Penulis melakukan eksperimen putaran roda serta 4 uji coba perancangan dalam membuat rig robot sesuai dengan batasan masalah penulis setelah melihat referensi-referensi. Perancangan ini meliputi rigging roda, rigging dengan bagian yang dapat terbuka mengikuti tubuh robot, rigging dengan bagian yang dapat terpisah, serta rigging robot yang memiliki bahu dapat mengikuti jalurnya. Penulis kemudian melakukan analisa apakah uji coba dapat diterapkan pada tokoh atau tidak.
Eksperimen Putaran Roda
Penulis juga melakukan eksperimen dengan membuat 2 buah lingkaran yang berbeda ukuran, lingkaran pertama memiliki jari-jari 3 cm sedangkan lingkaran kedua 4,75 cm. Penulis menandai garis pada lingkaran dan menempatkannya di bawah menyentuh lantai. Kemudian penulis memutarkan keduanya sebanyak 1 putaran. Hasil dari eksperimen ini adalah lingkaran yang memiliki ukuran lebih besar dapat menempuh jarak yang lebih jauh dalam 1 putaran dibandingkan dengan lingkaran yang lebih kecil. Hal ini berhubungan dengan keliling lingkaran yang
48 dijelaskan oleh Zegarelli (2014), di mana keliling merupakan panjang garis yang membentuk sebuah bangun datar. Jika keliling lingkaran yang didapat semakin besar, maka semakin jauh jarak yang dapat ditempuh oleh lingkaran jika diputar.
Gambar 3.33. Eksperimen putaran roda (Dokumentasi Pribadi)
Uji Coba Rigging Roda
Penulis menguji coba teknik pembuatan rig roda yang digunakan oleh Jawwad bin Javed yang menggunakan locator dan Delano Athias yang menggunakan joint.
Penulis juga menggunakan referensi roda pada film “Cars” (2006).
Tabel 3.1. Tabel perbedaan penggunaan locator dan joint pada rigging roda Penggunaan Joint Penggunaan locator
49 Kedua teknik ini menghasilkan gerakan yang sama dengan hierarki outliner yang sama, sehingga penulis dapat memilih salah satu dari kedua teknik tersebut.
Tetapi perbedaannya terdapat pada penggunaan expression. Expression yang digunakan oleh Jawwad bin Javed mengambil distance dari distance tool yang sudah dibuat, sedangkan yang dibuat oleh Delano Athias hanya melihat angka dari distance tool dan memasukkannya ke dalam expression.
Penulis menggunakan expression yang digunakan oleh Delano Athias. Ia menjelaskan fungsi dari expression yang digunakan secara detail, sehingga lebih mudah dipahami. Penulis juga melihat ada bagian yang penulis dapat terapkan pada tokoh dari expression yang digunakan oleh Jawwad bin Javed, yaitu expression di mana ia mengambil distance untuk mengukur jari-jari roda. Hal ini penulis lakukan karena ketika tokoh di-scale, jari-jari roda akan lebih besar sehingga roda akan berputar dengan seharusnya sesuai dengan eksperimen penulis dalam membuat lingkaran yang berbeda ukuran. Kemudian penulis menggabungkan expression Delano Athias dengan expression Jawad bin Javed yang menghasilkan expression seperti pada gambar 3.34.
Gambar 3.34. Expression gabungan Delano Athias dan Jawad bin Javed (Dokumentasi Pribadi)
50 Penggunaan expression ini membuat roda berputar, tetapi ketika roda menghadap ke arah lain, roda tidak berputar dengan semestinya. Penulis melakukan modifikasi sesuai dengan keperluan penulis dalam membuat roda yang dapat bergerak ke arah lain. Penulis melakukan visualisasi pergerakan ketika dilihat dari tampak atas pada gambar 3.35. Ketika tokoh bergerak di antara axis X dan Z, pergerakan akan selalu membentuk segitiga siku-siku dengan axis X merupakan tinggi segitiga dan axis Z merupakan alas segitiga. Penulis mencari sisi terpanjang dengan menggunakan rumus pythagoras seperti yang dikatakan oleh Zegarelli (2014). Penggunaan rumus ini penulis terapkan pada expression seperti pada gambar 3.36.
Gambar 3.35. Visualisasi pergerakan tokoh (Dokumentasi Pribadi)
51 Gambar 3.36. Penerapan rumus pythagoras pada expression
(Dokumentasi Pribadi)
Roda berhasil berputar sesuai dengan jari-jarinya pada saat menghadap ke arah lain. Tetapi ketika posisi controller berada di bawah 0, roda berputar berlawanan arah dari jalannya controller.
Penulis mencoba mencari tahu dengan melakukan wawancara terbuka pada grup Facebook “Maya Rigging & Animation” dengan menanyakan masalah yang penulis hadapi. Seorang pengguna dengan nama Gary Spiers memberikan solusi dengan menggunakan if dan else. Ketika posisi translate berada di bawah 0, penghitungan rotasi roda dikali dengan -1, sedangkan ketika posisi translate berada di atas 0, penghitungan rotasi tidak diubah. Dengan ini penulis memodifikasi kembali expression seperti pada gambar 3.37 dan penulis berhasil membuat rig putaran roda.
52 Gambar 3.37. Hasil akhir expression roda
(Dokumentasi Pribadi)
Uji Coba Rigging Bagian Robot Terbuka
Dalam membuat rig ini, penulis menggunakan referensi pada film “Wall-E” (2008) bagaimana bagian tubuh Wall-E terbuka untuk mengambil sampah dan rig lego tokoh Wall-E dalam membuat bagian terbuka tersebut.
Uji coba ini penulis lakukan dengan pembuatan objek dengan beberapa face yang penulis extract untuk bagian yang dapat terbuka. Penulis juga membuat rangkaian joint untuk melihat apakah bagian terbuka akan selalu mengikuti joint atau tidak. Bagian robot di-parent ke joint pusat. Kemudian penulis membuat controller pada pusat perputaran bagian yang terbuka dan melakukan parent objek pembuka ke controller tersebut. Penulis juga melakukan parent controller ke joint pusat, sehingga controller akan selalu mengikuti gerakan joint pusat. Dengan menggerakkan rotasi dari controller, maka objek pembuka akan terbuka seperti pada gambar 3.38.
53 Gambar 3.38. Teknik rigging bagian terbuka
(Dokumentasi Pribadi)
Uji Coba Rigging Bagian Robot Terpisah
Penulis menggunakan referensi teknik pembuatan kontrol properti yang dibuat oleh Sir Wade Neistadt. Penulis juga menggunakan acuan keperluan pergerakan robot dalam film yang tidak ditampilkan bagaimana proses perpisahan bagian robot dan referensi film “Robots” (2005) sebagai referensi bagian mana yang dapat terpisah.
Penulis mencoba dengan menggunakan 3 locator. Locator ini terbagi menjadi locator objek, locator pisah, dan locator menyatu ke tubuh. Penulis juga membuat masing-masing controller pada locator menyatu ke tubuh dan locator pisah. Kemudian penulis menggunakan parent constraint pada locator objek ke locator pisah dan locator menyatu dengan tubuh. Dengan ini, ada setting yang dapat penulis ubah locator mana yang akan digunakan pada locator objek.
54 Gambar 3.39. Outliner uji coba rig bagian robot terpisah
(Dokumentasi Pribadi)
Gambar 3.40. Setting parent constraint (Dokumentasi Pribadi)
Setting parent constraint ini dapat dikontrol menggunakan sebuah controller. Tools yang penulis gunakan adalah set driven key untuk membuat sebuah atribut controller dapat mengubah setting parent constraint, seperti yang dijelaskan oleh O’Hailey (2018) mengenai set driven key. Dengan ini, penulis menjadi lebih mudah ketika ingin mengubah dari bagian yang menyatu menjadi terpisah.
55 Gambar 3.41. Hasil ketika menyatu
(Dokumentasi Pribadi)
Gambar 3.42. Hasil ketika terpisah (Dokumentasi Pribadi)
Uji Coba Rigging Bahu Robot Yang Mengikuti Jalurnya
Penulis menggunakan referensi rig lego tokoh Wall-E serta teknik dari channel Uhr dalam membuat rig bahu robot yang mengikuti jalurnya. Tokoh Wall-E juga menjadi referensi penulis di mana bahunya dapat bergerak mengikuti jalur pada tubuh Wall-E.
Uji coba ini penulis lakukan dengan menggunakan hal yang sama pada bagian bahu rig Wall-E. Penulis juga membuat joint serta membuat controller
56 untuk menggerakkan joint tersebut dengan parent joint ke controller. Penulis membuat nilai minimum serta maksimal pada atribut translate Y controller.
Pergerakan joint dapat naik-turun, tetapi tidak mengikuti jalur bahunya.
Gambar 3.43. Penggunaan batas nilai minimum dan maksimum translate Y (Dokumentasi Pribadi)
Penulis kemudian mencoba untuk melakukan set driven key untuk membuat controller dapat maju ketika berada di tengah jalur. Penulis berhasil menggunakan cara ini Tetapi ketika controller berada di tengah posisi saat tidak dilakukan set driven key, pergerakan yang dihasilkan tidak membentuk kurva seperti pada jalurnya.
Gambar 3.44. Penggunaan set driven key untuk mengikuti jalur (Dokumentasi Pribadi)
57 Penulis juga menggunakan teknik channel Uhr dengan membuat objek dan kurva yang mengikuti bentuk objek terlebih dahulu. Kemudian penulis membuat pergerakan joint mengikuti kurva menggunakan motion path. Pergerakan joint berhasil mengikuti kurva, tetapi perputaran joint tidak dapat dikontrol serta pergerakan tidak bisa dikontrol karena pergerakan motion path bergantung pada time slider.
Gambar 3.45. Penggunaan motion path untuk mengikuti jalur (Dokumentasi Pribadi)
Langkah selanjutnya yang penulis lakukan adalah membuat locator.
Locator ini digunakan untuk mengikuti pergerakan kurva seperti yang penulis lakukan sebelumnya pada joint. Locator berhasil mengikuti pergerakan kurva, tetapi joint tidak bergerak mengikuti. Kemudian penulis menggunakan point constraint pada joint agar mengikuti pergerakan locator. Penulis dapat memutar joint dan pergerakan mengikuti kurva, tetapi pergerakan masih belum dapat dikontrol karena pergerakan motion path masih bergantung pada time slider.
58 Gambar 3.46. Penggunaan motion path dengan joint dapat dikontrol
(Dokumentasi Pribadi)
Berdasarkan teknik dari channel Uhr, ia menggunakan U value pada motion path. Penulis dapat mengatur pergerakan motion path dengan menghapus keyframe pada U value. Penulis menggunakan set driven key pada U value agar U value dapat diatur menggunakan controller.
Gambar 3.47. U value pada motion path yang memiliki keyframe (Dokumentasi Pribadi)
59 Gambar 3.48. Hasil setelah dapat mengatur U value
(Dokumentasi Pribadi)
Perancangan Rigging NALA
Dalam perancangan rigging NALA, penulis menggunakan uji coba pembuatan rig roda, uji coba pembuatan rig bagian robot terbuka, serta uji coba pembuatan rig bagian robot terpisah.
Pembuatan rig penulis mulai dengan membuat rig roda. Dalam pembuatan rig roda, penulis membuat locator terlebih dahulu yang diletakkan di tengah setiap roda. Setelah membuat locator, penulis melakukan parent constraint dan scale constraint objek roda pada locator-nya masing-masing seperti pada gambar 3.49.
Parent constraint dilakukan untuk membuat objek selalu mengikuti gerakan dari controller sedangkan scale constraint digunakan untuk membuat objek dapat membesar mengikuti scale controller seperti yang dijelaskan oleh Beane (2012).
Penulis juga akan melakukan scale constraint pada seluruh objek ke controller atau locator masing-masing untuk membuat seluruh objek dapat membesar bersamaan ketika controller global di-scale.
60 Gambar 3.49. Pembuatan locator pada setiap roda NALA
(Dokumentasi Pribadi)
Penulis juga membuat controller untuk menggerakkan lajunya robot yang penulis namakan dengan “Movement_CTRL”, serta global controller untuk membuat tokoh dapat dipindahkan dan dibesarkan atau dikecilkan secara keseluruhan tokoh. “Movement_CTRL” atau controller penggerak penulis parent ke global controller. Selanjutnya penulis melakukan parent semua locator roda ke controller penggerak, sehingga roda akan bergerak seiring controller digerakkan.
Penulis juga melakukan parent constraint dan scale constraint objek tubuh NALA bagian bawah ke controller penggerak agar objek mengikuti gerak controller.
Penulis menggunakan measure tools yang bernama distance tool untuk mendapatkan jari-jari pada setiap roda. Distance tool ini penulis namai dengan
“wheel_back_distance”. Hasil dari distance tool dapat terlihat pada gambar 3.50 yang menunjukkan jari-jari roda. Tools ini juga digunakan untuk roda lainnya karena NALA memiliki roda yang ukurannya berbeda, seperti eksperimen penulis dalam melihat putaran roda di mana roda yang memiliki jari-jari lebih besar akan menempuh jarak yang lebih jauh dalam sekali putaran.
61 Gambar 3.50. Penggunaan distance tool untuk mendapatkan jari-jari
(Dokumentasi Pribadi)
Penulis perlu membuat expression pada rotate X locator roda untuk membuat roda berputar seiring pergerakan controller penggerak pada translate Z.
Penulis melakukan hal yang sama pada setiap locator roda dan mengubah expression sesuai dengan penamaan locator dan distance tool roda tersebut. Berikut adalah expression yang penulis gunakan:
Gambar 3.51. Expression yang diterapkan pada roda NALA (Dokumentasi Pribadi)
62 NALA memiliki roda depan yang dapat berputar ke arah lain untuk membuatnya dapat berbelok. Penulis menggunakan referensi pergerakan roda yang digunakan kursi kantor. Untuk mencapai pergerakan seperti roda tersebut, penulis membuat grup yang berisi locator roda tersebut. Kemudian penulis membuat controller yang dapat mengontrol rotasi grup tersebut dengan aim constraint, sehingga roda akan mengikuti arah di mana controller berada.
Gambar 3.52. Putaran roda untuk berbelok yang dikontrol controller (Dokumentasi Pribadi)
Gambar 3.53. Hierarki grup roda yang berbelok (Dokumentasi Pribadi)
Penulis juga melakukan clean up pada controller penggerak. Penulis mengunci atribut translate Y serta rotate X dan Z karena NALA tidak memiliki gerakan ke atas. Atribut scale X, Y dan Z serta visibility juga dikunci karena untuk penggunaan atribut scale hanya akan dapat bekerja pada controller global untuk membuat keseluruhan objek tokoh membesar. Proses clean up dilakukan agar animator tidak bingung saat ingin melakukan animasi seperti yang dikatakan oleh O’Hailey (2018).
63 Gambar 3.54. Hasil clean up controller penggerak NALA
(Dokumentasi Pribadi)
Pembuatan rig penulis lanjutkan dengan membuat controller untuk tubuh NALA. Kemudian penulis melakukan parent constraint dan constraint scale dari objek tubuh NALA bagian atas ke controller tubuh. Controller tubuh juga penulis lakukan parent ke controller penggerak untuk membuatnya mengikuti gerak controller penggerak.
Gambar 3.55. Pembuatan controller tubuh NALA (Dokumentasi Pribadi)
Tokoh NALA memiliki tubuh yang dapat naik dan turun. Penulis mengambil referensi rig Wall-E pada bagian bahunya yang memiliki nilai maksimum dan minimum pada controller bahunya, sehingga memiliki pergerakan dengan batas naik dan batas turun. Hal ini penulis terapkan pada controller tubuh NALA dengan membuat batas pada translate Y. Penulis mendapatkan angka -6.50 dengan mencoba menurunkan sampai angka berapakah tubuh NALA akan menyentuh bagian tubuhnya.
64 Gambar 3.56. Pembatasan nilai minimum dan maksimum controller tubuh NALA
(Dokumentasi Pribadi)
Penulis melakukan clean up pada controller tubuh. Karena controller tubuh hanya dapat bergerak naik turun dan berputar seperti sendi tipe T (twisting) yang dijelaskan oleh Tolouei-rad & Dhull (2012), maka penulis mengunci atribut translate X dan translate Z serta rotate X dan rotate Z. Penulis juga mengunci seluruh atribut scale dan visibility.
Gambar 3.57. Hasil clean up controller tubuh NALA (Dokumentasi Pribadi)
Selanjutnya, penulis membuat rig untuk bagian yang dapat terbuka. Penulis membuat rig ini menggunakan referensi tokoh Wall-E serta rig lego tokoh Wall-E yang memiliki bagian tubuh yang dapat terbuka lalu menerapkan uji coba rigging bagian terbuka pada tokoh NALA.
Penulis membuat controller dengan memindahkan pivot point pada pusat putaran objek bagian yang dapat terbuka. Hal ini membuat putaran objek tersebut dapat bergerak sesuai pusat terbukanya seperti yang penulis lakukan pada uji coba
65 pembuatan rig bagian terbuka dan yang dijelaskan oleh Beane (2012) mengenai pivot point. Kemudian penulis melakukan parent constraint dan scale constraint objek bagian tersebut ke controller, sehingga objek dapat bergerak ketika controller digerakkan. Penulis juga melakukan clean up pada controller pembuka dengan lock seluruh atribut kecuali rotate X karena objek hanya dapat berputar pada axis tersebut, serta melakukan pembatasan nilai rotate X dengan nilai maksimum 0 sehingga animator hanya dapat membuatnya terbuka keluar.
Gambar 3.58. Pembuatan rig bagian yang dapat terbuka pada NALA (Dokumentasi Pribadi)
Penulis membuat rig pada tangan NALA setelah membuat rig tubuh NALA dan bagian yang dapat terbuka pada tubuhnya. Pembuatan rig tangan yang dapat dipisah berdasarkan uji coba penulis dalam membuat rig bagian terpisah seperti yang dikatakan oleh Sir Wade Neistadt dalam membuat animasi tokoh menggunakan properti. Pembuatan rig ini juga mengambil referensi bagian robot yang dapat terpisah dari film “Robots” (2005).
66 Rig tangan dimulai dengan membuat locator untuk setiap sendi tangan dan men-duplicate-nya menjadi 3. Duplikat pertama untuk bagian terpisah yang penulis namakan dengan tambahan “Part” di setiap bagian; duplikat kedua untuk bagian menyatu yang penulis namakan dengan tambahan “Attached”; dan duplikat yang terakhir untuk objeknya yang tidak penulis beri penambahan nama seperti pada gambar 3.60.
Gambar 3.59. Pembuatan locator pada setiap pusat putaran sendi tangan NALA (Dokumentasi Pribadi)
Gambar 3.60. Hasil duplicate locator (Dokumentasi Pribadi)
67 Setiap locator objek penulis lakukan parent constraint ke locator attached dan part untuk membuat perpindahan locator dapat mengikuti kedua locator tersebut dengan constraint seluruh axis pada translate dan rotate. Hal ini untuk membuat locator objek selalu mengikuti pergerakan dan rotasi dari locator attached dan part.
Gambar 3.61. Pengaturan parent constraint (Dokumentasi Pribadi)
Penulis membuat grup pada setiap locator untuk memisahkan locator di outliner seperti pada gambar 3.62. Penulis juga melakukan parenting pada locator attached agar setiap locator yang menjadi child akan mengikuti parent seperti yang dijelaskan oleh Beane (2012). Sedangkan untuk part tidak dilakukan parenting karena akan dibuat terpisah-pisah.
68 Gambar 3.62. Hierarki locator attached dan part
(Dokumentasi Pribadi)
Penulis selanjutnya melakukan parent constraint dan scale constraint objek tangan ke locator-nya, seperti objek bahu ke locator bahu, jari ke locator jari, dan seterusnya.
Penulis mencoba menggerakkan locator attached dan menghasilkan locator objek berada di tengah antara locator attached dan part seperti pada gambar 3.63.
Hal ini terjadi karena locator ini di-parent constraint ke locator attached dan part sehingga ia mengikuti setengah dari locator part dan setengah dari locator attached.
Gambar 3.63. Gerakan berada di antara locator attached dan part (Dokumentasi Pribadi)
69 Penulis menambah atribut setting pada controller global untuk membuat locator objek tangan dapat mengikuti salah satu dari locator berdasarkan pengaturan yang dipilih animator. Penulis memilih tipe data integer pada pembuatan atribut baru agar animator tidak dapat memasukkan angka desimal.
Penulis juga membuat nilai minimum 0 dan nilai maksimal 1. Posisi 0 untuk membuat locator objek mengikuti locator attached dan 1 untuk membuat locator objek mengikuti locator parts.
Gambar 3.64. Penambahan atribut attached/parts (Dokumentasi Pribadi)
Setelah pembuatan atribut pada controller global selesai, penulis melakukan set driven key dengan atribut attached/parts menjadi driver dan setiap setting parent constraint pada locator objek menjadi driven.
Penulis membuat atribut part pada setiap setting parent constraint menjadi 0 dan attached 1 ketika posisi atribut attached/parts berada pada posisi 0. Penulis juga melakukan hal yang sama untuk parts dengan membuat atribut parts menjadi 1 dan attached menjadi 0 ketika atribut attached/parts berada pada posisi 1.
70 Ketika atribut attached/parts pada controller setting berada diposisi 0, maka locator objek akan mengikuti locator attached, sedangkan ketika atribut attached/parts berada di posisi 1, maka locator objek akan mengikuti locator part.
Gambar 3.65. Locator objek mengikuti locator attached (Dokumentasi Pribadi)
Gambar 3.66. Locator objek mengikuti locator part (Dokumentasi Pribadi)
Pembuatan controller pada masing-masing locator attached dan locator parts merupakan hal yang penulis lakukan selanjutnya. Setelah membuat controller, penulis melakukan parent constraint setiap locator ke controller masing-masing.
71 Dengan ini, rig untuk tangan sudah selesai dan langkah selanjutnya adalah clean up. Penulis membuat grup dengan nama “L_Arm_GRP” yang berisi seluruh grup locator dan locator objek. Lock atribut pada controller yang tidak akan digerakkan animator, seperti pada controller bahu yang attached hanya dapat melakukan rotasi sedangkan controller bahu yang parts dapat melakukan perpindahan dan rotasi. Penulis juga melakukan set driven key kepada grup locator attached dan grup locator parts pada atribut visibility, sehingga ketika atribut attached/parts pada controller global berada pada posisi 0, grup parts akan tidak terlihat dan ketika berada pada posisi 1, grup attached akan tidak terlihat.
Gambar 3.67. Controller attached ketika atribut attached/part berada di posisi 0 (Dokumentasi Pribadi)
Gambar 3.68. Controller part ketika atribut attached/part berada di posisi 1 (Dokumentasi Pribadi)
72 Penulis melakukan hal yang sama pada pembuatan keseluruhan rig tangan kanan NALA seperti yang penulis lakukan dalam pembuatan tangan kiri NALA.
Dengan ini, perancangan rig untuk NALA sudah selesai dan siap untuk dianimasikan.
Perancangan Rigging DARPA MED
Penulis menerapkan uji coba rigging roda serta rigging bahu robot yang mengikuti jalurnya dalam merancang rigging DARPA MED.
Pembuatan rig penulis mulai dengan rigging roda pada DARPA MED.
Rigging ini sama seperti yang penulis lakukan pada tokoh NALA dengan menggunakan expression, tetapi adanya perbedaan. Expression berbeda pada putaran roda yang berputar pada axis Z dan arah gerak yang berada pada translate X. Penggunaan if dan else juga berbeda karena putaran roda DARPA MED berlawanan dengan arah maju DARPA MED, sehingga adanya perubahan penempatan perkalian -1 yang menjadi ketika posisi translate X controller penggerak berada di atas 0.
Gambar 3.69. Expression roda DARPA MED (Dokumentasi Pribadi)
73 Dengan menggunakan expression ini, roda dapat bergerak sesuai arahnya seperti pada gambar 3.70. Penggunaan expression ini diterapkan pada setiap roda pada DARPA MED.
Gambar 3.70. Hasil ketika controller penggerak digerakkan (Dokumentasi Pribadi)
Penulis juga melakukan clean up pada controller penggerak dengan mengunci atribut translate Y serta rotate X dan Z karena roda DARPA MED tidak memiliki pergerakan yang menggunakan atribut tersebut. Penulis juga mengunci seluruh atribut scale dan visibility.
Gambar 3.71. Hasil clean up controller penggerak (Dokumentasi Pribadi)
Penulis membuat controller tubuh setelah membuat rig roda. Controller tubuh kemudian di-parent ke controller penggerak sehingga controller tubuh akan selalu mengikuti pergerakan controller penggerak. Penulis melakukan parent constraint dan scale constraint objek tubuh bagian atas untuk membuatnya mengikuti controller tubuh.
74 Gambar 3.72. Pembuatan controller tubuh DARPA MED
(Dokumentasi Pribadi)
Tahap selanjutnya adalah clean up controller tubuh. Karena tubuh DARPA MED hanya dapat melakukan rotasi pada axis Y, penulis mengunci seluruh atribut kecuali rotate Y.
Gambar 3.73. Hasil clean up controller tubuh DARPA MED (Dokumentasi Pribadi)
Pembuatan rig penulis lanjut dengan membuat rig tangan. Penulis memulai dengan telapak tangan DARPA MED. Pembuatan telapak tangan menggunakan joint pada setiap pusat putaran sendi pada telapak tangan. Penulis menduplikat joint
Pembuatan rig penulis lanjut dengan membuat rig tangan. Penulis memulai dengan telapak tangan DARPA MED. Pembuatan telapak tangan menggunakan joint pada setiap pusat putaran sendi pada telapak tangan. Penulis menduplikat joint