• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proses penyembuhan jaringan lunak dan jaringan keras… 22

BAB 4 PERAWATAN

4.4 Proses penyembuhan jaringan lunak dan jaringan keras… 22

Pada dasarnya proses penyembuhan jaringan lunak terdiri dari 3 tahapan yaitu: 22

a. Injuri

Pada tahap ini, jaringan lunak yang disayat pada proses operasi menyebabkan luka dan perdarahan serta kematian beberapa jaringan tersebut. Pada ruang insisi akan terjadi perdarahan yang kemudian akan diikuti penggumpalan. Setelah itu tubuh akan mengeluarkan leukosit untuk fagositosis jaringan yang mati.

b. Inflamasi

Pada tahap ini karena terjadi kerusakan pada jaringan lunak akan menstimulus pengeluaran zat-zat kimiawi dari dalam tubuh yang membuat nyeri seperti histamin dan bradikinin. Pada masa ini juga terdapat tanda-tanda peradangan seperti bengkak, nyeri, teraba panas, kemerah-merahan, dan kehilangan fungsi. Bengkak terjadi karena penimbunan eksudat di bawah kulit. Teraba panas dan kemerah-merahan terjadi karena perubahan vaskuler berupa vasodilatasi pembuluh darah, sehingga darah banyak terkonsentrasi pada luka tersebut.

c. Perbaikan

Pada tahap ini penyembuhan terjadi dengan mengganti jaringan yang rusak atau hilang dengan jaringan subtitusi ( jaringan pengganti ). Jaringan subtitusi yang mengganti jaringan asal yang rusak atau hilang adalah jaringan kolagen, sehingga akan timbul fibrosis yang akhirnya akan berwujud sebagai jaringan parut ( cicatrix ).

Proses penyembuhan jaringan keras yang terjadi berupa fraktur akan segera diikuti proses penyambungan yang dibedakan menjadi 5 fase, yaitu :

a. Fase Hematoma

Pada saat terjadi fraktur pembuluh darah robek dan terbentuk hematoma disekitarnya dan di dalam fraktur. Tulang pada permukaan fraktur, yang tidak mendapat persediaan darah akan mati.

b. Fase Proliferasi

Setelah fraktur terdapat reaksi radang akut yang disertai proliferasi sel dibawah periosteum dan di dalam saluran medula akan tertembus. Sel-sel ini merupakan awal dari osteoblast, yang akan melepaskan substansi interseluler. Jaringan seluler mengelilingi masing-masing fragmen yang akan menghubungkan tempat fraktur. Hematoma membeku perlahan-lahan diabsorbsi dan kapiler baru yang halus berkembang kedalam daerah itu.

c. Fase pembentukan kalus

Jaringan seluler berubah menjadi osteoblast dan osteoklast. Osteoblast melepaskan matriks interseluler dan polisakarida yang akan menjadi garam kalsium

dan mengendap disitu sehingga terjadi jaringan kalus. Tulang yang dirangkai ( woven bone ) muncul pada kalus. Tulang yang mati di bersihkan.

d. Fase konsolidasi

Aktivitas osteoklast berlanjut, tulang yang dirangkai digantikan oleh tulang lamelar dan fraktur dipersatukan secara kuat.

e. Fase remodelling

Fraktur telah dijembatani oleh suatu manset tulang padat. Tulang yang baru terbentuk sehingga mirip dengan struktur normal.

BAB 5 KESIMPULAN

Ekstraksi gigi adalah proses pencabutan gigi dari dalam soket dari tulang alveolar. Ekstraksi gigi ini adalah tindakan yang dilakukan oleh dokter gigi dalam prakteknya sehari-hari. Seperti yang diketahui bahwa dokter gigi mempunyai tujuan untuk menciptakan rongga mulut yang sehat dan dapat berfungsi dengan baik sampai akhir pertumbuhan gigi. Tetapi dalam beberapa keadaan ekstraksi gigi harus dilakukan karena merupakan indikasi. Seperti gigi yang karies besar, nekrosis pulpa, gigi retak, gigi malposisi, gigi terpendam, gigi berlebih, gigi persistensi, ekstraksi gigi untuk keperluan orthodonti, dan ekstraksi preprostetis. Walaupun demikian, dalam melakukan ekstraksi gigi yang merupakan indikasi, harus memperhatikan beberapa kondisi yang tidak boleh dilakukan karena merupakan kontraindikasi. Seperti pemberian bahan anastetikum yang mengandung adrenalin pada penderita penyakit jantung, penderita hipertensi, diabetes melitus, dan arteriosklerosis.

Dalam melakukan ekstraksi gigi, perlu diperhatikan prinsip-prinsip ekstraksi gigi yaitu asepsis, pembedahan atraumatik, akses dan lapangan pandang baik serta tata kerja teratur. Prinsip ektraksi gigi ini sangat membantu pekerjaan dokter gigi untuk dapat menghindari dan memperkecil kemungkinan terjadinya trauma yang besar pada ekstraksi gigi yang menyebabkan komplikasi ekstraksi gigi. Komplikasi-komplikasi ekstraksi gigi seperti trauma jaringan sekitarnya yang melibatkan jaringan lunak, prosesus alveolaris, tuberositas maksilaris dan nervus, trauma pada gigi

tetangga dan penyembuhan yang lambat adalah akibat dari trauma kekuatan yang berlebihan dan tidak terkontrol pada saat ekstraksi gigi.

Mencegah terjadinya komplikasi seharusnya menjadi tujuan dokter gigi pada saat melakukan ekstraksi gigi. Apabila komplikasi ekstraksi gigi tidak dapat dihindari, maka melakukan perawatan sedini mungkin sesuai dengan trauma yang ditinggalkan adalah tindakan yang paling tepat. Dengan bekerja secara hati-hati dan dapat mengontrol tenaga sewaktu instrumentasi akan menghindarkan terjadinya komplikasi ekstraksi gigi. Disamping itu, kerja sama yang baik antara operator dan asistennya juga sangat membantu untuk mengindari terjadinya komplikasi-komplikasi ekstraksi gigi.

Perawatan yang dilakukan terhadap trauma yang terjadi pada jaringan lunak dan jaringan keras harus tepat sehingga proses penyembuhan dapat berjalan baik. Pada dasarnya proses penyembuhan jaringan lunak terdiri dari 3 tahapan yaitu injuri, inflamasi dan perbaikan. Sedangkan proses penyembuhan jaringan keras terdiri dari 5 fase yaitu fase hematoma, fase proliferasi, fase pembentukan kalus, fase remodelling dan fase konsolidasi. Jaringan lunak dan jaringan keras yang mengalami trauma yang besar pada ekstraksi gigi yang menimbulkan komplikasi ekstraksi gigi akan kembali normal setelah melewati fase-fase tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

1. Santoso TI, Poedjiastoeti W, Ariawan D. Perdarahan pasca ekstraksi gigi,

pencegahan dan penatalaksanaannya.

Agustus 2009 )

2. Fragiskos FD. Oral surgery. Greek : Springer- Verlag Berlin Heidleberg, 2007 : 181-200.

3. Irby CW. Emergencies and urgent complications in dentistry. Saint Louis : The C. V. Mosby Company, 1965 : 370-380.

4. Pedersen GW. Buku ajar praktis bedah mulut. Trans. Purwanto, Basoeseno. Jakarta : EGC, 1996 : 83-100.

5. Rounds CE. Principle and technique of exodontia. 2nd ed. Saint Louis : The C. V. Mosby Company, 1962 : 197-238.

6. Cawson RA. Essential of dental surgery and pathology. 1st ed. Boston : Little, Brown and Company, 1962 : 178-205.

7. Wikipedia. Dental extraction. September 2009. 10 September 2009 )

8. Sicklick AM. Tooth extraction.

September 2009 )

9. Torres HO. Modern dental assisting. 3rd ed. Philadelphia : W. B. Saunders Company, 1985 : 859-860.

10.Petersen LJ, Ellis E, Hupp JR, Tucker MR. Contemporary oral and maxillofacial surgery. 4th ed. St Louis : Mosby, 2003 : 116-18, 221-37.

11.Thoma KH. Oral surgery. 5th ed. Saint Louis : The C. V. Mosby Company, 1969 : 280-317.

12.Upton LG. Extractions : Indications, principles, and armamentarium. Single simple extractions. In : Clark JW, eds. Clinical Dentistry. Philadelphia : Harper & Row, 1985 : 1-14, 1-16.

13.Mccarthy FM. Emergencies in dental practice prevention and treatment. 3rd ed. Philadelphia : W. B. Saunders Company, 1979 : 503-15, 533-36.

14.Killey HC, Kay LW. The prevention of complications in dental surgery. Edinburgh and London : E & S Livingstone LTD, 1969 : 28-31.

15.Tetsch P, Wagner W. Operative extraction of wisdom teeth. Trans. Claire Shellis, RP Shellis. London : Wolfe Medical Publications Ltd, 1985 : 108-134.

16.Anonymous. Tooth removal warnings.

17.Testa D, Florman M. Dental economics. Tulsa : May 2006, Vol 96, Iss. 5 ;

pg. A1, 7 pgs.

18.Polat HB, Ay S, Kara MI. Maxillary tuberosity fracture associated with first molar extraction: a case report. Eur J Dent. 2007; 1(4): 256-259.

19.Anonymous. Fractured maxillary tuberosity.

2009 )

20.Florman M. Etiology, prevention and management of post extraction

21.Feldman MH. Exodontia. 4th ed. Philadelphia : Lea & Febiger, 1951 : 253-258.

22.Anonymous. Proses penyembuhan jaringan lunak.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama Lengkap : Noni Harahap

Tempat/ Tanggal Lahir : Medan/ 21 Desember 1988 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jln. Sei Silau No. 23 Medan Orangtua

Ayah : dr. Kisman Harahap, Sp.B Ibu : Hj. Yusdiana Daulay

Alamat : Jln. Kakatua No. 15 Pekanbaru

Riwayat Pendidikan

1. 1992-1994 : TK Perwanis, Medan 2. 1994-2000 : SD Negeri 016, Pekanbaru

3. 2000-2003 : SLTP Swasta Santa Maria, Pekanbaru 4. 2003-2006 : SMA Negeri 9, Pekanbaru

Dokumen terkait