• Tidak ada hasil yang ditemukan

CUSTOMER RELATIONSHIP MANAGEMENT

UNTUK PENETAPAN STRATEGI PENJUALAN

MENGGUNAKAN TEKNIK ASSOCIATION RULES MINING

SKRIPSI

Triyoda Arrahman

F34070118

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

CUSTOMER RELATIONSHIP MANAGEMENT

FOR DETERMINING OF SALES STRATEGY

USING ASSOCIATION RULES MINING TECHNIQUE

Triyoda Arrahman

Department of Agroindustrial Technology, Faculty of Agricurtural Technology, Bogor

Agricultural Technology, IPB Darmaga Campus, PO Box 220, Bogor, West Java,

Indonesia.

Phone 62 21 8468904, e-mail: triyodaarrahman@yahoo.com

ABSTRACT

Business competition is the most important factor to develop a marketing system for a more effective and efficient marketing system in an industry. Customer Relationship Management (CRM) is a marketing Management system which can be a solution to face an increasingly competitive business. CRM includes cross-up selling, analysis of affinity products, and bundling of products that can be used as an alternative solution in marketing strategy system in an industry. Revenue of a company can be improved through cross selling where sale the additional product with the major products. Customer Relationships can improve customer satisfaction.

This research discusses an analysis of sales transaction data from an agro-industrial company with tires products using Association Rules Mining technique. The result from this work shows the strategy of sales can be made using value of support, confidence and improvement. Determining of sales strategy makes to sell products which have complementary products with a value is higher than the base product and have confidence level> 50%. It shows that sell in up-selling (offering products that have higher prices of basic products) also can be done.

Keywords: Business Competition, CRM (Customer Relationship Management), Sales Strategy, Data mining, Association Rules Mining, Cross Selling and Up Selling Strategy

TRIYODA ARRAHMAN. F34070118. Customer Relationship Management Untuk Penetapan Strategi

Penjualan Menggunakan Teknik Association Rules Mining. Di bawah bimbingan Taufik Djatna. 2011

RINGKASAN

Customer Relationship Management (CRM) merupakan suatu sistem manajemen pemasaran yang dapat menjadi solusi dalam menghadapi persaingan usaha yang semakin kompetitif. CRM mencakup

cross/up selling, product affinity analysis, dan product bundling yang dapat digunakan sebagai alternatif solusi dalam penentuan sistem strategi penjualan di suatu industri. Revenue perusahaan dapat semakin ditingkatkan melalui penjualan secara Cross Selling, dimana dilakukannya penjualan produk dengan produk komplementernya sehingga semakin dapat dikenalinya perilaku pelanggan dan dapat menghasilkan strategi penjualan yang akan menghasilkan hubungan pelanggan yang semakin terjaga serta semakin meningkatnya kepuasan pelanggan terhadap sistem pemasaran perusahaan. Penelitian ini akan melakukan analisis terhadap data transaksi penjualan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang agroindustri dengan produk ban menggunakan teknik Association Rules Mining untuk dihasilkan strategi penjualan cross-selling. Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendapatkan nilai support asosiciation rule untuk mengetahui ukuran yang menunjukkan tingkat dominasi Item Set dari keseluruhan transaksi (misalkan dari seluruh transaksi yang ada, seberapa besar kemungkinan item A dan item B dibeli secara bersamaan).

2. Mendapatkan nilai confidence association rule untuk mengetahui ukuran yang menyatakan hubungan antara dua item secara conditional (misalkan seberapa sering item A dibeli, jika pelanggan membeli item B).

3. Mendapatkan nilai improvement association rule untuk mengetahui ukuran yang menyatakan besarnya kemungkinan dua item dapat dibeli secara bersamaan.

4. Mendapatkan hipotesis strategi pemasaran cross-selling sehingga revenue dari perusahaan dapat semakin meningkat.

Penetapan strategi penjualan yang dilakukan diantaranya adalah melakukan penjualan produk yang memiliki produk komplementer dengan nilai (value) yang lebih tinggi dari produk yang bersangkutan dan keduanya memiliki tingkat confidence >50%. Hal ini mengindikasikan terciptanya peluang untuk menjual secara up-selling (melakukan penjualan yang lebih bernilai). Pada penelitian ini dari analisis perhitungan support score dihasilkanproduk yang paling mendominasi Item Set adalah ketika pelanggan membeli produk B (produk Passanger Broad Market) dengan nilai support score 55% . Umumnya, rules Item Set mempunyai nilai confidence >50%. Hal ini menunjukkan bahwa rules Item Set

tersebut dapat digunakan dalam menentukan strategi penjualan. Dan dari menghitung improvement score, nilai improvement score terbesar (4.742) adalah jika membeli produk D (produk Passanger High Performance) kemudian membeli produk F (produk Ultra Light Truck Radial). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kemungkinan dua item tersebut dapat dibeli secara bersamaan sangatlah tinggi. Proses perhitungan yang telah dilakukan menghasilkan 22 rules yang dapat digunakan dalam menentukan strategi penjualan cross selling dengan menghitung nilai support, confidence dan improvement pada semua rules

TRIYODA ARRAHMAN. F34070118. CustomerRelationshipManagement for Determining Of Sales

Strategy Using AssociationRules Mining Technique. Supervised by Taufik Djatna. 2011

SUMMARY

Business competition is the most important factor to develop a marketing system for a more effective and efficient marketing system in an industry. CustomerRelationshipManagement (CRM) is a marketing

Management system which can be a solution to face an increasingly competitive business. CRM includes

cross-up selling, analysis of affinity products, and bundling of products that can be used as an alternative solution in sales strategy system in an industry. Revenue of a company can be improved through cross selling where sale the additional product with the major products. CustomerRelationships can improve

customer satisfaction. This research discusses an analysis of sales transaction data from an agro-industrial company with tires products using Association Rules Mining technique. The purposes of this work are:

1. Getting support score of association rule to know size of dominate level of Item Set from all transaction (example from all existing transaction, how big possibility of item of A and item of B bought concurrently

2. Getting confidence score of association rule to know size of relation between two item by conditional (example how often item of A bought, if customer buy item of B

3. Getting improvementscore of association rule to know size of possibility level of two item can buy concurrently

4. Getting hypothesis of marketing strategy of cross-selling.

CRM includes cross-up selling, analysis of affinity products, and bundling of products can be used as an alternative solution in sales strategy system in an industry. Sales Strategy of crossselling in this work created from support, confidence, and improvement scores. From calculating of support scores, the biggest size of dominate level of rule Item Set is when customer buy product B (passenger broad market product) with 55 % support score. In generally, the rules of Item Set have confidence level> 50%. It illustrate that the rules Item Set can be use for determine sales strategy. And from calculating of

improvement score process, the biggest improvementscore (4.742) is If Buy D (Product Passenger High Performance) Then Buy F (Ultra Light Truck Radial). It illustrate that the possibility level of two item can buy concurrently is very high. The calculations have resulted 22 rules significantly for used to determine sales strategy of crossselling with calculate support, confidence, and improvementscores for those rules.

1

I.

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Customer Relationship Management (CRM) dapat didefinisikan sebagai integrasi dari strategi penjualan, pemasaran, dan pelayanan yang terkoordinasi. CRM menyimpan informasi pelanggan dan merekam seluruh kontak yang terjadi antara pelanggan dan perusahaan, serta membuat profil pelanggan untuk staf perusahaan yang memerlukan informasi tentang pelanggan tersebut (Tsiptsis dan Chorianopoulos, 2009).

Kegiatan CRM dalam perusahaan pada dasarnya bertujuan supaya perusahaan dapat mengenali pelanggan secara lebih detail dan melayani mereka sesuai dengan kebutuhannya. Prinsip fokus terhadap pelanggan menjadi prinsip dasar penerapan CRM di perusahaan. CRM sendiri memiliki arti sebuah proses bisnis atau kegiatan marketing yang mengelola seluruh aspek dari daur hidup pelanggan, mulai acquisition, fulfillment, sampai retention. Strategi komprehensif perusahaan terhadap penerapan CRM ini membuat setiap proses dari daur hidup pelanggan dapat dimanfaatkan dengan optimal (Danardatu,2007).

Peningkatan revenue perusahaan merupakan dampak yang paling bisa dirasakan. Ketika sebuah strategi cross-selling dijalankan, fokus utama perusahaan tidak lagi kepada bagaimana mendapatkan pelanggan baru yang potensial (prospectingcustomer), tetapi bagaimana menjual lebih banyak produk kepada pelanggan yang sudah ada (existing customer). Sebuah literatur menyebutkan bahwa biaya (cost) yang harus dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan pelanggan baru lebih mahal sepuluh kali lipat jika dibandingkan dengan mempertahankan pelanggan yang sudah ada.

Sebagai bagian dari CRM, cross-selling harus didahului oleh analisis yang mendalam mengenai data transaksi pelanggan dengan menggunakan konsep data mining yang melibatkan proses pengambilan sumber informasi dari sebuah transaksi pelanggan yang mencakup produk apa yang mereka beli, perilaku pembelian pelanggan, dan lain-lain. Data mining dapat membantu mempercepat proses pengambilan keputusan secara cepat dan memungkinkan perusahaan untuk mengelola informasi yang terkandung di dalam data transaksi menjadi sebuah pengetahuan (knowledge). Lewat pengetahuan yang didapat, perusahaan dapat meningkatkan pendapatannya dan mengurangi biaya. Pada akhirnya di masa yang akan datang perusahaan dapat lebih kompetitif.

Association rules mining (associative rules mining) adalah suatu metode data mining yang bertujuan untuk mencari sekumpulan items yang sering muncul bersamaan. Umumnya

association rules mining ini dianalogikan dengan keranjang belanjaan. Dari keranjang belanjaan para pengunjung supermarket akan dapat diketahui, barang apa saja yang sering dibeli bersamaan dan barang mana saja yang tidak. Dengan begitu association rules mining dapat menjadi suatu metode yang berfungsi untuk menganalisis strategi pemasaran secara cross-selling.

1.2

Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendapatkan nilai support association rules mining untuk mengetahui ukuran yang menunjukkan tingkat dominasi Item Set dari keseluruhan transaksi (misalkan dari seluruh transaksi yang ada, seberapa besar kemungkinan item A dan item B dibeli secara bersamaan).

2

2. Mendapatkan nilai confidence association rules mining untuk mengetahui ukuran yang menyatakan hubungan antara dua item secara conditional (misalkan seberapa sering item A dibeli, jika pelanggan membeli item B).

3. Mendapatkan nilai improvement association rules mining untuk mengetahui ukuran yang menyatakan besarnya kemungkinan dua item dapat dibeli secara bersamaan.

4. Mendapatkan hipotesis strategi pemasaran cross-selling CRM.

1.3

Ruang Lingkup

Penulis membatasi kajian penelitian customer relationship management untuk penetapan strategi penjualan menggunakan teknik association rules mining meliputi aspek-aspek sebagai berikut.

1. Mengidentifikasi data dan informasi transaksi penjualan mengunakan teknik data mining

dengan metode association rules mining pada perusahaan yang menerapkan (CRM)

Customer Relationship Management

2. Penyusunan sistem penetapan strategi penjualan (PSP) yang merupakan program pemprosesan strategi penjualan cross-selling dari data transaksi penjualan menggunakan teknik association rules mining. Data-data yang digunakan untuk melakukan verifikasi dan validasi sistem didapatkan dari salah satu perusahaan agroindustri yang bergerak dalam industri ban.

3

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Customer Relationship Management

CRM merupakan sebuah pendekatan baru dalam mengelola hubungan korporasi dan pelanggan pada level bisnis sehingga dapat memaksimumkan komunikasi dan pemasaran melalui pengelolaan berbagai kontak yang berbeda dengan pelanggan. Pendekatan ini memungkinkan untuk mempertahankan pelanggan dan memberikan nilai tambah terus menerus pada pelanggan, selain juga memperoleh keuntungan yang berkelanjutan (Anonim,2010). CRM dapat didefinisikan sebagai integrasi dari strategi penjualan, pemasaran, dan pelayanan yang terkoordinasi. CRM mencakup cross/up selling, product affinity analysis, dan product bundling yang dapat digunakan sebagai solusi alternatif dalam sistem strategi penjualan di suatu industri. Cross-selling didefinisikan sebagai "setiap tindakan atau praktek menjual antara atau di antara klien, pasar, pedagang, dll" atau "yang menjual produk tambahan atau jasa kepada satu pelanggan yang sudah ada." (Harding,2002). CRM menyimpan informasi pelanggan dan merekam seluruh kontak yang terjadi antara pelanggan dan perusahaan, serta membuat profil pelanggan untuk staf perusahaan yang memerlukan informasi tentang pelanggan tersebut (Anonim,2010)

Kegiatan CRM dalam perusahaan pada dasarnya bertujuan supaya perusahaan dapat mengenali pelanggan secara lebih detail dan melayani mereka sesuai dengan kebutuhannya. Prinsip fokus terhadap pelanggan menjadi prinsip dasar penerapan CRM di perusahaan. CRM sendiri memiliki arti sebuah proses bisnis atau kegiatan marketing yang mengelola seluruh aspek dari daur hidup pelanggan, mulai acquisition, fulfillment, sampai retention. Strategi komprehensif perusahaan terhadap penerapan CRM ini membuat setiap proses dari daur hidup pelanggan dapat dimanfaatkan dengan optimal. Perusahaan tidak dapat memberikan pelayanan yang sama kepada semua pelanggan karena pada kenyataannya tidak semua pelanggan memberikan keuntungan maksimal kepada perushaaan. Sesuai dengan hukum 80 : 20, di antara 100 % pelanggan yang dimiliki perusahaan, hanya sekitar 20 % yang dapat memberikan keuntungan maksimal (Danardatu,2007).

CRM menjadi semakin penting bagi semua organisasi yang ingin memberikan layanan yang lebih baik kepada konsumen mereka dengan biaya yang cukup rendah, CRM mempunyai dua tujuan utama:

1. Mempertahankan pelanggan hingga mencapai kepuasan pelanggan.

2. Pengembangan customer hingga mengerti pelanggan secara mendalam. Data mining

bertujuan untuk mengekstrak pengetahuan dan arti yang mendalam dengan menganalisis data yang besar menggunakan teknik modeling yang kompleks.

Data mining dalam CRM digunakan untuk: 1. Mengidentifikasi model data 2. Memahami perilaku konsumen

3. Memprediksi perilaku konsumen. (Tsiptsis dan Chorianopoulos, 2009)

2.2

Metode Pengembangan Sistem Berorientasi Objek dan Unified Modeling

Languange

Menurut (O’Brien,2008) proses pengembangan sistem informasi umumnya meliputi tiga tahapan proses, (1) Analisis sistem, yaitu studi mendalam mengenai informasi yang

4

dibutuhkan oleh pemakai akhir yang menghasilkan persyaratan fungsional dan digunakan sebagai dasar desain sistem informasi yang dibuat. (2) Desain Sistem merupakan serangkaian aktivitas-aktivitas desain yang menghasilkan spesifikasi sistem yang memenuhi persyaratan fungsional pada tahap analisis sistem. (3) Pengembangan pemakai akhir merupakan tahap merubah dari konsep desain pada tahap sebelumnya menjadi sebuah perangkat aplikatif yang sesuai kebutuhan pengguna akhir. Pada penelitian ini, metode pengembangan sistem yang digunakan adalah pendekatan pengembangan sistem berorientasi objek yang dapat secara cepat dan jelas memodelkan dan membangkitkan solusi seperti di dunia nyata. Tahap metode perancangan sistem menggunakan UML. Unified Modeling Language (UML) digunakan untuk menentukan, visualisasi, memodifikasi, membangun dan mendokumentasikan artifak dari sistem yang didasarkan pada pengembangan perangkat lunak berorientasi objek (Foldoc, 2001)

Unified Modeling Language (UML) adalah sebuah bahasa yang telah menjadi standar dalam pemodelan untuk visualisasi, merancang dan mendokumentasikan sistem piranti lunak (Bennet et al., 2001) menambahkan UML adalah bahasa visual yang menyediakan cara bagi orang untuk menganalisis dan mendesain sebuah sistem berorientasi obyek yang bertujuan untuk menvisualisasi, konstruksi, dan dokumentasi proses pembuatan sistem. Keunggulan utama yang dimiliki pemodelan ini adalah kemampuannya dalam memodelkan menyerupai kehidupan nyata, sehingga sistem yang dihasilkan mempunyai kelebihan sebagai berikut :

1. Mempunyai sifat lebih natural, karena umumnya manusia berfikir dalam bentuk objek 2. Pembuatan sistem memakan waktu lebih cepat.

3. Memudahkan dalam proses pemeliharaa sistem, karena jika ada kesalahan, perbaikan hanya dilakukan pada bagian tersebut, tidak perlu mengurutkan dari awal.

UML mendefinisikan notasi dan syntax/semantik. Notasi UML merupakan sekumpulan bentuk khusus untuk menggambarkan berbagai diagram piranti lunak. Setiap bentuk memiliki makna tertentu, sedangkan syntax UML mendefinisikan bagaimana bentuk-bentuk tersebut dapat dikombinasikan. Notasi UML terutama diturunkan dari 3 notasi yang telah ada sebelumnya: Grady Booch-OOD (Object-Oriented Design), Jim Rumbaugh-OMT (Object Modeling Technique), dan Ivar Jacobson-OOSE (Object-Oriented Software Engineering). Pada era tahun 1990-an banyak metodologi pemodelan berorientasi objek bermunculan, diantaranya adalah:(1) metodologi Booch, (2) metodologi Coad, (3) metodologi OOSE, (4) metodologi OMT, (5) metodologi Shlaer-Mellor, (6) metodologi Wirfs-Brock, dan sebagainya. Masing-masing metodologi membawa notasi sendiri-sendiri, yang mengakibatkan timbul masalah baru apabila kita bekerjasama dengan group/perusahaan lain yang menggunakan metodologi yang berlainan. Oleh karena itu, pada bulan Oktober 1994 Booch, Rumbaugh dan Jacobson, yang merupakan tiga tokoh yang metodologinya banyak digunakan, mempelopori usaha untuk penyatuan metodologi pendesainan berorientasi objek. Pada tahun 1995 dikeluarkan draft pertama dari UML (versi 0.8). Sejak tahun 1996 pengembangan tersebut dikoordinasikan oleh Object Management Group (OMG). Tahun 1997 UML versi 1.1 muncul, dan saat ini telah mencapai versi 2.0. Sejak saat itulah UML telah menjadi standar bahasa pemodelan untuk aplikasi berorientasi objek (Syaifudin, 2011). Pada dasarnya UML memuat diagram-diagram pemodelan sistem yang terdiri dari:

1. Use case diagram (diagram kasus). 2. Class diagram (diagram kelas). 3. Object diagram (diagram objek). 4. Statechart diagram (diagram keadaan).

5

5. Activity diagram (diagram aktivitas). 6. Sequence diagram (diagram urutan ). 7. Component diagram (diagram komponen). 8. Deployment diagram (diagram penyebaran). 9. Collaboration diagram (diagram kolaborasi).

Namun dalam prakteknya tidak semua diagram harus dibuat,. disesuaikan dengan kebutuhan dan kompleksitas sistem yang akan dikembangkan (Nugraha,2005).

2.3

Ban

2.3.1

Karet

Gambar 1. Hevea brasiliensis (Anonim,2011)

Karet merupakan politerpena yang disintesis secara alami melalui polimerisasi enzimatik isopentilpirofosfat. Unit ulangnya adalah sama sebagaimana 1,4-poliisoprena. Dimana isoprena merupakan produk degradasi utama karet. Bentuk utama dari karet alam, yang terdiri dari 97% cis-1,4-isoprena, dikenal sebagai Hevea Rubber. Hampir semua karet alam diperoleh sebagai lateks yang terdiri dari 32-35% karet dan sekitar 5% senyawa lain, termasuk asam lemak, gula, protein, sterol ester dan garam. Lateks biasa dikonversikan ke karet busa dengan aerasi mekanik yang diikuti oleh vulkanisasi (Malcom,2001).

Karet adalah polimer hidrokarbon yang terkandung pada lateks beberapa jenis tumbuhan. Sumber utama produksi karet dalam perdagangan internasional adalah para atau Hevea brasiliensis (suku Euphorbiaceae). Beberapa tumbuhan lain juga menghasilkan getah lateks dengan sifat yang sedikit berbeda dari karet, seperti anggota suku ara-araan (misalnya beringin), sawo-sawoan (misalnya getah perca dan sawo manila), Euphorbiaceae lainnya, serta dandelion. Pada masa Perang Dunia II, sumber- sumber ini dipakai untuk mengisi kekosongan pasokan karet dari para. Sekarang, getah perca dipakai dalam kedokteran (guttapercha), sedangkan lateks sawo manila biasa dipakai untuk permen karet (chicle). Karet industri sekarang dapat diproduksi secara sintetis dan menjadi saingan dalam industri perkaretan (Anonim,2011).

Karet adalah polimer dari satuan isoprena (politerpena) yang tersusun dari 5000 hingga 10.000 satuan dalam rantai tanpa cabang. Diduga kuat, tiga ikatan pertama bersifat [[isomer|trans]] dan selanjutnya cis. Senyawa ini terkandung pada lateks pohon

6

penghasilnya. Pada suhu normal, karet tidak berbentuk (amorf). Pada suhu rendah ia akan mengkristal. Dengan meningkatnya suhu, karet akan mengembang, searah dengan sumbu panjangnya. Penurunan suhu akan mengembalikan keadaan mengembang ini. Inilah alasan mengapa karet bersifat elastis (Anonim,2011).

2.3.2

Sifat-Sifat Karet Alam

Warnanya agak kecoklat-coklatan, tembus cahaya atau setengah tembus cahaya, dengan berat jenis 0,91-093. Sifat mekaniknya tergantung pada derajat vulkanisasi, sehingga dapat dihasilkan banyak jenis sampai jenis yang kaku seperti ebonite. Temperatur penggunaan yang paling tinggi sekitar 99oC, melunak pada 130oC dan terurai sekitar 200oC. Sifat isolasi listriknya berbeda karena pencampuran dengan aditif. Namun demikian, karakteristik listrik pada frekuensi tinggi, jelek. Sifat kimianya jelek terhadap ketahanan minyak dan ketahanan pelarut. Zat tersebut dapat larut dalam hidrokarbon, ester asam asetat, dan sebagainya. Karet yang kenyal agar mudah didegradasi oleh sinar UV dan ozon (Marthan,1998).

2.3.3

Penggunaan Karet Alam

Karet alam banyak digunakan dalam industri-industri barang. Umumnya alat-alat yang dibuat dari karet alam sangat berguna bagi kehidupan sehari-hari maupun dalam industri seperti mesin-mesin pengerak barang yang dapat dibuat dari karet alam antara lain ban mobil, tetapi juga ditemukan dalam sekelompok produk-produk komersial, sol sepatu, segel karet, insulasi listrik, sabuk penggerak mesin besar dan mesin kecil, pipa karet, kabel, isolator, bahan-bahan pembungkus logam, aksesoris olah raga dan lain-lain. (Muis, 1992)

2.3.4

Proses Pembuatan Ban

Penjelasan proses pembuatan ban mengacu dari PT. Goodyear Indonesia (2010), Bahan baku utama yang digunakan dalam pembuatan ban adalah karet. Terdapat dua jenis karet yang digunakan, yaitu karet alam dan karet sintetik. Perbedaan karet sintetik dan karet alami ini adalah dari segi tekstur, dimana karet alami bersifat keras, sedangkan karet sintetik bersifat lembek. Karet sintetik yang digunakan diimpor dari Jepang, Jerman, Belgia, Amerika, dan Korea. Selain itu digunakan bahan baku lain, yaitu benang dari jenis nilon, polyester, dan kevlar.

Selain karet, bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan ban di PT Goodyear Indonesia, Tbk. adalah bahan kimia (chemical) yang digunakan antara lain : PIG 1202,

PIG 87, PIG 72, PIG 295, PIG 450, DIROSIC, JOPLINE, HINDAX, GROGIC, STICIC. Karbon hitam (carbon black) berfungsi sebagai bahan yang memperkuat struktur ban dan ikatan polimer. Karbon hitam yang digunakan adalah CB 228, CB 510, CB 405, dan CB

599.

Pada proses pembuatan ban, diperlukan bahan baku cair. Bahan baku cair yang digunakan adalah minyak yang berasal dari destilasi minyak bumi. Minyak ini berfungsi sebagai pelunak karet dan memberikan sifat lengket pada karet, minyak yang dipakai adalah sardine, urbonine, dan lucine. Bahan lain yang digunakan adalah kawat tembaga

7

yang digunakan untuk membuat bead sebagai dasar ban agar ban tidak mudah lepas dari

velg saat mendapat goncangan atau tekanan, serat baja digunakan untuk melapisi breaker.

Bahan dasar pembuat ban diantaranya adalah benang/kawat baja, nylon, araMid fiber, rayon, fiberglass, polyester (biasanya bahan kombinasi, misalnya benang polyester

pada lapisan ban dan kawat baja pada bagian sabuk baja dan bead yang umumnya terdapat pada ban mobil penumpang radial), digunakan pula karet alam dan sintetis (terdapat

Dokumen terkait