• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyusunan modul pendidikan konservasi tumbuhan obat untuk siswa SDN Gunung Leutik, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penyusunan modul pendidikan konservasi tumbuhan obat untuk siswa SDN Gunung Leutik, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor"

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)

TUMBUHAN OBAT UNTUK SISWA SDN GUNUNG LEUTIK,

KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR

RIA INDRIATI

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

(2)

Obat untuk Siswa SDN Gunung Leutik Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh Prof. Dr. Ir. Ervizal A.M. Zuhud, MS dan Dr. Ir. Diah K. Pranadji, MS

Pengetahuan tentang tumbuhan obat di kalangan masyarakat sebaiknya perlu diwariskan kepada anak-anak sejak dini baik melalui pendidikan formal maupun informal, dengan harapan adanya pemanfaatan tumbuhan obat secara berkelanjutan. Strategi yang dapat dilakukan agar pendidikan konservasi tumbuhan obat dapat dirasakan anak-anak adalah melalui penelitian tentang penyusunan modul pendidikan konservasi tumbuhan obat untuk siswa sekolah dasar. Tujuannya adalah menyusun dan menguji modul pendidikan konservasi tumbuhan obat yang efektif untuk mengembangkan pengetahuan dan menumbuhkan sikap konservasi tumbuhan obat pada siswa sekolah dasar.

Modul yang telah disusun ditransfer kepada guru kemudian guru mentransfer kepada siswa dalam proses belajar mengajar. Modul tersebut mengandung stimulus alamiah, manfaat dan rela selain itu dilakukan praktek menanam dan berkunjung ke rumah TOGA. Uji statistik yang digunakan adalah statistika non parametrik dan untuk mengetahui signifikasi perubahan pengetahuan dan sikap siswa maka digunakan hipotesis Mc.Nemar dengan bantuan program SPSS 13 (trailer version).

Hasil penelitian menunjukan bahwa terjadi perubahan yang signifikan pada pengetahuan siswa dari perlakuan yang diberikan baik melalui modul, praktek menanam di lapangan maupun berkunjung ke rumah TOGA. Perlakuan yang diberikan cukup efektif dan memberikan stimulus alamiah, manfaat serta rela terhadap tumbuhan obat sehingga pengetahuan siswa bertambah, dan sikap positif terhadap nilai-nilai kebaikan tumbuhan obat semakin lebih baik.

(3)

Plants Conservation’s for Students of Elementary School, Gunung Leutik, Ciampea District, Bogor Regency. Under supervision of Ervizal A.M. Zuhud and Diah K. Pranadji.

Knowledge of medicinal plants among the community should be inherited to children earlier, both through formal and informal education, in order to ensure that the utilization of medicinal plants can be preserved in a sustainable manner. Strategies that can be done for medicinal plant conservation education that can be accepted by the children could be proposed through the research about the preparation of educational modules on medicinal plants conservation’s for primary school students. The goal is to develop and test educational modules that effective conservation of medicinal plants to develop their knowledge and cultivate medicinal plants on conservation attitudes of primary school students.

Modules that have been compiled were transferred to the teachers, and then transferred to the students through the learning process. The module contains natural, benefits and willingness stimulus; it also completed by cultivation practice and visit to the house TOGA. Used statistical test was non-parametric statistics and to determine the significance of changes in knowledge and attitudes of the students. Thus the Mc. Nemar hypothesis was used with SPSS 13 (trailer version).

The results showed that there was a significant change in student’s knowledge which received the treatment, either through the module, the field cultivation practice and the house TOGA visiting. The treatment are arranged quite effective and provides natural, benefits and willingness stimulus for medicinal plants that could increase students' knowledge and improve the positive attitudes toward the virtues of medicinal plants.

(4)

KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR

RIA INDRIATI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada Fakultas Kehutanan

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

(5)

Kabupaten Bogor Nama : Ria Indriati NRP : E34070099

Menyetujui : Dosen Pembimbing 1,

Prof. Dr. Ir. Ervizal A.M. Zuhud, MS. NIP. 19590618 19853 1 003

Dosen Pembimbing 2,

Dr. Ir. Diah K. Pranadji, MS. NIP. 196010071 198503 2 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan

Institut Pertanian Bogor

Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni, MS. NIP. 19580915 198403 1 003

(6)

Konservasi Tumbuhan Obat Keluarga untuk Siswa SDN Gunung Leutik Ciampea Bogor adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Agustus 2011

(7)

Sebagai hamba yang senantiasa mengharapkan cinta dan RidhoNYA marilah sejenak mengungkapkan rasa syukur yang tiada terhingga karena berkat rahmat dan karuniaNYA, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Penyusunan Modul Pendidikan Konservasi Tumbuhan Obat untuk Siswa SDN Gunung Leutik, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Salawat beriring salam kehadirat Rasulullah SAW, pemimpin umat yang membangun umat dengan sukses dialah tokoh ideal urutan pertama di dunia, semoga kita bisa meneladaninya dalam membangun generasi muda yang cerdas dalam rangka mendukung membangun bangsa dan negara di masa yang akan datang.

Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. Ir. Evizal A.M. Zuhud, MS sebagai pembimbing 1 dan Dr. Ir. Diah K. Pranadji, MS sebagai pembimbing 2, atas motivasi selama ini, bimbingan, masukan dan arahan sehingga skripsi ini bisa terselesaikan dengan baik, semoga amal dan kebaikan dibalas oleh Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan yang dimiliki. Oleh karena itu saran dan kritik sangat diperlukan untuk perbaikan dan pengembangan karya ilmiah ini. Semoga karya ini dapat bermanfaat.

Bogor, Agustus 2011

(8)

17 Februari 1988 sebagai anak pertama dari pasangan Suta (Alm.) dan Kesli. Penulis memulai pendidikan formal di SDN Setia Budi Kalijati Subang 1995-2001, dilanjutkan SLTPN 4 Karimun pada tahun 2001-2004, dan SMAN 4 Karimun pada tahun 2004-2007. Selanjutnya penulis diterima sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB) di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Beasiswa Umum Daerah (BUD) Kabupaten Karimun Kepulauan Riau. Pada tahun kedua penulis diterima di Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan. Selama perkuliahan penulis aktif dalam kegiatan Lembaga Dakwah Kampus Al-Huriyyah, Departemen Lembaga Pengajaran AL-Qur’an (LPQ) pada tahun 2008-2009, Dewan Kerja Mushola (DKM) Ibaddurahman pada tahun 2009-2010, Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (HIMAKOVA) sebagai anggota kelompok pemerhati flora dan ekowisata (KPF&KPE).

(9)

1. Prof. Dr. Ir. Ervizal Amzu Zuhud MS, dan Dr. Ir. Diah K. Pranadji MS selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan serta motivasi terbaik selama penyusunan tugas akhir.

2. Dr. Ir. Achmad, MS sebagai dosen penguji yang telah memberikan arahan, motivasi serta pesan yang sangat bermanfaat.

3. Ir. Edhi Sandra sebagai ketua sidang dan Resti Meilani S.Hut M.Si selaku moderator di seminar penelitian

4. Kepala Sekolah, Ibu Nita, Ibu Sari serta bapak ibu guru SDN Gunung Leutik atas keizinan dan bantuannya selama berlangsungnya penelitian 5. Dosen Fakultas Kehutanan khususnya dosen KSHE terima kasih atas ilmu

yang diberikan

6. Bapak dan Ibu TU Departemen KSHE yang selama ini banyak membantu administrasi pendidikan

7. Kedua orang tua, Riga Indrawati, Rika Azahra R adik tercinta serta keluarga yang merupakan harta berharga bagi penulis

8. Pemerintah Daerah Kabupaten Karimun, Provinsi Kepulauan Riau yang telah memberikan bantuan beasiswa S1 dan dukungan serta motivasi selama ini

9. Rafina, Age, Dhiba, Qurota Aini, Rosy, Pita, Retno, Tia, Atin, Tina, Neneng, Nida, Dede, Syafitri Hidayati S.hut, Dewi R S.Hut, Rai Sita S.KPm, Nurizatil H S.Hut, Fahmi H S.Hut, Oktama Forestian, Hafizh, Kindy, Bayu, Agus, Windu, Anas, Arif, Ahmad, Marwa, Rona, Oman dan juga sahabat terbaik KOAK 44 yang solid, Keluarga Fahutan dan keluarga tercinta Al-Iffah, serta sahabat penulis lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas bantuan dan motivasi kepada penulis selama ini.

Bogor, Agustus 2011

(10)

ii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 2

1.3 Manfaat ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tumbuhan Obat ... 4

2.2 Peranan anak dan guru dalam pendidikan ... 6

2.3 Perkembangan anak ... 8

2.4 “Tri-stimulus AMAR (Alamiah,Manfaat, Rela), konservasi .... 10

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran ... 11

3.2 Waktu dan Tempat ... 13

3.3 Alat dan Bahan ... 13

3.4 Sampel penelitian ... 13

3.5 Metode Penelitian ... 13

3.5.1 Studi Pustaka ... 15

3.5.2 Penyusunan Modul Konservasi Tumbuhan Obat untuk Siswa dan Guru di Gunung Leutik ... 15

3.5.3 Penggunaan Modul dan Pendampingan Guru dalam Memberikan Pemahaman Tumbuhan Obat ... 15

3.5.4 Wawancara ... 17

(11)

iii

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Umum Lokasi... 18

4.1.1 Letak dan Luasan Desa ... 18

4.1.2 Tofografi Iklim dan Tanah ... 18

4.1.3 Kondisi Demografi, Sosial dan Ekonomi ... 18

4.1.4 Letak dan Luas Sekolah ... 18

4.1.5 Kondisi Sarana dan Prasarana Sekolah ... 19

4.1.6 Kondisi Demografi Siswa dan Guru ... 19

4.2 Proses Belajar Mengajar ... 20

4.3 Karakteristik Siswa dan Sosial Keluarga ... 23

4.3.1 Karakteristik siswa ... 23

4.3.2 Sosial Ekonomi Keluarga ... 24

4.4 Pengetahuan Siswa berdasarkan stimulus AMAR (Alamiah, Manfaat, Rela) dengan bantuan modul panduan untuk siswa ... 26

4.4.1 Pengetahuan tentang Stimulus Alamiah Tumbuhan Obat 26

4.4.2 Pengetahuan tentang Stimulus Manfaat Tumbuhan Obat 29

4.4.3 Pengetahuan dan sikap tentang Stimulus Rela Tumbuhan Obat ... 35

4.5 Proses Penyempurnaan Modul ... 35

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 44

5.2 Saran ... 44

DAFTAR PUSTAKA ... 45

(12)

iv

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Potensi tumbuhan obat di Kampung Gunung Leutik berdasarkan manfaat

(Zuhud 2010) ... 5

2. Jenis kegiatan dan aspek yang akan dikaji, sumber data dan metode yang digunakan dalam penelitian ... 13

3. Sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan tingkatan kelas ... 19

4. Sebaran guru dan pegawai berdasarkan jenis kelamin dan tingkat pendi- dikan ... 20

5. Sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin ... 23

6. Sebaran siswa berdasarkan kelas umur ... 24

7. Sebaran orangtua siswa berdasarkan kelas umur ... 24

8. Sebaran orangtua siswa berdasarkan pendidikan ... 25

9. Sebaran orangtua siswa berdasarkan pekerjaan ... 25

10. Kepemilikan kebun dan pekarangan rumah orangtua siswa ... 26

11. Sebaran siswa berdasarkan pengetahuan tentang cara menanam tumbu- han obat sebelum dan sesudah diberikan perlakuan ... 27

12. Sebaran siswa berdasarkan pengetahuan siswa tentang konservasi tum- buhan obat sebelum dan sesudah diberikan perlakuan ... 29

13. Sebaran siswa berdasarkan pengetahuan tumbuhan obat dan konservasi sebelum dan sesudah diberikan perlakuan ... 30

14. Sebaran siswa berdasarkan pengetahuan siswa tentang jenis tumbuhan obat berdasarkan khasiatnya sebelum dan sesudah diberikan perlakuan 31

15. Sebaran siswa berdasarkan pengetahuan manfaat 15 jenis tumbuhan obat sebelum dan sesudah diberikan perlakuan ... 33

16. Sebaran siswa berdasarkan pengetahuan tentang manfaat tumbuhan obat dari berbagai sudut pandang sebelum dan sesudah diberikan perlakuan 34

(13)

v

DAFTAR GAMB AR

No. Halaman

1.Diagram alir kerangka berpikir Tri-Stimulus AMAR pro-konservasi

“ stimulus sikap, dan prilaku aksi konservasi TOGA ... 12

2. Alur penggunaan modul ... 16

3. (a) Persiapan menanam ... 22

(b) Mencangkul tanah ... 22

(c) Pengolahan tanah ... 22

(d) Penanaman di pot ... 22

(e) Penanaman di kebun sekolah ... 22

(f) Penamaan nama ilmiah ... 22

4. (a) Mendengarkan penjelasan tumbuhan obat di rumah TOGA ... 22

(14)

vi

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Modul untuk siswa SD………. 48

2. Modul untuk guru SD……….. 78

3. Daftar responden siswa kelas 5 SD………. 111

4. Kepemilikan pekarangan dan kebun……….. 113

(15)

1.1Latar Belakang

Tumbuhan obat sangat berguna bagi perawatan kesehatan di era globalisasi.Menurut Cordell (2009), hampir dua puluh tahun terakhir WHO menyebutkan bahwa 80 persen populasi di negara majubergantung pada tumbuhan untuk perawatan kesehatan dasar. Seiring dengan kembalinya masyarakat dunia untuk kembali ke alam (back to nature),tumbuhan obat menjadi sumber daya pokok untuk menyediakan obat.Sebagai contoh negara di Afrika merupakan salah satu negarayang peduli terhadap pemanfaatan berkelanjutan tumbuhan obat sehingga berhasil mencatat empat poin penting tentang konservasi yaitu, diantaranyamengidentifikasi tumbuhan obat yang terancam punah, melestarikan pengetahuan untuk mempertahankan keanekaragaman tumbuhan obat, menyebarkan bibit tumbuhan obat di tingkat lokal dan mempromosikan akan pentingnya tumbuhan obat sebagai dasar yang kuat untuk pengembangan sumberdaya lokal.

Bukan hanya di tingkat Internasional saja tumbuhan obat ini menjadi dasar yang penting untuk kesehatan dan terjamin keberadaannya, tetapi di tingkat nasional pun menjadi fokus.Untuk mendukung komitmen konservasi keanekaragaman hayati, Indonesia telah mengesahkan UU No.5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya. Undang-undang ini meliputi kebijakan pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwaliar, salah satunya adalah budidayatumbuhan obat yaitu pada bab 8 pasal 36 butir 1(g). Hal ini tentunya menjadi tanggung jawab bersama untuk mengelola sumberdaya alam secara lestari agar pemanfaatan berkelanjutan bisa terwujud secara berkelanjutan.

(16)

kemandirian masyarakat dibidang kesehatan, membuka lapangan pekerjaan serta menambah pendapatan masyarakat sekaligus konservasi tumbuhan obat (Zuhud 2010).

Pengetahuan tentang tumbuhan obat sebaiknya perlu diwariskan kepada anak-anak yang merupakan cikal bakal generasi penerus sehingga mendapatkan nilai dan informasi yang ada di masyarakat saat ini untuk membangun suatu sikap. Langkah terbaik dalam membangun sikap konservasi tumbuhan obat secara berkelanjutan di lingkungan masyarakat adalah dengan menyelenggarakan pendidikan sumber daya manusia sedini mungkin sejak masa kanak-kanak, baik melalui pendidikan formal (SD, SMP, SMA) maupun informal dengan bantuan modul konservasi tumbuhan obat.

Sekolah dasar merupakan jenjang pertama dalam pendidikan formal.Anak SD dipilih menjadi sampel penelitian karena memiliki pola pikir yang masih murni dapat berperan the agent of change, pembawa perubahan dengan bekal pengetahuan dan informasi tentang tumbuhan obat sehingga memberikan pengaruh kepada keluarga, masyarakat dan lingkungan. Kampung Gunung Leutik dipilih menjadi lokasi penelitian karena di kampung tersebut sudah dibangun dan dijadikan model kampung Konservasi Tumbuhan Obat (TOGA), sehingga kampung tersebut bisa dijadikan laboratorium ilmu pengetahuan tumbuhan obat untuk dimanfaatkan dalam bidang pendidikan selain bidang sosial kemasyarakatan. Strategi yang dapat dilakukan agar pendidikan konservasi tumbuhan obat dirasakan oleh anak-anak adalah melalui penelitian tentang penyusunan modul pendidikan konservasi tumbuhan obat yang sesuai untuk siswa SD di Gunung Leutik Ciampea Bogor melalui pendidikan formal.

1.1Tujuan Penelitian

(17)

1.3 Manfaat penelitian

Penelitian ini secara khusus diharapkan bermanfaat bagi :

1. Siswa, diharapkan dapat mengenal dan mengetahui manfaat berbagai jenis tumbuhan obat yang penting dengan baik sejak dini.

2. Guru, dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk mengintegrasikan materi tumbuhan obat kedalam substansi berbagai macam mata ajaran yang ada atau pembuatan model kegiatan ekstrakurikuler ilmiah khusus tumbuhan obat disekolahnya.

3. Peneliti, sebagai proses pembelajaran di dalam mengaplikasikan ilmu yang ditekuni sehingga menjadi hasil karya yang dapat bermanfaat bagi kehidupan.

4. Pemerintah, Dinas Kehutanan khususnya Badan DIKLAT sebagai model acuan atau contoh dalam mengembangkan pembuatan modul konservasi tumbuhan obat yang bisa disusun untuk siswa SD sesuai dengan kekayaan tumbuhan obat yang ada diberbagai tempat.

(18)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tumbuhan Obat

Tumbuhan obat merupakan salah satu komponen penting dalam pengobatan, yang berupa ramuan jamu tradisional dan telah digunakan sejak ratusan tahun yang lalu.Tumbuhan obat telah berabad-abad didayagunakan oleh bangsa Indonesia dalam bentuk jamu untuk memecahkan berbagai masalah kesehatan yang dihadapinya dan merupakan kekayaan budaya bangsa Indonesia yang perlu dipelihara dan dilestarikan (Herlina 2010).Tumbuhan obat adalah tumbuhan yang memiliki khasiat obat yang digunakan dalam penyembuhan maupun pencegahan penyakit (Flora 2008).

Menurut Rostiana et al.(1922), tumbuhan obat adalah jenis tumbuhan yang sebagian, seluruh bagian atau eksudat tanaman tersebut digunakan sebagai obat, bahan atau ramuan obat-obatan. Menurut Zuhud dan Hariyanto (1994) dalam Zuhud (2010) mengelompokkan tumbuhan berkhasiat menjadi tiga kelompok, diantaranya :

1. Tumbuhan obat tradisional, merupakan jenis tumbuhan yang diketahui atau dipercayai masyarakat memiliki khasiat obat dan telah digunakan sebagai bahan baku obat tradisional.

2. Tumbuhan obat modern, adalah sejenis tumbuhan yang secara ilmiah telah dibuktikan mengandung senyawa atau bahan bioaktif berkhasiat obat, dan penggunaanya dapat dipertanggung jawabkan secara medis.

3. Tumbuhan obat potensial, merupakan jenis tumbuhan yang diduga mengandung atau memiliki senyawa atau bahan bioaktif obat, tetapi belum dibuktikan penggunaannya secara ilmiah medis sebagai bahan obat dan penggunaannya secara tradisional belum diketahui.

Menurut Zuhud (2007), ada 10 kelompok manfaat tumbuhan obat dari berbagai sudut pandang diantaranya :

1. Manfaat medis ( kesehatan)

2. Manfaat estetis (Keindahan)

(19)

4. Manfaat finansial (Keuangan)

Berdasarkan hasil revitalisasi konservasi tumbuhan obat (2009) di Kampung Gunung Leutik, terdapat 15 spesies tumbuhan obat unggulan yang diprioritaskan untuk dikembangkan, yaitu Sambiloto (Andrographis paniculata),

Meniran (Phyllanthus niruri), Takokak (Solanum torvum), Pegagan (Centella asiatica), Temulawak (Cucurma xanthorrhiza), Jahe Merah (Zingiber oficinale-purpurea), Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia), Binahong (Anredera cordifolia), Mahkota dewa (Phaleria macrocarpus), Rosella (Hibiscus sabdariffa), Sirsak

(Annona muricata,), Sangitan (Sambucus javanica Reinw), Sirih (Piper betle),

Brotowali (Tinospora crispa), Kenikir (Cosmos caudatus) (Zuhud, 2010).

Tabel 1 Potensi Tumbuhan Obat di Kampung Gunung Leutik berdasarkan

Demam, sakit kulit, kencing manis, radangng rahim, radang telinga, typus,

dysentri, radangng saluran nafas, sakit gigi

2 Meniran (herba)

Phyllanthus niruri

(Euphorbiacea)

Herba Peluruh air seni, kencing batu, kencing nanah, nyeri ginjal, demam, mencret

3 Takokak (perdu)

Solanum torvum (Solanaceae)

Buah Tekanan darah tinggi, penambah nafsu makan.

4 Pegagan (herba)

Centella asiatica

(Apiaceae)

Daun Pelancar air seni, sariawan, penurun panass menambah nafsu makan, infeksi

saluranan kencing, lever bengkak, mata merah,campak, tekanan darah tinggi,

(20)

5 Temulawak (semak)

Cucurma xanthorrhiza

(Zingiberaceae)

Rimpang Pelancar ASI, penyegar badan, pelega perut, kejang, kurang darah, ayan, hepatitis, nyeri haid,kolestrol tinggi.

Rimpang Obat batuk, untuk pegal-pegal, kepala pusing, masuk angin

Buah Batuk, penurun panas, pegal linu, penambah nafsu makan,, jerawat, pusing kepala,influenza, melangsingkan radang tenggorokan, empedu berbatu, sembelit, pinggang pegal dan nyeri, kurang nafsu makan

12 Sangitan (herba)

Sambucus javanica Reinw (Caprifoliaceae)

Herba Badan bengkak, penyakit ginjal, beri-beri rhematik, sakit pinggang,

Daun Batuk, bronchitis, menghilangkan bau badan, mata merah gatal, luka

bakar, pendarahan gusi/ bau mulut

14 Brotowali (liana)

Tinospora crispa

(Menispermaceae)

Batang Kudis, demam,peluruh air seni, reumatik

15 Kenikir

Kurang nafsu makan, lemah jantung, pengusir serangga.

2.2 Peranan Anak dan Guru dalam Pendidikan

(21)

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstrukturdan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

Pendidikan Konservasi adalah suatu usaha sadar yang dilakukan berulang-ulang atau terus menerus yang bertujuan supaya masyarakat memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap konservasi sumberdaya alam dan segala permasalahannya memiliki, pengetahuan, sikap, keahlian, motivasi dan komitmen untuk memecahkan masalah konservasi (Abidin 2011). Anak didik adalah anak yang karena ketergantunganya menimbulkan tanggungjawab pendidikan pada orang dewasa, sehingga secara sengaja orang dewasa itu memberikan bantuan kearah kedewasaan (Kurniasih 2008 dalam Nursidik 2009).

Menurut Kurniasih (2008) dalam Nursidik (2009), Karakteristik anak didik dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Anak didik adalah subjek

Anak didik adalah manusia bukan benda ataupun hewan, yaitu pribadi yang memiliki kedirisendirian dan kebebasan dalam mewujudkan dirinya sendiri untuk mencapai kedewasaannya.Setiap anak didik bebas menentukan dirinya sendiri, mempunyai keinginan sendiri untuk menjadi orang dewasa seperti yang dicita-citakan oleh dirinya sendiri, selain itu anak didik bersifat unik atau memiliki perbedaan daripada anak yang lainya.

2. Anak didik sedang berkembang

Menurut ilmu psikologi manusia mempunyai tahap-tahap perkembangan manusia, setiap perkembangan memiliki tugas-tugas perkembangan tertentu dan menuntut perlakukan tertentu pula.

3. Anak didik hidup dalam “dunia” tertentu

(22)

4. Anak didik hidup dalam lingkungan tertentu

Anak didik adalah subjek yang berasal dari keluarga dengan latar belakang lingkungan alam dan sosial budaya tertentu sehingga anak didik memiliki karakteristik tertentu yang berakibat pengaruh lingkungan dimana dibesarkan dan dididik.

5. Anak didik memiliki ketergantungan kepada orang dewasa

Anak didik pada dasarnya memiliki ketergantungan kepada orang dewasa atau pendidik.Hal ini karena anak mempunyai kekurangan dan kelemahan tertentu, sebagai contoh anak masih perlu perlindungan, masih perlu belajar berbagai pengetahuan, perlu latihan berbagai keterampilan, anak belum tahu mana yang benar dan salah.Dibalik kebebasan anak didik untuk mencapai kedewasaanya masih memerlukan orang dewasa sebagai pendidik dan pembimbing.

6. Anak didik memiliki potensi dan dinamika

Bantuan orang dewasa berupa pendidikan agar menjadi dewasa akan mungkin dicapai oleh anak didik. Hal ini disebabkan anak didik memiliki potensi untuk menjadi manusia dewasa, dan memiliki dinamika yang aktif sedang berkembang dan mengembangkan diri, serta aktif dalam menghadapi lingkungan dalam upaya mencapai kedewasaannya.Peranan guru atau pendidik terhadap murid-muridnya merupakan peran vital dari sekian banyak peran yang harus dijalani, hal ini dikarenakan komunitas utama yang menjadi wilayah tugas guru adalah di dalam kelas untuk memberikan keteladanan, pengalaman, serta ilmu pengetahuanterhadap anak didiknya.

2.3 Perkembangan Anak

(23)

lebih dari dunia anak, dan kontrol diri meningkat. Masa remaja adalah periode peralihan perkembangan dari kanak-kanak ke masa dewasa awal, memasuki masa ini sekitar usia 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada usia 18 hingga 22 tahun. Masa remaja dimulai dengan perubahan fisik yang cepat, pertambahan tinggi dan berat badan yang dramatis, perubahan dalm kontur tubuh, pencarian identitas dan kebebasan merupakan ciri utama periode ini.Pikiran menjadi lebih abstrak, idealis dan logis.

Menurut teori perkembangan kognitif piaget menyatakan bahwa anak secara aktif membangun pemahaman mengenai dunia dan melalui empat tahap perkembangan kognitif. Dua proses mendasar perkembangan tersebut adalah Organisasi dan adaptasi (Santrock 2007). Empat tahapan perkembangan kognitif sebagai berikut:

1. Teori sensorimotor

Teori ini berlangsung mulai dari lahir hingga usia 2 tahun. Pada awal tahap ini bayi memiliki lebih dari sekedar pola-pola refleksif untuk dapat melakukan sesuatu. Pada akhir tahap ini anak umur 2 tahun memiliki pola sensomotor kompleks dan mulai menggunakan simbol-simbol sederhana

2. Teori praoperasional

Teori ini berlangsung sekitar usia 2 hingga 7 tahun. Tahap ini mulai menjelaskan dunia dengan kata-kata, gambar, dan lukisan.Kata-kata dan gambar ini mencerminkan meningkatkan pemikiran simbolis dan melampaui hubungan informasi sensoris dan tindakan fisik.

3. Tahap operasional konkret

Tahap ini berlangsung sekitar umur 7 hingga 11 tahun.Dalam tahap ini anak dapat melakukan operasi dan penalaran logis menggantikan pikiran intuitif selama penalaran dapat diterapkan pada contoh khusus dan konkrit.

4. Tahap operasional formal

(24)

remaja menciptakan bayangan situasi ideal, mulai mempertimbangkan kemungkinan di masa depan, dalam memecahkan masalah, pemikiran operasional formal lebih sistematis

2.5 Tri-Stimulus AMAR (Alamiah, Manfaat, Rela) Pro-Konservasi

Tri stimulus AMAR pro-konservasi merupakan pendorong utama sikap dan aksi konservasi yang dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu stimulus alamiah, stimulus manfaat dan stimulus religius.Ketiga kelompok ini tidak dapat dipisah dan harus telah mengkristal menjadi satu kesatuan sebagai stimulus kuat penggerak, pendorong, dan pembentuk sikap-prilaku untuk konservasi. Dalam konteks sistem nilai ke tiga kelompok stimulus ini tidak lain adalah kristalisasi dari nilai-nilai kebenaran, kepentingan, dan kebaikan (Zuhud 2007)

Kelompok nilai-nilai stimulus alam adalah meliputi semua pengetahuan yang berkaitan dengan sifat, dan karakteristik bioekologi setiap spesies tumbuhan obat, yaitu seperti pengetahuan cara membuat bibit yang baik, cara menanam, penetapan habitat atau lokasi yang sesuai bagi kehidupan optimal spesies. Kelompok nilai-nilai stimulus manfaat adalah semua pengetahuan tentang manfaat atau khasiat setiap spesies tumbuhan obat untuk kesehatan atau untuk mengobati penyakit tertentu, nilai ekonomi dari produk obat, nilai sosial, budaya, dan ekologis. Kelompok nilai-nilai stimulus rela adalah nilai-nilai yang menjamin tumbuh kerelaan masyarakat untuk konservasi TOGA, misalnya adanya jaminan setiap anggota masyarakat punya hak akses untuk manfaat TOGA secara legal, ada sistem intensif dan disintensif dalam kelompok masyarakat. Dihidup kembangkannya nilai-nilai religius seperti pahala dan dosa yang dapat menjadi stimulus rela masyarakat untuk bersikap dan berprilaku konservasi.

(25)

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran

Penelitian ini berawal dari sebuah kerangka berpikir untuk menuangkan kekayaan ilmu pengetahuan tentang tumbuhan obat yang akan disusun menjadi sebuah modul, baik modul untuk guru maupun siswa. Modul tersebut di transfer atau didiskusikan kepada guru yang berperan sebagai penyampai modul kepada siswa. Isi modul tersebut memiliki nilai-nilai stimulus alamiah, manfaat serta rela. Kelompok nilai stimulus alam adalah pengetahuan yang berkaitan dengan karakteristik bio-ekologi setiap jenis tanaman obat, seperti pengetahuan mengenal jenis, bibit yang baik dan cara menanam tumbuhan obat. Siswa SD didorong untuk mengenal tumbuhan obat baik secara tidak langsung melalui materi maupun secara langsung dari tumbuhan obat yang ada di sekitar lingkungan. Berawal dari proses mengenal diharapkan siswa dapat bertambah pengetahuan serta memiliki sikap yang baik dan benar dalam berinteraksi dengan tumbuhan obat. Adapun stimulus manfaat adalah pengetahuan tentang manfaat khasiat setiap jenis obat untuk kesehatan, tanaman penghias, dan juga mempunyai nilai ekonomi bagi keluarga dari produk tumbuhan obat, diharapkan siswa dapat memahami kegunaan utama dari segi manfaat ini. Stimulus rela adalah nilai-nilai yang mendorong adanya kerelaan siswa untuk berpartisipasi mewujudkan aksi konservasi dalam bentuk kecil, setelah merawat, melindungi dan mengenal jenis tumbuhan obat dengan baik, diharapkan siswa dapat menanam dan memanfaatkan secara lestari tumbuhan obat dimasa yang akan datang, memberikan pemahaman kepada anak-anak akan adanya pahala dan dosa dari pencipta yang dapat menjadi stimulus kerelaan anak-anak untuk bersikap konservasi tumbuhan obat.

(26)

12

Konservasi tumbuhan obat dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan

berisikan komponen berupa cognitive (pengalaman, pengetahuan, pandangan), Affective (emosi, senang, benci, cinta) dan

behavioral (perilaku, kecenderungan bertindak)

Anak SD

Guru

Keterangan: : Diteliti : Tidak diteliti

Gambar 1 Diagram Alir kerangka berpikir Tri-Stimulus AMAR pro-Konservasi” : Stimulus, sikap, dan prilaku aksi konservasi Tumbuhan Obat.

Sumber: Modifikasi Diagram alir “tri-stimulus AMAR pro-konservasi” ( Zuhud 2010) Stimulus Alam

Nilai-nilai alamiah Tumbuhan obat, mulai nama daerah tanaman obat, cara penanaman dan pengaruh factor lingkungan biotik dan abiotik pada spesies yang akan di tanam

Stimulus Manfaat

Memberikan pemahaman manfaat Tumbuhan Obat yaitu untuk obat dan menambah penghasilan (Uang) bagi keluarga.

Stimulus Rela

(27)

3.2 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di SDN Gunung Leutik, Desa Benteng, Kecematan Ciampea Kabupaten Bogor, Jawa Barat, pada bulan Desember 2010-Mei 2011. SD ini dipilih karena letaknya berada di Kampung Gunung Leutik yang sudah dikembangkan menjadi Kampung Konservasi Tumbuhan Obat Keluarga (TOGA) dan mencoba membuat suatu modul yang berhubungan dengan kekayaan sumberdaya alam di daerah tersebut dalam hal ini potensi tumbuhan obat di Gunung Leutik Ciampea Bogor.

3.3 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah modul untuk guru dan siswa, kuisioner, kamera, pot, polybag, cangkul, parang, pisau kompor gas, papan nama ilmiah tumbuahan obat dan kayu. Bahan yang digunakan adalah tumbuhan obat dan agar-agar.

3.4 Sampel penelitian

Sampel penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 5 shift pagi sebanyak 44 orang dari 85 orang.

3.5 Metode Penelitian

Penelitian tentang Pengembangan Modul Pendidikan Konservasi Tumbuhan Obat untuk Siswa SDN Ciampea Bogor , dilakukan beberapa tahapan (Tabel 2).

Tabel 2 Jenis kegiatan dan aspek yang dikaji, sumber data dan metode yang digunakan dalam Penelitian

Jenis Kegiatan Aspek yang di kaji Sumber Data Metode

(28)

C. Mengetahui jenis yang sudah dikenal, jenis dan manfaat tumbuhan 2. dari rumah untuk di tanam di Sekolah

4. Ujian tetulis tentang tumbuhan obat sebanyak dua kali tes

5. Demo ramuan rosella dan jahe serta ager pegagan 6. Penanaman Tumbuhan obat

Siswa dan Guru Penyuluhan, pembuatan sudah dikenal, jenis yang sudah dimanfaatkan,

(29)

H. Pengolahan dan

Melakukan pengumpulan data yang mendukung penelitian ini melalui buku, jurnal, internet. Data- data tersebut kemudian dijadikan acuan dan panduan untuk melengkapi data hasil pengamatan di lapangan.

3.5.2 Penyusunan Modul Konservasi Tumbuhan Obat untuk Siswa dan Guru di Gunung Leutik

Ada beberapa tahapan yang dilakukan dalam penyusunan modul Konservasi Tumbuhan obat untuk siswa SDN Gunung Leutik Ciampea, diantaranya sebagai berikut :

1. Membaca literatur dari berbagai sumber tentang potensi tumbuhan obat di Desa Gunung Leutik, Ciampea Bogor.

2. Menyusun modul panduan untuk guru dan siswa dengan judul yang sama “ Mengenal 15 Tumbuhan Obat Unggulan Gunung Leutik Ciampea Bogor” tetapi dengan pendalaman isi yang berbeda. Untuk panduan guru isi modul lebih bersifat formal sedangkan untuk murid di kemas secara menarik dilengkapi gambar dan juga berbagai cerita tentang tumbuhan obat.

3. Mencetak modul untuk guru dan murid.

4. Memperbaiki modul setelah modul dievaluasi oleh guru.

3.5.3 Penggunaan Modul dan Pendampingan Guru dalam Memberikan Pemahaman Tumbuhan Obat kepada Siswa

(30)

menggurui tetapi lebih saling melengkapi materi di dalam modul. Modul yang telah dicetak diberikan langsung kepada guru yang akan menggunakan dalam pembelajaran di kelas di lengkapi dengan silabus (jadwal pembelajaran, deskripsi materi, indikator yang ingin dicapai). Modul untuk siswa sebanyak 44 diberikan kepada siswa oleh guru, pembelajaran disesuaikan dan diintegrasikan kedalam mata pelajaran ilmu pengetahuan alam berlangsung kurang lebih tiga bulan dari Februari-April 2011.

Metode yang digunakan oleh guru dalam mengajarkan tumbuhan obat sesuai dengan silabus yang diberikan yaitu diskusi, tanya jawab, mengerjakan pekerjaan rumah, membawa tumbuhan obat ke sekolah dan ujian selama 2 kali pertemuan. Selain belajar di ruangan, siswa dibawa ke halaman sekolah dan kebun sekolah untuk menanam jenis tumbuhan obat pegagan, rosella, kenikir, binahong, jahe merah dan mahkota dewa serta demo masak tumbuhan obat, yaitu agar-agar pegagan, teh rosella dan racikan air jahe. Siswa dibawa ke rumah Tumbuhan Obat Keluarga (TOGA) untuk kunjungan belajar dengan harapan mendapatkan wawasan baru tentang tumbuhan obat. Peranan peneliti adalah mendampingi dan mengontrol selama penelitian berlangsung.

Gambar 2 Alur Penggunaan Modul “Mengenal 15 Tumbuhan Obat Unggulan di Gunung Leutik Ciampea Bogor.

Pertama, modul guru dan siswa dijelaskan dan didiskusikan kepada guru di sekolah

Kedua, penyesuaian waktu dan indikator keberhasilan yang dibuat dengan penggunaan modul di kelas

Ketiga, Pengajaran modul di kelas sebanyak 8 kali dan penggunaan modul oleh siswa selama kurang lebih 3 bulan

Keempat, Penugasan menjawab pertanyaan modul dan membawa tumbuhan obat dari rumah ke sekolah

Praktek menanam tumbuhan obat dan berkunjung ke Rumah TOGA

(31)

3.5.4 Wawancara

Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan menggunakan pemberian kuisioner sebanyak 2 kali, yaitu (Pre-test) yang dibuat sebelum diberikan “ Stimulus” apa pun dilaksanakan pada Februari minggu kedua dan (Post-test) pada akhir Mei dengan pertanyaan yang sama. Hasil Pre-test dan Post-test dibandingkan untuk mengetahui apakah ada perubahan pengetahuan dan sikap sebagai akibat stimulus eksperimen.

3.6 Pengelolahan dan Analisis Data

Data-data sekunder yang diperoleh dari studi literatur, dan primer hasil pengamatan pengembangan modul konservasi tumbuhan obat, pengetahuan dan sikap anak sebelum dan setelah adanya pemberian modul, wawancara siswa dan guru, diolah secara tabulasi dan dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif serta dijelaskan secara deskriftif. Analisis terhadap data kuantitatif dilakukan melalui program komputer kuantitatif SPSS 13.0. (Trail version). Teknik Analisis data menggunakan tabel frekuensi, penyajian grafik, dan uji statistik dengan menggunakan statistika non parametrik. Statistika non parametrik merupakan uji statistik yang biasa digunakan untuk penelitian soaial dengan jenis data kategori (nominal/ordinal). Untuk mengetahui signifikasi perubahan pengetahuan dan sikap dengan menggunakan uji Mc Nemar, hal ini dikarenakan variabel berskala nominal dan saling berhubungan (paired test) Siegel (1997).

Hipotesis :

H0 : Tidak terdapat perubahan pengetahuan dan sikap murid setelah pemberian modul dan praktek menanam

H1 : Terdapat perubahan pengetahuan dan sikap murid setelah pemberian modul dan praktek menanam

(32)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Lokasi

4.1.1 Letak dan Luas Desa

Desa Benteng merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor dengan luas wilayah 28.5 ha terdiri dari 7 RW (Rukun Warga) dan 39 RT (Rukun Tetangga). Desa Benteng terletak 1 km dari ibukota Kecamatan Ciampea, 40 km dari ibukota Kabupaten Bogor, dan 133 km dari ibukota provinsi. Desa Benteng berbatasan dengan :

Sebelah Utara : Desa Rancabungur Sebelah Timur : Kampus IPB Darmaga

Sebelah Selatan : Desa Bojong Rangkas dan Desa Cibanteng Sebelah Barat : Desa Ciampea

4.1.2 Topografi, Iklim dan Tanah

Topografi Desa Benteng berupa areal persawahan dan tanah darat, terletak pada ketinggian 300 m dpl, temperatur udara di Desa Benteng rata-rata 23oC-25oC, tekanan udara rata-rata 1,010 mlb, penyinaran matahari 66% dan kelembaban nisbi 80%. Angka curah hujan rata-rata tahunan berkisar 12,55 mm/hari.

4.1.3 Kondisi Demografi, Sosial dan Ekonomi

Berdasarkan data monografi Desa Benteng Tahun 2009 ( Susanti 2010) penduduk berjumlah 12.445 jiwa dengan jumlah penduduk perempuan 6438 jiwa dan jumlah penduduk laki-laki 6007 jiwa. Mata pencaharian masyarakat Desa Benteng sangat beragam diantaranya sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), petani sedangkan lainnya swasta, pension, pedagang dan sopir.

4.1.4 Letak dan Luas Sekolah

(33)

Ciampea, Kabupaten Bogor Jawa Barat. SD ini berdiri pada tahun 1982 seluas 1500 m2 di atas tanah dengan luas bangunan 1072 m2.

4.1.5 Kondisi Sarana dan Prasarana Sekolah

Untuk sarana dan prasarana SDN Gunung Leutik sudah tergolong cukup baik. Hal ini dilihat dari kondisi ruangan dan mebeuler yang rata-rata dalam kondisi baik. Sekolah memiliki delapan ruangan diantaranya ruang kelas, ruang kepala sekolah, ruang guru, WC, ruang kesenian, mushola, UKS, dan satu ruang lainnya, semua ruangan dalam kondisi baik. Jenis Mebeuler yang ada diantaranya 143 meja siswa single dalam kondisi 142 baik dan 1 rusak ringan, 282 kursi siswa single dalam kondisi 267 baik dan 15 rusak, tujuh papan tulis dalam kondisi baik, tujuh lemari dalam kondisi baik, satu buah rak dalam keadaan baik, 10 meja dan kursi guru dalam kondisi baik dan satu kursi tamu dalam kondisi baik.

4.1.6 Kondisi Demografi Siswa dan Guru

Berdasarkan data laporan keadaan per 31 Oktober 2010 tahun pelajaran 2010-2011, jumlah siswa SDN Gunung Leutik seluruhnya sebanyak 491 orang dengan perbandingan laki-laki dan perempuan sebesar 52.7 persen berbanding 47.3 persen. Siswa terbanyak ada di kelas satu dengan jumlah 100 orang.

Tabel 3 Sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan tingkatan kelas

Tingkat

Jumlah siswa

Total Perempuan Laki-laki

n % n % n %

Kelas 1 42 42 58 58 100 100

Kelas 2 48 51.6 45 48.4 93 100

Kelas 3 28 40 42 60 70 100

Kelas 4 35 46.7 40 53.3 75 100

Kelas 5 46 54.2 39 45.8 85 100

Kelas 6 33 48.5 35 51.5 68 100

(34)

Mayoritas siswa beragama Islam dengan persentase 99.8 persen. Kewarganegaraan siswa seluruhnya berasal dari warga Negara Indonesia. Kondisi orang tua sebagian besar tergolong ekonomi kurang mampu sebesar 70.1 persen. Kategori ini berdasarkan jenis pekerjaan orang tua yaitu sebagian besar sebagai buruh tani dan mendapatkan bantuan Biaya Operasional Sekolah (BOS) dari pemerintah.

SD Negeri Gunung Leutik memiliki 16 orang guru dengan perbandingan guru laki-laki dan perempuan adalah sebesar 43.7 persen dan 56.3 persen. Tingkat pendidikan guru diantaranya: SLP, SLA, D2 dan S1. Pendidikan terendah yaitu SLP Sebesar 6.3 persen dan tingkat pendidikan tertinggi yaitu S1 sebesar 50 persen.

Tabel 4 Sebaran guru dan pegawai berdasarkan jenis pegawai, jenis kelamin dan tingkat pendidikan

4.2 Proses Belajar Mengajar

Modul guru dan siswa merupakan bahan yang dipakai dalam pembelajaran di kelas, dimana guru mengintegrasikan modul ke dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Sebanyak delapan kali guru mengajarkan murid tentang konservasi 15 jenis unggulan tumbuhan obat di Gunung Leutik terhitung bulan Februari sampai dengan April 2011. Setiap pertemuan, guru menyampaikan satu sampai dua bab materi tumbuhan obat. Setelah menyampaikan materi dari bab 1 sampai dengan 15 maka diadakan ujian tertulis tentang seputar tumbuhan obat yang dipelajari, dengan tujuan sejauh mana siswa mengetahui tumbuhan obat dengan baik. Ujian tertulis pertama yang diujikan adalah bab sambiloto, meniran, takokak, pegagan, temulawak dan jahe merah sedangkan ujian tertulis kedua yang diujikan adalah bab jeruk nipis, binahong, mahkota dewa, rosella, sirsak, sangitan,

Jenis Pegawai

Jenis Kelamin Tingkat Pendidikan

Laki-laki Perempuan SLP SLA D2 S1

n % n % n % n % n % n %

Guru 6 37.5 9 56.3 0 0 2 12.5 5 31.3 8 50

Tata usaha 1 6.25 0 0 1 6.3 0 0 0 0 0 0

(35)

sirih, brotowali, dan kenikir. Metode pembelajaran yang digunakan adalah penjelasan dari guru, diskusi, dan tanya jawab. Indikator keberhasilan yang diharapkan adalah siswa mengenal, mengetahui manfaat, ciri-ciri serta cara membuat ramuan tumbuhan obat. Selain itu siswa juga di tugaskan untuk membawa tumbuhan obat dari rumah.

(36)

(a) (b)

(c) (d)

(e) (f)

Gambar 3 (a) Persiapan menanam, (b) Mencangkul tanah, (c) Pengolahan tanah, (d) Penanaman di pot, (e) Penanaman di kebun sekolah, (f) Penamaan nama ilmiah.

Pada saat melakukan kunjungan ke rumah TOGA di Gunung Leutik, siswa mendapatkan wawasan baru tentang berbagai tumbuhan obat dan juga demo pembuatan teh rosella.

(a) (b)

(37)

4.3 Karakteristik Siswa dan Sosial Keluarga 4.3.1 Karakteristik Siswa

Siswa kelas lima shift pagi berjumlah 45 orang tetapi ada satu orang siswa yang tidak pernah masuk dari awal sampai berakhirnya penelitian, total yang menjadi sampel penelitian sebanyak 44 orang. Perbandingan jenis kelamin laki-laki dengan perempuan adalah 65.9 persen berbanding 34.1 persen. Jumlah siswa laki-laki dua kali lebih banyak dibandingkan dengan perempuan (Tabel 5)

Tabel 5 Sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Laki-laki 29 65.9

2 Perempuan 15 34.1

Total 44 100

(38)

Tabel 6 Sebaran siswa berdasarkan kelas umur

No Kategori umur (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)

1 10 6 13.6

2 11 23 52.3

3 12 14 31.8

4 13 1 2.3

Total 44 100

4.3.2 Sosial Ekonomi Keluarga

Umur ibu paling banyak (65.9%) berkisar antara 20 sampai 40 tahun sedangkan umur ayah paling banyak (52.3%) berkisar lebih dari 40 tahun. Kategori umur ini akan menentukan produktifitas aktivitas orang tua dalam bekerja tentunya, rata-rata masih tergolong cukup produktif.(Tabel 7)

Tabel 7 Sebaran orangtua siswa berdasarkan kelas umur No Kategori umur

(tahun)

Ayah Ibu

(n) (%) (n) (%)

1 20-40 21 47.7 29 65.9

2 >40 23 52.3 15 34.1

Total 44 100 44 100

(39)

Tabel 8 Sebaran orangtua siswa berdasarkan pendidikan

No Pendidikan Orang tua Ayah Ibu

(n) (%) (n) (%)

1 SD 36 83 34 77.3

2 SMP 2 5 7 15.9

3 SMA 6 12 2 4.5

4 D2 - - 1 2.3

Total 44 100 44 100

Rendahnya tingkat pendidikan orangtua akan menentukan jenis pekerjaan. Sebagian besar (72.7%) ayah bekerja sebagai buruh tani sedangkan sebagian besar (93.1%) ibu tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga (Tabel 9). Rata-rata memiliki tanggungan keluarga sekitar 4-11 orang jumlah anggota keluarga dan yang paling banyak rata-rata adalah 4 anggota keluarga yang menjadi tanggungan hidup.

Tabel 9 Sebaran orangtua siswa berdasarkan pekerjaan

Kepemilikan kebun orang tua siswa masih tergolong sedikit begitu juga dengan pekarangan rumah, hanya sebesar 34.1 persen yang memiliki kebun dan 31.8 persen yang memiliki pekarangan (Tabel 10). Sehingga kebiasaan keluarga untuk menanam, memelihara berbagai tumbuhan dan tanaman masih tergolong sedikit, hal ini tentunya sedikit banyak

No Jenis Pekerjaan orang tua Ayah Ibu

(n) (%) (n) (%)

1 Karyawan 2 5 - -

2 Buruh tani 32 72.7 - -

3 Swasta 1 2.3 - -

4 Wiraswasta 7 15.9 - -

5 Pedagang - - 1 2.3

6 Tidak bekerja 1 2.3 41 93.1

7 Pembantu - - 1 2.3

8 Guru - - 1 2.3

(40)

berpengaruh kepada pengetahuan dan pengalaman serta sikap siswa dalam kegiatan penanaman tumbuhan dan tanaman.

Tabel 10 Kepemilikan kebun dan pekarangan rumah orang tua siswa

No Kepemilikan

4.4 Pengetahuan siswa berdasarkan stimulus AMAR dengan bantuan modul untuk siswa SD

4.4.1 Pengetahuan tentang stimulus alamiah tumbuhan obat

Stimulus alamiah menjelaskan bahwa siswa mengetahui nilai-nilai alamiah tumbuhan obat, cara penanaman dan komponen lingkungan baik abiotik (tanah, cahaya matahari, air, mineral) maupun biotik (manusia, hewan) yang kedua komponen tersebut tidak dapat dipisahkan. Sebagian besar siswa sudah pernah menanam tumbuhan obat baik di rumah, sekolah maupun sawah. Wadah yang digunakan untuk menanam tumbuhan obat di sekolah adalah pot, polybag dan juga secara langsung di tanah. Pengetahuan siswa tentang cara-cara menanam tumbuhan obat sebelum diberikan modul dan praktek menanam di lapangan masih tergolong rendah. Sebelum diberi modul hanya sebagian kecil siswa yang mengetahui cara menanam tumbuhan jeruk nipis (18.2%), menanam rosella (15.9%), menanam jahe (6.8%) dan tidak ada yang mengetahui cara menanam kenikir (Tabel 11). Hal ini diperkirakan karena sebagian besar siswa tidak memiliki pengalaman menanam bisa dilihat dari karakteristik kepemilikan pekarangan di rumah yang masih tergolong sedikit dan tanaman tersebut kurang dikenal anak-anak walaupun dikalangan masyarakat sudah terkenal.

(41)

kepada siswa, yang sebelumnya tidak mengetahui cara menanam kenikir sama sekali akhirnya menjadi mengetahui. Siswa lebih banyak mengetahui cara penanaman rosella dan jahe karena di dalam praktek kedua tumbuhan obat tersebut paling banyak di tanam oleh siswa sedangkan tumbuhan kenikir jumlahnya sedikit dan untuk tumbuhan jeruk nipis tidak sama sekali di praktekkan. Dapat disimpulkan siswa mengetahui cara penanaman jeruk nipis karena tumbuhan ini sudah umum di kenal. Tumbuhan jahe, rosella dan kenikir belum cukup dikenal sehingga ketika di praktekan secara langsung maka respon siswa sangat antusias. Pengetahuan baru ini masih terekam di dalam memori siswa karena bukan hanya sebatas teori tetapi ada praktek nyata di lapangan. Pernyataan adanya perlakuan praktek atau interaksi langsung ke lapangan sangatlah mendukung pengetahuan dan sikap siswa. Hal ini diperkuat oleh Hidayati (2011) bahwa interaksi merupakan faktor yang penting dalam peningkatan persepsi siswa.

Tabel 11 Sebaran siswa berdasarkan pengetahuan tentang cara-cara menanam tumbuhan obat sebelum dan sesudah diberikan perlakuan

No Cara menanam

Sebelum Sesudah

Tahu Tidak tahu Tahu Tidak tahu

(n) (%) (n) (%) (n) (%) (n) (%)

1 Tumbuhan Jahe 3 6.8 41 93.2 37 84.1 7 15.9 2 Tumbuhan Rosella 7 15.9 37 84.1 40 90.9 4 9.1 3 Tumbuhan Kenikir 0 0 44 100 31 70.5 13 29.5 4 Tumbuhan Jeruk

nipis 8 18.2 36 81.8 33 75 11 25

Berdasarkan Hasil uji statistik terhadap variable tingkat pengetahuan siswa tentang cara-cara menanam tumbuhan obat sebelum dan sesudah pemberian modul dengan mengunakan uji Mc Nemar didapatkan p-value

(42)

signifikan mengenai pengetahuan siswa tentang cara menanam rosella, jahe, kenikir dan jeruk nipis.

Sebelum diberikan modul dan praktek di lapangan pengetahuan siswa tentang penyiangan adalah sebesar 25 persen, pengetahuan tentang pemupukan sebesar 54.5 persen, pengetahuan tentang pemakaian sembarangan dosis tumbuhan obat sebesar 59.1 persen (Tabel 12). Pengetahuan ini diduga karena beberapa siswa pernah melakukan pemupukan di rumah pada saat menanam dan cara beberapa siswa menganalogikan tentang pemakaian dosis tumbuhan obat dengan dosis minum obat, sehingga sebagian siswa sudah mengetahui jika menggunakan tumbuhan obat tanpa petunjuk yang baik tentunya akan menjadi racun bagi tubuh.

Begitu juga tentang pengetahuan pentingnya menanam tumbuhan obat. Siswa sudah mengetahui pengetahuan tersebut sebesar (75%) dan dapat menjelaskan alasannya seperti, agar melestarikan, agar indah dan bagus halamannya dan siswa juga menuliskan agar ketika sakit atau ibu ingin memasak bisa langsung mengambil.

(43)

Tabel 12 Sebaran berdasarkan pengetahuan tentang konservasi tumbuahan obat sebelum dan sesudah diberikan perlakuan

Berdasarkan hasil uji stastitik terhadap variabel di atas dengan menggunakan uji Mc Nemar, besar p-value untuk pengukuran keempat variabel diatas kurang dari alpha dibagi dua maka keputusan yang diambil untuk ke empat variable tersebut adalah tolak Ho. Dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan yang signifikan mengenai pengetahuan penyiangan, pemupukan, penggunaan dosis tumbuhan obat dan pentingnya tumbuhan obat di tanam baik di sekolah maupun di rumah setelah diberikan modul dan praktek di lapangan.

4.4.2 Pengetahuan tentang Stimulus Manfaat Tumbuhan Obat

Sebelum diberikan modul, siswa pada umumnya sudah mengetahui tumbuhan obat sebesar 84.1 persen sedangkan untuk istilah konservasi hanya 9 persen yang mengetahui arti konservasi (Tabel 13). Pengetahuan siswa tentang tumbuhan obat cukup tinggi dikarenakan siswa sudah mengetahui sebelumnya baik dari orang tua maupun guru sedangkan untuk istilah konservasi masih baru di kenal oleh siswa sehingga tidak banyak yang bisa menjelaskan dengan baik dan benar.

(44)

Setelah diberikan pembelajaran tumbuhan obat di kelas dengan menggunakan modul sebesar 100 persen siswa sudah mengetahui tumbuhan obat dan sebesar 86.4 persen siswa mengetahui arti konservasi dan bisa mendefinisikan dengan baik bahwa konservasi adalah upaya melindungi, mengawetkan dengan cara menanam dan memanfaatkannya agar terjaga kelestariannya. Baik sebelum diberikan modul maupun sesudah diberikan modul, secara umum siswa sudah mengetahui tumbuhan obat sedangkan konservasi merupakan istilah asing yang baru di dengar sehingga setelah mendapatkan modul siswa lebih banyak mengetahui dan mengerti makna konservasi.

Tabel 13 Sebaran siswa berdasarkan pengetahuan tentang tumbuhan obat dan konservasi sebelum dan sesudah diberikan perlakuan

No Pengetahuan

Berdasarkan hasil uji statistik terhadap variable diatas dengan menggunakan uji Mc Nemer, besar p-value untuk pengukuran kedua variable diatas kurang dari alpha dibagi dua. Maka keputusan yang diambil adalah tolak Ho. Dapat disimpulkan bahwa terjadi perubahan yang signifikan pada siswa mengenai pengetahuan tentang tumbuhan obat dan arti konservasi.

(45)

panas sedangkan temulawak, serai dan lempuyung dapat menambah nafsu makan (Tabel 14). Dari pernyataan di atas siswa sudah mengetahui cukup baik dan diperkirakan pengetahuan siswa ini diperoleh dari orang tua dan pengalaman pribadi siswa ketika sakit.

Setelah membaca modul tentang tumbuhan obat yang dibuat dengan versi kartun dalam bentuk cerita narasi maka pengetahuan khasiat tumbuhan obat untuk mengobati panas, masuk angin, menambah nafsu makan dan batuk mengalami peningkatan. Seluruh siswa mengetahui tumbuhan yang dapat mengobati batuk sebesar 100 persen yaitu dengan jeruk nipis, dan sebesar 99.7 persen siswa mengetahui tumbuhan obat panas, masuk angin dan menambah nafsu makan dengan jawaban yang beragam tapi benar seperti tumbuhan yang dapat mengobati panas yaitu sambiloto, mengobati masuk angin yaitu jahe dan menambah nafsu makan yaitu temulawak dan pegagan

Tabel 14 Sebaran siswa berdasarkan pengetahuan tentang jenis tumbuhan obat berdasarkan khasiatnya sebelum dan sesudah diberikan perlakuan

Hasil uji statistik terhadap variable diatas, didapatkan nilai p-value

(46)

telah terjadi perubahan yang nyata mengenai pengetahuan siswa tentang jenis tumbuhan obat berdasarkan khasiatnya.

Ada lima jenis tumbuhan obat yang banyak diketahui manfaatnya. Sebelum diberikan modul pembelajaran dan praktek di lapanagan, siswa mengetahui manfaat tumbuhan jeruk nipis sebesar 81.8 persen, manfaat jahe merah 47.7 persen, manfaat temulawak 43.2 persen, manfaat sirih 34.1 persen dan manfaat mahkota dewa 27.3 persen (Tabel 15) . Sedangkan tumbuhan meniran dan brotowali merupakan tumbuhan terendah yang diketahui manfaatnya yaitu sebesar 2.3 persen.

(47)

brotowali pada modul terletak pada urutan ke empat belas dari lima belas bab.

Tabel 15 Sebaran siswa berdasarkan pengetahuan manfaat 15 jenis tumbuhan obat sebelum dan sesudah diberikan perlakuan

No Jenis Tumbuhan obat Sebelum Sesudah

Jumlah(n) (%) Jumlah(n) (%)

Berdasarkan hasil uji statistik terhadap variabel didapatkan, besar p-value untuk pengukuran kelimabelas tumbuhan obat diatas kurang dari alpha dibagi dua. Nilai statistik untuk 14 tumbuhan obat adalah 0.000 hanya jeruk nipis saja bernilai 0.016. Maka keputusan yang diambil adalah tolak Ho. Dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan yang signifikan mengenai pengetahuan siswa tentang manfaat lima belas tumbuhan obat.

(48)

Pengetahuan siswa tentang manfaat tumbuhan obat dari berbagai sudut pandang setelah diberikan modul tidak begitu berbeda dengan sebelum diberikan modul siswa lebih banyak menjawab sebagai manfaat kesehatan sebesar 95.5 persen sedangkan manfaat budaya merupakan jawaban siswa yang paling sedikit yaitu sebesar 54.5 persen. Hal ini di duga karena manfaat budaya masih sulit dimengerti siswa karena tradisi budaya dalam menggunakan tumbuhan obat masih abstrak.

Tabel 16 Sebaran siswa berdasarkan pengetahuan tentang manfaat tumbuhan obat dari berbagai sudut pandang sebelum dan sesudah diberikan perlakuan

Hasil uji statistik terhadap variabel diatas adalah walaupun manfaat kesehatan memiliki persentase yang tinggi sebesar 93.2 % pada waktu sebelum diberikan modul dan 95.5 % sesudah diberikan modul memiliki nilai p-value 1.000. Karena p-value lebih dari alpha dibagi 2 (0.025) maka keputusan diambil adalah terima Ho, artinya tidak terjadi signifikan mengenai perubahan manfaat tumbuhan obat sebagai kesehatan karena nilainya sudah tinggi dari awal dan pada umumnya jika dilihat dari istilah

kata “tumbuhan obat” merupakan kata yang mudah dipahami dan setiap

orang beranggapan dan menilai bahwa tumbuhan obat berfungsi sebagai obat yang berkaitan dengan kesehatan. Sedangkan untuk variabel lain yaitu

No Manfaat Sebelum

Sesudah

(n) (%) (n) (%)

1 Kesehatan 41 93,2 42 95.5

2 Ekonomi 14 31,8 37 84.1

3 Estetika 10 22,7 32 72.7

4 Usaha 13 29,5 39 88.6

5 Hobi 11 25,0 39 88.6

6 Pendidikan 14 31,8 39 88.6

7 Konservasi 18 40,9 39 88.6

8 Budaya 8 18,2 24 54.5

9 Ekologis 6 13,6 28 63.6

(49)

manfaat tumbuhan obat sebagai ekonomi, estetika, usaha, hobi, pendidikan, konservasi, budaya, ekologis dan sosial memiliki nilai p-value sebesar 0.000. Karena p-value kurang dari alpha dibagi dua dapat disimpulkan telah terjadi perubahan yang signifikan mengenai pengetahuan siswa tentang tumbuhan obat dari berbagai sudut pandang kecuali sebagai kesehatan.

(50)

Tabel 17 Sebaran siswa berdasarkan pernyataan stimulus rela sebelum dan sesudah pemberian perlakuan

No

Pernyataan stimulus Rela Sebelum Sesudah

(n) (%) (n) (%)

1 Bersedia menanam tumbuhan obat di sekolah 40 90.9 44 100 2 Bersedia menanam tumbuhan obat di rumah 43 97.7 44 100 3 Bersedia mengajak temen untuk bersama-sama

menanam tumbuhan obat 40 90.9 44 100

4 Bersedia piket menyiram dan merawat 39 88.6 44 100 5 Bersedia membawa tumbuhan obat dari rumah 40 90.9 44 100 6 Bersedia meminum ramuan tumbuhan obat

ketika sakit 43 97.7 44 100

7 Bersedia mengajak keluarga menanam

tumbuhan obat 39 88.6 40 90.9

8 Bersedia memberitahukan keluarga untuk

menggunakan tumbuhan obat 41 93.2 43 97.7

9 Bersedia mengikuti ekstrakurikuler tumbuhan

obat di sekolah 35 79.5 40 90.9

10 Bersedia menjaga tumbuhan obat agar tumbuh

subur 42 95.5 44 100

11 Bersedia tidak memetik tumbuhan obat

sembarangan 26 59.1 37 84.1

12 Bersedia melarang teman untuk tidak memetik

tumbuhan obat sembarangan 31 70.5 33 75

(51)

sembarangan, sedangkan pernyataan kebersediaan diri sendiri untuk tidak memetik tumbuhan obat sembarangan mengalami peningkatan nilainya sebesar 84.1 persen, adanya suatu pembuktian kesadaran diri untuk berusaha memperbaiki diri dimulai dari sendiri sebelum orang lain, hal ini kebalikan dari pernyataan sebelum diberi modul siswa cenderung bersedia melarang orang lain dibandingkan diri sendiri. Hal ini diduga siswa mulai sadar akan melakukan perubahan dari diri sendiri sebelum orang lain.

Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan Mc Nemar, secara umum besar p-value lebih besar dari alpha dibagi dua. Dapat disimpulkan terima Ho bahwa tidak terjadi perubahan yang signifikan terkait kerelaan siswa atau kebersediaan untuk melakukan aksi konservasi untuk kelestarian tumbuhan obat artinya baik diberikan modul dan praktek menanam maupun tidak diberikan tidak memberikan pengaruh nyata karena pada umumnya dasar etika siswa sudah baik. Adapun dari kedua belas pernyataan diatas ada yang nilai p-valuenya kurang dari alpha dibagi dua yaitu pada pernyataan point ke sebelas yaitu bersedia tidak memetik tumbuhan obat sembarangan sebesar 0.013 lebih dari 0.025, maka dapat disimpulkan tolak Ho artinya terdapat peningkatan terkait perubahan diri yang tadinya banyak yang tidak bersedia untuk tidak memetik tumbuhan obat secara sembarang menjadi bersedia untuk tidak memetik tumbuhan obat secara sembarangan.

4.5 Proses Penyempurnaan Modul

Modul yang telah digunakan guru dan siswa dievaluasi sejauh mana kefektifannya dan pengaruhnya ketika digunakan dalam pembelajaran di kelas. Setelah digunakan ada beberapa saran yang diberikan guru agar modul panduan untuk siswa yang dibuat bisa dilengkapi dan diperbaiki, diantaranya sebagai berikut :

1. Bab Konservasi Tumbuhan Obat, pengertian Konservasi harus diperbaiki

dari “ Konservasi itu” menjadi “ Konservasi adalah” dengan tujuan agar

(52)

Modul lama di tulis “konservasi itu upaya melindungi, mengawetkan contohnya dengan memperbanyak tanaman biar tidak habis, dan memanfaatkannya, agar tetap terjaga kelestariannya.

Modul yang telah diperbaiki menjadi “konservasi adalah pemanfaatan secara berkelanjutan dengan cara budidaya (memperbanyak tanaman, tidak memetik sembarangan, jika ada pemanenan harus di tanam kembali) agar terjaga kelestariannya

2. Bab Manfaat Tumbuhan Obat, sebaiknya menggunakan kata-kata yang mudah di mengerti siswa seperti kata medis, estestis, dan lain-lain diganti langsung kesehatan, keindahan dan lain-lain. Selain itu sebutkan atau tuliskan contohnya jangan menggunakan titik dua ( : ) karena ini akan sulit untuk dimengerti oleh siswa.

Modul lama di tulis

Manfaat Tumbuhan Obat dari berbagai sudut pandang :

1. Manfaat Medis (kesehatan) : Penyedia bahan baku, menjaga stamina tubuh

2. Manfaat estetis (keindahan) : Tumbuhan hias

Modul yang telah diperbaiki menjadi

Manfaat Tumbuhan Obat dari berbagai sudut pandang adalah:

1. Manfaat Kesehatan (Medis).

Sebagai contoh : Penyedia bahan baku, menjaga kebugaran tubuh 2. Manfaat Keindahan (estetis)

Sebagai contoh : Tumbuhan hias

3. Bab 1. Sambiloto, dari segi modul sudah menarik perhatiaan siswa, namun sebaiknya diberikan juga cara untuk membuat ramuannya agar siswa tahu serta dilengkapi dengan ciri-ciri tanaman sambiloto.

(53)

Ciri-ciri tumbuhan sambiloto

Batang berkayu, bentuk batangnya segi empat. Daunnya berbentuk taji dengan tepi yang rata, berhadapan dan bertangkai pendek, warna bunganya putih, berbibir dua dan bercak-bercak lembayung. Apabila sudah masak bijinya terlempar dari dalam buahnya

Cara membuat ramuan :

Obat diare : 13 gram daun di cuci bersih lalu direbus dengan 4 gelas air hingga mendidih dan airnya tersisa 2 gelas. Setelah dingin saring hasil rebusan. Lalu minum 2 kali sehari masing-masing 1 gelas, dengan menambahkan 1 sendok madu.

Obat flu, sakit kepala dan panas : tanaman sambiloto di cuci bersih, lalu keringkan. Tumbuk halus dan tambahkan 1 gelas air dalam 1 gram bubuk tanaman. Cara menggunakan direbus dan diminum 3 kali sehari.

4. Bab 2. Meniran sudah bagus karena siswa juga sudah mengetahui tumbuhan meniran itu seperti apa.

5. Bab 3. Takokak, untuk takokak sangat mudah ditemukan khususnya di daerah Gunung Leutik. Bahkan pada saat di berikan tugas untuk membawa ke sekolah, siswa berebutan ingin membawa contoh tumbuhan takokak, hanya saja kekurangan modul ini adalah tidak dituliskan cara membuat ramuannya.

Setelah modul diperbaiki menjadi

Cara membuat ramuan

Untuk sakit batuk kronis akar kering 10-15 gram direbus dengan 4 gelas air sampai menjadi 2 gelas, dinginkan, saring, minum 2 kali 1 gelas.

Untuk sakit bisul dan koreng daun segar di cuci bersih lalu digiling halus, dibubuhkan ketempat yang sakit, lalu balut, untuk susah buang air kecil bagi laki-laki makan beberapa buah takokak.

(54)

menggunakan bahasa lokal sebagai contoh pegagan nama lokal di sunda yaitu antanan, secara umum bab ini sudah baik dari segi penjelasannya. Setelah diperbaiki menjadi

Pegagan istilah di sunda di kenal dengan sebutan antanan

7. Bab 5. Temulawak, tumbuhan obat ini di daerah Gunung Leutik sulit ditemukan, bab ini cukup bagus dan alangkah baiknya di modul juga ditulis cara menanam temulawak.

Setelah diperbaiki menjadi

Cara menanam

Bibit yang digunakan dapat berasal dari rimpang induk dan anak rimpang, satu bibit dimasukan ke dalam lubang tanam dengan posisi mata tunas menghadap ke atas. Setelah itu bibit ditimbun dengan tanah sedalam 10 cm

8. Bab 6. Jahe merah, tumbuhan obat di daerah Gunung Leutik masih sulit ditemukan. Masih bingung membedakan antara jahe dapur yang digunakan untuk memasak dan jahe merah, namun dalam pembahasan jahe merah dalam modul cukup baik.

9. Bab 7. Jeruk nipis, pada bab ini penjelasannya sudah baik dan buah ini mudah ditemukan hanya saja siswa masih keliru antara jeruk nipis dan jeruk lemon.

10.Bab 8. Binahong, tumbuhan ini dapat siswa temukan di Rumah TOGA binaan Konservasi Tumbuhan obat Departemen Konservasi Sumberdaya alam dan Ekowisata IPB yang ada di sekitar sekolah. Sebaiknya di dalam modul ini dicantumkan juga cara menggunakan tumbuhan obat ini. Siswa

juga bertanya bentuk daun binahong seperti “ Jantung cordava” maksudnya

seperti apa?

Modul yang telah diperbaiki istilah yang sulit diganti menadi daun yang berbentuk Jantung.

11.Bab 9. Mahkota Dewa. Pada bab ini penjelasannya sudah baik.

12.Bab 10. Rosella. Penjelasan modul sudah baik namun tumbuhan Rosella masih sulit ditemukan di daerah Gunung Leutik

(55)

tetangga dan ke pasar. Dalam bab ini perlu penjelasan tentang ciri-ciri dan cara menanam sirsak.

Modul yang diperbaiki menjadi

sirsak istilah Sunda dikenal dengan nagka walanda Ciri-ciri

Sirsak berupa tumbuhan atau potion yang berbatang utama berukuran kecil dan rendah. Daunnya berbentuk bulat telur agak tebal dan pada permukaan bagian atas yang halus berwarna hijau tua sedang pada bagian bawahnya mempunyai warna lebih muda.

Cara menanam

Umumnya sirsak ditumbuhkan dari benih. Semai dapat dipakai, sebab populasi yang tumbuh cukup seragam dan benih dari kultivar manis, misalnya, pada umumnya sifatnya sama dengan induknya, serta karena fase yuananya hanya berlangsung 2-4 tahun. Benih dapat ditanam langsung di ladang atau disemaikan dahulu di persemaian.

14.Bab 12. Sangitan. Tumbuhan ini sulit di temukan sehingga siswa mencarinya ke rumah TOGA yang ada di Gunung Leutik. Pada bab ini ditambahkan juga ciri-ciri dan habitat tumbuhan ini.

Modul yang diperbaiki menjadi

Ciri-ciri

Gambar

Tabel 1 Potensi Tumbuhan Obat di Kampung Gunung Leutik berdasarkan
Gambar 1  Diagram Alir kerangka berpikir Tri-Stimulus AMAR pro-Konservasi” : Stimulus, sikap, dan prilaku aksi konservasi Tumbuhan Obat
Gambar 2   Alur Penggunaan Modul “Mengenal 15 Tumbuhan Obat Unggulan di Gunung
Gambar 3  (a) Persiapan menanam, (b) Mencangkul tanah, (c) Pengolahan
+6

Referensi

Dokumen terkait

Bagi Perusahaan yang tidak hadir pada waktu dan tempat yang telah disebutkan di atas maka akan dinyatakan tidak lulus. Demikian undangan ini kami sampaikan, atas kehadirannya

Seluruh BERKAS yang disampaikan atau yang tercantum didalam dokumen kualifikasi perusahaan yang saudara sampaikan pada paket pekerjaan tersebut di atas harus ASLI (Khusus

Pada tabel Correlations, diperoleh harga koefisien korelasi sebesar 0,357., dengan signifikansi sebesar 0,253, berdasarkan data tersebut diatas maka dalam hal ini

Hasil analisis sifat fisik tanah yaitu tekstur pada sedimen Danau Tondano di wilayah Timur (Eris) dan di wilayah barat (Remboken), dengan ketinggian yang

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa : 1 program supervisi pengawas PAI dilakukan pada awal tahun pelajaran dan disosialisasikan pada kepada guruguru PAI pada kegiatan Rapat

Dengan genre romance, sinopsis ditulis dengan tujuan untuk menunjukkan Lili yang awalnya diperkenalkan sebagai karakter perempuan mandiri, akhirnya bergantung pada Anton.. Sosok

diperkenankan mengambil biaya yang memang dipperlukan, tanpa ada unsur mengambil keuntungan berlebihan. Pada saat ini Pegadaian Syariah sudah berbentuk sebagai sebuah

Hasil elektroforesis daging tikus setelah di PCR (Polymerase Chain Reaction) menggunakan primer ND1 terlihat pita yang muncul pada bakso sapi yang tidak berlogo MUI yaitu sampel