• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Lokasi

4.5 Proses Penyempurnaan Modul

Modul yang telah digunakan guru dan siswa dievaluasi sejauh mana kefektifannya dan pengaruhnya ketika digunakan dalam pembelajaran di kelas. Setelah digunakan ada beberapa saran yang diberikan guru agar modul panduan untuk siswa yang dibuat bisa dilengkapi dan diperbaiki, diantaranya sebagai berikut :

1. Bab Konservasi Tumbuhan Obat, pengertian Konservasi harus diperbaiki

dari “ Konservasi itu” menjadi “ Konservasi adalah” dengan tujuan agar

Modul lama di tulis “konservasi itu upaya melindungi, mengawetkan contohnya dengan memperbanyak tanaman biar tidak habis, dan memanfaatkannya, agar tetap terjaga kelestariannya.

Modul yang telah diperbaiki menjadi “konservasi adalah pemanfaatan secara berkelanjutan dengan cara budidaya (memperbanyak tanaman, tidak memetik sembarangan, jika ada pemanenan harus di tanam kembali) agar terjaga kelestariannya

2. Bab Manfaat Tumbuhan Obat, sebaiknya menggunakan kata-kata yang mudah di mengerti siswa seperti kata medis, estestis, dan lain-lain diganti langsung kesehatan, keindahan dan lain-lain. Selain itu sebutkan atau tuliskan contohnya jangan menggunakan titik dua ( : ) karena ini akan sulit untuk dimengerti oleh siswa.

Modul lama di tulis

Manfaat Tumbuhan Obat dari berbagai sudut pandang :

1. Manfaat Medis (kesehatan) : Penyedia bahan baku, menjaga stamina tubuh

2. Manfaat estetis (keindahan) : Tumbuhan hias

Modul yang telah diperbaiki menjadi

Manfaat Tumbuhan Obat dari berbagai sudut pandang adalah:

1. Manfaat Kesehatan (Medis).

Sebagai contoh : Penyedia bahan baku, menjaga kebugaran tubuh 2. Manfaat Keindahan (estetis)

Sebagai contoh : Tumbuhan hias

3. Bab 1. Sambiloto, dari segi modul sudah menarik perhatiaan siswa, namun sebaiknya diberikan juga cara untuk membuat ramuannya agar siswa tahu serta dilengkapi dengan ciri-ciri tanaman sambiloto.

Modul lama tidak dicantumkan Modul yang telah diperbaiki menjadi

Ciri-ciri tumbuhan sambiloto

Batang berkayu, bentuk batangnya segi empat. Daunnya berbentuk taji dengan tepi yang rata, berhadapan dan bertangkai pendek, warna bunganya putih, berbibir dua dan bercak-bercak lembayung. Apabila sudah masak bijinya terlempar dari dalam buahnya

Cara membuat ramuan :

Obat diare : 13 gram daun di cuci bersih lalu direbus dengan 4 gelas air hingga mendidih dan airnya tersisa 2 gelas. Setelah dingin saring hasil rebusan. Lalu minum 2 kali sehari masing-masing 1 gelas, dengan menambahkan 1 sendok madu.

Obat flu, sakit kepala dan panas : tanaman sambiloto di cuci bersih, lalu keringkan. Tumbuk halus dan tambahkan 1 gelas air dalam 1 gram bubuk tanaman. Cara menggunakan direbus dan diminum 3 kali sehari.

4. Bab 2. Meniran sudah bagus karena siswa juga sudah mengetahui tumbuhan meniran itu seperti apa.

5. Bab 3. Takokak, untuk takokak sangat mudah ditemukan khususnya di daerah Gunung Leutik. Bahkan pada saat di berikan tugas untuk membawa ke sekolah, siswa berebutan ingin membawa contoh tumbuhan takokak, hanya saja kekurangan modul ini adalah tidak dituliskan cara membuat ramuannya.

Setelah modul diperbaiki menjadi

Cara membuat ramuan

Untuk sakit batuk kronis akar kering 10-15 gram direbus dengan 4 gelas air sampai menjadi 2 gelas, dinginkan, saring, minum 2 kali 1 gelas.

Untuk sakit bisul dan koreng daun segar di cuci bersih lalu digiling halus, dibubuhkan ketempat yang sakit, lalu balut, untuk susah buang air kecil bagi laki-laki makan beberapa buah takokak.

6. Bab 4. Pegagan, tumbuhan obat ini sangat mudah ditemukan. Namun ada sebuah pertanyaan untuk semua bab tumbuhan obat mengapa tidak menggunakan kata-kata yang muda dimengerti siswa? Sebaiknya

menggunakan bahasa lokal sebagai contoh pegagan nama lokal di sunda yaitu antanan, secara umum bab ini sudah baik dari segi penjelasannya. Setelah diperbaiki menjadi

Pegagan istilah di sunda di kenal dengan sebutan antanan

7. Bab 5. Temulawak, tumbuhan obat ini di daerah Gunung Leutik sulit ditemukan, bab ini cukup bagus dan alangkah baiknya di modul juga ditulis cara menanam temulawak.

Setelah diperbaiki menjadi

Cara menanam

Bibit yang digunakan dapat berasal dari rimpang induk dan anak rimpang, satu bibit dimasukan ke dalam lubang tanam dengan posisi mata tunas menghadap ke atas. Setelah itu bibit ditimbun dengan tanah sedalam 10 cm

8. Bab 6. Jahe merah, tumbuhan obat di daerah Gunung Leutik masih sulit ditemukan. Masih bingung membedakan antara jahe dapur yang digunakan untuk memasak dan jahe merah, namun dalam pembahasan jahe merah dalam modul cukup baik.

9. Bab 7. Jeruk nipis, pada bab ini penjelasannya sudah baik dan buah ini mudah ditemukan hanya saja siswa masih keliru antara jeruk nipis dan jeruk lemon.

10.Bab 8. Binahong, tumbuhan ini dapat siswa temukan di Rumah TOGA binaan Konservasi Tumbuhan obat Departemen Konservasi Sumberdaya alam dan Ekowisata IPB yang ada di sekitar sekolah. Sebaiknya di dalam modul ini dicantumkan juga cara menggunakan tumbuhan obat ini. Siswa

juga bertanya bentuk daun binahong seperti “ Jantung cordava” maksudnya

seperti apa?

Modul yang telah diperbaiki istilah yang sulit diganti menadi daun yang berbentuk Jantung.

11.Bab 9. Mahkota Dewa. Pada bab ini penjelasannya sudah baik.

12.Bab 10. Rosella. Penjelasan modul sudah baik namun tumbuhan Rosella masih sulit ditemukan di daerah Gunung Leutik

13.Bab 11. Sirsak. Nama lokal buah ini di Sunda adalah “Nangka Walanda”.

tetangga dan ke pasar. Dalam bab ini perlu penjelasan tentang ciri-ciri dan cara menanam sirsak.

Modul yang diperbaiki menjadi

sirsak istilah Sunda dikenal dengan nagka walanda Ciri-ciri

Sirsak berupa tumbuhan atau potion yang berbatang utama berukuran kecil dan rendah. Daunnya berbentuk bulat telur agak tebal dan pada permukaan bagian atas yang halus berwarna hijau tua sedang pada bagian bawahnya mempunyai warna lebih muda.

Cara menanam

Umumnya sirsak ditumbuhkan dari benih. Semai dapat dipakai, sebab populasi yang tumbuh cukup seragam dan benih dari kultivar manis, misalnya, pada umumnya sifatnya sama dengan induknya, serta karena fase yuananya hanya berlangsung 2-4 tahun. Benih dapat ditanam langsung di ladang atau disemaikan dahulu di persemaian.

14.Bab 12. Sangitan. Tumbuhan ini sulit di temukan sehingga siswa mencarinya ke rumah TOGA yang ada di Gunung Leutik. Pada bab ini ditambahkan juga ciri-ciri dan habitat tumbuhan ini.

Modul yang diperbaiki menjadi

Ciri-ciri

Tumbuhan perdu, berumur panjang (perenial), tinggi 1 - 4 m. Akar tunggang. Batang berkayu, silindris, tegak, bagian dalam solid, arah cabang miring ke atas. Daun majemuk menyirip ganda dua (bipinnatus), bertangkai, tersusun berhadapan (folia oposita), warna hijau tua, bentuk jorong hingga lanset, panjang 4 - 8 cm, lebar 1,5 - 3 cm, helaian daun tipis kaku, ujung dan pangkal runcing, tepi bergerigi (serratus), pertulangan menyirip (pinnate), permukaan halus bunga majemuk, bentuk malai rata (corymbus ramosus), muncul di ujung batang (terminalis), bertangkai panjang, mahkota berwarna putih, mahkota 5 helai, daun mahkota tidak berlekatan (polypetalus) Buah batu (drupa) menyerupai buah buni, panjang 0,3 - 0,4 cm, warna hitam.

15.Bab 13. Sirih. Untuk bab ini siswa sudah cukup mengenal dengan baik karena rata-rata di setiap rumah mereka ada tumbuhan ini.

16.Bab 14. Brotowali. Sebagian siswa mencarinya ke rumah TOGA dan tidak semua anak mengetahui tumbuhan ini karena anak-anak sulit untuk masuk ke rumah TOGA. Sehingga mereka hanya mengetahui bentuk daunnya saja, karena salah satu kelompok hanya dapat membawa daunnya saja dari Rumah TOGA tersebut.

17.Bab 15. Kenikir. Tumbuhan ini sangat gampang ditemukan karena kenikir selain bermanfaat untuk obat bisa juga dijadikan lalapan oleh warga.

Selain itu masukan dari guru yang sudah menggunakan modul tumbuhan obat ini antara lain: waktu yang efektif untuk mengajar modul ini adalah 2 jam pelajaran x 35 menit selama 3 bulan tujuannya tentunya agar guru dan anak didik bisa menguasai materi dengan baik. Modul untuk guru sudah cukup baik hanya saja alangkah baiknya jika diberikan daftar isi di dalam modul guru. Untuk kelayakan modul sebenarnya kurang layak diberikan di bangku SD karena bahasanya terlalu sulit untuk di pahami siswa SD minimal modul ini diberikan ditingkat SLTP karena dari segi penjelasannya di tingkat SLTP mudah dimengerti. Strategi yang bisa diberikan agar modul yang dibuat bisa digunakan oleh guru-guru SD lainnya adalah metode karya wisata. Dan guru yang membantu selama penelitian pun ada keinginan untuk memakai modul tumbuhan obat untuk murid baru di semester baru.

Penyempurnaan modul yang telah dilakukan dan pengevaluasian seberapa besar pengaruh modul terhadap pengetahuan menjadi petunjuk di dalam perbaikan silabus yang telah dibuat karena untuk siswa SD indikator yang ingin dicapai seharusnya tidak tergolong dalam kategori sukar tapi seharusnya lebih mudah dan ringan. Sebagai contoh di dalam indikator yang dibuat anak-anak mengetahui ciri-ciri, habitat, cara menanam, manfaat dan membuat ramuan tumbuhan obat. Silabus tentang indikator diperbaiki menjadi anak-anak mengetahui tumbuhan obat dan manfaatnya.

Adapun kesan pesan siswa selama belajar dan menanam serta bekunjung ke rumah TOGA diantaranya sebagai berikut:

1. Siswa suka dan senang dengan modul yang dibuat karena ceritanya sangat lucu, menambah pengetahuan, bisa belajar sambil bermain, modulnya bagus.

2. Dan ada beberapa cerita yang paling banyak mereka sukai seperti tumbuhan meniran dalam kisahnya Ipin Upin, temulawak dalam kisahnya Detective conan, pegagan dalam kisahnya Spongebob dunia laut mengenal dunia tumbuhan, jahe merah dalam kisah Hero dan ibunya serta kisah jeruk nipis dan jeruk orange.

3. Siswa membaca buku ada yang 3-6 kali, 15 kali, setiap hari, berkali-kali dan bahkan tidak pernah dihitung

4. Modul yang dibuat menurut siswa sudah cukup dimengerti

5. Pesan yang diberikan siswa adalah menambahkan lagi jenis tumbuhan obat yang lainnya dan buat kisah yang lebih lucu, ingin menjaga dan melestarikan tumbuhan obat, ingin menanam tumbuhan obat dan berkunjung ke rumah TOGA lagi.

1. Proses penyusunan modul yang baik dilakukan secara partisipatif guru. Modul yang baik dilengkapi dengan gambar-gambar dan cerita yang disesuaikan dengan perkembangan umur siswa dan yang menjadi popular dalam kehidupan sehari-hari.

2. Modul yang telah digunakan dan dipraktekan serta berkunjung ke rumah TOGA, cukup efektif menambah pengetahuan dan membentuk sikap siswa terhadap konservasi tumbuhan obat.

3. Peranan guru efektif dalam menyampaikan konservasi tumbuhan obat terhadap siswa melalui modul yang telah disusun karena pada dasarnya guru adalah sesosok panutan yang sangat diikuti nasehat dan ajarannya oleh siswa. 5.2 Saran

1. Adanya pengembangan materi modul tumbuhan obat dengan menggunakan berbagai multi media dan disesuaikan dengan perkembangan umur.

2. Diperlukan penelitian lanjutan baik ditingkat SD, SMP, SMA dengan menyusun, dan menguji modul kekayaan sumberdaya tumbuhan obat sesuai potensi berbagai tempat di Indonesia. Tujuannya agar informasi kekayaan ilmu pengetahuan obat dan nilai-nilai pewarisan nenek moyang dapat dilanjutkan, dikembangkan serta dilestarikan oleh generasi muda di daerahnya masing-masing.

3. Adanya jaminan penggunaan gambar kartun pada modul atas hak cipta, sehingga tidak ada tuntutan dari pihak mana pun ketika modul akan digunakan.

Dokumen terkait