II (Bupati/ Walikota).Azas langsung yang terdapat dalam Pemilukada merupakan semangat baru dalam demokrasi di Indonesia.Karena dalam pelaksanaan Pemilu sebelumnya warga daerah tidak dapat memilih kepala daerah secara langsung melainkan melalui wakil-wakil rakyat di tingkat daerah (DPRD).

(19)

jalur perorangan di Pemilukada telah dibuka, kemenangan dalam Pemilukada selalu didominasi oleh calon- calon dari partai politik.Hal ini membuktikan bahwa partai politik menjadi faktor yang sangat penting dalam memenangkan sebuah pemilukada.

(20)

menentukan pilihan. Dengan demikian calon yang lebih familiar dimata masyarakat memiliki peluang yang lebih besar untuk memenangkan pemilukada. Inilah yang terkadang membuat partai politik lebih memilih calon yang berada diluar partainya/bukan kader untuk diusung dalam pemilukada dan memilih calon lain yang bukan kader yang dianggap lebih familiar dan dianggap lebih menjual secara politis di mata masyarakat.

Setiap partai politik tentunya memiliki cara yang berbeda dalam mengambil kebijakan untuk menentukan calon yang diusung dalam pemilukada. Namun pada umumnya setiap partai politik memulai rekrutmen politik dengan tahapan yang sama yaitu dengan membuka pendaftaran secara umum bagi kandidat-kandidat yang mau bertarung dalam Pemilukada5

5

Hasil pengamatan selama PKL di DPD PDIP Sumatera Utara

(21)

politik pada dasarnya akan melakukan evaluasi terhadap nama- nama calon tersebut.

Pentingnya sosok calon dalam menarik perhatian masyarakat/pemilih membuat partai politik menjadi sangat selektif dalam menentukan calon yang akan diusungnya. Sehingga tidak heran apabila nama kandidat calon yang akan diusung oleh partai politik baru diumumkan menjelang batas akhir pendaftaran yang diselenggarakan oleh lembaga penyelenggara Pemilu (Komisi Pemilihan Umum). Ini menunjukan bahwa penentuan calon yang akan diusung memiliki serangkaian kebijakan politik yang kompleks yang sebelumnya telah dielaborasi di tingkat jajaran pengurus partai politik. Kebijakan penentuan calon yang akan diusung adalah sebuah hal serius bagi partai politik. Karena apabila calon yang diusung telah terbukti familiar dimata masyarakat dan mendapat respon positif dari pemilih maka kemungkinan untuk memenangkan pemilu menjadi lebih terbuka.

(22)

yang menjelma menjadi sebuah kompetisi.Kemenangan dalam Pemilukada berarti membuka peluang untuk meraih kekuasaan di tingkat pusat.Karena kekuasaan di tingkat pusat sangat ditentukan oleh akumulasi dari kekuasaan yang dipegang di tiap daerah.Oleh sebab itu ajang Pemilukada selalu mendapat perhatian serius bagi setiap partai politik.Bahkan hampir setiap calon yang diusung oleh partai poltik dalam pemilukada tidak hanya sekedar melibatkan pengurus partai ditingkat daerah melainkan juga melibatkan kebijakan pengurus partai ditingkat pusat.

(23)

partai politik dalam memenangkan Pemilukada, tak terkecuali PDI Perjuangan.

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan sebenarnya dapat dikategorikan sebagai partai yang cukup lama dalam sejarah pepolitikan di Indonesia. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan sebenarnya kelanjutan dari Partai Demokrasi Indonesia yang berdiri pada tanggal 10 Januari 1973.6

Sebagai partai yang memiliki keterwakilan besar ditingkat pusat dan ditingkat daerah (Sumatera Utara) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan sudah pasti ingin memenangkan Pemilukada Sumut yang akan dilaksanakan pada tahun 2013. Partai ini juga mempunyai kesempatan besar untuk memenangkan Pemilukada Sumut karena mempunyai nama besar dan kader yang loyal, walaupun partai ini juga harus berkoalisi dengan partai-partai agar memenuhi syarat Partai “Wong cilik” ini mengikuti Pemilu pertamanya ditahun 1999 yang menjadi pemilu pertama pasca digulirkannya era reformasi. Sekalipun partai ini menjadi pemenang dalam pemilu legislatif pada saat itu partai ini hanya mampu mendudukan calon presiden yang diusung menjadi wakil presiden saja pada tahun 1999.

6

(24)

untuk mencalonkan wakilnya. Oleh sebab itu partai ini menjadi begitu selektif dalam menentukan calon yang akan diusung dalam Pemilukada Sumut agar mampu meraup suara terbanyak. Seperti yang kita ketahui bahwa Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi terbesar di Indonesia dan memiliki keberagaman baik etnisitas maupun agama, toleransi masyarakat masih sangat terjaga dalam setiap sendi sosial.Bisa dikatakan bahwa Sumut merupakan barometer kerukunan di republik ini.Sehingga sangat menarik untuk meneliti Provinsi Sumatera Utara ini.

Dari penjelasan-penjelasan yang telah diurakan diatas adalah menjadi hal menarik bagi penulis untuk meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan politik PDI Perjuangan dalam menentukan pasangan Calon Gubernur (Cagub) dan Calon Wakil Gubernur (Cawagub) yang akan diusung dalam Pemilukada Sumatera Utara.

2. Perumusan Masalah

(25)

pertanyaan-pertanyaan penelitian apa saja yang perlu dijawab atau dicarikan jalan pemecahannya.7

1. Kebijakan seperti apa yang diambil oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dalam menentukan pasangan Calon Gubernur (Cagub) dan Calon Wakil Gubernur (Cawagub) yang akan diusung dalam Pemilukada Sumut 2013

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

2. Apa indikator yang digunakan oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dalam menentukan pasangan Calon Gubernur (Cagub) dan Calon Wakil Gubernur (Cawagub) yang akan diusung dalam Pemilukada Sumut 2013

3.Pembatasan Masalah

Batasan masalah berfungsi untuk membatasi karya ilmiah/penelitian agar tidak melebar dan tetap fokus pada permasalahan yang akan diteliti. Adapun batasan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

7 Husni Usman dan Purnomo,

(26)

1. Penelitian ini difokuskan pada kebijakan politik yang diambil Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dalam menentukan menentukan pasangan Calon Gubernur (Cagub) dan Calon Wakil Gubernur (Cawagub) yang akan diusung dalam Pemilukada Sumut 2013.

4.Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui kebijakan politik seperti apa yang diambil Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dalam menentukan pasangan Calon Gubernur (Cagub) dan Calon Wakil Gubernur (Cawagub) yang akan diusung dalam Pemilukada Sumut 2013. 2. Untuk mengetahui apa yang menjadi indikator bagi Partai

(27)

5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat baik kepada penulis maupun kepada orang lain yang membacanya, terlebih lagi untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Untuk itu penelitian ini diharapkan memberikan manfaat:

1. Bagi penulis, penelitian ini dapat mengasah kemampuan penulis dalam membuat karya ilmiah sehingga menambah khasanah pemikiran penulis secara pribadi terkhusus dalam melakukan sebuah penelitian.

2. Memberikan sumbangsi pemikiran terhadap ilmu politik dalam hal kebijakan partai politik dalam menentukan pasangan calon yang akan diusung dalam sebuah Pemilihan Umum Kepala Daerah

3. Menambah rujukan bagi mahasiswa departemen Ilmu Politik Fisip USU dalam melakukan sebuah penelitian.

6. Kerangka Teori

(28)

telah dipilih.8

Kebijakan politik adalah kebijakan yang diambil oleh lembaga- lembaga politik, baik lembaga politik didalam ruang lingkup pemerintahan ataupun lembaga politik diluar pemerintahan.Kebijakan politik dalam ranah pemerintahan seperti kebijakan yang diambil oleh pemerintah, ataupun lembaga perwakilan.Sedangkan kebijakan yang berada di luar rana pemerintahan seperti kebijakan yang diambil oleh partai- partai politik ataupun lembaga politik lainnya.Masing- masing kebijakan ini mengikat terhadap unsur - unsur yang berada dalam ruang lingkup lembaga tersebut.

Hal ini tentu bersinergi terhadap fokus masalah yang akan diteliti oleh peneliti. Menurut F. N. Karliger, teori adalah sebuah konsep atau konstruksi yang berhubungan satu dengan yang lain, suatu set dari proporsi yang mengandung suatu pandangan yang sistematis dan fenomena. Jadi dapat dikatakan kerangka teori merupakan bagian penting dalam penelitian karena merupakan kostruksi ataupun dasar dari sebuah penelitian.

6.1. Kebijakan Politik

6.1.1. Pengertian Kebijakan Politik

8 Hadari Nawawi,

(29)

Dalam penelitian ini yang menjadi fokus kebijakan politik adalah kebijakan yang diambil oleh lembaga yang berada diluar pemerintahan yaitu partai politik. Kebijakan politik yang diambil partai politik yang dimaksud dalam penelitian ini berkaitan terhadap kebijakan partai politik dalam menentukan calon yang akan diusung dalam pemilihan umum kepala daerah. Tak bisa dipungkiri bahwa tujuan setiap partai politik adalah untuk merebut dan memperluas sumber- sumber kekuasaan.Hal ini berkaitan untuk menyukseskan program- program dari partai yang telah ditentukan sebelumnya.Dengan demikian partai tersebut dapat menjadi kelompok yang dominan diantara kelompok yang lainnya.

(30)

beberapa aspek yang dianggap penting untuk memenangkan pemilukada tersebut.

6.1.2. Pengertian Rekrutmen Politik

Dalam pengertian yang lebih modern, partai politik merupakan suatu kelompok politik yang mengajukan calon- calonnya untuk mengisi jabatan- jabatan publik dengan tujuan dapat mengontrol kekuasaan untuk memerintah.Defenisi ini tentunya berkaitan terhadap fungsi partai politik dalam fungsinya sebagai sarana rekrutmen politik. Rekrutmen politik adalah suatu proses seleksi anggota- anggota kelompok untuk mewakili kelompoknya dalam jabatan administratif maupun politik.9 Dalam pengertian lain rekrutmen politik merupakan proses penyeleksian untuk kegiatan politik dan jabatan pemerintahan melalui penampilan dalam media komunikasi menjadi anggota organisasi, mencalonkan diri untuk jabatan tertentu dan sebagainya.10

Sementara itu dalam pengertian lain, Ada dua macam mekanisme rekrutmen politik, yaitu rekrutmen yang dilakukan secara

9 Fadilah Putra,

Kebijakan Publik Analisis Terhadap Kongruensi Janji Politik Partai Dengan Realisasi Produk Kebijakan Publik di Indonesia 1999- 2003, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003, hal. 19.

10 Sudijono Sastroatmodjo,

(31)

terbuka dan yang dilakukan secara tertutup. Dalam model rekrutmen terbuka, semua warga Negara yang memenuhi syarat tertentu (seperti kemampuan, kecakapan, umur, keadaan fisik) mempunyai kesempatan yang sama untuk menduduki posisi-posisi yang ada dalam lembaga negara / pemerintah. Suasana kompetisi untuk mengisi jabatan biasanya cukup tinggi, sehingga orang-orang yang benar-benar sudah teruji saja yang akan berhasil keluar sebagai jawara. Ujian tersebut biasanya menyangkut visinya tentang keadaan masyarakat atau yang di kenal sebagai platform politiknya serta nilai moral yang melekat dalam dirinya termasuk integritasnya.Sebaliknya, dalam sistem rekrutmen tertutup, kesempatan tersebut hanyalah dinikmati oleh sekelompok kecil orang.Ujian oleh masyarakat terhadap kualitas serta integritas tokoh masyarakat biasanya sangat jarang dilakukan, kecuali oleh sekelompok kecil elite itu sendiri.

(32)

di negara tersebut. Di Indonesia sendiri proses rekrutmen politik terhadap jabatan- jabatan publik dilakukan melalui proses pemilu. Setiap calon terlebih dahuluh harus diusulkan oleh partai politik, dan untuk jabatan tertentu dapat menggunkan jalur independen (perorangan).Seleksi yang dilakukan dimulai dari seleksi administratif hingga syarat khusus untuk setia terhadap ideologi negara.

Suatu regenerasi sangat dibutuhkan dalam partai politik sebagai tanda kehidupan politik yang sehat dalam partai politik. Regenerasi dilakukan dengan cara pengkaderan terhadap anggota- anggota yang mempunyai potensi untuk memimpin partai. Oleh sebab itu karena tujuannya adalah untuk regenerasi, maka biasanya pengkaderan dilakukan terhadap anggota- anggota yang masih dalam usia muda yag berasal dari dalam partai ataupun dari luar partai. Pengkaderan merupakan salah satu proses penting dalam partai politik karena sangat berpengaruh terhadap masa depan partai.

(33)

berbanding lurus terhadap derajat demokrasi suatu negara.Jadi semakin terbuka sistem politik suatu negara dalam melakukan rekrutmen politik maka hampir dapat dipastikan semakin tinggi pula derajat demokrasi di negara tersebut. Partai politik mempunyai peran yang sangat strategis dalam menentukan individu yang akan mengisi jabatan publik. Ini disebabkan karena partai politik diperbolehkan untuk mengajukan calonnya hampir disetiap jabatan publik yang strategis.Namun tentunya partai politik mempunyai beberapa alternatif pilihan dalam melakukan rekrutmen politik. Adapun pilihan partai politik dalam melakukan rekrutmen politik adalah sebagai berikut:

a. Partisan, yaitu merupakan pendukung yang kuat, loyalitas yang tinggi terhadap partai sehingga dapat direkrut untuk menduduki jabatan

strategis.

b. Compartmentalization, merupakan proses yang didasarkan pada latar belakang dan pengalaman organisasi atau kegitan sosial politik

seseorang. Misalnya LSM.

c. Immediate Survival, yaitu proses rekrutmen yang dilakukan oleh otoritas pemimpin partai tanpa memperhatikan kemampuan orang-

(34)

d. Civil Service Reform, merupakan proses perekrutan berdasarkan kemampuan dan loyalitas seorang calon sehingga bisa mendapatkan

kedudukan yang lebih penting atau tinggi.11

6.1.3. Metode Rekrutmen Politik

Dalam melakukan rekrutmen politik, setiap partai politik memiliki

metode yang berbeda- beda. Hal ini tentunya didasarkan pada perbedaan

ideologi, garis perjuangan partai hingga proyeksi partai yang belum tentu

sama antara partai satu dengan yang lainnya. Perbedaan- perbedaan inilah

yang nantinya menentukan metode yang akan digunakan partai politik dalam

melakukan rekrutmen politik. Tapi pada umumnya ada beberapa metode yang dilakukan dalam melakukan rekrutmen politik, yaitu sebagai berikut:

• Penarikan undian, metode ini ada metode tertua yang digunakan pada

zaman Yunani kuno.

• Rotasi, metode ini digunakan untuk menghindari dominasi kekuasaan

atas kelompok- kelompok tertentu.

• Perebutan kekuasaan, metode ini biasanya digunakan dalam

penggulingan rezim politik.

Patronage, dalam hal ini kenaikan pangkat dapat dibeli oleh yang

ingin naik jabatan dan metode ini tidak menjamin kualitas pemegang

jabatan.

11

(35)

Co- Option, dalam metode ini menggunakan pemilihan oleh anggota

yang ada.12

6.2. Partai Politik

6.2.1. Pengertian Partai Politik

Partai politik adalah suatu syarat mutlak dalam sebuah Negara yang menganut paham demokrasi.Di Indonesia sendiri keberadaan partai politik telah ada bahkan sebelum Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya. Dalam perjalanan sejarah partai politik di Indonesia tercetat telah banyak partai politik yang lahir dan malang melintang di percaturan politik nasional. Dalam undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik menyebutkan bahwa, partai politik adalah organisasi politik yang dibentuk oleh sekelompok warga Negara Republik Indonesia secara sukarela atas dasar persamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan kepentingan anggota, masyarakat, bangsa, dan Negara melalui Pemilihan Umum.13

Partai politik bergerak dari anggapan bahwa dengn membentuk wadah organisasi mereka bisa menyatukan orang-orang yang mempunyai pikiran serupa sehingga pikiran dan orientasi mereka bisa

12

Ibid, hal 52

13

(36)

dikonsolidasikan.14

Ada beberapa pengertian partai politik yang didefenisikan oleh beberapa ahli.Carl J. Friedrich mendefenisikan partai politik sebagai sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan tujuan Dengan begitu mereka berharap dalam memberikan pengaruh yang lebih besar dan nyata dalam pembuatan dan pelaksanaan keputusan. Keterlibatan mereka dalam pembuatan keputusan akan menunjukan eksistensi mereka baik secara individu maupun secara kelompok.

Partai politik secara umum dapat digambarkan sebagai suatu kelompok yang anggota-anggotanya terorganisir dan mempunyai norma-norma, orintasi dan kesepakatan yang dijadikan tujuan bersama.Tujuan utama dari partai politik adalah untuk merebut kekuasaan politik sehingga mereka dapat menjalankan program-program ataupun kesepakatan yang ada dalam kelompok mereka. Dengan kata lain partai politik dibentuk dengan tujuan agar kepentingan dari setiap anggota yang telah diformulasikan dalam kepentingan kelompok/ partai dapat terealisasi dengan cara menduduki lembaga-lembaga kekuasaan Negara.

14 Miriam Budiardjo,

(37)

merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap pemerintahan bagi pimpinan partainya dan berdasarkan penguasaan ini, memberikan kepada anggota partainya kemanfaatan yang bersifat idiil serta materiil.15

Sementara itu menurut Sigmund Neumann dalam buku karyanya, Modern Political Parties mendefenisikan partai politik sebagai organisasi dari aktivis-aktivis politik yang berusaha untuk menguaasai kekuasaan pemerintahan serta merebut dukungan rakyat melalui persaingan dengan suatu golongan atau golongan-golongan lain yang mempunyai pandangan yang berbeda.

Pengertian partai politik yang dikemukakan oleh Carl J. Friedrich ini bertolak pada pemikiran bahwa pada awalnya partai politik merupakan kumpulan dari individu-individu yang terasosiasi atas asas-asas persamaan dan mempunyai tujuan yang sama. Untuk mencapai tujuan bersama tersebut kelompok yang dimaksud membutuhkan kewenangan-kewenangan yang bisa didapat dengan cara meerebut/menguasai sumber-sumber kekuasaan yang nantinya dapat bermanfaat bagi setiap individu yang berada di kelompok tersebut.

16

15Friederich,

Constitutional Government and Democracy, hlm.dalam Miriam Budiardjo, Dasar- Dasar Ilmu Politik, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008, hlm. 404.

16Sigmund Neumann,

Modern Political Parties, dalam Miriam Budiardjo, Dasar- Dasar Ilmu Politik, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008, hlm. 404

(38)

diberikan Sigmund Neumann ini merupakan pengetian partai politik di era modern dimana partai politik saling bersaing untuk merebut simpati masyarakat sehingga dapat dipercaya untuk menguasaai lembaga- lembaga kekuasaan.Dengan demikian partai politik menjadi sebuah perantara besar yang menghubungkan kekuatan- kekuatan politik dan ideologi sosial dengan lembaga pemerintahan yang resmi.

Giovanni Sartori adalah ahli lain yang merintis mengenai studi kepartaian. Ia mendefenisikan partai politik sebagai suatu kelompok politik yang mengikuti pemilihan umum dan melalui pemilihan umum itu, mampu menempatkan calon- calonnya untuk menduduki jabatan- jabatan politik.17

17

G. Sartori, Parties and Party Systems, hlm. 63 dalam Miriam Budiardjo, Dasar- Dasar Ilmu Politik, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008, hlm. 404

(39)

6.2.2. Fungsi Partai Politik

Pandangan partai politik diantara negara yang menganut asas demokrasi tentulah berbeda dengan negara yang otoriter.Perbedaan pandangan ini tentulah berimplikasi kepada fungsi partai politik yang ada dalam negara tersebut.Di negara yang menganut paham demokrasi, partai politik menjalankan fungsi sesuai hakikat awal partai itu terbentuk.Yaitu sebagai sarana aspirasi bagi masyarakat untuk terlibat dalam persoalan persoalan negara. Sebaliknya dinegara yang menganut paham otoriter, partai politik cenderung menyimpang dari hakikatnya melainkan cenderung hanya menjadi motor yang menjalankan kehendak penguasa.

Dalam bagian ini peneliti akan menguraikan fungsi partai politik di negara yang menganut paham demokrasi seperti halnya Indonesia. Adapun fungsi partai politik di negara demokrasi adalah sebagai berikut.

6.2.2.1. Sebagai Sarana Komunikasi politik

(40)

negara. Aspirasi yang dimaksud dapat berupa tuntutan ataupun kepentingan yang dianggap menjadi sebuah permasalahan dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan harapan apa yang menjadi aspirasi tersebut dapat diterima oleh lembaga negara dan kemudian dijadikan sebagai kebijakan umum. Itulah sebabnya partai politik dipandang sebagai media perantara antara rakyat dengan pemerintah atau dengan kata lain partai politik sebagai sarana komunikasi politik antara pihak yang memerintah dan pihak yang diperintah.18

Dalam negara demokrasi yang pluralis seperti Indonesia tentu terdapat banayak suara-suara ataupun aspirasi yang berkembang dari setiap individu. Suara ataupun aspirasi tersebut akan hilang begitu saja apabila tidak dihimpun ataupun ditampung dengan aspirasi dari individu lain yang mempunyai suara yang senada. Proses seperrti ini dalam sebuah sistem politik dinamakan sebagai penggabungan kepentingan (interest aggregation). Langkah selanjutnya setelah proses penggabungan kepentingan tersebut adalah pengolahan dan perumusan Partai politik juga harus peka ataupun responsif terhadap tuntutan yang disampaikan oleh masyarakat sehingga secara maksimal dapat disalurkan ke lembaga pemerintah pembuat kebijakan.

18 Budi Winarno,

(41)

dari kepentingan-kepentingan tersebut agar menjadi linear dan teratur. Proses seperti ini dinamakan sebagai perumusan kepentingan (interest articulation).

Apabila tidak ada yang bertugas untuk mengagregasi dan mengartikulasi maka kepentingan dari setiap individu akan ricuh dan saling berbenturan. Jadi proses agregasi dan artikulasi kepentingan tersebut dapat mengurangi benturan antara kepentingan- kepentingan individu tersebut. Agregasi dan artikulasi itulah salah satu fungsi dari komunikasi partai politik19

19

Miriam Budiardjo, Op. Cit. 406.

.

(42)

Dalam uraian diatas telah dibahas bagaimana partai politik berfungsi sebagai sarana komunikasi politik yang sifatnya bergerak dari bawah (masyarakat) ke atas (pemerintah).Partai politik juga berperan sebagai sarana komunikasi politik dari atas ke bawah. Patai politik berperan untuk memperbincangkan rencana kebijakan-kebijakan yang akan diambil oleh pemerintah untuk disampaikan kepada umum (masyarakat). Dengan begitu akan terjadi arus informasi yang berimbang dan dialog dua arah antara masyarakat dan pemerintah. Peran partai politik sebagai jembatan sangat perlu dijaga karena disatu sisi pemerintah perlu agar masyarakat mengetahui dan memahami kebijakan- kebijakan yang akan diambil dan di sisi lain pemerintah perlu untuk tanggap dan merespon kepentingan ataupun tuntutan yang ada di masyarakat.

(43)

politik berjalan berat sebelah yang dapat mengancam kehidupan politik yang tidak sehat.

6.2.2.2. Sebagai Sarana Sosialisasi Politik

Dalam ilmu politik sosialisasi politik diartikan sebagai suatu proses yang melaluinya seseorang memperoleh sikap dan orintasi terhadap fenomena politik, yang umumnya berlaku dalam masyarakat dimana ia berada. Ia adalah bagian dari proses yang menentukan sikap politik seseorang, misalnya mengenai nasionalisme, kelas sosial, suku bangsa, ideologi, hak dan kewajiban.20

Dalam bebeapa konteks, sosialisasi politik juga di identikan dengan pendidikan politik. Yaitu bagaimana setiap individu mengalami sebuah proses pembelajaran untuk tanggap terhadap gejala- gejala politik yang ada disekitarnya. Proses sosialisasi politik berjalan secara bertahap dari anak- anak hingga dewasa. Ia berkembang dari

Sosialisai politik merupakan sebuah proses pengenalan terhadap norma- norma politik dari suatu generasi ke genarasi selanjutnya. Jadi menjadi wajar apabila sosialisasi politik di ibaratkan sebagai ciakal bakal bagi pembentukan budaya politik.

20

(44)

lingkungan keluarga, rekan kerja, ataupun pengalaman yang dialami oleh individu tersebut. Dengan demikian proses sosialisasi politik tidak akan berhenti hingga akhir hidup selama individu tersebut masih bersosialisasi dengan lingkungannya.

Partai politik sangat berperan dalam menyalurkan fungsi sosialisasi politik yang telah diuraikan diatas.oleh karena itu partai politik diharapkan mampu memberikan pendidikan politik kepada masyarakat agar menanamkan nilai- nilai politik kepada generasi yang lebih muda. Hal ini berhubungan terhadap fungsi transformasi norma- norma politik. Tujuannya adalah agar masyarakat dapat memahami tentang hak dan kewajibannya sebagai warga negara. Adapun cara- cara yang digunakan partai politik dalam melakukan sosialisasi politik adalah melalui media massa, kursus- kursus, penataran, dan sebagainya. Selain itu dalam fungsi sosialisasi politik ini partai politik juga berperan membantu sistem politik dalam mensosialisasikan sistem politik dan mendidik anggota- anggotanya menjadi manusia yang sadar dan bertanggung jawab terhadap kepentingan sendiri dan kepentingan nasional.21

2121

(45)

Jika kita mengamati sisi lain dari fungsi sosialisasi politik yang dilakukan partai politik adalah untuk menciptakan image/ citra bahwa partai benar- benar memperjuangkan kepeentingan masyarakat. Ini merupakan suatu hal yang sangat penting agar partai mendapat kepercayaan dari masyarakat untuk menguasi kekuasaan pemerintah yang merpakan tujuan dari partai politik.Untuk itu setiap partai berusaha untuk mendapatkan dukungan seluas mungkin dan mengkader anggotanya agar mempunyai solidaritas terhadap partainya.

6.2.2.3. Sebagai Sarana Rekrutmen Politik

(46)

kualifikasi calon pemimpin yang ideal. Kemudian barulah kemudian diadakan pemilihan untuk menentukan calon pemimpin partai politik tersebut.

Namun fungsi rekrutmen politik yang dijalankan oleh partai politik tidak hanya terbatas pada fungsi internal saja.Partai politik juga mempunyai peran rekrutmen politik terhadap calon pemimpin nasional. Namun biasanya calon yang akan direkrut untuk diusung menjadi pemimpin nasional merupakan calon yang berada dalam partai politik tersebut. Alasannya jelas agar calon tersebut dapat memperjuangkan apa yang selama ini diperjuangkan oleh partai politik. Sedangkan untuk merekrut calon yang berada di luar partai harus memperhatikan beberapa hal terutama masalah ideologi partai, garis perjuangan partai, dan kesempatan partai untuk berkuasa dalam pemerintahan.Rekrutmen partai politik meliputi perekrutan untuk diusulkan menjadi wakil- wakil rakyat dari pusat hingga daerah dan pemimpin pemerintahan pusat hingga daerah.

(47)

calon yang akan diusung dalam pemilihan kepala daerah di Sumatera Utara (pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur) 2013.

6.2.2.4. Sebagai Sarana Pengatur Konflik

Dalam negara yang komposisi masyarakatnya heterogen seperti Indonesia potensi untuk terrjadinya konflik mempunyai peluang yang cukup besar.Di negara Indonesia yang terdiri dari berbagai suku bangsa, agama dan golongan maka sangat rentan untuk terjadi konflik horizontal. Dalam negara demokrasi yang menganut azas kebebasan maka akan sangat mungkin terjadi benturan- benturan pemikiran ataupun kepentingan yang dapat menyulut terjadinya konflik atas perbedaan- perbedaan tersebut. Potensi konflik seperti ini jelas harus dihindari agar terhindar dari masalah disintegrasi bangsa.

Dalam hal ini partai politik diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut atau paling tidak dapat membantu untuk menekan potensi konflik yang dapat timbul dari perbedaan- perbedaan yang ada di masyarakat.Elit partai dapat menumbuhkan pengertian di antara mereka dan bersamaan dengan itu juga meyakinkan pendukungnya.22

22

Op. Cit. hal. 409.

(48)

psikologis diantara warga- negara sehingga dapat menciptakan keakraban diantara masyarakat.

6.2.3. Sistem Kepartaian

Pada umumnya sistem kepartaian dibagi menjadi tiga bagian, yaitu sistem partai tunggal, sistem dwi partai dan sistem multi partai. Penggunaan atas sistem kepartaian ini disesuaikan terhadap negara yang menerapkannya.Negara yang masyarakatnya majemuk seperti Indonesia cenderrung menggunakan sistem multi partai.Hal ini tentu berhubungan dikarenakan terdapat berbagai macam suku, agama, golongan dan kelompok kepentingan dalam negara tersebut. Sehingga setiap kelompok akan membentuk kelompok politiknya sendiri sesuai dengan prinsip yang lebih dekat kepada mereka. Maka oleh sebab itu sistem ini lebih mampu untuk menyalurkan keanekaragaman budaya dan politik dibandingkan sistem kepartaian lainnya.

(49)

menurut ideologi partai politik tersebut. Persaingan antar partai juga tidak akan ada habisnya karena setiap partai mempunyai tujuan sama untuk merebut simpati masyarakat untuk kemudian merebut kekuasaan negara/ pemerintahan. Persaingan antara partai politik ini juga dapat memicu terjadinya persaingan diantara peendukung partai yang dapat menyebabkan konflik horizontal di masyarakat.

6.3.Pemilihan Umum dan Pemilihan Umum Kepala Daerah

6.3.1. Pemilihan Umum

Pemilihan umum atau yang disingkat dengan Pemilu merupakan suatu partisipasi politik masyarakat biasa dalam mempengaruhi suatu kebiajakan.Pada hakikatnya Pemilu bertujuan untuk memilih wakil- wakil rakyat untuk menduduki jabatan- jabatan publik.Jabatan- jabatan publik yang dimaksud meliputi wakil- wakil legislatif dan eksekutif baik ditingkat pusat ataupun daerah.Wakil- wakil rakyat ini bertugas untuk menjalankan kedaulatan rakyat yang telah diserahkan kepada mereka.

(50)

demokratis karena memiliki jumlah peserta yang paling banyak dibandingkan dengan pemilu- pemilu lainnya. Memasuki masa Orde Baru ada penurunan terhadap jumlah peserta Pemilu.Hal ini tidak terlepas dari kebijakan pemerintah pada saat itu yang melakukan fusi terhadap partai- partai pada Orde Lama.Dalam pemerintahan Orde Baru tercatat hanya ada 3 kompetitor dalam pemilu yaitu Partai Persatuan Pembangunan (fusi partai- partai Islam) dan Partai Demokrasi Indonesia (fusi partai- partai nasionalis dan Kristen).Banyak kalangan menilai bahwa era pemerintahan ini merupakan era pemerintahan yang anti demokrasi karena mengekang kebebasan individu dan kelompok.

Gulingnya rezim otoriter Orde Baru yang digantikan oleh Era Reformasi membawa semangat baru bagi pembangunan demokrasi di Indonesia.Hal ini dibuktikan dengan diambilnya kebijakan- kebijakan yang menyokong tonggak demokrasi di Indonesia.Salah satu buktinya adalah dengan adanya pembatasan masa kekuasaan presiden dua periode yang bertujuan untuk menghindari kekuasaan yang otoriter, yakni hanya 2 periode saja.23

23

Dpr.go.id diunggah tanggal 18 juli 2013 pukul 23.07

(51)

akankehidupan demokrasi yang telah di rampas oleh rezim militer orde baru. Kehidupan terus tumbuh di era reformasi sekalipun terkadang terjadi pasang surut dalam perjalanannya.

Salah satu produk reformasi yang membawa pencerahan bagi iklim demokrasi adalah dengan diselenggarakannya pemilihan kepala pemerintahan baik di tingkat pusat maupun daerah secara langsung.Sebelumnya pemimpin pemerintahan pusat dan daerah hanya dilakukan oleh lembaga perwakilan saja, namun sekarang telah di serahkan kepada rakyat secara langsung. Ini bertujuan agar rakyat benar- benar terlibat langsung untuk ikut serta dalam menentukan orang/ individu yang akan memiliki kuasa di pemerintahan pusat maupun daerah. Sekalipun pelaksanaan pemilu langsung sangat menyedot anggaran negara, namun banyak pihak yang memberikan apresiasi atas pemilu langsung ini.

6.3.2. Pemilihan Umum Kepala Daerah

(52)

49 tahun 2008 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2005 adalah “ sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat dibawah pemerintahan Provinsi dan/atau kabupaten/kota berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar Tahun 1945 untuk memilih kepala daerah dan wakil kepala daerah.24

Pasal 56 (1) Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah menyatakan bahwa kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. (2) Pasangan calon sebagaimana yang disebutkan dalam ayat (1) diajukan oleh partai politik atau gabungan partai politik. Ketentuan pasal 56 ayat (2) dinyatakan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat setelah salah satu kepala daerah dari NTB mengajukan pengujian Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah terkhusus dengan kaitannya terhadap calon perseorangan untuk ikut dalam pemilihan umum kepala daerah. Setelah Mahkamah Konstitusi mengabulkan tuntutan atas calon perseorangan tersebut, maka pada tanggal 28 pemerintah menerbitkan

(53)

Undang- Undang nomor 12 Tahun 2008 sebagai pengganti Undang- Undang nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah.

Diterapkannya sistem pemilihan langsung merupakan sebuah koreksi atas penyelenggaraan pemilu kepala daerah yang selama ini dilakukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Penggunaan format pemilihan langsung merupakan sebuah tuntutan dari era demokrasi yang menginginkan liberalisasi dibidang politik. Pemilihan umum kepala daerah juga menunjukan perkembangan kehidupan demokrasi di daerah kearah yang lebih baik. Ini disebabkan karena rakyat didaerah diberi kebebasan dan kesempatan untuk memilih kepala daerahnya sendiri tanpa proses perwakilan.

(54)

tahun 2013 calon yang diusung partai besar seperti halnya PDIP mampu memenangkan Pemilukada tersebut.

7. Metodologi Penelitian

7.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu dengan menggunakan pendekatan analisis yaitu suatu metode dalam meneliti satu objek, kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu peristiwa yang terjadi di masa sekarang. Menurut Whitney, metode deskriptif adalah pencarian fakta interpretasi yang tepat yang digunakan untuk mempelajari masalah- masalah yang ada dalam masyarakat dan tata cara yang berlaku dalam masyarakat, serta hubungan- hubungan kegiatan, sikap- sikap, pandangan dan proses yang sedang berlangsung juga suatu pengaruh- pengaruh dari suatu fenomena.25

25

Mohamad Nazir, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia: Jakarta, 1998, hal. 4.

7.2. Lokasi Penelitian

(55)

7.3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh informasi, keterangan- keterangan atau fakta- fakta yang diperlukan, maka penulis menggunakan tekhnik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Metode Library Research atau Studi Kepustakaan, yaitu studi yang dilakukan dengan cara melakukan pengumpulan buku- buku, makalah, jurnal, ataupun literatur yang berhubungan dengan penelitian ini.

2. Metode Penelitian Lapangan ( Field Research), yaitu dengan cara datang langsung ke lokasi penelitian untuk menghimpun data- data yang diperlukan dengan cara melakukan wawancara dengan narasumber terkait.

7.4. Teknik Analisa Data

(56)

pandangan peneliti.26

Pada Bab ini akan menggambarkan lokasi penelitian, dalam hal ini adalah profil Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan khususnya Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan provinsi Sumatera Utara

Untuk analisis data kualitatif dilakukan pada data yang tidak dapat dihitung berwujud kasus- kasus sehingga tidak dapat disusun dalam bentuk angka- angka.

7.5. Sistematika Penulisan

BAB I Pendahuluan

Bab ini akan menguraikan latar belakang masalah, pokok permasalahan yang akan dibahas, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi yang digunakan dalam penelitian, kerangka teori yang menjadi landasan pemikiran serta sistematika penelitian.

BAB II Deskripsi Lokasi Penelitian

26

(57)

BAB III Hasil dan Analisa Data

Pada bab ini akan memuat hasil dan analisa data yang didapat dalam proses penelitian ini. Yaitu mengenai proses rekrutmen yang dilakukan oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dalam menyeleksi calon Gubernur dan Wakil Gubernur masa periode 2013- 2018 yang akan bertarung dalam Pemilihan Umum kepala daerah di Provinsi Sumatera Utara.

BAB IV Penutup

(58)

BAB II

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

II.1. Sejarah Lahirnya PDI Perjuangan

Sejarah lahirnya Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan(PDI Perjuangan) tidak bisa dilepas dari konflik yang terjadi di dalam tubuh Partai Demokrasi Indonesia (PDI) dan menguatnya sosok Megawati Soekarnoputri di panggung politik.

(59)

Para deklarator PDI yang terlibat pada saat fusi itu antara lain : Mohammad Isnaeni dan Abdul Madjid (PNI), Ben Mang Reng Say dan FS Wignyosumarsono (Partai Katolik), Sabam Sirait dan A.Wenas (Parkindo), S Murbantoko dan Djon Pakan (Partai Murba) sementara dari IPKI diwakili Achmad Sukmadidjaja dan MH Sadri. Namun di kemudian hari, pada 11 Oktober 1994, IPKI menyatakan diri kembali kepada jati diri ormas yang independen, non politik dan non afiliasi.

Komposisi partai menyusun yang terdiri dari berbagai latar belakang itu membuat PDI harus mengakomodasi berbagai perbedaan bentuk dan warna politik.Secara umum dua parpol Kristen menganut aliran keagamaan, sementara sisanya nasionalisme dalam variasi masing-masing. Pada rapat pertama lima pimpinan parpol, Mohammad Isnaeni, Ketua PNI, terpilih menjadi Ketua Umum PDI yang pertama. Sementara petinggi dari partai kepengurusan PDI saat itu terdiri dari 25 anggota MPP (Majelis Pimpinan Pusat) dan 11 DPP (Dewan Pimpinan Pusat) termasuk Ketua Umum, 5 Ketua dan 4 Sekjen.

(60)

menjabat sebagai Ketua DPR/MPR dengan Soenawar Soekawati, yang menjabat Menteri Negara Bidang Kesra Kabinnet Pembangunan II.Banyak pertentangan yang terjadi pada kepemimpinan PDI dan tidak jelas penyebab pertentangan petinggi PDI tersebut.Dan akhirnya di dalam Kongres I PDI pada 13 April 1976 akhirnya diputuskan bahwa kedua petinggi yang bertentangan tidak lagi menjadi pemimpin DPP.

(61)

langkah kompromi, Mohammad Isnaeni dan kelompoknya dimasukkan ke dalam jajaran kepengurusan Ketua DPP.

Pasca penyelesaian konflik di antara kelompok tersebut, masalah bukannya selesai.Keresahan timbul di antara kader pada lapisan bawahnya.Kelompok Isnaeni tampaknya tidak berhenti oleh kesepakan di lapisan DPP.

(62)

masih melibatkan nama tokoh-tokoh elit lama seperti Hardjanto Sumodisastro yang berseteru dengan Soenawar Soekawati.

Satu dekade setelahnya, PDI masih terus direpotkan oleh berbagai pertentangan di antara jajaran elit partai. Ketua Umum pada saat itu, Soerjadi, ditentang kelompok Achmad Subagyo yang membuat maneuver politik dengan membentuk DPP Peralihan pada 21 Agustus 1991. Kelompok Subagyo yang didukung oleh aparat keamanan beranggapan DPP PDI pimpinan Soerjadi sudah demisioner sejak 2 Mei 1991.Perjalanan konflik itu terus berlanjut hingga terselenggaranya Kongres PDI VI di Medan.

(63)

kepengurusan DPP PDI saat itu menunjuk Soerjadi sebagai Ketua Umum yang didampingi Sekjen Nicolaus Daryanto.

Namun dalam perjalannya, sikap Soerjadi yang diharapkan akomodatif terhadap kebijakan Presiden Soeharto, dalam kenyataannya justru berlawanan.Tidak tanggung-tanggung kritik bahkan ditujukan kepada Presiden Soeharto langsung.

Isu paling berani adalah tentang pembatasan masa jabatan Presiden serta pemilihan Presiden dan Wapres dengan mekanisme suara terbanyak.Pada saat itu, mekanisme suara terbanyak (voting) merupakan barang “halal” yang dianggap tabuh.Pemerintahan Soeharto pada saat itu berusaha keras menekankan perlunya dikedepankan musyawarah mufakat dalam mengambil sebuah keputussan bersama.Dalam tubuh partai PDI, Soerjadi mendorong keberanian kader PDI agar menolak menandatangani perolehan suara Pemili 1993 jika mereka menilai hasil itu mengandung kecurangan.

(64)

meningkat.Yang menjadi salah satu strategi PDI adalah mengakomodir tampilnya Keluarga Bung Karno dan menonjolkan semangat Soekarnoisme. Pada masa inilah muncul nama-nama seperti Megawati Soekarnoputri, Guruh Soekarnoputra, BN Marbun, Laksamana Sukardi,maupun Soegeng Sarjadi. Hasilnya, dua kali masa kepemimpinan Soerjadi, PDI berhasil menambah perolehan 32 kursi di DPR-RI.

(65)

Dua pecan menjelang KLB, nama Megawati mulai disebut-sebut sebagai salah satu calon Ketua Umum. Yang pertama kali melontarkan adalah para pengurus PDI Solo dengan dikordinir Makyo Sumarno, ketua DPC PDI Solo. Tak dinyana sebelumnya, lontaran Makyo itu rupanya mengena di hati anggota dan simpatisan PDI yang lain.

(66)

Melihat gelagat terbitnya anggota keluarga Soekarno di tubuh PDI, pemerintah menyikapi dengan berbagai cara. Salah satunya, melalui jaringan pejabat sospol daerah menghambat para pendukung Megawati menjadi utusan dalam KLB Surabaya. Utusan-utusan PDI yang mendukung Megawati seperti Tarmidi Soehardjo, Azis Boeang dan Subur Budiman, sebagian dicekal dan digantikan orang-orang yang sebelumnya pernah mengacaukan Kongres Medan.

Tak luput pula Megawati sendiri sempat mengalami percobaan pencekalan, ketika recomendasi sebagai utusan DPC PDI Jakarta Selatan ditahan Ketua DPD Jakarta, Alex Asmasoebrata. Akhirnya meski digoyang kiri-kanan, dukungan terhadap Megawati bukannya berkurang namun sebaliknya.

(67)

setuju dan menginginkan sistem pemilihan langsung, namun Latief Pudjosakti sebagai pimpinan siding tetap bersikeras memakai sistem formatur sebagaimana diinginkan pula oleh pemerintah. Hasilnya, KLB PDI Surabaya dinyatakan macet.

Namun Megawati tak ingin menunggu terlalu lama. Beberapa menit sebelum izin KLB habis, Megawati menyatakan diri secara de facto sebagai Ketua Umum PDI periode 1993-1998 lewat sebuah konperensi pers di hadapan seluruh utusan DPC-DPC dan media massa. Segera setelah pernyataan selesai dilontarkan, tepat pukul 00.00 WIB, sekitar 500 polisi dan pasukan anti huru-hara membubarkan seluruh peserta KLB dan mengambil ahli seluruh kendali asrama Haji Sukolilo,Surabaya.

(68)

Besarnya dukungan terbuka dari public berupa gerakan-gerakan massa menyebabkan pemerintah dan Presiden Soeharto merubah haluannya dalam menghadapi Megawati. Terlebih, Megawati sendiri tidak tinggal diam. Selepas KLB Surabaya, bersama para pendukungnya ia melakukan manuver safari politik ke beberapa petinggi pemerintahan dan ABRI.

Boleh jadi, karena pertimbangan politik atas kondisi di masyarakat, pada saat Munas berlangsung 22 Desember 1993, langkah pengukuhan Megawati sebagai Ketua Umum mulus tak terhalang sama sekali. Proses pemilihan hanya berlangsung lima menit, tepat pada pukul 20.40 WIB sebanyak 54 fungsionaris DPD dari 27 Provinsi secara aklamasi memilih Megawati. Kekuasaan de facto dan de jure sebagai ketua Umum PDI akhirnya sampai juga ke tangan Megawati.

(69)

antara kubu Megawati dan kubu Soerjadi maupun di dalam jajaran pengurus PDI lainnya.

Puncak kemelut penjegalan Megawati oleh pemerintah terjadi dalam scenario Kongres Medan yang digelar kubu Soerjadi pada tahun 1996.Pada awalnya, sejumlah cabang di daerah memberitahukan Mega bahwa mereka telah ditekan oleh pihak militer setempat agar mau mendukung penyelenggaraan Kongres Medan. Sebaliknya, ABRI saat itu berkilah bahwa apa yang dilakukan semata-mata permintaan dari para senior PDI di bawah koordinasi Fatimah Achmad.

Toh, gerakan kelompok Fatimah Achmad yang didikung pemerintah akhirnya berhasil menyelenggarakan Kongres PDI di Medanyang hasilnya menunjuk Sorjadi sebagai Ketua Umum.Kemesraan Soerjadi dengan pemerintah dan ABRI dalam perencanaan dan pelaksanaan kongres membuktikan lagi ambivalensi penguasa yang dahulu memusuhi Soerjadi.Setelah diorbitkan pada 1986, Soerjadi dihempaskan lagi pada 1993 dan akhirnya dirangkul kembali pada 1996.

(70)

ini memiliki akibat yang paling merusak. Pendukung dan simpatisan Megawati/PDI di berbagai kota bergerak. Kemarahan pendukung dan simpatisan Megawati di beberapa kota mengundang terjadinya bentrok berdarah dengan aparat keamanan. Sehari sebelum kongres versi Soerjadi dibuka 20 Juni 1996, ribuan warga PDI di Jakarta melakukan gerakan long march menolak kongres.

Pendukung dan simpatisan Megawati mengubah jalanan di depan kantor DPP PDI di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat menjadi ajang mimbar bebas. Setiap hari selama kongres berlangsung dan sesudahnya, kantor itu menjadi ajang tumpahnya unek-unek dan kekecewaan terhadap berbagai kondisi politik yang ada. Tak hanya soal kongres, namun melebar pula pada kondisi politik negara.Tak hanya kader PDI, namun juga tokoh-tokoh LSM. Kondisi itu terus berlanjut hingga akhirnya pemerintah habis kesabaran dan atas permintaan kubu Soerjadi, memutuskan merebut kantor DPP PDI.

(71)

hilang dan ratusan luka-luka. Peristiwa itu menjadi pengalaman paling kelabu dalam sejarah PDI hingga saat ini.

Tejadinya dualisme PDI menimbulkan berbagai friksi di lapisan bawah, mulai dari demo-demo hingga berbagai aksi penolakan pada tokoh PDI Soerjadi. Demonstrasi antara lain terjadi di Jakarta pada 19 Desember 1996, di mana massa pendukung Megawati mendatangi gedung DPR/MPR, Markas Besar Kepolisian hingga rumah dinas Soerjadi.

Menjelang Pemilu 1997, persaingan antara PDI Soerjadi dan Mega kembali terjadi dalam proses pengajuan caleg yang mewakili PDI. Keduanya mengajukan daftar caleg namun pemerintah tampak condong mengakui PDI pro Soerjadi.Yang diterima pencalonannya ole LPU adalah daftar caleg versi Soerjadi meski hal ini banyak diprotes masyarakat luas.

(72)

Imbas dari berbagai kemelut internal PDI serta sikap Megawati terhaddap Pemiluterlihat dalam perolehan kursi PDI. Dibandingkan hasil Pemilu 1992, perolehan suara PDI secara nasional anjlok dari 14,89 persen menjadi 3.09 persen. Akibatnya, kursi DPR yang diraih juga terpapas dari 56 kursi menjadi 11 kursi.

Sebaliknya, berbagai tekanan yang dilakukan rezim yang berkuasa terhadap Megawati tidak membuat partai yang rawan konflik ini menjadi surut.Bahkan, simpati dan dukungan spontan dari masyarakat khususnya lapisan bawah kian besar.Posko-posko PDI didirikan di berbagai wilayah dam tumbuh seperti jamur di musim hujan.Masyarakat dengan sukarela menyumbangkan sebagian miliknya untuk menunjukan pembelaan terhadap PDI pimpinan Megawati.Kedekatan PDI dengan warga masyarakat kelas bawah akhirnya merembet pada kelas menengah dan kian mengokohkan citra PDI.

(73)

adanya dua PDI. Setelah itu peringatan peristiwa 27 Juli diperbolehkan di kota-kota besar selain Jakarta oleh Menhankam Wiranto.

Menguatnya citra PDI dibawah pimpinan Megawati membuat partai ini memiliki kesempatan melakukan pembenahan internal. Merebaknya aksi massa dan lengsernya presiden Soeharto pada 21 Mei 1998 membuka lembaran baru bagi PDI Perjuangan untuk kian mengokohkan organisasi partai yang selama ini kerap dilupakan.

Angina politik mulai berhembus kea rah PDI Megawati itu disambut dengan percaya diri oleh kader PDI. Di Sumatera Utara, massa PDI pro Mega bentrok dengan massa Soerjadi untuk merebut kantor DPC PDI-Sumut. Melalui Syarwan Hamid, pemerintah kembali membuka “ kesempatan” kepada Megawati dengan mendorong membentuk partai baru. Pernyataan itu dikeluarkan Syarwan pada 28 Mei 1998 setelah berbagai peristiwa hilangnya aktivis demokrasi termasuk kader PDI, Haryanto Taslam.

(74)

1973. Nama partai diubah menjadi PDI Perjuangan, dengan azas Pancasiladan bercirikan Kebangsaan, Kerakyatan dan Keadilan Sosial. Selain nama, PDI Perjuangan juga merubah logo kepala banteng dalam segilima menjadi banteng gemuk dalam lingkaran.

Bentuk keindonesiaan yang dituju adalah Indonesia yang bebas dari segala bentuk penjajahan antar manusia.Kader PDI Perjuangan baik yang menduduki posisi structural, legislative maupun eksekutif ditandai dengan semangat derajat integrasi bangsa yang tinggi baik dalam bidang sosial maupun politk.Hal ini dijalankan secara nyata oleh PDI Perjuangan dengan terutama menembus sekat-sekat kesukuan dan agama. Dicontohkan, dalam kepengurusan PDI Perjuangan di daerah, seorang Komaruddin yang beragama Islam bisa menjabat ketua DPD PDI Perjuangan Maluku, sementara di Jawa Timur yang mayoritas Muslim Ketua DPD dijabat oleh Yohanes Widodo, seorang Kristen.

(75)

Menyikapi hasil Pemilu yang menempatkan PDI Perjuangan menjadi pemenang Pemilu, Kongres I PDI Perjuangan kemudian diadakan di Semarang yang berlangsung tanggal 27 Maret – 1 April 2000.Hasilnya disusun kepengurusan dan memantapkan Megawati sebagai Ketua Umum dan calon Presiden dari PDI Perjuangan.Hingga sekarang jabatan Ketua Umum masih dipegang oleh Megawati.

Kiprah PDI Perjuangan sebagai partai “wong cilik” saat Pemilu 1999 melengkapi daya tarik PDI Perjuangan. Semuanya dirangkum dengan daya tarik sosok Megawati yang didengung-dengungkan kedekatannya dengan Putra Sang Fajar, Soekarno. Hasilnya, spontanitas masyarakat, terutama di pulau Jawa, tergerak untuk membela dan memilih partai berlambang banteng gemuk ini.

II.2. Perspektif Ideologi dan Program Partai

Berikut adalah kerangka landasan yang menjadi dasar bagi PDI Perjuangan dalam melangkah di dunia politik, sebagaimana dituangkan dalam dokumen partai ini.

II.2.1. Azas

(76)

II.2.1.1 Ciri dan Watak

Partai adalah organisasi politik terbuka untuk semua warga negara Indonesia tanpa membedakan suku, keturunan, agama, kedudukan, sosoal, dan gender serta berwatak Kebangsaan Indonesia, Kerakyatan dan Keadilan Sosial yang perjuangannya berlandaskan Pancasila.

II.2.1.2 Tujuan

1. Tujuan Umum Partai

a. Mewujudkan cita-cita nasional bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.

b. Mengembangkan kehidupan demokrasi berdasarkan Pancasila dengan menjunjung tinggi kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. 2. Tujuan Khusus Partai

(77)

melaksanakan ketertiban umum yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial yang berdasarkan Pancasila.

II.2.1.3 Fungsi

1. Mendidik, mencerdaskan dan menyadarkan rakyat agar sadar dan bertanggung jawab atas hak dan kewajiban sebagai warga Negara.

2. Menghimpun, merumuskan dan memperjuangkan aspirasi rakyat secara nyata.

3. Memperdayakan dan menggerakkan rakyat untuk berperan aktif dalam pelaksanaan Pembangunan Nasional.

4. Berpartisipasi dalam penyelanggaraan Negara dan/atau melakukan kontrpl sosial secara kritis, korektif, konstuktif dan konsepsional.

5. Melaksanakan kaderisasi kepemimpinan nasional yang demokrasi dalam rangka peningkatan kualitas pengabdian Partai dan penciptaan pemerintah yang bersih dan berwibawa.

(78)

PDI perjuangan adalah organisasi politik yang terbuka untuk semua warga negara Indonesia tanpa membedakan suku, keturunan, agama, kedudukan sosial dan gender serta berwatak: Kebangsaan Indonesia, Kerakyatan dan Keadilan Sosial yang perjuangannya berlandaskan Pancasila. PDI Perjuangan telah berketepatan menjadikan dirinya sebagai sebuah partai modern yang mempertahankan jati dirinya sebagai Partai Kerakyatan dengan tetap berpegang teguh pada prinsip berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi dan berkepribadian dlam bidang kebudayaan.

(79)

mengungkapakan komitmen PDI Perjuangan untuk senantiasa mengarahkan semua aktifitas bagi kepentingan rakyat banyak.

Cita cita Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu, demokratis, adil, dan makmur, serta beradab dan berketuhanan tidak hanya menuntut rakyat, ttetapu juga menuntut komitmen, moralitas, dan etika yang tinggi bagi para penyelenggaranya.

II.2.1.5 Program PDI Perjuangan 1. Politik Dalam Negeri

a. Mempertahankan dan melaksanakan secara konsekuensi Pancasila sebagai dasar dan ideologi bangsa Indonesia b. Mempertahankan negara kebangsaan Republik

Indonesia yang berbentuk Negara Kesatuan dalam masyarakat yang majemuk dalam kesetaraan.

c. Melakukan penyempurnaan dan perkuatan UUD 1945 dalam rangka menegakkan pelaksaan cita-cita proklamasi seperti yang teruang dalam pembukaan UUD 1945 untuk menjawab tantangan dan perubahan zaman.

(80)

proporsional pada tingkat nasional dan system distrik pada tingkat provinsi kebawah dan pemilihan secara langsung untuk menentukan utusan daerah.

e. Melakukan pemilihan Presiden danWakil Presiden secara langsung dalam Majelis Permusyawaratan Rakyat.

f. Mendorong kondtrol masyarakat yang efektif terhadap penyelenggaraan negara melaui organisasi kemasyarakatan, organisai profesi dan LSM bagi terselanggaranya kehidupan yang demokratis.

g. Melakukan peran aktif sebagai unsur perekat bangsa dalam rangka memantapkan persatuan dan kesatuan dalam masyarakat Indonesia yang majemuk dengan menghargai perbedaan di dalam kesetaraan dan mendahulukan sikap akomodatif daripada diskriminatif. h. Mendesak pemerintah untuk segera melaksanakan

(81)

i. Mendesak pemerintah dan DPR untuk menyempurnakan UU Nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintah Daerah dan Nomor 25 tahun 1999 tentang Pertimbangan Keuangan Pusat dan Daerah dengan memperhatikan keutuhan wilayah negara kesatuan Republik Indonesia.

2. Politik Luar Negeri

a. Melaksanakan politik bebas aktif berorientasi pada kepentingan nasional dalam rangka terciptanya ketertiban dunia dan perdamaian abadi.

b. Mengutamakan kerja sama yang saling menguntungkan di antara sesame anggota ASEAN dalam rangka menjaga stabilitas kawasan serta untuk mengatasi berbagai masalah kesulitan ekonomi dan dampaknya. c. Mendorong pemantapan Gerakan Non Blok dan Forum

Selatan Selatan untuk mendukung kemajuan negara-negara berkembang dan memperkecil kesenjangan antara Utara dan Selatan.

(82)

APEC 2020 agar dapat memetik manfaat yang sebesar-besarnya.

e. Melaukan kerja sama keamanan internasional dengan dasr sikap sling menghormati kedaulatan negar amsing-masing namu tidak terikat dalam Pakta Pertahanan. f. Melakukan kerjasama bilateral maupun multilateral

guna meningkatkan daya saling ekonomi 3. Penegakan Hukum

a. Mendukung usaha menegakkan hokum yang dilakukan secara konsistendan konsekuen dengan meniadakan diskriminasai agar tercipta suasana kehidupan yang aman, tertip, damai dan adil

b. Mendukung penindakan yang tegas terhadap para pelanggar hokum yang berasal dari berbagai lapisan masyarakat tanpa memandang kedudukan, suku, dan agamanya.

(83)

d. Mendukung pelaksaan fungsi hukum untuk mengayomi dan mewujudkan kedilan bagi segenap rakyat Indonesia semua aspek kehidupan

e. Menuntut dilakukannya pembenahan peradilan dengan membersihkan lembaga peradilan dan perkatik KKN agar tercipta peradilan yang bersih, cepat, murah, dan tensparan.

f. Mendukung Undang-Undang HAM da pelaksanaanya dengan memperhatikan konvensi intenasional mengenai Hak Asasi Manusia.

g. Menuntut penyempurnaan Undang-Undang Pertanahan yang melindungi masyarakat dengan memperhatikan hak adat dan hak ulayat atas tanah.

h. Mendesak diberlakukannya judicial review terhadap berbagai undang-undang dan peraturan yang tidak sesuai denga Undang-Undang Dasar 1945.

i. Mendesak segera dibentuknya undang-undang dan atau peraturan-peraturan yang melindungi hak-hak rakyat dalam rangka mengantisipasi aturan-aturan WTO.

(84)

a. Mendukung usaha pemerintah dalam rangka pemulihan ekonomi nasional melalui kebijakan, peluang usaha, permodalan, dan informasi secara adil dan merata bagi peningkatan kemampuan perekonomian rakyat.

b. Mendorong tumbungnya usaha-usaha produktif dalam rumah tangga agar rakyat tidak hanya sebagai konsumen tetapi juga produsen, sehingga dapat meningkatkan produktifitas nasional.

c. Mendesak pemerintah untuk mengutamakan penciptaan lapangan kerja baru di sektor kelautan, pertanian, dan industry padat karya.

d. Mendesak pemerintah agar segera menuntaskan penyehatan perbankan nasional dengan tidak hanya mengutamakan rekapitalisasi tetapi menge

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan proses penetapan calon legislatif (caleg) partai politik Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) cabang Kota Surakarta

Berangkat dari keadaan tersebut, penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut bagaimana strategi marketing politik partai PDI Perjuangan dalam upaya mendapatkan suara

“ Adanya organisasi-organisasi sayap PDI Perjuangan seperti Banteng Muda Indonesia, Baitul Muslimin Indonesia, Taruna Merah Putih, Komunitas Mahasiswa dan Pelajar

Komunikasi politik yang berjalan tidak baik antara Wali Kota Surabaya dengan anggota legislatif dan fraksi PDI Perjuangan di DPRD Kota Surabaya maupun pengurus DPC PDI

Rendahnya dukungan masyarakat Sumatera Barat terhadap PDI Perjuangan berdampak rendahnya perolehan suara Jokowi di provinsi pada pemilihan presiden di 2014 dan 2019.. Kegagalan

Komunikasi politik yang berjalan tidak baik antara Wali Kota Surabaya dengan anggota legislatif dan fraksi PDI Perjuangan di DPRD Kota Surabaya maupun pengurus DPC PDI

Dari hasil penelitian dan analisis dapat disimpulkan bahwa PDI Perjuangan Kabupaten Sragen menjalankan marketing politik untuk membangun citra positif partai

Dari penjelasan-penjelasan yang telah diuraikan di atas adalah menjadi hal menarik bagi penulis untuk meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan politik partai Golkar