• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara (1961-1970)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara (1961-1970)"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara (1961-1970), 2009.

USU Repository © 2009

PERANAN BRIGADE MOBIL (BRIMOB) DALAM MENJAGA

KEAMANAN DAN KETERTIBAN DI SUMATERA UTARA

(1961-1970)

SKRIPSI SARJANA

Dikerjakan

O L E H

NAMA : DEDY IRAWAN S NIM : 020706009

DEPARTEMEN ILMU SEJARAH

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara (1961-1970), 2009.

USU Repository © 2009

PERANAN BRIGADE MOBIL (BRIMOB) DALAM MENJAGA

KEAMANAN DAN KETERTIBAN DI SUMATERA UTARA

(1961-1970)

SKRIPSI SARJANA

Dikerjakan

O L E H

NAMA : DEDY IRAWAN S NIM : 020706009

DOSEN PEMBIMBING,

Drs. Indera, M.Hum NIP : 131785644

DEPARTEMEN ILMU SEJARAH

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara (1961-1970), 2009.

USU Repository © 2009

Lembar Persetujuan Ujian Skripsi

PERANAN BRIGADE MOBIL (BRIMOB) DALAM MENJAGA

KEAMANAN DAN KETERTIBAN DI SUMATERA UTARA

(1961-1970)

Yang diajukan oleh : N a m a : DEDY IRAWAN S N I M : 020706009

Telah disetujui untuk diujikan dalam ujian skripsi oleh : Dosen Pembimbing,

Drs. Indera, M.Hum tanggal ... NIP : 131785644

Ketua Departmen Ilmu Sejarah,

Dra. Fitriaty Harahap, SU. tanggal ... NIP : 131284309

DEPARTEMEN ILMU SEJARAH

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(4)

Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara (1961-1970), 2009.

USU Repository © 2009

Lembar Pengesahan Pembimbing Skripsi

PERANAN BRIGADE MOBIL (BRIMOB) DALAM MENJAGA

KEAMANAN DAN KETERTIBAN DI SUMATERA UTARA

(1961-1970)

SKRIPSI SARJANA Dikerjakan

O L E H

NAMA : DEDY IRAWAN S NIM : 020706009

DOSEN PEMBIMBING,

Drs. Indera, M.Hum NIP : 131785644

Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Sastra USU Medan, untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Sastra dalam bidang Ilmu Sejarah

DEPARTEMEN ILMU SEJARAH

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(5)

Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara (1961-1970), 2009.

USU Repository © 2009

Lembar Pengesahan Ketua

DISETUJUI OLEH :

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Departemen Ilmu Sejarah Ketua,

Dra. Fitriaty Harahap, SU. NIP : 131284309

(6)

Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara (1961-1970), 2009.

USU Repository © 2009

Lembar Pengesahan Skripsi oleh Dekan dan Panitia Ujian

PENGESAHAN :

Diterima oleh :

Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian Sarjana Sastra Dalam Ilmu Sejarah pada Fakultas Sastra USU Medan

Pada :

Tanggal :

Hari :

Fakultas Sastra USU Dekan,

Drs. Syaifuddin, MA. Ph.D. NIP : 132098531

Panitian Ujian :

No. Nama Tanda Tangan

1. ……….. (……….)

(7)

Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara (1961-1970), 2009.

USU Repository © 2009

3. ……….. (……….)

4. ……….. (……….)

5. ……….. (……….)

KATA PENGANTAR

Segala hormat, puji dan syukur dihaturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, oleh karena rahmat, kurnia dan KaruniaNya, sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul :

PERANAN BRIGADE MOBIL (BRIMOB) DALAM MENJAGA KEAMANAN DAN KETERTIBAN DI SUMATERA UTARA

(1961-1970)

Adapun tujuan penulisan skripsi ini, disamping sebagai salah satu syarat ujian memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara, juga untuk menambah pengatahuan dan wawasan penulis tentang Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan dan Ketertiban di Sumatera Utara, khususnya di Era tahun 1961-1970.

(8)

Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara (1961-1970), 2009.

USU Repository © 2009

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, tapi bagi penulis bukanlah sempurna itu yang menjadi faktor utama, melainkan proses menuju kearah kesempurnaan itulah yang terpenting, karena itulah dengan tulus dan ikhlas penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua, teristimewa bagi mahasiswa/i. Fakultas Sastra Jurusan Ilmu Sejarah Universitas Sumatera Utara, yang ingin melakukan penelitian lanjutan tentang Brigade Mobil (Brimob) Daerah Sumatera Utara.

Medan, Maret 2009 Penulis,

Dedy Irawan S.

(9)

Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara (1961-1970), 2009.

USU Repository © 2009

UCAPAN TERIMA KASIH

Dengan tidak henti-hentinya dihaturkan puji dan syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang, sebab hanya kerena Kasih dan Kuasa-Nya penulis memperoleh kemudahan dan kemurahan dalam menyikapi dan menyelesaikan berbagai problema dan dilema penulisa skripsi ini.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan uluran tangan dari berbagai pihak, untuk itu dengan segala kerendahan hati dan dari lubuk hati yang paling dalam penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Orang tua penulis yang tersayang, Ayahanda JTH. Simangunsung dan Ibunda M. Tampubolon, juga untuk keluarga tercinta Abang, Kakak dan Adik : Desmonth, Denny dan Deasy yang senantiasa memberikan motivasi dan dorongan kepada penulis baik secara moril maupun materil, saat menempuh perkuliahan maupun saat penulisan skripsi ini.

2. Rektor Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTMH, Sp. A(K).

3. Dekan Fakultas Sastra, Bapak Drs. Syaifuddin, MA, Ph.D. yang senantiasa dengan sabar dan secara berkesinambungan meningkatkan layanan pendidikan di Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

4. Ketua Departemen Ilmu Sejarah, Ibu Dra. Fitriaty Harahap, S.U. yang telah banyak memberikan bantuan, kemudahan serta pengalaman selama penulis menjalani perkuliahan.

5. Sekretaris Departemen Ilmu Sejarah, Ibu Dra. Nurhabsya, M.Si, yang senantiasa memacu semangat penulis agar segera menyelesaikan penulisan skripsi ini.

(10)

Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara (1961-1970), 2009.

USU Repository © 2009

7. Dosen Wali, Bapak Drs. H. Wara Sinuhaji, M.Hum, yang telah memberikan banyak nasehat kepada penulis, baik selama menjalani masa perkuliahan maupun disaat – saat penulisan skripsi ini.

8. Seluruh Staf Pengajar Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara, khususnya staf pengajar di Departemen Ilmu Sejarah yang telah banyak memberikan didikan dan pengajaran kepada penulis, baik semasa menempuh perkuliahan mapun disaat penulisan skripsi ini.

9. Seluruh informan yang tidak mungkin penulis sebutkan namanya satu persatu, terima kasih atas waktu yang diberikan kepada penulis untuk berbagai informasi yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini.

10.Rekan – rekan mahasiswa Stambuk ’02 di Departemen Ilmu Sejarah Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara : Zulkifli, Bohal dan Daru serta rekan lainnya yang tidak mungkin penulis sebutkannya namanya satu persatu.

Dengan tulus dan ikhlas penulis memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk membalas budi baik dan memberikan berkat serta rahmat yang berkelimpahan kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua, teristimewa bagi mahasiswa/i. Fakultas Sastra Jurusan Ilmu Sejarah Universitas Sumatera Utara.

Medan, Maret 2009 Penulis,

Dedy Irawan S.

(11)

Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara (1961-1970), 2009.

USU Repository © 2009

ABSTRAKSI

(12)

Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara (1961-1970), 2009.

USU Repository © 2009

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vi

BAB I

:

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah ... 1

1.2.Perumusan Permasalahan ... 5

1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

1.4.Tinjauan Pustaka ... 6

1.5.Metode Penelitian ... 8

BAB

II

:

GAMBARAN UMUM

PERJUANGAN KEMERDEKAAN DI

SUMATERA UTARA

2.1. Kronologis Proklamasi Kemerdekaan ... 10

2.2. Konsolidasi Kelaskaran dan TRI ... 14

2.3. Sejarah Sumatera Utara ... 19

BAB

III

:

PROSES TERBENTUKNYA

BRIGADE MOBIL (BRIMOB) DI SUMATERA

UTARA

3.1. Sejarah Terbentuknya Kepolisian Republik Indonesia ... 24

3.2. Sejarah Terbentuknya Brigade Mobil ... 25

[image:12.595.95.501.132.739.2]
(13)

Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara (1961-1970), 2009.

USU Repository © 2009

BAB

IV

:

PERAN BRIGADE MOBIL DALAM

MENJAGA KEAMANAN DAN KETERTIBAN

4.1. Perkembangan Brimob di Sumatera Utara (1961-1971) 35 4.2. Peranan Brimobdasu Dalam Menjaga Keamanan dan

Ketertiban ... 39 4.3. Permasalahan Brimobdasu didalam Menjalankan

Tupoksi dan Peranannya didalam Menjaga Keamanan dan Ketertiban ... 40 4.4. Tokoh – Tokoh Brimob di Sumatera Utara Tahun

1961-1970 ... 46

BAB V

:

KESIMPULAN DAN SARAN

(14)

Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara (1961-1970), 2009.

USU Repository © 2009

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Sebagai sebuah Negara yang baru memproklamasikan kemerdekaannya, Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945 dalam kondisi yang tidak menentu menunggu status peralihan yan akan dilakukan oleh sekutu dibawah Pimpinan Ir. Soekarno – Hatta, persiapan – persiapan yang matang sangat dibutuhkan untuk mengantisipasi perubahan keadaan yang akan muncul sebagai akibat dari kelahan Jepang dalam perang Asia Timur Raya (A.T.R).1

Kondisi rakyat Indonesia pada masa peralihan ini sangat mencekam, namun pelajaran dan pengalaman yang diperoleh sejak masa pendudukan sampai masa penjajahan, baik bangsa Belanda maupun bangsa Jepang, merupak modal yang sudah cukup besar buat Bangsa Indonesia, terutama pemuda – pemuda yang progresif revolusioner maupun pemuda – pemuda yang pernah mengikuti pendidikan keprajuritan pada masa Belanda dan Jepang. Pelajaran dan pengalaman yang paling penting adalah perlunya membentuk kekuatan – kekuatan kelaskaran sebagai ujung tombak untuk mempertahankan diri dari kelompok dari kesewenang – wenangan bangsa penjajah. Oleh karena itu, diklangan masyarakat di hamper seluruh desa dan kota telah berdiri kekuatan pemuda dalam berbagai nama dan bentuk.2

Proklamasi kemerdekaan Indonesia belum banyak diketahui masyarakat pada masa itu, karena surat – surat kabar dan radio masih dikuasai penjajah tidak

1

Muhammad Damiaty, Sejarah Perjuangan Indonesia, Djakarta : Widjaya. 1951. hal 89 2

(15)

Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara (1961-1970), 2009.

USU Repository © 2009

menyiarkannya, mengingat beberapa hari setelah kekalahan Jepang, orang – orang Indonesia yang bekerja di radio – radio dilarang untuk masuk guna menjaga kekalahan Jepang. Kabar kekalahan Jepang baru disiarkan pada tanggal 21 Agustus 1945 melalui surat kabar dan radio Jepang di seluruh Jawa sekalian dengan pengumuman berakhirn dan bubarnya perang Asia Timur Raya (ATR), namun berita proklamasi kemerdekaan Indoensia tidak disiarkan. Berita ini membuat rakyat mengerti bahwa Jepang telah gagal dengan jani – janjinya memberi hadiah kemerdekaan keapda bangsa Indonesia.

Kabar proklamasi kemerdekaan Indonesia sendiri diproklamirkan secara sah di Sumatera Timur oleh Gubernur T.M. Hasan dengan Wakil Dr. M. Amir pada tanggal 30 September 1945.3 Diawali dari desakan tiga pemuda pada waktu itu, antara lain : Marzuki Lubis, Selamat Ginting, dan Raptan, mereka adalah Nasional Pelopor yang data menemui Abdul Xarim M. S. (PESINDO) selaku tokoh gerakan yang paling terkemuka di kota Medan. Ketiga pemuda tersebut mendesak Xarim M.S. untuk segera mengumumkan proklamasi kemerdekaan di daerah ini.4

Didalam pertemuan ini ketiga pemuda tersebut mendapat jawaban dari Abdul Xarim bahwa, mengumumkan proklamasi kemerdekaan tersebut harus disertai kekuatan senjata, karena pihak Jepang masih bisa menghantam kita. Mendengar jawaban ini, Selamat Ginting langsung mengeluarkan sebuah Pistol pada waktu itu dan menunjukkannya. Sambil memperlihatkan senjata yang diperlihatkan oleh Selamat Ginting, Xarim M. S. Kemudian mengharapkan agar senjata itu bisa diambil dalam beberapa hari sampai di Medan, karena dengan adanya senjata, proklamasi kemerdekaan dapat diumumkan dengan aman di daerah ini. Selanjutnya Selamat

3

A.E. Manihuruk, dkk, Perjuangan Rakyat Semesta Sumatera Utara, Jakarta : Forum Komunikasi Ex Sub Ter VII Komando Sumatera Utara, 1979.

4

(16)

Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara (1961-1970), 2009.

USU Repository © 2009

Ginting menyanggupinya dalam satu hari senjata itu akan sampai di Medan, dia hanya meminta bantyuan kendaraan untuk mengangkut senjata – senjata tersebut. Mendengar permintaan pemuda ini, Xarim M.S. segera mengambil secarik kertas dan menulis sebuah nota probadi yang kemudian menyuruhnya untuk diantarkan kepada Mahruzar. Keesokan harinya Selamat Ginting memperoleh sebuah kendaraan Open Cup merek Ford 1938 daro Mahruzar, yang pada waktu itu dikenal sebagai pengusaha dan tokoh gerakan nasional.

Diserahkannya senjata hasil dari hubungan rahasia yang dilakukan oleh Selamat Ginting melalui penghulu Kutapinang, Raja Mula Manik dengan beberapa pimpinan Jepang untuk memberikan senjata kepada bangsa Indoensia guna menentang kembalinya kekuasaan Belanda dan sebagai kekuatan untuk menegakkan kemerdekaan Indonesia yang ditanam di lading Jumpali milik Selamat Ginting untuk menjaga kerahasiannya.

Sesampainya di Medan mereka segera menuju ke Jalan Gurami dan secara kebetulan Nip Xarim pun ada di rumah yang sedang merundingkan sesuatu dengan Zein Hamid (sekarang Kolonel). Sebagian senjata diturunkan di Jalan Gurami, diberikan kepada Nip Xarim dan sisanya dibawa ke Jalan Sudor, ke rumah Ibu Ani, tempat mondoknya pemuda – pemuda nasional Pelopor.

(17)

Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara (1961-1970), 2009.

USU Repository © 2009

untuk mengawali proklamasi, setelah proklamasi kemerdekaan pada tanggal 30 September, maka pada tanggal 3 Oktober keluarlah sebuah pengumuman yang menyatakan : Pemerintah Negara Republik Indonesia dengan resmi dijalankan di Sumatera.

Hari berikutnya 4 Oktober mulailah Sang Merah Putih berkibar di Lapangan Explanade (Lapangan Merdeka) Medan sekarang dan pada 6 Oktober berlangsung pawai raksasa yang sangat bersemangat dengan membawa semboyan terus meneriakkan, “MERDEKA atau MATI!” mereka tidak peduli dengan keberadaan tentara Jepang yang masih menduduki Kota Medan dan mempercayakan nyawa mereka kepada para pemuda yang mengawal mereka dengan persenjataan yang tadinya dibawa oleh Selamat Ginting dari Tanah Karo yang sudah dapat dikatakan modern pada saat itu. Pawai ini berjalan dengan sukses, maka pertemuan di Jalan Amplas yang sekalian meresmikan terbentuknya Baris Pemuda Indonesia (BPI) yang memang salah satu tugas T.M. Hasan dari pusat sembari membentuk Komite Nasional Indonesia (KNI) sekaligus mengumumkan untuk pembentukannya di setiap daerah.5

Jawatan Kepolisian Negara di Purwokerto yang disahkan oleh Menteri Dalam Negeri, Menteri Kehakiman, Jaksa Agung yang mengangkat Kepala Polisi yang pertama, yaitu R. Soekanto Tjokroatmojo dan dengan penetapan Pemerintah No. 11/SD tertanggal 25 Juni 1946, Kepolisian Negara dikeluarkan dari Departemen Dalam Negeri dan ditempatkan langsung dibawah Perdana Menteri sebagai Jawatan tersendiri. Peetapan tersebut mulai berlaku pada tanggal 1 Juli 1946 dan ditetapkan

5

Parulian Hutauruk, dkk, Perjuangan Korps Brigade Mobil Polri Masa Perang Kemerdekaan

RI. Pemerintah Darurat RI di SUmatera. Medan : Yayasan Keluarga Besar Pejuangan Kemerdekaan RI

(18)

Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara (1961-1970), 2009.

USU Repository © 2009

sebagai Hari Bhayangkara. Dalam rangka re-organisasi Jawatan ini mulai menyeragamkan nama, susunan kepangkatan, tugas tata kerja dari pasukan Kepolisian yang terdapat diberbagai Keresidenan di Indonesia dengan berbagai nama antara lain : Polisi Pejuang, Polisi Istimewa, Polisi Gerak Cepat dan berbagai nama lainnya. Kemudian berdasarkan Surat Perintah Kepala Muda Kepolisian No. Pol. 126/78/91, sejak tanggal 14 Nopember 1946 disatukan dan diberi nama MOBIL BRIGADE POLISI” (MOBBRIG), dengan tujuan utama adalah menyusun pasukan – pasukan sebagai inti dari kepolisian yang kuat persenjataannya dengan mobilitas tinggi. Pada setiap keresidenan dibentuk Mobil Brigade Keresidenan (MBK) dan dipimpin oleh Inspektur POLISI Tk I/I. Adapun kekuatannya terdiri dari 100 orang atau lebih anggota dengan ruang gerak meliputi seluruh wilayah Keresidenan.6

1.2. Rumusan Permasalahan

Permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah “Peranan Brigade Mobil (Brimob) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara (1961-1970)”

Untuk mempersiapkan permasalahan dari penelitian ini, maka penulis membuat beberapa point permasalahan yang akan dibahas, diantaranya :

1. Bagaimana wewenang dan tanggung jawab Brigade Mobil dalam menjaga keamanan dan ketertiban di Sumatera Utara?

2. Bagaimana peranan Brigade Mobil dalam menjaga keamanan dan ketertiban di Sumatera Utara?

6

(19)

Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara (1961-1970), 2009.

USU Repository © 2009

Batasa waktu yang diangkat dari penelitian ini menggunakan tahun 1961 sebagai batas awal, dan tahun 1970 sebagai batas akhir. Tahun 1961 sebagai batas awal dilatarbelakangi tematis tahun tersebut adalah tahun terbentuknya Brimob di Indonesia, maka arena tugas dan wewenang semakin diperluas ke seluruh daerah sebagai batas akhir dilatarbelakangi oleh ematis akitivitas Brimob dalam pembangunan struktur dan koordinasi dalam mengemban tanggung jawab keamanan dan ketertiban di Sumatera Utara hingga tahun 1970. Disamping hal di atas, batasan tahun yang digunakan dalam penelitian ini juga dilatarbelakangi oleh keterbatasan ilmu pengetahuan yang di dapat di bangku kuliah dan keterbatasan waktu yang dimiliki.

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Wewenang dan tanggung jawab Brigade Mobil dalam menjaga keamanan dan ketertiban di Sumatera Utara.

2. Peran Brigade Mobil dalam menjaga keamanan dan ketertiban di Sumatera Utara.

Dengan tercapainya tujuan dari penelitian ini, diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk

1. Menambah literature dalam penulisan tentang sejarah Brigade Mobil (Brimob), khususnya di Sumatera Utara.

(20)

Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara (1961-1970), 2009.

USU Repository © 2009

dan memelihara keamanan dan ketertiban, khususnya di daerah Sumatera Utara.

1.4. Tinjauan Pustaka

Untuk menulis tentang Mobil Brigade (Mobbrig) serta proses peralihannya menjadi Brigade Mobil (Brimob) pada tanggal 14 Nopember 1961 di Sumatera Utara tidak dilakukan dengan pendekatan dari banyak bidang ilmu (pendekatan multidimensional), melainkan penulisan ini dilakukan dari banyak bidang (analitik) untuk menghindari penulisan sejarah yang bersifat konvensional. Gaya penulisan seperti ini digolongkan sebagai gaya penulisan yang amatiran, dimana sejarah ditulis untuk menonjolkan peran seorang Raja, Kaisar, Panglima Perang, maupun peran seorang penguasa, sedangkan factor – factor lain yang tidak kalah perannya dengan pemeran utama, ditiadakan.7

7

Sartono Kartodirdjo, Pemikiran dan Perkembangan Histografi Indonesia Suatu Alternatif. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka, 1992. hal 40

Menurut Parulian Hutabarat dkk, dalam bukunya “Perjuangan Korps Brigade Mobil Polri Masar Perang Kemerdekaan R.I di Sumatera” bahwa pembentukan Brigade Mobil Polri di Sumatera Timur dalam rangka untuk mempertahankan kemerdekaan RI sampai terjadi peralihan menjadi Brigade Mobil (Brimob) pada tanggal 14 Nopember 1961.

(21)

Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara (1961-1970), 2009.

USU Repository © 2009

Menurut A.E. Manihuruk (ed) dalam bukunya “Perjuangan Rakyat Semesta Sumatera Utara”, oleh Forum Komunikasi Ex Sub Teritorium VII Komando Sumatera, yang banyak menghadirkan organisasi – organisasi kelaskaran pemuda yang selalu menjalin komunikasi dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia di Sumatera Utara. Buku ini banyak membahas tentang pimpinan – pimpinan rakyat yang memobilisir perjuangan, pengawai – pegawai yang merebut kekuasaan pemerintah sipil dari pemerintah militer Jepang dan menggerakan roda pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia juga mengankat bagaimana pemuda – pemuda mampu menggembleng masyarakat menjadi pejuang militant dalam organisasi – organisasi yang sederhana dengan semangat persatuan dan kebulatan tekad untuk sebuah kemerdekaan tanpa pamrih juga menghadirkan peranan para petani yang tanpa mengenal letih menyumbangkan hasil dari produksi dari lahannya secara Cuma-Cuma untuk kepentingan perjuangan, para pedagang yang mampu menembus blockade – blockade Belanda sehingga barang – barang yang dibutuhkan untuk kemerdekaan dapat diperoleh, tidak ketinggalan pemuda – pemudi yang senantiasa menyediakan dapur umum dan merawat korban – korban perang untuk para pejuang.

Walau diakui oleh para penulis buku ini, masih sangat kurang dari yang seharusnya, namun sangat banyak literature dan refrensi yang dapat diambil, khususnya peranan rakyat semesat dalam memperjuangkan kesewenang – wenangan bangsa Belanda dan Inggris di Sumatera Timur.

1.5. Metode Penelitian

(22)

Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara (1961-1970), 2009.

USU Repository © 2009

dalam menjaga keamanan dan ketertiban serta tanggung jawab dan wewenangnya. Khususnya yang ada di Sumatera Utara.

Metode penelitian yang digunakan dalam merekonstruksi masalah ini akan menggunakan metodologi penelitian sejarah, yang prosesnya adalah sebagai berikut :

1. Heuristik, yaitu proses pengumpulan sumber sebanyak-banyaknya yang memberikan penjelasan tentang Birgade Mobil (Brimob). Penulis mengharapkan sumber pokok adalah hasil wawancara dari anggota – anggota yang pernah terlibat dalam menjaga keamanan dan ketertiban di Sumatera Utara, adapun langkah – langkah yang haruis dilakukan dalam proses pengumpulan data, antara lain :

a. Penelitian kepustakaan (library research), yaitu pengumpulan berbagai sumber tertulis eperti buku, majalah, surat kabar, notulen, bulletin dan hasil penelitian sebelumnya yang dapat mendukung penelitian ini. b. Penelitian lapangan, yaitu menggunakan metode wawancara terhadap

masyarakat dan pelaku yang mengetahui tentang Brimob di Sumatera Utara, khususnya dari pimpinan – pimpinan yang masih hidup.

2. Kritik sumber, sebagai cara mengetahui data yang akura melalui :

a. Kritik intern yang ditujukan untuk memperoleh dokumen bersifat kredibel dengan cara menganalisis sejumlah data tertulis yang berkaitan dengan sejarah dan peranan Brigade Mobil di Sumatera Utara.

(23)

Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara (1961-1970), 2009.

USU Repository © 2009

(24)

Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara (1961-1970), 2009.

USU Repository © 2009

BAB II

GAMBARAN UMUM PERJUANGAN KEMERDEKAAN DI

SUMATERA UTARA

2.1. Kronologis Proklamasi Kemerdekaan

Pada tanggal 6 Agustus 1945 kota Hiroshima di Jepang di bom oleh Amerika Serikat yang mengakibatkan moral tentara jepang diseluruh dunia menurun. Pada tanggal 7 Agustus 1945 Sehari kemudian BPUPKI berganti nama menjadi PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau disebut juga Dokuritsu Zyunbi IInkai dalam bahasa Jepang, untuk lebih menegaskan keinginan dan tujuan mencapai kemerdekaan Indonesia.

Pada tanggal 9 Agustus 1945 bom atom kedua dijatuhkan di atas Nagasaki pada tanggal 9 Agustus 1945 sehingga menyebabkan Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya.Soekarno, Hatta selaku pimpinan PPKI dan Radjiman Wedyodiningrat sebagai mantan ketua BPUPKI diterbangkan ke Dalat, 250 km di sebelah timur laut Saigon, Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang di ambang kekalahan dan akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia.

(25)

Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara (1961-1970), 2009.

USU Repository © 2009

Anwar. Berita ini kemudian tersebar di lingkungan para pemuda terutama para pendukung Syahrir.

Pada tanggal 12 Agustus 1945 melalui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, jepang mengatakan kepada Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa pemerintah Jepang akan segera memberikan kemerdekaan kepada Indonesia dan proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan dalam beberapa hari, tergantung cara kerja PPKI. Meskipun demikian Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24 Agustus 1945.

Pada tanggal 14 Agustus 1945, Hatta dan Radjiman kembali ke tanah air dari Dalat, Syahrir mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan karena menganggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang, karena Jepang setiap saat sudah harus menyerah kepada Sekutu dan demi menghindari perpecahan dalam kubu nasionalis, antara yang anti dan pro Jepang. Hatta menceritakan kepada Syahrir tentang hasil pertemuan di Dalat.

(26)

Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara (1961-1970), 2009.

USU Repository © 2009

badan buatan Jepang dan proklamasi kemerdekaan oleh PPKI hanya merupakan 'hadiah' dari Jepang.

Pada tanggal 15 Agustus 1945 Jepang menyerah kepada Sekutu. Tentara dan Angkatan Laut Jepang masih berkuasa di Indonesia karena Jepang telah berjanji akan mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan Belanda. Sutan Sjahrir, salah satu tokoh pemuda mendengar kabar ini melalui radio BBC. Setelah mendengar desas-desus Jepang bakal bertekuk lutut, golongan muda mendesak golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun golongan tua tidak ingin terburu-buru. Mereka tidak menginginkan terjadinya pertumpahan darah pada saat proklamasi. Konsultasi pun dilakukan dalam bentuk rapat PPKI. Golongan muda tidak menyetujui rapat itu, mengingat PPKI adalah sebuah badan yang dibentuk oleh Jepang. Mereka menginginkan kemerdekaan atas usaha bangsa kita sendiri, bukan pemberian Jepang. Soekarno dan Hatta mendatangi penguasa militer Jepang (Gunsei) untuk memperoleh konfirmasi di kantornya di Koningsplein (Medan Merdeka). Tapi kantor tersebut kosong.

(27)

Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara (1961-1970), 2009.

USU Repository © 2009

Pada tanggal 16 Agustus 1945 gejolak tekanan yang menghendaki pengambilalihan kekuasaan oleh Indonesia makin memuncak dilancarkan para pengikut Syahrir. Rapat PPKI pada 16 Agustus pukul 10 pagi tidak dilaksanakan karena Soekarno dan Hatta tidak muncul. Peserta rapat tidak tahu telah terjadi peristiwa Rengasdengklok.

Perundingan antara golongan muda dan golongan tua dalam penyusunan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia berlangsung pukul 02.00 - 04.00 dini hari. Teks proklamasi ditulis di ruang makan di kediaman Soekarno, Jl. Pegangsaan Timur 56 Jakarta. Para penyusun teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Mr. Ahmad Soebarjo. Konsep teks proklamasi ditulis oleh Ir. Soekarno sendiri. Di ruang depan, hadir B.M Diah Sayuti Melik, Sukarni dan Soediro. Sukarni mengusulkan agar yang menandatangani teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia. Teks Proklamasi Indonesia itu diketik oleh Sayuti melik.

Pagi harinya, 17 Agustus 1945, di kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56 telah hadir antara lain Soewirjo, Wilopo, Gafar Pringgodigdo, Tabrani dan Trimurti. Acara dimulai pada pukul 10:00 dengan pembacaan proklamasi oleh Soekarno dan disambung pidato singkat tanpa teks. Kemudian bendera Merah Putih, yang telah dijahit oleh bu Fatmawati, dikibarkan, disusul dengan sambutan oleh Soewirjo, wakil walikota Jakarta saat itu dan Moewardi, pimpinan Barisan Pelopor.

(28)

Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara (1961-1970), 2009.

USU Repository © 2009

nampan berisi bendera Merah Putih (Sang Saka Merah Putih), yang dijahit oleh Fatmawati beberapa hari sebelumnya. Setelah bendera berkibar, hadirin menyanyikan lagu Indonesia Raya.8

Setelah upacara selesai berlangsung, kurang lebih 100 orang anggota Barisan Pelopor yang dipimpin S. Brata datang terburu-buru karena mereka tidak mengetahui perubahan tempat mendadak dari Ikada ke Pegangsaan. Mereka menuntut Soekarno mengulang pembacaan Proklamasi, namun ditolak. Akhirnya Hatta memberikan amanat singkat kepada mereka.

Sampai saat ini, bendera pusaka tersebut masih disimpan di Museum Tugu Monumen Nasional.

9

Sebelum ada TNI, sejak pra kemerdekaan hingga kemerdekaan, komponen-komponen pejuang terbagi dalam beberapa kelompok, yaitu Hisbullah, Peta (Pembela

Pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengambil keputusan, mengesahkan dan menetapkan Undang-Undang Dasar (UUD) sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang selanjutnya dikenal sebagai UUD 45. Dengan demikian terbentuklah Pemerintahan Negara Kesatuan Indonesia yang berbentuk Republik (NKRI) dengan kedaulatan di tangan rakyat yang dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang akan dibentuk kemudian. Setelah itu Soekarno dan M.Hatta terpilih atas usul dari otto iskandardinata dan persetujuan dari PPKI sebagai presiden dan wakil presiden Republik Indonesia yang pertama. Presiden dan wakil presiden akan dibantu oleh sebuah Komite Nasional.

2.2. Konsolidasi Kelaskaran dan TRI

8

Muhammad Damayati, Op. Cit, hal 134-139 9

(29)

Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara (1961-1970), 2009.

USU Repository © 2009

Tanah Air) dan Laskar-laskar. Milisi Hisbullah merupakan campuran berbagai ormas Islam seperti Muhammadiyah, Masyumi, Syarikat Islam, dan NU. Sedangkan milisi Peta (Pembela Tanah Air) mayoritasnya berasal dari Muhammadiyah, dimana Jenderal Besar Sudirman merupakan salah satu tokohnya. Yang dimaksud dengan laskar-laskar, terdiri dari berbagai laskar seperti laskar minyak, laskar listrik, laskar

pesindu, laskar pemuda sosialis dan laskar Kristen.

Laskar pemuda sosialis dan laskar kristen adalah minoritas. Sedangkan laskar minyak, listrik dan sejenisnya berasal dari komunitas sejenis bajing loncat yang insyaf dan membentuk kekuatan rakyat dan bergabung dengan Laskar mayoritas Hisbullah. Pada 1946 terbentuk TKR (Tentara Keselamatan Rakyat) yang berasal dari ketiga komponen tersebut, dan Hisbullah merupakan unsur yang paling banyak (mayoritas). Pada 1947, TKR menjadi TRI (Tentara Rakyat Indonesia), di bawah pimpinan Panglima Besar Sudirman yang berasal dari Peta. Sebagai wakilnya adalah

Sejak saat itulah terjadi ketidak-adilan, dimana minoritas menguasai mayoritas di tubuh (embrio) TNI. Kelak, para pejuang sejati dari Hisbullah dan peta (terutama Hisbullah) digusur oleh mantan tentara KNIL. Selain Urip Sumohardjo (mantan KNIL beragama Kristen), mantan KNIL lainnya adalah Gatot Soebroto (Budha), Soeharto (Kejawen), dan A.H. Nasution (nasionalis sekuler yang keberislamannya tumbuh setelah digusur Soeharto).

(30)

Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara (1961-1970), 2009.

USU Repository © 2009

terutama yang tergabung dalam Hisbullah disingkirkan begitu saja. Terbukti kemudian, ketika para pengkhianat itu memimpin bangsa , kehidupan kita menjadi penuh musibah. Soekarno, ketika rakyat bersusah payah mengusir penjajah, ia justru membuat perjanjian damai dengan Belanda. Sedangkan anak angkat Gatot Soebroto termasuk salah seorang tokoh pemegang HPH yang menggunduli hutan kita.

Pada tahun 1946 Kahar Muzakar (Panglima Hisbullah dari Sulawesi) dikirim ke Yogya (Ibukota RI) untuk menghimpun kekuatan rakyat. Saat itu Panglima Hisbullah Kalimantan adalah Hasan basri, yang berpusat di Banjarmasin. Sedangkan Panglima Nusatenggara adalah Ngurah Rai yang berpusat di Bali. Sedangkan Kartosoewirjo adalah Panglima Hisbullah Jawa Barat. Ia terus berjuang melawan penjajah Belanda.

Pada 17 Januari tahun 1948, ketika terjadi Perjanjian Renville (di atas kapal Renville) daerah yang dikuasi rakyat Indonesai semakin kecil, karena daerah inclave harus dikosongkan. Kartosoewirjo tidak mau mengosongkan Jawa Barat, maka timbullah pemberontakan Kartosoewirjo tahun 1948 melawan Belanda. Kala itu Kartosoewirjo selain harus menghadapi Belanda juga menghadapi mantan tentara

KNIL yang sudah bergabung ke TRI yang kala itu mereka baru saja kembali dari

Yogyakarta.

(31)

Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara (1961-1970), 2009.

USU Repository © 2009

Menurut kesaksian almarhum ayah saya, yang ditulisnya dalam sebuah buku kecil berjudul HIMBAUAN, dikatakan bahwa pasukan Hizbullah dan Sabilillah, menolak perintah hijrah ke Yogyakarta sebagai pelaksanaan isi perjanjian Renvile; dan memilih berjuang dengan gagah berani mengusir penjajah dari wilayah Jawa Barat. Keberadaan mereka di sana adalah atas persetujuan Jenderal Soedirman dan Wakil Presiden Mohammad Hatta. Pada saat clash Belanda kedua, pasukan TNI kembali ke Jawa Barat dan merasa lebih berhak menguasai wilayah yang telah berhasil direbut dengan berkuah darah dari tangan penjajah oleh pasukan Hizbullah dan Sabilillah di bawah komando SM Kartosoewirjo. Karena tidak dicapai kesepakatan, maka terjadilah pertempuran antara pasukan Islam dan tentara republik tersebut…10

"Kesaksian almarhum ayah saudara itu, persis seperti kesaksian Haji Agoes

Salim yang disampaikan di Cornell University Amerika Serikat, tahun 1953. Memang perlu penelitian ulang terhadap sejarah yang ditulis sekarang…"

Sehubungan dengan hal tersebut, Prof. Dr. Deliar Noor berkomentar:

11

…Bung Tomo, bapak pahlawan pemberontak Surabaya, 10 November dan mantan menteri dalam negeri kabinet Burhanuddin Harahap, dalam sebuah buku kecil berjudul 'Himbauan', yang ditulis beliau pada tanggal 7 September

Pada buku berjudul "Menelusuri Perjalanan Jihad SM Kartosuwiryo" (Juli 1999, hal. xv-xvi), KH Firdaus AN menuliskan sebagai berikut:

…Setelah perjanjian Renville ditandatangani antara Indonesia dan Belanda

pada tanggal 17 Januari 1948, maka pasukan Siliwangi harus 'hijrah' dari Jawa Barat ke Yogyakarta, sehingga Jawa Barat dikuasai Belanda. Jelas perjanjian itu sangat merugikan Republik Indonesia. Waktu itu Jenderal Sudirman menyambut kedatangan pasukan Siliwangi di Stasiun Tugu Yogyakarta. Seorang wartawan Antara yang dipercaya sang Jendral diajak oleh beliau naik mobil sang Panglima TNI itu….

…Di atas mobil itulah sang wartawan bertanya kepada Jendral Sudirman: 'Apakah siasat ini tidak merugikan kita?' Pak Dirman menjawab, 'Saya telah menempatkan orang kita disana', seperti apa yang diceritakan oleh wartawan

Antara itu kepada penulis.

10

Ant, P. De Graaft, Namapak Tilas Tentara Belanda dan TNI, Cawang, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1997, hal 123.

11

Sartono, Kartodirjo, Beberapa Kecenderungan Dari Studi Sejarah di Indonesia Dalam

Sejarah Monografi Indonesia, Yogyakarta : Jurusan Ilmu Sejarah dan Geografi SOsial IKIP Sanata,

(32)

Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara (1961-1970), 2009.

USU Repository © 2009

1977, mengatakan bahwa Pak Karto (Kartosuwiryo, pen.) telah mendapat restu dari Panglima Besar Sudirman…12

6. Sunda Kecil (Bali, NTT, NTB), dengan ibukota Singaraja.

Dalam keterangan itu, jelaslah bahwa waktu meninggalkan Yogyakarta pada tahun 1948 sebelum pergi ke Jawa Barat, beliau (Kartosuwiryo) pamit dan minta restu kepada Panglima Besar TNI itu dan diberi restu seperti keterangan Bung Tomo tersebut.

Dikatakan dengan keterangan Jenderal Sudirman kepada wartawan Antara di atas tadi, maka orang dapat menduga bahwa yang dimaksud 'orang kita' atau orangnya Sudirman itu, tidak lain adalah Kartosuwiryo sendiri. Apalagi kalau diingat bahwa waktu itu Kartosuwiryo adalah orang penting dalam Kementerian Pertahanan Republik Indonesia yang pernah ditawari menjadi Menteri Muda Pertahanan, tetapi ditolaknya. Jabatan Menteri Muda Pertahanan itu ternyata kemudian diduduki oleh sahabat beliau sendiri, Arudji Kartawinata.

Pada Tahun 1950, TRI mereorganisasi membentuk divisi-divisi dalam bentuk TT (Tentara Teritorium yang merupakan embrio Kodam. Ini merupakan awal daripada AD (Angkatan Darat) dan PKI (Partai Komunis Indonesia) berkuasa menguasai TRI melalui kodam-kodam (divisi-divisi). Kala itu provinsi di Indonesia masih terdiri dari :

1. Kalimantan, dengan ibukota Banjarmasin 2. Sulawesi,dengan ibukota Makassar

3. Sumatera Selatan, dengan ibukota Palembang 4. Sumatera Tengah, dengan ibukota Padang 5. Aceh, dengan ibukota Banda Aceh

13

12

KH Firdaus AN, Menelusuri Perjalanan Jihad SM Kartosuwiryo, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka, 1999, hal xv-xvi

13

(33)

Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara (1961-1970), 2009.

USU Repository © 2009

Pada Desember 1950 terjadi pengakuan kedaulatan RI. Dua bulan kemudian Jendral Sudirman meninggal, kepemimpinannya dilanjutkan oleh Urip Sumohardjo mantan tentara KNIL beragama Kristen. Sementara itu, Panglima Divisi Sulawesi, Kahar Muzakar yang ditugaskan ke Yogya utk menghimpun kekuatan rakyat di tahun 1946, jabatannya sebagai Panglima Divisi Sulawesi diisi oleh Gatot Subroto mantan KNIL beragama Budha yang anti Hisbullah.

Terjadi konflik antara Kahar dengan Gatot Subroto, sehingga diciptakan situasi yang merugikan/merusak citra Kahar, akibatnya Kahar melawan ketidakdilan dan ketidak benaran yang dihembuskan Gatot Subroto. Tahun 59/60 Kahar dinyatakan terbunuh dalam pertempuran, tetapi jenazahnya tidak ditemukan. M. Jusuf pernah dikirim melawan Kahar, mengalami kekalahan namun bisa selamat kembali ke Jakarta. Tidak semua divisi mengalami pergolakan. Di Kalimantan Selatan, Ibnu Hadjar menjadi Panglima KRJT (Kesatoean Rakjat Jang Tertindas).

Institusi ini di bawah Panglima Divisi Kalimantan yang panglimanya adalah Hasan Basri. Sedangkan Divisi Jawa Timur panglimanya adalah Jendral. Sudirman (sebelum meninggal dunia). Ketidak-adilan di dalam tubuh TRI semakin terasa ketika orang-orang dari Sulut yang beragama Kristen (dan mantan tentara KNIL) banyak menduduk i jabatan penting, antara lain Kol. Kawilarang (menjabat panglima divisi

Siliwangi), Kol. Ventje Sumual, dan sebagainya. Apalagi kemudian AD memegang

kendali pemerintahan, setelah Soekarno tumbang. Soeharto yang mantan KNIL dan penganut Kejawen, kemudian mengawali pemerintahannya dengan rasa benci yang mendalam terhadap Islam.

(34)

Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara (1961-1970), 2009.

USU Repository © 2009

Sumatera Utara lahir tanggal 15 April 1948 dengan wilayah mencakup tiga keresidenan, yaitu, Aceh, Sumatera Timur, dan Tapanuli. Ibu kotanya waktu itu belum di Medan, melainkan di Kutaraja, sekarang Banda Aceh. Gubernur Sumatera Utara yang pertama dijabat oleh Mr. S.M. Amin.

Berdasarkan penemuan arkeologi, Sumatera Utara diketahui dihuni sejak zaman Mesolitikum. Penghuninya disebut sebagai orang Austro Melanesoid, banyak mendiami daerah muara sungai. Pada tahun 2000 SM, Sumatera Utara mulai dihuni oleh orang Proto Melayu dan kemudian dihuni pula oleh orang Deutro Melayu yang berasal dari daerah bagian selatan Cina.

Pada awal tarikh Masehi, penghuni Sumatera Utara sudah menjalin hubungan dagang dengan orang-orang dari India dan Cina. Sekitar tahun 775 Masehi, Sumatera Utara termasuk dalam wilayah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya. Pemerintahan dengan system Kerajaan di Sumatera Utara muncul pada abad 15, yaitu dengan munculnya Kerajaan Nagur, Aru, Panai, dan Batangiou. Pada suatu ketika, terjadi peperangan antara Kerajaan Nagur dan Kerajaa Batangiou yang dimenangkan oleh Kerajaan Nagur. Karena kemenangan dalam peperangan tersebut, Kerajaan Nagur menjadi penguasa seluruh Simalungun.

(35)

Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara (1961-1970), 2009.

USU Repository © 2009

Ketiga kerajaan di atas, yaitu, Nagur, Batak, dan Aru terus menerus terlibat persaingan memperebutkan hegemoni di wilayah Sumatera Utara. Kekuasaan Kerajaan Nagur semakin luas, meliputi daerah pedalaman Asahan, Serdang Hulu, Tanah Karo sampai ke daerah Gayo atas, meliputi seluruh daerah pedalaman bagian utara Sumatera Utara. Sementara itu Kerajaan Batak (Sisingamangaraja) memperluah pengaruhnya ke seluruh Tapanuli, beberapa daerah di tanah Karo, bahkan kemudian merebut wilayah Simalungun yang sebelumnya di bawah kekuasaan Kerajaan Nagur. Sedangkan Kerajaan Aru, ketika itu mendapat ancaman dari tiga kekuasaan bedar di Selat Malaka, yaitu, Aceh, Portugis, dan Johor. Untuk menghindari ancaman itu, pusat Kerajaan Aru dipindah ke daerah pedalaman, yaitu di Deli Tua, sekarang wilayahnya sekitar sepuluh kilometer dari Medan.

(36)

Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara (1961-1970), 2009.

USU Repository © 2009

mulai masuk sejak berakhirnya perang Paderi di Sumatera Barat. Untuk wilayah tanah batak pedalaman, cengkraman kekuasaan Belanda ditandai dengan adanya "perjanjian tembaga". Penjanjian tersebut berisi permintaan bantuan raja Gedombang dari Mandailing terhadap Belanda untuk menghadapi Paderi. Dengan adanya perjanjian tersebut, Belanda mulai menancapkan pengaruhnya di pedalaman Sumatera Utara. Selain itu, Belanda juga menyerang dan memduduki Pulau Nias pada tahun 1863. Pada tahun 1834, Belanda mendirikan Keresidenan Tapanuli. Pusat keresidenan berada di Sibolga dan menguasai empat daerah afdeling, yaitu, Sibolga en Omstreken, Angkola en Sipirok, Batakladen, dan Nias. Pada tanggal 1 Maret 1887, Belanda membentuk keresidenan di daerah Sumatera Timur. Keresidenan Sumatera Timur berpusat di Medan, terdiri atas empat daerah Afdeling, yaitu, Deli Serdang, Simalungun dan Karolanden, Langkat, dan Asahan.

Perluasan kekuasaan Belanda itu, banyak menimbulkan perlawanan rakyat. Namun, semua perlawanan tersebut tidak diorganisir dengan baik dan selalu dalam kekuatan yang kecil sehingga Belanda dapat meredam semua perlawanan tersebut. Perlawanan sengit baru terlihat ketika Belanda memperluas kekuasaannya ke daerah pedalaman, yaitu, tanah Batak. Perlawanan dipimpin oleh Sisingamangaraja XII. Perlawanan tersebut tersebar luas, selain di Toba, juga mencapai daerah kekuasaan Sisingamangaraja lainnya seperti Aceh Tenggara, Dairi, Pakpak, Karo, Simalungun, dan Toba sebelah selatan. Perlawanan Sisingamangaraja berlangsung 30 tahun, yaitu dari tahun 1877 sampai 1907. Setelah mematahkan perlawanan Sisingamangaraja ini, berarti Belanda sudah menguasai Sumatera Utara secara penuh.

(37)

Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara (1961-1970), 2009.

USU Repository © 2009

berpendidikan seperti Tan Malaka, Dr. Pirngadi dan Adenan Nur Lubis. Pada saat itu, banyak bermunculan organisasi-organisasi politik yang sebagian diantaranya merupakan cabang dari organisai yang berpusat di Jakarta. Mereka adalah Syarikat Ilam, PNI, Gerindo, Partindo, Al Jami'atul Washliyah, NU, Muhammadiyah, dan organiasi-organiasi pergerakan lain.

Di Tapanuli terdapat pula organisasi keagamaan, khususnya gerejani yang masuk ke daerah ini sejak abad 19. Pengaruh nasionalisme mulai terasa dalam gereja sekitar tahun 1930. Sejumlah orang Batak yang tergabung dalam perkumpulan Hatopan Kristen Batak mengkritik gereja yang masih dipimpin oleh bangsa asing. Pada tanggal 13 Maret 1942, Tentara Jepang memasuki Medan. Mereka kemudian menduduki Mesjid Raya untuk dijadikan benteng. Dalam waktu ingkat, pasukan Jepang dapat menduduki kota-kota penting di Sumatera Utara. Raja-raja di Sumatera Utara kemudian diperintah untuk membantu pelaksanaan berbagai kebijakan pemerintah Jepang. Jepang memerintah di Sumatera Utara secara sewenang-wenang, dan menyengsarakan rakyat. Diantara kebijakan yang menyengsarakan rakyat adalah

Romusha. Romusha bertujuan memobilisasi seluruh rakyat untuk membantu Jepang

dalam pembangunan pertahanan di kawasan Asia Tenggara. Banyak diantara para romusha ini dikirim ke luar negeri seperti Birma, Thailand dan tempat lain untuk dipekerjakan secara paksa dan tidak manusiawi.

(38)

Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara (1961-1970), 2009.

USU Repository © 2009

Pada tanggal 3 Oktober 1945, Dr. F. Lumbantobing diangkat sebagai residen Tapanuli. Selanjutnya dilakukan pembentukan KNI di seluruh wilayah yang disertai dengan pembentukan Pemuda Republik Indonesia (PRI). Dalam memperingati tiga bulan proklamasi kemerdekaan, tapatnya tanggal 17 Oktober 1945, di Tarutung dilakukan rapat umum yang dihariri oleh seluruh rakyat setempat. Dalam kesempatan itu, rakyat mengucapkan ikrar setia kepada pemerintah Republik Indonesia.

(39)

Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara (1961-1970), 2009.

USU Repository © 2009

BAB III

PROSES TERBENTUKNYA BRIGADE MOBIL (BRIMOB) DI

SUMATERA UTARA

3.1. Sejarah Terbentuknya Kepolisian Republik Indonesia

Lahir, tumbuh dan berkembangnya Polri tidak lepas dari sejarah perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia sejak Proklamasi. Kemerdekaan Indonesia, Polri telah dihadapkan pada tugas-tugas yang unik dan kompleks. Selain menata keamanan dan ketertiban masyarakat di masa perang, Polri juga terlibat langsung dalam pertempuran melawan penjajah dan berbagai opersai militer bersama-sama satuan angkatan bersenjata yang lain. Kondisi seperti ini dilakukan oleh Polri karena Polri lahir sebagai satu-satunya satuan bersenjata yang relatif lebih lengkap.

Hanya empat hari setelah kemerdekaan, tepatnya tanggal 21 Agustus 1945, secara tegas pasukan polisi segera memproklamirkan diri sebagai Pasukan Polisi Republik Indonesia dipimpin oleh Inspektur Kelas I (Letnan Satu) Polisi Mochammad Jassin di Surabaya, langkah awal yang dilakukan selain mengadakan pembersihan dan pelucutan senjata terhadap tentara Jepang yang kalah perang, juga membangkitkan semangat moral dan patriotik seluruh rakyat maupun satuan-satuan bersenjata yang sedang dilanda depresi dan kekalahan perang yang panjang.

(40)

Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara (1961-1970), 2009.

USU Repository © 2009

1945, yang dikenal sebagai "Pertempuran Surabaya". Tanggal itu kemudian dijadikan sebagai hari Pahlawan secara Nasional yang setiap tahun diperingati oleh bangsa Indonesia.

Pertempuran 10 Nopember 1945.di Surabaya menjadi sangat penting dalam sejarah Indonesia, bukan hanya karena ribuan rakyat Indonesia gugur, tetapi lebih dari itu karena semangat heroiknya mampu menggetarkan dunia dan PBB akan eksistensi bangsa dan negara Indonesia di mata dunia. Andil pasukan Polisi dalam mengobarkan semangat perlawanan rakyat ketika itupun sangat besar.alam menciptakan keamanan dan ketertiban didalam negeri, Polri juga sudan banyak disibukkan oleh berbagai operasi militer, penumpasan pemberontakan dari DI & TII, PRRI, PKI RMS RAM dan G 30 S/PKI serta berbagai penumpasan GPK.

Dalam perkembangan paling akhir dalam kepolisian yang semakin modern dan global, Polri bukan hanya mengurusi keamanan dan ketertiban di dalam negeri, akan tetapi juga terlibat dalam masalah-masalah keamanan dan ketertiban regional maupun internasional, sebagaimana yang di tempuh oleh kebijakan PBB yang telah meminta pasukan-pasukan polisi, termasuk Indonesia, untuk ikut aktif dalam berbagai operasi kepolisian, misalnya di Namibia (Afrika Selatan) dan di Kamboja (Asia).

3.2. Sejarah Terbentuknya Brigade Mobil

(41)

Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara (1961-1970), 2009.

USU Repository © 2009

Toko betsu kaisatsu tai dibentuk pada tahun 1943 yang anggotanya berasal dari polisi – polisi remaja lulusan dari pendidikan polisi keresidenan yang pada umum nya dari bangsa Indonesia, para calon anggotanya diasramakan mendapat pendidikan dan latihan kemiliteran dari tentara Jepang baik yang di adakan di indonesia maupun yang dikirim keluar negeri, hasilnya gemlengan tersebut menjadikan anggota toko betsu

kaisatsu tai menjadi terlatih, berdisiplin tinggi terorganisir rapi dan memiliki

persenjataan yang lengkap sehingga kesatuan ini merupakan kesatuan yang tangguh dan lengkap. Di daerah Balige ada keresidenan Tapanuli dan dibentuk toko betsu

kaisatsu tai dipimpin oleh Mas kadiran anggota dari kesatuan polisi Balige

berpangkat junso butyo (komandan polisi) berkedudukan di natal.

Dengan kalahnya tentara Jepang dalam Perang Dunia ke II dan menggemanya pekik kemerdekaan bagi rakyat indonesia ke seluruh pelosok tanah air, begitu juga keresidenan Tapanuli berdasarkan SK Gubernur Sumatera Utara T.M Hasan diangkatlah Dr.Ferdinan Lumban Tobing sebagai Residen Tapanuli yang berkedudukan di Tarutung dan pada awal Oktober 1945 dikibarkanlah bendera Merah Putih di Lapangan Tarutung yang dipimpin oleh keresidenan tapanuli Dr.F.Lumban Tobing.

(42)

Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara (1961-1970), 2009.

USU Repository © 2009

saat itu pemerintah Jepang hanya memberikan 10 pucuk senjata karabyn dan 15 buah samurai.

Pada tanggal 19 Oktober 1945 pasukan polisi istimewa di pimpin oleh Mas Kadiran dibantu oleh masyarakat merampas gudang senjata jepang di Parapat, dengan menggunakan teknik “serangan fajar“ pada pukul 04.00 wib. Pasukan Istimewa yang dibantu masyarakat dapat menguasai gudang senjata dan merampas isinya, dari rampasan tersebut berhasil menyita 20 pucuk senjata , 60 buah granat tangan dan 50 stel pakaian tentara jepang dan 2 peti amunisi.

Berhubungan dengan keadaan Politis, ibukota Tapanuli dipindahkan ke Sibolga, maka atas perintah Residen Tapanuli Dr.F.L Tobing maka pasukan Barisan Istimewa Polisi Keresidenan Tapanuli dipindahkan Ke Sibolga pada pertengahan Mei 1946 barisan istimewa polisi keresidenan Tapanuli pindah ke Sibolga. Di Sibolga MAS KADIRAN membangun asrama untuk anggota Barisan Istimewa polisi. Pada tanggal 4 Februari 1947 berangkatlah barisan istimewa polisi keresidenan Tapanuli dipimpin oleh Mas Kadiran dengan 150 anggota ke Front Medan Area. Sampai di P.Siantar Mas Kadiran menghadap kepada Kepala Polisi Sumatera yang berkedudukan di P.Siantar KBP R. Sulaiman dan bertemu dengan Gubernur Sumatera T.M. Hasan di Front Medan Area Barisan Istimewa Polisi ditempatkan di Perbaungan dan Tebing Tinggi serta di garis depan T. Morawa.

(43)

Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara (1961-1970), 2009.

USU Repository © 2009

garis belakang, begitu juga dengan Barisan Istimewa Polisi keresidenan Tapanuli bertahan di Marendal, Tj. Morawa dan L. Pakam dan akhirnya kembali ke Perbaungan.

Berdasarkan surat ketetapan cabang jawatan kepolisian untuk sumatera dan atas perintah kepala polisi keresidenan tapanuli di lebur namanya menjadi “Mobil Brigade Polisi Keresidenan Tapanuli“ nama Mobil Brigade Polisi ini berdasarkan surat perintah kepala muda kepolisian No. : 126/78/91 tanggal 14 Nopember 1946. Perihal pembentukan mobile brigade di tiap – tiap keresidenan pembentukan mobile brigade polisi dimaksudkan untuk menyeragamkan nama, susunan kepangkatan, tugas tata cara kerja dari pasukan kepolisian yang terdapat dikeresidenan di Indonesia dimana nama polisi beraneka ragam, ada Polisi Pejuang, Polisi Istimewa, Barisan Istimewa Polisi, Polisi Gerak Cepat dll.

Pada tanggal 5 Mei 1949 sekitar pukul 04.00 wib tentara Belanda dari pijor koling mengadakan serangan pengepungan dari 4 jurusan yang dibantu oleh 2 orang penunjuk jalan anggota mobile brigae Tapanuli yang bernama Maka Leo dan Syamsul Bahri, serangan Belanda ini berhasil merebut Benteng Huraba, pasukan MBK Tapanuli yang berada di Benteng Huraba mundur ke kampung Tolang dan Pasukan Brigade – B Pimpinan Kapten Robinson Hutapea mundur kekampung Tolang.

(44)

Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara (1961-1970), 2009.

USU Repository © 2009

Dengan surat kepala kepolisian tertanda No. Pol : 04, Tanggal 9 Juli 1951 dan kepala Kepolisian Negara No.26/XIII/1952 tanggal 6 Mei 1952 mobil brigade direorganisasi,dalam reorganisasi tersebut dijelaskan untuk ditingkat pusat, kepala bagian inspeksi mobile brigade Jawatan Kepolisian Negara ditingkat Propinsi, coordinator inspektur mobil brigade dan ditingkat keresidenan mobil brigade rayon pimpinan tehnis tetap berada pada kepolisian keresidenan. Koordinator inspektur

mobile brigade Sumut – Aceh memiliki kekuatan 8 kompi dan masing – masing

berkedudukan :

1. Markas Koordinator inspektur brigade Sumut – Aceh berkedudukan di medan jalan putri hijau.

2. Kompi 5129 berkedudukan di Medan 3. Kompi 5132 berkedudukan di Binjai

4. Kompi 514 berkedudukan di Pematang Siantar 5. Kompi 5140 berkedudukan di Sibolga

6. Kompi 5134 berkedudukan di Tebing Tinggi 7. Kompi 5164 berkedudukan di Banda aceh 8. Kompi 5272 berkedudukan di Tanjung balai

9. Kompi 5378 berkedudukan di Makorins Mobrig

Ditingkat jawatan kepolisian Negara disebut komandan mobile brigade pusat. Ditingkat propinsi disebut komandan mobile brigade daerah dengan 3 Batalyon senapan sebagai unsur pelaksanaan tugas. Ditingkat keresidenan adanya kesatuan mobile brigade hanya semata – mata didasarkan atas lokasi pasukan saja Untuk koordinator dan inspektur mobile brigade sumut namanya menjadi komandemen

(45)

Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara (1961-1970), 2009.

USU Repository © 2009

Batalyon 515 Rencong Sakti berkedudukan di Aceh dengan kekuatan 1 kompi berkedudukan di Banda aceh dengan nama kompi 5164 Batalyon 516 Elang Sakti berkedudukan di Medan dengan kekuatan 3 kompi yang terdiri dari.

1. Kompi 5378 berkedudukan di Medan 2. Kompi 5129 berkedudukan di Medan 3. Kompi 5132 berkedudukan di Binjai

Batalyon 517 Patuan Nagari Anggi berkedudukan pertama di Tarutung kedua di P.sidimpuan dan terakhir di P.Siantar dengan kekuatan 4 kompi yang terdiri dari :

1. Kompi 514 berkedudukan di P.Siantar 2. Kompi 5140 berkedudukan di Sibolga 3. Kompi 5134 berkedudukan di Tebing tinggi 4. Kompi 5272 berkedudukan di Tanjung balai

3.3. Proses Peralihan Mobil Brigade Menjadi Brigade Mobil

(46)

Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara (1961-1970), 2009.

USU Repository © 2009

dilingkungan kepolisian dan TNI yang pertama kali mendapat penghargaan dari kepala pemerintahan dan Negara Republik Indonesia. Berdasarkan surat keputusan Menteri/Panglima angkatan kepolisian No Pol : 32 / SA / MK / 1965 tanggal 31 maret 1965 Organisasi Korps Brigade Mobil ditetapkan sebagai berikut:

1. Di pusat disebut Markas Besar

2. Di propinsi – propinsi di sebut Resimen Korps Brimob 3. Lembaga pendidikan korps Brimob

4. Kesatuan bantuan umum dan kesatuan pelayan korps Brimob 5. Kesatuan tugas khusus korps Brimob

Untuk komandemen Brimob daerah Sumut – Aceh diganti namanya menjadi Korps Brigade Mobil Resimen V dan sebagai komandemennya adalah AKBP K.E. Lumi. Korps Brigade mobil V Sumut – Aceh berkekuatan masih 3 Batalyon yang diganti namanya seperti :

Markas Resimen V korps Brimob Sumut – Aceh Putri Hijau, terdiri dari : 1. Markas Batalyon 515 di Banda Aceh dengan kekuatan 1 kompi dengan

sebutan kompi A

2. Markas Batalyon 516 di Medan jalan sei wampu dengan kekuatan 3 kompi, yaitu :

a. Kompi A berkedudukan di Medan b. Kompi B berkedudukan di Binjai c. Kompi C berkedudukan di Medan

(47)

Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara (1961-1970), 2009.

USU Repository © 2009

b. Kompi B berkedudukan di T.tinggi c. Kompi C berkedudukan di Sibolga d. Kompi D berkedudukan di T.balai

Sesuai Surat Keputusan Kepala Kepolisian RI. No. Pol. Kep / 05 / III / 1972 tanggal 17 Maret 1972 tentang Refungsionalisasi dan Reorganisasi Korps Brigade Mobil Polri diatur sebagai berikut :

1. Ditingkat Pusat Markas Korps Bbrimob Polri dengan kesatuan – kesatuan di pusat dimasukkan dalam organic Komando Samapta Selaku Unsur Komando Samapta maka status dari status tersebut diatas ialah Markas Pusat Brigade Mobil POLRI.

2. Pimpinan Korps Brigade Mobil Polri disebut Komando Korps Brigade Mobil kesatuan – kesatuandan Staf Brimob yang di daerah dimasukkan dalam Organik KOMDAK dimana kesatuan ini berada di Resimen – V Sumut – Aceh diganti menjadi SAT BRIMOBDAK – II / SU

Dengan demikian Korps Brimob Resimen – V Sumut – Aceh masuk dalam markas Komando Daerah Kepolisian – II Sumatra Utara (KOMDAK – II / SU ) Seluruh Bataliyon di bubarkan sehingga menjadi 3 Kompi saja yang berkedudukan di :

1. Kompi 03 Berkedudukan di P. Siantar 2. Kompi 04 Berkedudukan di Binjai 3. Kompi 05 Berkedudukan di Sibolga

(48)

Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara (1961-1970), 2009.

USU Repository © 2009

penataan sarana dan prasarana guna meningkatkan pendayagunaan Sat Brimobda Sumut dan pembangunan Markas Batalyon di Binjai dan Markas Batalyon di Tebing Tinggi, sebagai satuan pelaksana dibentuk tiga Batalyon kerangka dengan kedudukan di :

1. Batalyon-A berkedudukan di Binjai dengan kekuatan 6 Kompi : a. Kompi Markas berkedudukan di Binjai

b. Kompi 1 berkedudukan di Medan

c. Kompi 2 berkedudukan di Tanjung Morawa d. Kompi 3 berkedudukan di Binjai

e. Kompi 4 berkedudukan di Binjai f. Kompi Bantuan berkedudukan Binjai

2. Batalyon-B berkedudukan di Tebing Tinggi dengan kekuatan 6 Kompi : a. Kompi Markas berkedudukan di Tebing Tinggi

b. Kompi 1 berkedudukan di Tebing Tinggi c. Kompi 2 berkedudukan di Pematang Siantar d. Kompi 3 brkedudukan di TanjungBalai e. Kompi 4 berkedudukan di Tebing Tinggi

f. Kompi Bantuan berkedudukan di Tebing Tinggi 3. Batalyon-C berkedudukan di Padang Sidempuan

3.4. Tupoksi dan Peranan Brimob

(49)

Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara (1961-1970), 2009.

USU Repository © 2009

dan bersama – sama dengan unsur pelaksana operasional kepolisian lainnya untuk mewujudkan tertib hokum dan ketertiban di seluruh Wilayah Yuridiksi Nasional Republik Indonesia.

Sebagai salah satu fungsi tehnis Polri, meliputi segala penyelenggaraan, usaha dan kegiatan dibidang pencegahan dan penindakakn pelanggaran hokum berkadar tinggi yang dilaksanakan dengan cepat dan mobile dalam bentuk ikatan satuan serta secara khusus.

Adapun peranan Brimob Polri, antara lain :

1. Dalam posisi melaksanakan tugas pokoknya, maka Brimob Polri akan menampilkan dirinya dalam mewujudkan peranannya, seperti :

a. Satuan penindakan hura – hura b. Satuan reserse dan intelijen c. Satuan penjinak bahan peledak d. Satuan search and rescue e. Satuan lawan insurjensi f. Satuan combat intelijen g. Satuan Grilya lawan Griliya h. Satuan lawan terror

2. Dalam posisi sebagai bantuan taktis operasional fungsi teknis kepolisian yang serbaguna yang berlandaskan keahlian, keterampilan taktis, teknis Brimob Polri dalam bentuk :

a. Patroli daerah rawan b. Pelatihan

(50)

Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara (1961-1970), 2009.

USU Repository © 2009

(51)

Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara (1961-1970), 2009.

USU Repository © 2009

BAB IV

PERAN BRIGADE MOBIL

DALAM MENJAGA KEAMANAN DAN KETERTIBAN

4.1. Perkembangan Brimob di Sumatera Utara (1961-1971)

Sepanjang tahun 1961 – 1971 Brimob di Indonesia banyak mengalami perkembangan, diantaranya :

a. Reorganisasi Ke – IV : Mobrig Diganti Menjadi Brimob

Pada peringatan Hari Ulang Tahun Mobile Brigade yang ke XVI tanggal 14 Nopember 1961, Nama Mobile Brigade yang di singkat Mobrig diganti dengan nama Brigade Mobil yang di sebut dengan Brimob oleh Kepala Negara Indonesia Presiden Ir. Soekarno dan pada hari itu juga dengan surat Keputusan Presiden R.I Nomor: 591 Tahun 1961 Korps Brigade Mobil mendapat Penghargaan “Nugraha Sakanti Yana Utama” karena dengan di dirikannya pada tanggal 14 Nopember 1946 dengan penuh Kewaspadaan telah mendarma Bahktikan dirinya untuk kepentingan tugas Kepolisian maupun Negara, sehingga sebagai suatu kesatuan yang terpercaya patut menjadi Tauladan yang dapat memelihara dan mengembangkan sifat-sifat Kepolisian Sejati, dengan di anugrahkannya Penghargaan ini Korp Brigade Mobile adalah satu satunya Kesatuan di Lingkungan Kepolisian dan TNI yang pertama kali mendapat Penghargaan dari Kepalan Pemerintah dan Negara Republik Indonesia

b. Persiapan Pasukan Brimob Ke Irian Barat Dalam Rangka Ops Trikora

(52)

Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara (1961-1970), 2009.

USU Repository © 2009

masih diduduki oleh kekuatan Belanda. Sadar akan panggilan Tugas maka Markas Besar Korp Brimob menyusun strategi tugas yang sifatnya lebih besar dalam bentuk Resimen Pertempuran, dalam penyusunan ini Koordinator Brimob Daerah Sumut-Aceh disiapkan untuk sewaktu-waktu diberangkatkan, namun karena Ops Trikora tidak memakan waktu lama maka yang diberangkatkan ke Irian Barat pada waktu itu hanya Resimen Pelopor yang tergabung dengan Pasukan-Pasukan Istimewa/khusus TNI.

c. Mas Kadiran Memasuki Masa Persiapan Pensiun

Pada Tahun 1962 Mas Kadiran mamasuki masa persiapan Pensiun dan Jabatan Komandan Brimob Daerah Sumut-Aceh diserah terimakan kepada Bapak AMIR SUNARYO, pada tahun 1969 Mas Kadiran dipensiunkan dari tugas-tugasnya sebagai Anggota Kepolisian RI, dengan alasan mengundurkan diri.

d. Persiapan Pasukan Brimob Ke Perbatasan Malaysia Ops Diwikora

Dalam rangka Konfrontasi dengan Malaysia, karena berdirinya Negara Malaysia diperkirakan dapat mengakibatkan gangguan Keamanan baik Fisik maupun Psychologis. Baik pada sebagian wilayah maupun seluruh wilayah Indonesia, maka bersama Satuan ABRI lainya segera membentuk Satuan Tugas menjaga Perbatasan. Sementara itu Sukarelawan-Sukarelawan Kepolisian RI / Korp Brimob / Menpor dan Komandemen Brimob Daerah Sumut – Aceh disiapkan juga untuk mengambil bagian dalam Penyusupan ke Malaysia dan Singapura, tak sedikit Sukarelawan-Sukarelawan kita yang gugur dan Tentara dalam menjalankan Tugas tersebut.

(53)

Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara (1961-1970), 2009.

USU Repository © 2009

Pak Amir Sunaryo sebagai Komandan Komobda Sumut – Aceh diganti dengan Tumpak Tampubolon dan tak lama kemudian Tumpak Tampubolon diganti dengan Bapak Kusnadi.

f. Reorganisasi Ke V Komandemen Brimob Diganti Menjadi Resimen

Berdasarkan surat keputusan Mentri / Panglima Angkatan Kepolisian No.Pol : 32 / SA / MK / 1965 tanggal 31 Maret 1965 Organisasi Korp Brigade Mobil ditetapkan sebagai berikut :

1) Di Pusat disebut Markas Besar

2) DI Propinsi-Propinsi disebut Resimen Korp Brimob 3) Lembaga Pedidikan Korp Brimob

4) Kesatuan Bantuan Umum dan Kesatuan Pelayan Korp Brimob 5) Kesatuan Tugas khusus Korp Brimob

Untuk Komandemen Brimob Daerah Sumut – Aceh di ganti namanya menjadi Korps Brigade Mobile Resimen V dan sebagai Komandannya adalah AKBP K.E. Lumy. Korps Brigae Mobile Resimen V Sumut – Aceh berkekuatan masih 3 Batalyon yang diganti namanya seperti:

1) Markas Resimen-V Korps Brimob Sumut-Aceh di Putri Hijau

2) Markas Batalyon 515 di Banda Aceh dengan kekuatan 1 Kompi dengan Sebutan Kompi-A

3) Markas Batalyon 516 di Medan Jl. Sei Wampu dengan kekuatan 3 Kompi. a) Kompi A Kedudukan di Medan.

(54)

Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara (1961-1970), 2009.

USU Repository © 2009

4) Markas Batalyon 517 di P.Siantar kekuatan 4 Kompi a) Kompi A Kedudukan di P.Siantar

b) Kompi B Kedudukan di T.Tinggi c) Kompi C Kedudkan di Sibolga d) Kompi D Kedudukan di T.Balai. g. Operasi G.30-S / PKI

Meluasnya Tragedi Nasional dengan Pengkhiatan PKI yang dikenal dengan sebutan G.30-S/PKI Merupakan Pengkhiatan kedua kalinya setelah Madiun Afair, Kesatuan Korps Brimob di daerah segera mengambil bagian bersama-sama ABRI yang lain untuk menghancurkan Potensi Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia (G.30-S / PKI ) Diseluruh daerah, begitu juga dengan Korps Brimob Resimen-V Sumut – Aceh juga bertugas bersama-sama Satuan ABRI lainya dan Masyarakat untuk menghancurkan PKI. Guna untuk menghilangkan pengaruh dari G.30-S / PKI. Akibat dari Pemberontakan PKI ini terjadi pergantian Presiden R.I. Ir, Soekarno diganti oleh Soeharto.

(55)

Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara (1961-1970), 2009.

USU Repository © 2009

Dalam perkembangannya, sejak dibentuknya Brimobdasu pada tahun 1943 hingga akhir tahun 1971 memiliki peran penting dan manfaat yang sangat dirasakan masyarakat Sumatera Timur, seperti diantaranya :

1. Revolusi Sosial di Tapanuli

2. Penembakan Kapal Perang Belanda Terpedo di Teluk Sibolga 3. Pertempuran MBB I Sumaetra dengan Legiun Pengempur 4. Perang Saudara di Tapanuli

5. Penyerangkan Kembali Merebut Kota Padang Sidempuan 6. Pertempuran di Benteng Huraba

7. Pemulihan Kedaulatan and Timbang Terima dengan Kepolisian Belanda di Keresidenan Tapanuli

8. Timbang Terima dengan Kepolisian Belanda di Sumatera Timur

9. MBB – I Sumut – Aceh dan MBB – I Sumbar menjaga keamanan di Sumut 10.Penumpasan Pemberintakan DI/TII di Aceh

11.Penumpasan Pemberontakan PRRI

12.Pembersihan Didalam Tubuh Kepolisian Sumatera Utara 13.Gerakan Operasi Pemulihan Keamanan

14.Persiapan Pasukan Brimob ke Irian Barat Dalam Rangka Ops Trikora 15.Persiapan Pasukan Brimob ke Perbatasan Malaysia Ops Dwikora 16.Penumpasan/Operasi G30S/PKI

4.2. Peranan Brimobdasu Dalam Menjaga Keamanan dan Ketertiban

(56)

Dedy Irawan : Peranan Brigade Mobil (BRIMOB) Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban Di Sumatera Utara (1961-1970), 2009.

USU Repository © 2009

Pada ulang tahun penyerahan kedaulatan RI di Yogyakarta, pada tanggal 19 Desember 1961 dicanangkan oleh Presiden RI Ir. Soekarno, Tri Komando Rakyat (Trikora) guna mengembalikan wilayah Irian Barat ke Wilayah Indonesia, dimana Irian Barat masih diduduki oleh kekuatan Belanda. Sadar akan panggilan tugas, maka Markas Besar Korps Brimob menyusun strategi tugas yag sifatnya lebih besar dalam bentuk Resimen Pertempuran, dalam penyusunan ini coordinator Brimob Daerah Sumut Aceh disiapkan untuk sewaktu – waktu diberangkatkan, namun karena Ops Trikora tidak memakan waktu lama, maka yang diberangkatkan ke Irian pada waktu itu hanya Resimen Pelapor yang tergabung dengan pasukan – pasukan Istimewa/Khusus TNI.

2. Persiapan Pasukan Brimob ke Perbatasan Malaysia Ops Dwikora

Dalam rangka konfrotasi dengan Mayalsia, karena berdirinya Negara Malaysia diperkirakan dapat mengakibatkan gangguan keamanan, baik fisik maupun physicologis, baik pada sebagian wilayah maupun seluruh wilayah Indonesia, maka bersama satuan ABRI lainnya segera membentuk Satuan Tugas menjaga perbatasan. Sementarai itu Sukarelawan – Sukarelawan Kepolisian RI/Korp Brimob/Menpor dan Komandemen Brimob Daerah Sumatera Utara - Aceh disiapkan untuk mengambil bagian dalam Penyusupan ke Malaysia dan Singapura, tak sedikir sukarelawan – sukarelawan kita yang gugur dan tentara dalam menjalankan tugas tersebut.

3. Penumpasan/Operasi G30S/PKI

(57)

Dedy Irawan : Peranan Brigade Mo

Gambar

GAMBARAN UMUM

Referensi

Dokumen terkait

5.2 The Students’ Participation in The Implementation of Using Application of ESL Robot And English Conversation To Improve Speaking Skill of Eleventh Grade Students of SMA 1

Aris Riski Fauzi, PENGEMBANGAN BUKU PENGAYAAN GEOGRAFI PADA MATERI PERUBAHAN IKLIM GLOBAL KELAS X SEBAGAI DASAR PENGETAHUAN BENCANA DI SMA NEGERI

Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasi. Populasi penelitian ini sebanyak semua mahasiswa Fakultas Ilmu Ekonomi di Universitas Nahdlatul Ulama Al-Ghazali

Skripsi yang berjudul ‚Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pemberian Izin Poligami Oleh Pengadilan Agama Pasuruan dengan Alasan Isteri Tidak Dapat Menjalankan Kewajiban

Teknik dalam permainan sepak bola terdiri atas bermacam- macam gerakan. Teknik dasar yang dipelajari di kelas IX ini merupakan materi lanjutan dari kelas VII dan VIII. Adapun

Lombok Barat Maju, Mandiri dan Bermartabat Menuju Lombok Barat Bangkit dilandasi Nilai Patut Patuh Patju.. PEMERINTAH KABUPATEN

Menimbang : bahwa dalam rangka mendukung kelancaran pelaksanaan tugas anggota Dewan Pengarah Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia, dipandang perlu

239,325,000 Seksi Pembinaan, Penyuluhan dan Pengawasan Sosial Kemasyarakata n Seksi Pencegahan Kebakaran Seksi Bina Aparatur Seksi Penanggulanga n Tanggap Darurat dan