• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

2.1 Kerangka Teori

2.1.7 Kesehatan Reproduksi

2.1.7.4 Proses Reproduksi

1.

Proses Reproduksi Pada Wanita

Organ reproduksi dengan kondisi normal atau baik, dan siklus menstruasi

yang teratur setiap bulannya adalah tanda utama kesuburan pada wanita.

Organ reproduksi wanita umumnya bersifat internal. Vagina adalah salah

satunya. Saluran antara bagian luar, disebut vulva, dengan bagian dalam, disebut

cervix atau mulut rahim. Rahim adalah sebuah organ tubuh yang penuh otot-otot

berukuran dan berbentuk seperti buah pear. Di sini tempat sel telur dibuahi sel

sperma dan kemudian menjadi tempat berkembangnya embryo, yang kemudian

berevolusi menjadi janin.

Rahim dilengkapi lapisan kaya nutrisi yang disebut endometrium. Tuba

falopi memanjang dari atas rahim hingga ke bagian belakang menuju ovarium,

tempat terdapatnya dua kantong kecil yang berisi sel telur. Seorang wanita sehat

dan memiliki siklus haid yang teratur, memiliki sel telur sebanyak 400.000 buah

dan akan mengalami sekitar 400 kali ovulasi sepanjang masa suburnya, sebelum

menopause.

Memproduksi sel telur matang pada setiap siklus menstruasi, ovarium juga

memproduksi hormon wanita yang disebut estrogen dan progesterone. Setiap

bulannya hanya satu sel telur, yang matang dalam folikel di dalam ovarium. Pada

pertengahan siklus, sel telur dilepaskan dari folikel dalam sebuah proses yang

disebut ovulasi dan kemudian akan ditangkap dalam tuba falopi.

Bagian paling luar dan terakhir dari tuba ini lebih memiliki ukuran yang

lebih lebar dan memiliki ujung berbentuk seperti jari-jari, yang disebut fimbria, di

mana sel telur akan menunggu untuk dibuahi oleh sel sperma. Sel telur kemudian

berjalan menuju ke bawah tuba falopi menuju ke rahim.

Siklus menstruasi menunjukkan proses kematangan dan pelepasan sel

telur, dan persiapan rahim untuk menerima dan mematangkan embrio. Beberapa

siklus memerlukan kira kira 28 sampai 32 hari dan dibagi kedalam beberapa fase:

Follicular - Hari ke 1 sampai hari ke 13.

Pada hari pertama siklus, menstruasi di mulai dalam rahim dengan

melepaskan lapisan dari siklus sebelumnya. Kelenjar pituitary, yang

terdapat di dasar otak melepaskan dua macam hormone yaitu follicle-

stimulating hormone (FSH) dan letuinising hormone (LH), yang akan

menstimulasi ovarium yang akan memicu pertumbuhan follicular.

Pertumbuhan folikel menghasilkan hormon estrogen, di mana hal ini akan

merubah rahim menjadi licin pada saat ovulasi dan siap untuk menerima

kedatangan sel sperma.

Ovulatory - sekitar hari ke 14, tergantung lamanya siklus.

Fase ini ditandai dengan meningkatnya hormone LH yang mengakibatkan

folikel luruh hingga kemudian sel telur dilepaskan ke dalam ovarium.

Fimbria dari tuba falopi menyapu ovarium dan membawa sel telur ke

dalam tuba falopi.

Luteal - hari ke 15 sampai sekitar hari ke 28.

Fase Luteal dimulai setelah ovulasi. Folikel yang memproduksi sel telur

menjadi basah, disebut corpus luteum, memproduksi hormon estrogen dan

progesterone yang diperlukan untuk mematangkan dan memberikan nutrisi

hingga sel telur yang telah dibuahi dapat dapat tertanam dan tumbuh.

Sel telur bertemu dengan sel sperma di dalam tuba falopi, terjadi

pembentukan konsepsi sel telur yang telah dibuahi yang kemudian akan bergerak

menuju rahim dengan bantuan rambut kecil yang menempel, yang akan menyapu

sel telur tersebut.

Masuk ke dalam rahim, embrio akan tertanam di dalam rahim hingga 6

hari setelah ovulasi. Selanjutnya Embryo akan memproduksi hormon yang disebut

chorionic gonadotropin (hCG) yang bermanfaat untuk memberikan sinyal atau

tanda kepada tubuh bahwa kehamilan telah terjadi. Corpus luteum dapat

merasakan kehamilan dan akan meneruskan untuk memproduksi progesterone dan

menyiapkan rahim untuk kehamilan. Apabila kehamilan tidak terjadi, sel telur

akan berlalu melewati rahim dan sementara itu corpus luteum akan berlangsung

pada hari ke 26. Lapisan rahim kemudian akan jatuh dan akan luruh dalam

beberapa hari dan periode menstruasi berikutnya dimulai.

2.

Proses Reproduksi pada Pria

Sistem reproduksi pada pria terdiri dari 2 jenis, yaitu eksternal dan

internal. Sperma diproduksi di bagian tubuh pria yang bernama testis. Sperma

yang dihasilkan kemudian akan melalui saluran epididimis untuk penyimpanan

dan mendapat nutrisi.

Sperma matang akan bergerak menuju vas deferens, yaitu sebuah tempat

yang menghubungkan epididimis dengan dengan saluran penghasil semen.

Bentuknya berupa dua kantong kelenjar yang berada di belakang kandung kemih

yang akan menghubungkan setiap saluran vas deferens menuju ke urethra. Saluran

penghasil sperma ini menghasilkan sekitar 90% cairan pada setiap ejakulasi. Saat

ejakulasi terjadi, cairan semen akan membentuk seperti gel yang kemudian akan

menjadi cair dalam waktu 5 hingga 30 menit. Sperma dapat bertahan hidup

selama 48 sampai 72 jam dalam saluran reproduksi wanita guna membuahi sel

telur. Hal ini menjadi penyebab mengapa hubungan seksual selama masa ovulasi

memiliki kemungkinan terbesar untuk terjadinya konsepsi atau kehamilan.

Faktor yang menentukan mampu tidaknya sel sperma seorang pria dapat

membuahi sel telur :

Jumlah semen yang dihasilkan, umumnya berjumlah 1,5 sampai 5 ml.

Kepadatan sperma, normalnya berjumlah 20 juta per ml.

Bentuk sperma, > 60% berbentuk normal.

Gerak sperma, > 50% bergerak cepat, rapat, mengarah ke depan.

Jumlah sperma dinilai sangat penting, gerak sperma menjadi lebih penting

dalam menentukan kemampuan sperma untuk membuahi sel telur. Seorang pria

tetap dikatakan subur apabila memiliki sel sperma berkualitas tinggi kendati

jumlahnya hanya sedikit.

Tiga (3) macam hormon yang mempengaruhi pertumbuhan sperma :

Follicle Stimulating Hormone (FSH)

Luteinising Hormone (LH)

Testosterone

FSH dan LH dalah hormon yang sama yang diperlukan untuk mengatur

fungsi reproduksi pada wanita. Namun pada pria kedua hormon ini memiliki dua

tanggung jawab yang berbeda. FSH bertanggung jawab untuk menstimulasi

produksi sperma di dalam testis, sedangkan LH membantu menstimulasi produksi

testosterone. Testosterone adalah hormone yang mendorong keinginan seksual

dan memproduksi sperma.

Dokumen terkait