• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proses Peralihan Mobil Brigade Menjadi Brigade Mobil

BAB III : PROSES TERBENTUKNYA

3.3. Proses Peralihan Mobil Brigade Menjadi Brigade Mobil

Pada peringatan hari ulang tahun mobile brigade yang ke – XVI tanggal 14 Nopember 1961, nama Mobile Brigade yang disingkat MOBRIG diganti dengan nama Brigade Mobil yang disebut dengan BRIMOB oleh Kepala Negar Indonesia Presiden Ir.SOEKARNO dan pada hari itu juga dengan Surat Keputusan Presiden RI No.591tahun 1961 Korps Brigade mobil mendapat penghargaan “Nugraha Sakanti Yana Utama “ karena dengan didirikannya pada tanggal 14 Nopember 1946 dengan penuh kewaspadaan telah mendarma bhaktikan diri nya untuk kepentingan tugas kepolisian maupun Negara. Sebagai suatu kesatuan yang terpercaya patut menjadi tauladan yang dapat memelihara dan mengembangkan sifat – sifat kepolisian sejati, dengan dianugerahkannya penghargaan ini korps Brigade Mobil adalah satu – satunya

Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara (1961-1970), 2009.

USU Repository © 2009

dilingkungan kepolisian dan TNI yang pertama kali mendapat penghargaan dari kepala pemerintahan dan Negara Republik Indonesia. Berdasarkan surat keputusan Menteri/Panglima angkatan kepolisian No Pol : 32 / SA / MK / 1965 tanggal 31 maret 1965 Organisasi Korps Brigade Mobil ditetapkan sebagai berikut:

1. Di pusat disebut Markas Besar

2. Di propinsi – propinsi di sebut Resimen Korps Brimob 3. Lembaga pendidikan korps Brimob

4. Kesatuan bantuan umum dan kesatuan pelayan korps Brimob 5. Kesatuan tugas khusus korps Brimob

Untuk komandemen Brimob daerah Sumut – Aceh diganti namanya menjadi Korps Brigade Mobil Resimen V dan sebagai komandemennya adalah AKBP K.E. Lumi. Korps Brigade mobil V Sumut – Aceh berkekuatan masih 3 Batalyon yang diganti namanya seperti :

Markas Resimen V korps Brimob Sumut – Aceh Putri Hijau, terdiri dari : 1. Markas Batalyon 515 di Banda Aceh dengan kekuatan 1 kompi dengan

sebutan kompi A

2. Markas Batalyon 516 di Medan jalan sei wampu dengan kekuatan 3 kompi, yaitu :

a. Kompi A berkedudukan di Medan b. Kompi B berkedudukan di Binjai c. Kompi C berkedudukan di Medan

3. Markas Batalyon 517 di pematang siantar kekuatan 4 kompi, yaitu : a. Kompi A berkedudukan di P.Siantar

Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara (1961-1970), 2009.

USU Repository © 2009

b. Kompi B berkedudukan di T.tinggi c. Kompi C berkedudukan di Sibolga d. Kompi D berkedudukan di T.balai

Sesuai Surat Keputusan Kepala Kepolisian RI. No. Pol. Kep / 05 / III / 1972 tanggal 17 Maret 1972 tentang Refungsionalisasi dan Reorganisasi Korps Brigade Mobil Polri diatur sebagai berikut :

1. Ditingkat Pusat Markas Korps Bbrimob Polri dengan kesatuan – kesatuan di pusat dimasukkan dalam organic Komando Samapta Selaku Unsur Komando Samapta maka status dari status tersebut diatas ialah Markas Pusat Brigade Mobil POLRI.

2. Pimpinan Korps Brigade Mobil Polri disebut Komando Korps Brigade Mobil kesatuan – kesatuandan Staf Brimob yang di daerah dimasukkan dalam Organik KOMDAK dimana kesatuan ini berada di Resimen – V Sumut – Aceh diganti menjadi SAT BRIMOBDAK – II / SU

Dengan demikian Korps Brimob Resimen – V Sumut – Aceh masuk dalam markas Komando Daerah Kepolisian – II Sumatra Utara (KOMDAK – II / SU ) Seluruh Bataliyon di bubarkan sehingga menjadi 3 Kompi saja yang berkedudukan di :

1. Kompi 03 Berkedudukan di P. Siantar 2. Kompi 04 Berkedudukan di Binjai 3. Kompi 05 Berkedudukan di Sibolga

Pada tahun 1994 Dibawah kepemimpinan Dansat Brimobda Sumut Letkol Pol Bambang Suedi mulai merencanakan dan merumuskan piranti lunak serta pelaksanaan

Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara (1961-1970), 2009.

USU Repository © 2009

penataan sarana dan prasarana guna meningkatkan pendayagunaan Sat Brimobda Sumut dan pembangunan Markas Batalyon di Binjai dan Markas Batalyon di Tebing Tinggi, sebagai satuan pelaksana dibentuk tiga Batalyon kerangka dengan kedudukan di :

1. Batalyon-A berkedudukan di Binjai dengan kekuatan 6 Kompi : a. Kompi Markas berkedudukan di Binjai

b. Kompi 1 berkedudukan di Medan

c. Kompi 2 berkedudukan di Tanjung Morawa d. Kompi 3 berkedudukan di Binjai

e. Kompi 4 berkedudukan di Binjai f. Kompi Bantuan berkedudukan Binjai

2. Batalyon-B berkedudukan di Tebing Tinggi dengan kekuatan 6 Kompi : a. Kompi Markas berkedudukan di Tebing Tinggi

b. Kompi 1 berkedudukan di Tebing Tinggi c. Kompi 2 berkedudukan di Pematang Siantar d. Kompi 3 brkedudukan di TanjungBalai e. Kompi 4 berkedudukan di Tebing Tinggi

f. Kompi Bantuan berkedudukan di Tebing Tinggi 3. Batalyon-C berkedudukan di Padang Sidempuan 3.4. Tupoksi dan Peranan Brimob

Tugas pokok Korps Brimob Polri adalah membina kemampuan dan mengerahkan kekuatan Brimob guna menanggulangi gangguan Kamtibmas tinggi, utamanya kerusuhan massa, kejahatan teroganisir bersenjata api dan bahan peledak

Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara (1961-1970), 2009.

USU Repository © 2009

dan bersama – sama dengan unsur pelaksana operasional kepolisian lainnya untuk mewujudkan tertib hokum dan ketertiban di seluruh Wilayah Yuridiksi Nasional Republik Indonesia.

Sebagai salah satu fungsi tehnis Polri, meliputi segala penyelenggaraan, usaha dan kegiatan dibidang pencegahan dan penindakakn pelanggaran hokum berkadar tinggi yang dilaksanakan dengan cepat dan mobile dalam bentuk ikatan satuan serta secara khusus.

Adapun peranan Brimob Polri, antara lain :

1. Dalam posisi melaksanakan tugas pokoknya, maka Brimob Polri akan menampilkan dirinya dalam mewujudkan peranannya, seperti :

a. Satuan penindakan hura – hura b. Satuan reserse dan intelijen c. Satuan penjinak bahan peledak d. Satuan search and rescue e. Satuan lawan insurjensi f. Satuan combat intelijen g. Satuan Grilya lawan Griliya h. Satuan lawan terror

2. Dalam posisi sebagai bantuan taktis operasional fungsi teknis kepolisian yang serbaguna yang berlandaskan keahlian, keterampilan taktis, teknis Brimob Polri dalam bentuk :

a. Patroli daerah rawan b. Pelatihan

Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara (1961-1970), 2009.

USU Repository © 2009

d. Pengawal perbatasan e. Eksekusi

Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara (1961-1970), 2009.

USU Repository © 2009

BAB IV

PERAN BRIGADE MOBIL

DALAM MENJAGA KEAMANAN DAN KETERTIBAN

4.1. Perkembangan Brimob di Sumatera Utara (1961-1971)

Sepanjang tahun 1961 – 1971 Brimob di Indonesia banyak mengalami perkembangan, diantaranya :

a. Reorganisasi Ke – IV : Mobrig Diganti Menjadi Brimob

Pada peringatan Hari Ulang Tahun Mobile Brigade yang ke XVI tanggal 14 Nopember 1961, Nama Mobile Brigade yang di singkat Mobrig diganti dengan nama Brigade Mobil yang di sebut dengan Brimob oleh Kepala Negara Indonesia Presiden Ir. Soekarno dan pada hari itu juga dengan surat Keputusan Presiden R.I Nomor: 591 Tahun 1961 Korps Brigade Mobil mendapat Penghargaan “Nugraha Sakanti Yana Utama” karena dengan di dirikannya pada tanggal 14 Nopember 1946 dengan penuh Kewaspadaan telah mendarma Bahktikan dirinya untuk kepentingan tugas Kepolisian maupun Negara, sehingga sebagai suatu kesatuan yang terpercaya patut menjadi Tauladan yang dapat memelihara dan mengembangkan sifat-sifat Kepolisian Sejati, dengan di anugrahkannya Penghargaan ini Korp Brigade Mobile adalah satu satunya Kesatuan di Lingkungan Kepolisian dan TNI yang pertama kali mendapat Penghargaan dari Kepalan Pemerintah dan Negara Republik Indonesia

b. Persiapan Pasukan Brimob Ke Irian Barat Dalam Rangka Ops Trikora

Pada Ulang Tahun Penyerahan kedaulatan RI di Jogjakarta pada tanggal 19 Desember 1961 dicanangkan oleh Presiden RI Ir Soekarno, Tri Komando Rakyat, guna mengembalikan Wilayah Irian Barat ke Wilayah Indonesia, dimana Irian Barat

Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara (1961-1970), 2009.

USU Repository © 2009

masih diduduki oleh kekuatan Belanda. Sadar akan panggilan Tugas maka Markas Besar Korp Brimob menyusun strategi tugas yang sifatnya lebih besar dalam bentuk Resimen Pertempuran, dalam penyusunan ini Koordinator Brimob Daerah Sumut- Aceh disiapkan untuk sewaktu-waktu diberangkatkan, namun karena Ops Trikora tidak memakan waktu lama maka yang diberangkatkan ke Irian Barat pada waktu itu hanya Resimen Pelopor yang tergabung dengan Pasukan-Pasukan Istimewa/khusus TNI.

c. Mas Kadiran Memasuki Masa Persiapan Pensiun

Pada Tahun 1962 Mas Kadiran mamasuki masa persiapan Pensiun dan Jabatan Komandan Brimob Daerah Sumut-Aceh diserah terimakan kepada Bapak AMIR SUNARYO, pada tahun 1969 Mas Kadiran dipensiunkan dari tugas-tugasnya sebagai Anggota Kepolisian RI, dengan alasan mengundurkan diri.

d. Persiapan Pasukan Brimob Ke Perbatasan Malaysia Ops Diwikora

Dalam rangka Konfrontasi dengan Malaysia, karena berdirinya Negara Malaysia diperkirakan dapat mengakibatkan gangguan Keamanan baik Fisik maupun Psychologis. Baik pada sebagian wilayah maupun seluruh wilayah Indonesia, maka bersama Satuan ABRI lainya segera membentuk Satuan Tugas menjaga Perbatasan. Sementara itu Sukarelawan-Sukarelawan Kepolisian RI / Korp Brimob / Menpor dan Komandemen Brimob Daerah Sumut – Aceh disiapkan juga untuk mengambil bagian dalam Penyusupan ke Malaysia dan Singapura, tak sedikit Sukarelawan-Sukarelawan kita yang gugur dan Tentara dalam menjalankan Tugas tersebut.

Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara (1961-1970), 2009.

USU Repository © 2009

Pak Amir Sunaryo sebagai Komandan Komobda Sumut – Aceh diganti dengan Tumpak Tampubolon dan tak lama kemudian Tumpak Tampubolon diganti dengan Bapak Kusnadi.

f. Reorganisasi Ke V Komandemen Brimob Diganti Menjadi Resimen

Berdasarkan surat keputusan Mentri / Panglima Angkatan Kepolisian No.Pol : 32 / SA / MK / 1965 tanggal 31 Maret 1965 Organisasi Korp Brigade Mobil ditetapkan sebagai berikut :

1) Di Pusat disebut Markas Besar

2) DI Propinsi-Propinsi disebut Resimen Korp Brimob 3) Lembaga Pedidikan Korp Brimob

4) Kesatuan Bantuan Umum dan Kesatuan Pelayan Korp Brimob 5) Kesatuan Tugas khusus Korp Brimob

Untuk Komandemen Brimob Daerah Sumut – Aceh di ganti namanya menjadi Korps Brigade Mobile Resimen V dan sebagai Komandannya adalah AKBP K.E. Lumy. Korps Brigae Mobile Resimen V Sumut – Aceh berkekuatan masih 3 Batalyon yang diganti namanya seperti:

1) Markas Resimen-V Korps Brimob Sumut-Aceh di Putri Hijau

2) Markas Batalyon 515 di Banda Aceh dengan kekuatan 1 Kompi dengan Sebutan Kompi-A

3) Markas Batalyon 516 di Medan Jl. Sei Wampu dengan kekuatan 3 Kompi. a) Kompi A Kedudukan di Medan.

b) Kompi B Kedudukan di Binjai c) Kompi C Kedudukan di Medan.

Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara (1961-1970), 2009.

USU Repository © 2009

4) Markas Batalyon 517 di P.Siantar kekuatan 4 Kompi a) Kompi A Kedudukan di P.Siantar

b) Kompi B Kedudukan di T.Tinggi c) Kompi C Kedudkan di Sibolga d) Kompi D Kedudukan di T.Balai. g. Operasi G.30-S / PKI

Meluasnya Tragedi Nasional dengan Pengkhiatan PKI yang dikenal dengan sebutan G.30-S/PKI Merupakan Pengkhiatan kedua kalinya setelah Madiun Afair, Kesatuan Korps Brimob di daerah segera mengambil bagian bersama-sama ABRI yang lain untuk menghancurkan Potensi Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia (G.30-S / PKI ) Diseluruh daerah, begitu juga dengan Korps Brimob Resimen-V Sumut – Aceh juga bertugas bersama-sama Satuan ABRI lainya dan Masyarakat untuk menghancurkan PKI. Guna untuk menghilangkan pengaruh dari G.30-S / PKI. Akibat dari Pemberontakan PKI ini terjadi pergantian Presiden R.I. Ir, Soekarno diganti oleh Soeharto.

Demikian halnya dengan Brigade Mobil Daerah Sumatera Utara (Brimobdasu). Sejarah panjang sebagai suatu kesatuan yang berbeda dari polisi reguler. Brimob juga menjadikan dirinya terkenal dalam usahanya melawan pemberontak di masa-masa awal berdirinya Republik Indonesia.Kedua faktor ini dapat berarti dua hal: Pertama, reformasi dilakukan untuk lebih mengintegrasikan Brimob ke dalam Polri. Kedua, melikuidasi peran lawan insurgensi yang dimiliki Brimob selama ini walaupun bertentangandengan budaya institusional.

Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara (1961-1970), 2009.

USU Repository © 2009

Dalam perkembangannya, sejak dibentuknya Brimobdasu pada tahun 1943 hingga akhir tahun 1971 memiliki peran penting dan manfaat yang sangat dirasakan masyarakat Sumatera Timur, seperti diantaranya :

1. Revolusi Sosial di Tapanuli

2. Penembakan Kapal Perang Belanda Terpedo di Teluk Sibolga 3. Pertempuran MBB I Sumaetra dengan Legiun Pengempur 4. Perang Saudara di Tapanuli

5. Penyerangkan Kembali Merebut Kota Padang Sidempuan 6. Pertempuran di Benteng Huraba

7. Pemulihan Kedaulatan and Timbang Terima dengan Kepolisian Belanda di Keresidenan Tapanuli

8. Timbang Terima dengan Kepolisian Belanda di Sumatera Timur

9. MBB – I Sumut – Aceh dan MBB – I Sumbar menjaga keamanan di Sumut 10.Penumpasan Pemberintakan DI/TII di Aceh

11.Penumpasan Pemberontakan PRRI

12.Pembersihan Didalam Tubuh Kepolisian Sumatera Utara 13.Gerakan Operasi Pemulihan Keamanan

14.Persiapan Pasukan Brimob ke Irian Barat Dalam Rangka Ops Trikora 15.Persiapan Pasukan Brimob ke Perbatasan Malaysia Ops Dwikora 16.Penumpasan/Operasi G30S/PKI

4.2. Peranan Brimobdasu Dalam Menjaga Keamanan dan Ketertiban

Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara (1961-1970), 2009.

USU Repository © 2009

Pada ulang tahun penyerahan kedaulatan RI di Yogyakarta, pada tanggal 19 Desember 1961 dicanangkan oleh Presiden RI Ir. Soekarno, Tri Komando Rakyat (Trikora) guna mengembalikan wilayah Irian Barat ke Wilayah Indonesia, dimana Irian Barat masih diduduki oleh kekuatan Belanda. Sadar akan panggilan tugas, maka Markas Besar Korps Brimob menyusun strategi tugas yag sifatnya lebih besar dalam bentuk Resimen Pertempuran, dalam penyusunan ini coordinator Brimob Daerah Sumut Aceh disiapkan untuk sewaktu – waktu diberangkatkan, namun karena Ops Trikora tidak memakan waktu lama, maka yang diberangkatkan ke Irian pada waktu itu hanya Resimen Pelapor yang tergabung dengan pasukan – pasukan Istimewa/Khusus TNI.

2. Persiapan Pasukan Brimob ke Perbatasan Malaysia Ops Dwikora

Dalam rangka konfrotasi dengan Mayalsia, karena berdirinya Negara Malaysia diperkirakan dapat mengakibatkan gangguan keamanan, baik fisik maupun physicologis, baik pada sebagian wilayah maupun seluruh wilayah Indonesia, maka bersama satuan ABRI lainnya segera membentuk Satuan Tugas menjaga perbatasan. Sementarai itu Sukarelawan – Sukarelawan Kepolisian RI/Korp Brimob/Menpor dan Komandemen Brimob Daerah Sumatera Utara - Aceh disiapkan untuk mengambil bagian dalam Penyusupan ke Malaysia dan Singapura, tak sedikir sukarelawan – sukarelawan kita yang gugur dan tentara dalam menjalankan tugas tersebut.

3. Penumpasan/Operasi G30S/PKI

Meluasnya tragedy Nasional dengan pengkhianatan PKI yang dikenal dengan sebutan G.30S/PKI merupakan penghianat kedua kalinya setelah Madiun Afair, kesatuan Korps Brimob di Daerah segera mengambil bagian bersama – sama dengan

Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara (1961-1970), 2009.

USU Repository © 2009

ABRI yang lain untuk menghancurkan potensi gerakan Partai Komunis Indonesia (G.30 S/PKI) diseluruh daerah, begitu juga dengan korps Brimob Resimen V Sumut – Aceh juga bertugas bersama – sama satuan ABRI lainnya dan masyarakat untuk menghancurkan PKI guna untuk menghilangkan pengaruh dari G30S/PKI.

4.3. Permasalahan Brimobdasu didalam Menjalankan Tupoksi dan Peranannya didalam Menjaga Keamanan dan Ketertiban

Masalah keamanan yang dihadapi Sumatera Utara dari tahun 19961 – 1971 : pemberontakan, separatisme, konflik masyarakat, tindak kekerasan dan terorisme – dapat merusak kapasitas polisi walau telah mengikuti latihan terbaik sekalipun didunia. Brimobdasu memiliki tugas yang sulit, yakni bagaimana menyesuaikan diri dengan peran penegakkan hukum sipil setelah lebih daritiga dekade berada dalam posisi sebagai unsur ABRI yang paling tidak bergengsi dan paling kurang sumber dayanya. Dalam angkatan bersenjata di masa Soeharto.

Angkatan Darat memiliki tanggung jawab besar dalam keamanan internal. Tiga puluh tiga tahun menjadi bagian dari militer membuat polisi Indonesia menghadapi beberapa masalah serius untuk diatasi. Pertama adalah bagaimana untuk “mensipilkan” angkatan melalui berbagai bentuk pelatihan, budaya institusional, dan pendekatan umum atas keamanan. Kedua adalahbagaimana menentukan pembagian kerja dengan militer yang dapat diterimakedua belah pihak, tidak hanya secara legal, namun juga dalam bentuk responpraktis atas masalah keamanan serius. Ketiga adalah, bagaimana dapat memperbaiki kapasitas Brimob dengan cepat untuk menjalankan peranannya di bidang keamanan ketika disadari kita kekurangan personil polisi yang terlatih dengan baik.

Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara (1961-1970), 2009.

USU Repository © 2009

Masalah terakhir, sangat terkait dengan masalah yang pertama, yakni bagaimana meningkatkan hubungan dengan masyarakat lokal, terutama dengan masyarakat memiliki persepsi negatif tentang polisi.Keamanan internal adalah tanggung jawab seluruh elemen dalamkepolisian, tidak hanya Brimob, namun tetap saja Brimob adalah pihak yang pertama kali diturunkan di garis depan ketika terjadi kekerasan dan Brimob,dalam tradisinya, memang selalu menghadapi tugas-tugas Polri yang paling berbahaya dan sulit. Dalam menjalankan tugas-tugas seperti ini, yang seringkali tanpa dilengkapi dengan persiapan dan peralatan yang memadai, pelanggaran hak asasi manusia dengan mudah dapat terjadi.

Polisi telah mengambil langkah besar dalam mendefinisikan peran keamanan internal mereka danmembedakan diri mereka dari militer. Namun tekanan tetap ada, danperbedaan ini menjadi kabur terutama di daerah konflik yang aktif.Beberapa perwira Brimob mengatakan tentang masalah “wilayah abu-abu”, yang sangat tidak aman untuk operasi bagi polisi biasa tetapi bukan daerah yang berkonflik penuh atau “wilayah hitam” yang membutuhkan kehadiran militer.

Namun hanya dengan menugaskan pasukan para militer di “wilayah abu-abu” ini dapat mengurangi kemungkinan penegakkan hukum murni serta memperkuat anggapan bahwa Brimob dan polisi biasa adalah dua kelompok yang berbedadan bukan berasal dari satu institusi dengan mandat bersama.Selama Brimob memiliki peran melawan insurgensi, “pensipilan” penuh polisi tidak akan menjadi kenyataan. Kami percaya bahwa dalam jangka panjang, Polri pada umumnya, dan Brimob khususnya, akan dapat melayani masyarakat dengan lebih baik jika peran melawan insurgensinya dihapuskan.

Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara (1961-1970), 2009.

USU Repository © 2009

Di Aceh, media dan kebanyakan masyarakat menggunakan istilah “TNI/Polri” untuk mengacu pada kekuatan keamanan seakan-akan mereka berasal dari badan yang sama. Ketika militer dan Brimob melakukan operasi bersama di Aceh, hanya terdapat perbedaan kecil dalam menjalankan peran mereka; yangada adalah kenyataan bahwa militer memiliki peralatan yang lebih baik dan lebih terlatih untuk berperang. Polisi tidak boleh menjadi bawahan militer dalam bidang tugas yang sama; mereka harus memilikiperanan yang benar-benar berbeda. Peran para militer Brimob mendorong pasukan Brimob untuk memandang orang-orang yang berada di daerah konflik sebagai “musuh”.

Di saat yang sama, Polri perlu mendefinisikan dengan jelas fungsi para militer manakah yang dapat dilakukan oleh Brimob secara sah, seraya memastikan agar Brimob yang menjalankan fungsi tersebut juga memiliki nilai-nilai pemolisian sipil yang sama dengan polisi biasa.

Pertanyaan kemudian, siapa yang bertanggung jawab untuk melawan insurgensi? Dalam hal ini hanya terdapat tiga opsi:

Opsi 1: Mengembalikan Peran Melawan Insurgensi ke Militer

Argumen pendukung: Selama terdapat definisi yang jelas dan dapatditerima mengenai apa yang termasuk sebagai insurgensi (dengan menggunakanProtokol II Konvensi Jenewa sebagai panduan), batasan insurgensi yang berlawanan dengan gangguan sipil haruslah ketat, dan keseluruhan aktivitasdalam rangka melawan insurgensi untuk daerah tertentu berada di bawah kendali dan diawasi sipil. Kemudian,TNI yang lebih terlatih dan lebih lengkap

Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara (1961-1970), 2009.

USU Repository © 2009

peralatannya daripada polisi bertugas mengatasi pemberontakan bersenjata.Polisi harus melakukan berbagai usaha untuk penegakkan hukum sipil, dan seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, memberikan polisi peran untuk berperang akan menyebabkan semakin sulit membedakan mereka dari militer.*

Argumen anti: Dengan memberikan peran melawan insurgensi secaraeksplisit kepada TNI berarti mensahkan peran keamanan internal TNI. Dengan tidak menyetujui hal ini, berarti akan menciptakan fokus yang lebih eksklusifbagi TNI atas pertahanan eksternal. Selain itu, mengembalikan peran melawaninsurgensi ke militer tidak akan membawa dampak apapun dalam konteksmenghormati Hak asasi manusia.

Opsi 2: Transformasi Brimob Menjadi Pasukan ParamiliterProfesional

Argumen pendukung: Jika yang diinginkan adalah polisi yangmenangani Semua masalah keamanan internal, dan militer berperan hanyasebagai pendukung jika diperlukan, maka memberikan pelatihan khusus danintensif kepada Brimob adalah satu-satunya jawaban. Selama semua yangdilatih telah melewati beberapa tahapan pelatihan polisi umum terlebih dahulu, sehingga mereka tetap memiliki nilai-nilai dasar penegakkan hukum sipil,maka tidak ada alasan

Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara (1961-1970), 2009.

USU Repository © 2009

mengapa pelatihan lanjutan tidak dapat menghasilkanpasukan yang kompeten melawan insurgensi. Argumen anti: Peran paramiliter gaya lama mungkin terlalu banyakmenjadi

bagian dari budaya institusional Brimob untuk beradaptasi dalammemenuhi permintaan peran yang baru.

Opsi 3: Membentuk Satuan Baru Dalam Polisi untuk MelawanInsurgensi.

Argumen pendukung: Seseorang dapat menghindari masalah persepsipublik mengenai Brimob, budaya institusional dan catatan masalah hak asasimanusia di masa lalu di wilayah konflik, dengan cara menciptakan satuan baru, atau menggunakan kesatuan yang sudah dalam proses pembentukan,seperti Detasemen 88, dan memberikan mereka pelatihan tambahan melawan insurgensi. Detasemen 88 adalah satuan polisi baru, tugas utamanya menangani anti-terorisme namun memiliki pelatihan-pelatihan lainnya, yang ahlinya disediakan oleh US State Department Diplomatic Security Service. Banyak anggota baru yang berlatar belakang Brimob.

Argumen anti: Membuat satuan operasional baru akan memakan waktu bertahun-tahun. Detasemen 88 direncanakan sebagai kelompok elit SWAT dengan fungsi melawan teror, dan menambahkan fungsi baru dan rumit didalamnya adalah suatu kesalahan.Pada akhirnya, Polri dan semua pihak yang terkait lainnya harus memilih mana dari ketiga opsi di atas yang terbaik, Status quo sudah jelas tidak dapatdi

Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara (1961-1970), 2009.

USU Repository © 2009

pertahankan. Langkah-langkah interim, sampai salah satu opsi ini dipilih,dapat berupa pengurangan bertahap, yang bertujuan menghapuskan, semuaoperasi perang bersama dengan angkatan darat; lebih banyak perhatian dari Jakarta

Dokumen terkait