• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

H. Jurnal Penyesuaian

3. Proses Penyesuaian

Saldo-saldo di dalam neraca saldo yang memerlukan penyesuaian adalah sebagai berikut (Jusup, 1997:180):

a. Piutang pendapatan, yaitu pendapatan yang sudah menjadi hak perusahaan tetapi belum dicatat. Apabila suatu pendapatan telah

menjadi hak perusahaan tetapi belum diterima pada akhir periode bersangkutan, maka pada akhir periode harus dibuat jurnal penyesuaian untuk mengakui jumlah pendapatan yang belum diterima tersebut sebagai pendapatan.

Contoh: PT Maju Mundur menyewakan gedung seharga Rp 10.000.000 kepada UD Setia Jaya untuk 10 bulan mulai tanggal 1 November 2006, dengan pembayaran dilakukan di belakang per 1 September 2007. Mulai tanggal 1 November 2006 sampai dengan 31 Desember 2006, sebagai pemilik gedung, PT Maju Mundur sudah memberikan jasa sewa, maka yang sudah menjadi pendapatan sewa adalah: 2/10 x Rp 10.000.000 = Rp 2.000.000. Jadi jurnal yang dibuat oleh PT Maju Mundur adalah:

Tanggal Akun Buku Besar Ref Debet Kredit Des 31 Piutang pendapatan sewa

Pendapatan sewa

Rp 2.000.000

Rp 2.000.000

b. Utang beban, yaitu beban-beban yang sudah menjadi kewajiban perusahaan tetapi belum dicatat. Biaya-biaya yang sudah menjadi beban pada suatu akhir periode tetapi sampai akhir periode yang bersangkutan belum dibayar, harus dicantumkan dalam neraca sebagai utang beban dan harus termasuk pula dalam saldo akun beban.

Contoh: Pada tanggal 31 Desember 2006, PT Maju Mundur masih harus membayar gaji sebesar Rp 1.000.000. Oleh karena itu, baik beban gaji maupun utang gaji harus ditambah sebesar Rp 1.000.000 karena gaji tersebut belum dibayar tetapi sudah menjadi beban pada

periode 2006. Jadi jurnal penyesuaian yang dibuat oleh PT Maju Mundur adalah:

Tanggal Akun Buku Besar Ref Debet Kredit Des 31 Beban gaji

Utang gaji

Rp 1.000.000

Rp 1.000.000

c. Pendapatan diterima di muka, yaitu pendapatan yang sudah diterima, tetapi sebenarnya merupakan pendapatan untuk periode yang akan datang. Bila perusahaan belum menyelesaikan jasa yang dipesan oleh pelanggan tetapi telah menerima pembayaran atas jasa tersebut, maka penerimaannya disebut sebagai pendapatan diterima di muka.

Contoh: Pada tanggal 1 November 2006 PT Maju Mundur, menerima uang sewa gedung untuk 10 bulan dari UD Setia Jaya sebesar Rp 10.000.000. Maka, pendapatan sewa gedung PT Maju Mundur sampai dengan tanggal 31 Desember 2006 adalah sebesar: 2/10 x Rp 10.000.000 = Rp 2.000.000 dan yang belum menjadi pendapatan diterima di muka adalah: 8/10 x Rp 10.000.000 = Rp 8.000.000. Jadi jurnal penyesuaian yang dibuat oleh PT Maju Mundur adalah:

Tanggal Akun Buku Besar Ref Debet Kredit Des 31 Pendapatan sewa

Sewa diterima di muka

Rp 8.000.000

Rp 8.000.000

d. Beban dibayar di muka, yaitu beban-beban yang sudah dibayar tetapi sebenarnya harus dibebankan pada periode yang akan datang. Bila perusahaan melakukan pembayaran terlebih dahulu (dibayar di muka) untuk suatu beban, dan pembayaran tersebut melebihi satu periode

akuntansi, maka perlu dilakukan jurnal penyesuaian untuk dapat mengetahui beban yang sesungguhnya terjadi pada periode tersebut. Contoh: UD Setia Jaya menyewa gedung mulai tanggal 1 November 2006 dari PT Maju Mundur untuk 10 bulan Rp 10.000.000 dan pembayaran dilakukan di muka per 1 November 2006. Maka, beban sewa sampai tanggal 31 Desember 2006 adalah sebesar: 2/10 x Rp 10.000.000 = Rp 2.000.000 dan yang masih merupakan sewa dibayar di muka sampai tanggal 31 Desember 2006 adalah: 8/10 x Rp 10.000.000 = Rp 8.000.000. Jadi jurnal penyesuaian yang dibuat oleh UD Setia Jaya adalah:

Tanggal Akun Buku Besar Ref Debet Kredit Des 31 Beban sewa

Sewa dibayar di muka

Rp 2.000.000

Rp 2.000.000

e. Kerugian piutang, yaitu taksiran kerugian yang timbul karena adanya piutang yang tidak dapat ditagih. Piutang timbul karena adanya penjualan kredit. Syarat penjulan lebih menarik bagi pembeli karena pembayaran dapat dilakukan beberapa waktu kemudian. Namun, apabila ditinjau dari segi perusahaan yang memberikan kredit, syarat demikian mengandung risiko walaupun di lain pihak volume penjualan mungkin dapat ditingkatkan. Risiko terjadi bila si pengambil kredit tidak melaksanakan kewajibannya sehingga mengakibatkan perusahaan rugi. Keadaan demikian sering dialalmi oleh perusahaan yang biasa melakukan penjualan secara kredit. Kerugian karena

adanya piutang yang tak dapat ditagih, dapat dicatat dalam pembukuan dengan dua cara, yaitu:

1) Pada saat ada kepastian bahwa piutang tidak mungkin dapat ditagih.

2) Pada periode di mana penjualan kredit terjadi.

Contoh: Pendapatan PT Maju Mundur sampai 31 Desember 2006 adalah sebesar Rp 57.500.000. Taksiran kerugian piutang sebesar 5% dari pendapatan tersebut. Maka, besarnya kerugian piutang adalah: 5% x Rp 57.500.000 = Rp 2.875.000. Jadi jurnal yang dibuat oleh PT Maju Mundur adalah:

Tanggal Akun Buku Besar Ref Debet Kredit Des 31 Kerugian piutang

Cadangan kerugian piutang

Rp 2.875.000

Rp 2.875.000

f. Depresiasi (penyusutan), yaitu penyusutan aktiva tetap yang harus dibebankan pada suatu periode akuntansi. Semua aktiva tetap, kecuali tanah, yang dimiliki dan digunakan oleh perusahaan untuk beroperasi, akan semakin menyusut nilainya bersamaan dengan berjalannya waktu. Proses ini akan menyebabkan nilai aktiva tetap harus dialokasikan sebagai beban penyusutan selama masa penggunaan aktiva tersebut. Pembebanan penyusutan ini biasanya dilakukan pada tiap akhir periode melalui jurnal penyesuaian. Penentuan besarnya beban penyusutan aktiva tetap dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu: (1) metode garis lurus, (2) metode tarif tetap atas nilai buku, dan (3)

metode jumlah angka tahun. Namun, pada penelitian ini, hanya akan dibahas penentuan besarnya penyusutan dengan metode garis lurus. Contoh: Pada tanggal 1 November 2006 dibeli peralatan kantor seharga Rp 45.000.000. Umur ekonomis aktiva tersebut ditaksir selama 5 tahun dan nilai residunya sebesar Rp 5.000.000. Maka, besarnya penyusutan peralatan kantor sampai dengan 31 Desember 2006 adalah sebesar: [(Rp 45.000.000-Rp 5.000.000)/5 tahun] x 2/12 = Rp 1.333.333. Jadi jurnal penyesuaiannya adalah:

Tanggal Akun Buku Besar Ref Debet Kredit Des 31 Depresiasi peralatan kantor

Akumulasi penyusutan peralatan kantor

Rp 1.333.333

Rp 1.333.333

g. Beban pemakaian perlengkapan, yaitu bagian dari harga beli perlengkapan yang telah dikonsumsi selama periode akuntansi. Perlengkapan adalah bahan-bahan yang dibeli dengan maksud digunakan dalam operasi perusahaan (tidak untuk dijual kembali). Pada umumnya, pemakaian perlengkapan tidak memerlukan pencatata, sehingga nilai persediaan pada akhir periode akuntansi masih tercantum dalam neraca saldo sebesar nilai belinya. Untuk itu, diperlukan penyesuaian untuk akun perlengkapan agar saldonya dapat mencerminkan keadaan yang sebenarnya. Pemakaian perlengkapan untuk satu periode akuntansi akan dicatat sebagai beban perlengkapan pada satu periode akuntansi.

Contoh: Pada tanggal 31 Desember 2006, pada neraca saldo terdapat saldo akun perlengkapan sebesar Rp 3.500.000, tetapi setelah diadakan perhitungan persediaan di gudang, nilai persediaan yang ada sebesar Rp 700.000. Maka, pemakaian perlengkapan sampai 31 Desember 2006 adalah: Rp 3.500.000 – Rp 700.000 = Rp 2.800.000. Jadi jurnal penyesuaiannya adalah:

Tanggal Akun Buku Besar Ref Debet Kredit Des 31 Beban perlengkapan

Perlengkapan

Rp 2.800.000

Rp 2.800.000

I. Kertas Kerja (Worksheet)

Dokumen terkait