• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANCANGAN SISTEM

1. Proses Produksi Ribbed Smoked Sheet

Lateks segar hasil sadapan dari kebun setiap harinya dikumpulkan kemudian diangkut dengan segera menggunakan kendaraan menuju pabrik untuk menghindari terjadinya penggumpalan pada lateks. Sebelum diangkut ke pabrik, dilakukan penambahan amonia pada lateks segar tersebut untuk memperlambat proses penggumpalan lateks. Lateks yang sudah menggumpal sebelum tiba di pabrik tidak dapat digunakan sebagai bahan baku produksi ribbed smoked sheet, namun dapat digunakan sebagai bahan baku produksi crumb rubber.

Setelah diangkut dari kebun, pada stasiun penerimaan bahan baku dilakukan proses penimbangan pada jembatan timbang sekaligus proses pemisahan terhadap lateks yang sudah menggumpal dan membusa dengan lateks segar yang masih baik. Pada stasiun ini juga dilakukan pengukuran kadar karet kering (KKK). KKK lateks segar yang diperoleh dari kebun biasanya berkisar antara 20-35 KKK.

Setelah dilakukan proses pengukuran KKK, tahapan selanjutnya adalah proses pengenceran lateks. Pengenceran dilakukan untuk mendapakan KKK dengan kisaran 11-15%. Lateks yang sudah mengalami pengenceran, kemudian dilakukan proses koagulasi dengan menambahkan larutan New Nicola (asap cair) sesuai dengan acuan penambahan asap cair yang ditetapkan oleh pabrik. Pada proses pengolahan ini dilakukan pengadukan sampai campuran lateks dan larutan New Nicola homogen dan tidak ada busa pada campuran tersebut, kemudian dilakukan pemasangan sekat dan dibiarkan selama 4-12 jam untuk proses pembekuan. Hasil koagulan dalam bak direndam dengan air untuk menghindari terjadinya proses oksidasi.

Setelah proses pembekuan, dilakukan proses penggilingan terhadap hasil koagulan. Proses penggilingan membutuhkan air bersih yang cukup. Hasil pembekuan yang telah digiling menjadi lebih tipis dan permukaannya menjadi lebih lebar dengan ketebalan sekitar 3-4 mm. Pada proses ini juga dilakukan pemeriksaan jika sheet yang dihasilkan sesuai dengan standar maka dilakukan penirisan selama 1 jam untuk membuang sisa air pada lembaran sheet tersebut, namun jika sheet hasil penggilingan tidak sesuai maka akan dipindahkan ke bagian pengolahan crumb rubber.

Sheet yang sudah ditiris, dibawa ke kamar asap untuk dilakukan proses pengasapan. Sheet yang berada di kamar asap digantung di atas gantar sebanyak 3-4 sheet per gantar. Pada proses ini perlu dihindari adanya tumpang tindih antar gantar karena akan menghambat proses pengeringan. Selama proses pengasapan suhu kamar asap harus selalu diatur dan dijaga. Pengaturan suhu pada kamar asap yakni pada hari pertama suhu berkisar antara 40-45oC; hari kedua 45-50oC, pada hari kedua lembaran sheet dibalik; hari ketiga 50-55oC; hari keempat 55-60oC. Pada proses pengasapan diharapkan pada hari kelima proses pengeringan sheet sudah selesai dilakukan.

Setelah dilakukan proses pengasapan, dilakukan penentuan mutu terhadap setiap lembaran sheet sesuai standar RSS 1, 2, 3, dan cutting. Setiap lembaran RSS yg terkena kontaminan dan masih mentah akan digunting dan dipisahkan dengan jenis RSS lainnya, kemudian dilakukan penimbangan dengan berat 113 kg/bal. Setelah ditimbang dan ditentukan volumenya, dilakukan pengempaan dan

28

pembungkusan setiap bandela. Kemudian dilakukan pelaburan/pemberian merk pada setiap jenis RSS untuk memberikan identitias jenis mutu, kode produk kebun, tanggal produksi dan lot. Setiap 1 lot berjumlah 18 bal/bandela. Setiap 1 lot dipisahkan dan dikelompokan sesuai dengan nomor urutnya. Diagram alir proses produksi ribbed smoked sheet disajikan pada Gambar 17.

Lateks segar Pengangkutan lateks

Penerimaan bahan baku di pabrik

Pengolahan

Penggilingan

Pengasapan

Sortasi dan Pengepakan

Ribbed Smoked Sheet

Air Air Air New Nicola Limbah cair Limbah cair Limbah cair

Kayu bakar Limbah padat

Gambar 17 Proses produksi ribbed smoked sheet 2. Proses Produksi Crumb Rubber

Crumb rubber merupakan produk yang dihasilkan dari bahan baku lump. Lump yang digunakan untuk proses produksi crumb rubber selain berasal dari hasil produksi ribbed smoked sheet yang tidak sesuai, juga berasal dari sisa-sisa lateks yang menggumpal dari kebun (lump mangkok) maupun dari hasil goncangan transportasi ketika perjalanan menuju pabrik (lump busa). Bahan baku pembuatan crumb rubber tersebut ditimbang terlebih dahulu sebelum dilakukan proses pengolahan. Pada tahapan ini juga dilakukan pemeriksaan dan pemisahan terhadap lump yang terkontaminasi, kemudian dilakukan penentuan KKK pada lump. Langkah pertama untuk mengolah crumb rubber adalah pencacahan bentuk lump menjadi lebih kecil dengan tujuan untuk mempermudah proses pencucian. Proses pencucian dilakukan untuk mempermudah pencampuran jenis lump dan mengurangi kadar kotoran pada lump.

Proses penggilingan merupakan proses untuk membentuk lembaran compo dari hasil gilingan butiran lump selama 8-12 kali ulangan. Pada proses ini ditambahkan larutan asam fosfat untuk mempermudah proses penggilingan menjadi compo. Compo yang dihasilkan memiliki ketebalan antara 5-8 mm dengan berat 5-8 kg/compo. Compo yang dihasilkan kemudian disimpan selama 10-20 hari sebagai proses pengeringan awal untuk megurangi kandungan kadar air pada compo dan membantu dalam proses peremahan.

Compo yang sudah berumur minimal 10 hari atau antara 10-20 hari kemudian dilakukan proses peremahan. Proses ini bertujuan membantu dalam

29 proses pengeringan. Proses peremahan lembaran compo menjadi bentuk yang lebih kecil dan direndam di dalam air untuk membantu membersihkan remahan yang mengandung kontaminan. Hasil remahan compo selanjutnya dikeringkan dengan suhu antara 90-130oC dan dikeluarkan secara terus menerus setiap 12 menit.

Remahan yang sudah melewati proses pengeringan dibiarkan dingin terlebih dahulu dengan suhu 45-60oC, kemudian dilakukan pemeriksaan kandungan logam dan kontaminan pada remahan tersebut. Setelah itu, produk remahan ditimbang dan ditentukan berat 35-35.2 kg per bandela, kemudian dilakukan pengempaan atau pengepresan selama kurang lebih 2 menit dan pengecekan kembali terhadap adanya kontaminan pada produk remahan tersebut. Setiap 9 bandela diambil sampel dengan cara memotong 2 sudut bandela secara diagonal. Kemudian sampel dikirim ke laboratorium untuk pengujian mutu SIR 10 atau SIR 20 melalui Uji PRI (Plasticity Retention Index), uji kadar kotoran (dirt), uji kadar abu (ash), uji kadar zat menguap (volatile matter), dan uji kadar nitrogen (N2). Setelah diketahui jenis mutu SIR dilakukan pemisahan produk sesuai mutu produknya dengan pemberian pita identitas kemudian dilakukan proses pengepakan dengan menggunakan forming box dan dipress bagian atas produk selama 24 jam. Selanjutnya forming box dibuka dan diganti dengan plastik pembungkus shrink wrapped dan diberi label identitas yang terdiri atas tujuan, nomor lot, berat kotor, berat besih, tanggal produksi, dan kode kebun produksi. Kemasan yang sudah terbentuk kemudian dikelompokkan berdasarkan nomor lot yang telah ditentukan. Diagram alir proses produksi crumb rubber disajikan pada Gambar 18.

Lump

Penerimaan, pencacahan, dan Pencucian bahan baku

Penggilingan Peremahan

Pengeringan

Sortasi dan pengepakan

Crumb rubber

Limbah cair

Limbah cair Limbah cair Air

Larutan asam fosfat 1% Air

Gambar 18 Proses produksi crumb rubber Perancangan Sistem

Konfigurasi Sistem

Sistem pendukung keputusan ini dirancang dan diimplementasikan ke dalam suatu paket program komputer. Konfigurasi sistem pendukung keputusan

30

disajikan pada Gambar 19. Konfigurasi tersebut terdiri atas sistem manajemen basis data dan sistem manajemen basis model yang dihubungkan melalui sistem pengolahan terpusat. Sistem pengolahan terpusat berinteraksi dengan pengguna melalui sistem manajemen dialog.

Sistem Manajemen Basis Data Data spasial

Data tujuh sumber pembangkit limbah

Data ekonomi Data perhitungan produktivitas hijau

Data produksi karet kering Data penilaian pakar

Sistem Manajemen Basis Model Model pengukuran produktivitas afdeling karet

Model pengukuran produktivitas hijau

Model pemilihan alternatif peningkatan produktivitas agroindustri karet

Sistem Manajemen Dialog Sistem Pengolahan Terpusat

Pengguna

DATA MODEL

Gambar 19 Konfigurasi sistem Pengguna Sistem

Sistem pendukung keputusan ini dirancang untuk membantu para pengambil keputusan di agroindustri dalam proses pengambilan keputusan strategis untuk peningkatan produktivitas. Pengguna sistem adalah agroindustri karet. Sistem ini dirancang dengan mengintegrasikan antara data dan sistem cerdas, kondisi spasial agroindustri karet, pendapat pakar, dan formulasi matematika sehingga proses pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan baik, mudah, cepat, dan terstruktur.

Diagram Aliran Data

Diagram aliran data atau data flow diagram (DFD) dibuat untuk membantu melihat sistem yang dibangun secara menyeluruh pada alur data dengan konsep dekomposisi. Aliran data pada sistem yang dirancang terdiri atas DFD 0 dan DFD 1. DFD level 0 pada sistem yang dirancang disajikan pada Gambar 20, sedangkan DFD level 1 disajikan pada Gambar 21.

31

Admin

Sistem Pendukung Keputusan Cerdas Spasial Peningkatan Produktivitas Agroindustri Karet

dengan Pendekatan Produktivitas Hijau

Pengguna Indeks produktivitas

hijau SIG agroindustri karet

Ubah password Update data

Alternatif terbaik untuk Peningkatan produktivitas

Agroindustri karet Nilai indikator ekonomi

Luas area TM Produktivitas afdeling karet

Jumlah produksi lateks Nilai indikator lingkungan

Jumlah produksi lump Nama afdeling Gambar 20 Diagram aliran data level 0

Pengukuran produktivitas afdeling karet Pengukuran produktivitas hijau agroindustri karet Admin Pengguna Pemilihan alternatif terbaik peningkatan produktivitas Sistem informasi agroindustri karet Ubah data Ubah data Tambah data Ubahdata

Informasi spasial afdeling dan agroindustri karet

Alternatif terbaik Indeks produktivitas hijau ribbed smoked sheet

Produktivitas afdeling dan kategorinya

Informasi non spasial agroindustri karet

Indeks produktivitas hijau crumb rubber

Nilai indikator lingkungan

Nilai indikator ekonomi

Luas area TM Jumlah produksi lateks Jumlah produksi lump

Perubahan password Ubah password Tambah data Tambah data Ubah data Tambah data

Gambar 21 Diagram aliran data level 1

5 KINERJA PRODUKTIVITAS AGROINDUSTRI KARET

Kinerja Produktivitas Afdeling PTPN VIII-Kebun Cikumpay

Pengukuran kinerja produktivitas afdeling perkebunan karet Cikumpay dilakukan untuk mengetahui tingkat produktivitas afdeling karet. Produktivitas afdeling karet dihitung dengan logika fuzzy menggunakan variabel fuzzy dengan

32

input luas area tanaman menghasilkan (TM), jumlah produksi lateks, jumlah produksi lump, dan output tingkat produktivitas afdeling. Informasi luas area TM pada setiap afdeling diperoleh melalui sistem informasi geografis. Himpunan fuzzy untuk masing-masing input dan output produktivitas afdeling ditentukan berdasarkan data aktual dari PTPN VIII-Kebun Cikumpay dan diskusi dengan pakar. Perhitungan produktivitas afdeling per hari dengan logika fuzzy menggunakan data aktual PTPN VIII-Kebun Cikumpay dapat dilihat pada Tabel 6, sedangkan rincian perhitungan secara manual berdasarkan fungsi keanggotaan fuzzy disajikan pada Lampiran 2.

Tabel 6 Perhitungan produktivitas afdeling per hari Nama Afdeling Luas Area TM (ha) Jumlah Produksi Lateks (kg) Jumlah Produksi Lump (kg) Produktivitas Afdeling (kg/ha) Cikumpay I 38 789 268 5 Cikumpay II 358 797 344 10 Gunung Anaga 490 104 20 5 Guung Hejo 67 190 136 5

Tabel 6 menunjukkan bahwa afdeling Cikumpay I dengan produktivitas 5 kg/ha termasuk dalam kategori buruk, afdeling Cikumpay II dengan produktivitas 10 kg/ha termasuk dalam kategori normal, afdeling Gunung Anaga dengan produktivitas 5 kg/ha termasuk dalam kategori buruk, dan afdeling Gunung Hejo dengan produktivitas 5 kg/ha termasuk dalam kategori buruk. Hasil tersebut menunjukkan bahwa rata-rata produktivitas afdeling di PTPN VIII-Kebun Cikumpay masih sangat rendah, hal ini dapat disebabkan oleh penggunaan klon yang tidak unggul serta teknik penyadapan dan penanganan bahan baku yang kurang optimal.

Kinerja Produktivitas Hijau di PTPN VIII-Kebun Cikumpay Tujuh Sumber Pembangkit Limbah di PTPN VIII-Kebun Cikumpay

Menurut Wills (2009) terdapat tujuh sumber pembangkit limbah (seven green wastes) yang terjadi di masing-masing tahapan proses produksi di PTPN VIII-Kebun Cikumpay. Tujuh sumber pembangkit limbah terdiri atas penggunaan secara berlebihan energi, konsumsi air, material terbuang, sampah yang terbentuk, transportasi, emisi, dan biodiversitas. Energi sering didefinisikan dalam ruang lingkup aktivitas yang luas, namun pada penelitian ini energi yang dimaksudkan adalah penggunaan secara berlebihan listrik dan bahan bakar pada alat transportasi dan mesin pengolahan ribbed smoked sheet dan crumb rubber. Penggunaan air merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam suatu proses pengolahan karet. Penggunaan air di PTPN VIII-Kebun Cikumpay bersumber dari perusahaan air. Penggunaan air didefinisikan sebagai pemakaian air secara berlebihan pada kegiatan produksi. Penggunaan material adalah keseluruhan material yang digunakan secara berlebihan sebagai input untuk menghasilkan produk akhir. Sampah didefinisikan sebagai seluruh hasil samping dari aktivitas proses produksi. Seven green wastes memiliki konsep untuk meniadakan jenis limbah ini sehingga

33 tidak ada limbah yang dihasilkan dari setiap aktivitas proses produksi. Konsep mengurangi perpindahan atau transportasi merupakan salah satu fokus dari seven green wastes karena apabila terjadi perpindahan maka dapat meningkatkan biaya produksi pada keseluruhan aktivitas produksi. Emisi didefinisikan sebagai semua aktivitas agroindustri yang menggunakan energi baik bahan bakar maupun listrik. Emisi yang dihasilkan secara berlebihan dari aktivitas agroindustri berdampak terhadap keseimbangan lingkungan secara keseluruhan karena terjadi peningkatan jumlah polutan di alam. Biodiversitas didefinisikan sebagai tingkat perubahan atau kerusakan flora, fauna, dan organisme yang terjadi akibat aktivitas pembangunan infrastruktur.

Hasil analisis tujuh sumber pembangkit limbah proses produksi ribbed smoked sheet di PTPN VIII-Kebun Cikumpay disajikan pada Tabel 7, sedangkan hasil analisis tujuh sumber pembangkit proses produksi crumb rubber di PTPN VIII-Kebun Cikumpay disajikan pada Tabel 8.

Perhitungan Indikator Lingkungan

Dampak lingkungan diperoleh dari akumulasi limbah yang dihasilkan dari proses produksi karet alam. Tujuh sumber pembangkit limbah yang telah diidentifikasi digolongkan ke dalam tiga variabel indikator GPI berdasarkan bobot yang telah disepakati oleh konsorsium pakar dunia yang terangkum dalam Environmental Sustainability Index atau ESI (Esty et al. 2005). Emisi pada proses produksi digolongkan sebagai variabel gaseous wastes generation (GWG), penggunaan air digolongkan sebagai water consumption (WC), dan sampah yang dihasilkan digolongkan sebagai solid wastes generation (SWG). Berdasarkan analisis tujuh sumber pembangkit limbah pada proses produksi ribbed smoked sheet diperoleh nilai SWG sebesar 0.00385 ton, nilai GWG sebesar 0.12 ton dan nilai WC sebesar 5.085 ton. Pada proses produksi crumb rubber diperoleh nilai SWG sebesar 0 ton, GWG sebesar 1.10 ton dan WC sebesar 31.142 ton. Dampak lingkungan dihitung melalui penjumlahan tiga bobot variabel lingkungan indeks produktivitas hijau yang berasal dari nilai pembobotan ESI (Gandhi et al. 2006). Dengan demikian, melalui Persamaan 5 nilai indikator lingkungan yang ditimbulkan dari proses produksi ribbed smoked sheet adalah 1.74 sedangkan dari proses produksi crumb rubber adalah 10.83.

Perhitungan Indikator Ekonomi

Indikator ekonomi dihitung berdasarkan penelitian Marimin et al. (2014) yang merupakan rasio antara pendapatan yang diperoleh dari penjualan produk dengan biaya produksi yang diperlukan untuk menghasilkan produk. Harga jual ribbed smoked sheet sebesar Rp 25 000,-/kg, sedangkan harga jual crumb rubber adalah Rp 20 000,-/kg. Berdasarkan analisis biaya pokok produksi diperoleh biaya produksi pada kondisi awal proses produksi ribbed smoked sheet adalah Rp 19 745,-/kg sedangkan pada proses produksi crumb rubber adalah Rp 14 705,-/kg. Dengan demikian nilai produktivitas pada proses produksi ribbed smoked sheet kondisi awal adalah 1.27, sedangkan pada proses produksi crumb rubber adalah 1.36. Rincian biaya produksi ribbed smoked sheet dan crumb rubber secara lengkap disajikan pada Lampiran 3.

34

Perhitungan Indeks Produktivitas Hijau

Indeks produktivitas hijau diperoleh melalui rasio indikator produktivitas dengan indikator lingkungan (Hur et al. 2004). Dengan menggunakan Persamaan 3 maka diperoleh nilai indeks produktivitas hijau kondisi awal pada proses produksi ribbed smoked sheet adalah 0.730, sedangkan pada proses produksi crumb rubber adalah 0.126. Hasil nilai indeks produktivitas hijau menunjukkan bahwa tingkat produktivitas lebih rendah dibandingkan dengan dampak lingkungan yang ditimbulkan dari proses produksi ribbed smoked sheet dan crumb rubber. Penelitian tentang perhitungan produktivitas hijau pada proses produksi ribbed smoked sheet juga telah dilakukan oleh Wiguna (2012) pada perusahaan swasta dengan menghasilkan nilai indeks produktivitas hijau sebesar 0.27 pada kondisi awal. Secara umum semakin tinggi nilai indeks produktivitas hijau yang dicapai, maka tingkat produktivitas dan indikator ekonomi akan semakin tinggi, sedangkan dampak lingkungan yang dihasilkan dari proses produksi akan semakin rendah. Sebaliknya, semakin rendah nilai indeks produktivitas hijau, maka semakin besar dampak lingkungan yang ditimbulkan dari aktivitas proses produksi.

Peningkatan Produktivitas Hijau di PTPN VIII-Kebun Cikumpay dengan Skenario Perbaikan

Alternatif Strategi Peningkatan Produktivitas Agroindustri Karet

Alternatif strategi untuk peningkatan produktivitas agroindustri karet studi kasus di PTPN VIII-Kebun Cikumpay dengan pendekatan produktivitas hijau adalah sebagai berikut.

a. Optimalisasi proses produksi

Proses produksi yang optimal dapat meningkatkan produktivitas di suatu industri atau perusahaan. Selain itu proses produksi yang optimal juga dapat mengurangi jumlah limbah yang ditimbulkan dari hasil samping kegiatan produksi. Di PTPN VIII-Kebun Cikumpay sendiri kondisi proses produksi dinilai masih belum optimal karena banyak beberapa peralatan produksi yang menganggur atau idel. Kondisi kapasitas produksi yang tidak dimanfaatkan sebagaimana mestinya dapat menimbulkan beban biaya yang besar dalam memproduksi satu unit produk. Selain itu juga di PTPN VIII-Kebun Cikumpay pada proses produksinya banyak bahan yang tidak terkonversi dengan baik oleh karena tercecer di lantai produksi. Hal ini tentunya selain mengurangi rendemen yang dihasilkan juga dapat menimbulkan limbah cair dari proses produksi karet menjadi bertambah dan menyebabkan beban biaya produksi yang bertambah, oleh karena diperlukan penanganan limbah cair yang dapat mengurangi nilai dari indikator lingkungan kegiatan produksi karet alam.

b. Pengendalian karakteristik bahan baku

Bahan baku berupa lateks segar sangat berpengaruh dengan kualitas produk yang dihasilkan dan juga besaran limbah yang dihasilkan beserta karakteristik limbah tersebut. Bahan baku yang kotor selain dapat mengurangi kualitas dari produk yang dihasilkan juga dapat menimbulkan limbah cair oleh karena diperlukan penanganan limbah cair tersebut, dalam penanganannya diperlukan biaya sehingga akibatnya beban biaya menjadi lebih besar, produktivitas menjadi

35 menurun dan dampak terhadap lingkungan menjadi lebih besar karena timbulnya limbah. Kondisi yang demikian tentunya sangat tidak produktif, oleh karenanya diperlukan penanganan khusus untuk mengendalikan karakteristik bahan baku agar kualitas bahan baku tetap terjaga.

c. Penggunaan air kembali (Reuse)

Pada proses produksinya, air dibutuhkan dalam jumlah yang sangat besar. Oleh karena itu timbulnya limbah cair dari kegiatan produksi karet alam adalah suatu hal yang tidak dapat dielakkan. Penanganan untuk mengurangi debit air limbah yang dihasilkan dari kegiatan produksi karet alam adalah penggunaan air kembali (reuse). Pada proses produksi ribbed smoked sheet konsumsi air dalam jumlah yang besar terdapat pada tahapan proses pengenceran dan penggilingan, sedangkan pada proses produksi crumb rubber konsumsi air dalam jumlah besar terdapat pada tahapan proses penerimaan, pencacahan, dan pencucian. Pada tahapan proses tersebut limbah cair banyak dihasilkan. Penggunaan air kembali ini selain dapat menekan debit air limbah yang dihasilkan juga dapat mengurangi konsumsi listrik dari pemompaan air yang nantinya akan berpengaruh terhadap biaya produksi.

Peningkatan Produktivitas Agroindustri Karet

Peningkatan produktivitas diperoleh dari alternatif strategi terpilih dengan menggunakan metode fuzzy ANP. Peningkatan produktivitas dilakukan setelah tahap pengukuran produktivitas awal dilakukan. Selanjutnya penerapan strategi peningkatan ini dilakukan melalui implementasi beberapa alternatif skenario strategi untuk mendapatkan alternatif strategi terbaik. Struktur model ANP peningkatan produktivitas proses produksi karet alam PTPN VIII-Kebun Cikumpay disajikan pada Gambar 22.

36 Tabel 7 Hasil analisis tujuh sumber pembangkit limbah proses produksi ribbed smoked sheet

Jenis Limbah

Kegiatan Proses (Per Hari)

Total

Pengangkutan Lateks

Penerimaan

Lateks Pengolahan Penggilingan Pengasapan

Sortasi dan Pengepakan Energi (KWh) 81.08 22 16.50 11 0 9 140 Air (L) 0 509 2 543 2 034.194 0 0 5 085 Material (Kg) 0 0 9 0 0 0 9 Sampah (Kg) 0 0 0 0 4 0 4 Transportasi (Km) 0 0 0 0 0 0 0

Emisi (ton CO2/hari) 0.07 0.02 0.01 0.01 0 0.01 0.12

Biodiversitas (Ha) 0 0 0 0 0 0 0

Tabel 8 Hasil analisis tujuh sumber pembangkit limbah proses produksi crumb rubber Jenis Limbah

Kegiatan Proses (Per Hari)

Total

Penerimaan, Pencacahan,

dan Pencucian Bahan Baku Penggilingan Peremahan Pengeringan

Sortasi dan Pengepakan Energi (KWh) 251 462 122 336 66 1 237 Air (L) 12456.77 10 899.68 7 785.48 0 0 31 141.94 Material (Kg) 0 0 0 0 0 0 Sampah (Kg) 0 0 0 0 0 0 Transportasi (Km) 0 0 0 0 0 0

Emisi (ton CO2/hari) 0.22 0.41 0.11 0.30 0.06 1.10

37 Model ANP yang dikembangkan untuk peningkatan produktivitas agroindustri karet terdiri atas kriteria utama, sub kriteria, dan alternatif. Kriteria utama pada model ANP yang dikembangkan terdiri atas tiga kriteria utama yakni ekonomi, kualitas, dan lingkungan. Kriteria ekonomi memiliki empat sub kriteria yakni harga jual produk, biaya produksi, total produksi, dan tingkat permintaan produk. Kriteria kualitas memiliki tiga sub kriteria yakni karakteristik bahan baku, kualitas sumber daya manusia, dan kualitas produk. Kriteria lingkungan memiliki satu sub kriteria yakni jumlah limbah yang dihasilkan. Alternatif untuk peningkatan produktivitas agroindustri karet dengan pendekatan produktivitas hijau terdiri atas tiga alternatif yakni optimalisasi proses produksi, pengendalian karakteristik bahan baku, dan penggunaan air kembali.

Perhitungan bobot setiap elemen dilakukan menggunakan metode fuzzy ANP dengan bantuan software SuperDecisions sehingga diperoleh nilai bobot dari setiap elemen. Penilaian kriteria dan alternatif oleh pakar berdasarkan pada metode perbandingan berpasangan (pairwaise comparisons) dengan rentang penilaian dari satu hingga sembilan. Selain itu, nilai inconsistency ratio (CR) dari setiap pakar harus lebih kecil dari 0.1, apabila nilai CR lebih besar dari 0.1 maka perlu dilakukan revisi terhadap penilaian yang dilakukan oleh pakar. Berdasarkan perhitungan dengan metode fuzzy ANP diperoleh bobot masing-masing alternatif seperti yang disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9 Hasil pembobotan alternatif peningkatan produktivitas hijau dengan fuzzy ANP

Alternatif Bobot Peringkat

Optimalisasi proses produksi 0.40862 2

Pengendalian karakteristik bahan baku 0.43859 1

Penggunaan air kembali 0.15279 3

Indeks Produktivitas Hijau Alternatif Terpilih

Alternatif strategi terpilih berdasarkan agregasi pendapat pakar untuk peningkatan produktivitas agroindustri karet adalah pengendalian karakteristik bahan baku. Hasil analisis tujuh sumber pembangkit limbah proses produksi ribbed smoked sheet berdasarkan alternatif terpilih disajikan pada Tabel 10,

Dokumen terkait