POL
(Studi D
Diaju
LA KONSU
INF
Deskriftif T
Inform
ukan sebag
Program S
D
FAKUL
U
UMSI MED
FORMASI
Tentang Pola
masi Kesehat
gai salah sa
Strata 1 (S1
Fakultas Il
Universita
DEPARTEM
LTAS ILM
UNIVERSI
DIA REMA
KESEHAT
a Konsumsi
tan Reprodu
SKRIP
atu syarat u
1) pada Dep
lmu Sosial
as Sumater
Disusun O
SYAHRA
1109220
MEN ILMU
MU SOSIAL
ITAS SUM
MEDA
2014
AJA DALA
TAN REPR
i Media Rem
uksi Di SM
PSI
untuk mem
partemen I
dan Ilmu P
ra Utara M
Oleh :
AINI
005
U KOMUN
L DAN ILM
MATERA U
AN
4
AM MEMP
RODUKSI
maja Dalam
AN 1 Staba
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
Lembar persetujuan
Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh :
Nama
: Syahraini
NIM
: 110922005
Departemen : Ilmu Komunikasi
Judul
: POLA KONSUMSI MEDIA REMAJA DALAM
MEMPEROLEH INFORMASI KESEHATAN
REPRODUKSI (Studi Deskriftif Tentang Pola Konsumsi
Media Remaja Dalam Memperoleh Informasi Kesehatan
Reproduksi Di SMAN 1 Stabat)
Medan,
Juni 2014
Dosen Pembimbing
Ketua Departemen
Dra. Mazdalifah, M.Si, Ph.D
Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A
NIP. 196507031989032001
NIP. 195102191987011001
Dekan FISIP USU
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
LEMBAR PENGESAHAN
SKRIPSI INI TELAH DIPERTAHANKAN DIDEPAN MAJELIS PENGUJI
DIDEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI OLEH :
Nama
: Syahraini
NIM
: 110922005
Departemen : Ilmu Komunikasi
Judul
: POLA KONSUMSI MEDIA REMAJA DALAM
MEMPEROLEH INFORMASI KESEHATAN
REPRODUKSI (Studi Deskriftif Tentang Pola Konsumsi
Media Remaja Dalam Memperoleh Informasi Kesehatan
Reproduksi Di SMAN 1 Stabat)
Majelis Penguji
Ketua Penguji
:...
(
)
Penguji
:...
(
)
Penguji Utama
:...
(
)
Ditetapkan di
:
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, semua sumber baik yang dikutip
maupun dirujuk telah saya cantumkan sumbernya dengan benar. Jika di
kemudian hari saya terbukti melakukan pelanggaran (plagiat) maka saya
bersedia diproses sesuai dengan hukuman yang berlaku.
Nama
: Syahraini
NIM
:
110922005
Tanda Tangan
:
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai civitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan
di bawah ini :
Nama
: Syahraini
NIM
: 110922005
Departemen : Ilmu Komunikasi
Fakultas
: Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas
: Universitas Sumatera Utara
Jenis Karya :
Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk
memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non
Ekslusif
(Nonekslusif Royalty-Free Right)
atas karya ilmiah saya yang
berjudul :
POLA KONSUMSI MEDIA REMAJA DALAM MEMPEROLEH
INFORMASI KESEHATAN REPRODUKSI (Studi Deskriftif Tentang Pola
Konsumsi Media Remaja Dalam Memperoleh Informasi Kesehatan
Reproduksi Di SMAN 1 Stabat),
beserta perangkat yang ada (jika
diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneklusif ini Universitas
Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media/format lain, mengelola
dalam bentuk pangkalan data (
database),
merawat dan mempublikasikan
skripsi saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya,
Dibuat di
: Medan
Pada Tanggal
:
Juni 2014
Yang Menyatakan,
ABSTRACT
This research entitled “ Media Consumption’s Young System to Get Health
Reproduction’s Information (Decriptive Study of Media Consumption’s Young
System to Get Health Reproduction’s Information at SMAN 1 Stabat)”. The aim
of this research is to know what is the most media is used by the young to get
health reproduction’s information. The method that is used in this research is
Descriptive Quantitative.
The number of population in this research is 279 students of SMAN1 Stabat
in class XI. The number of sampel is 70 students by using Arikunto’s Pattern. The
technic of collecting sample is using Random Sampling with draw. Data
analysisis using Singular Table. The result of data analysis is showing that
students majority get health reproduction’s information from mass media
electronic (radio, television, movie, internet and telephone cellular). The most
media that is used to get health reproduction’s information is internet.
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Pola Konsumsi Media Remaja Dalam Memperoleh
Informasi Kesehatan Reproduksi (Studi Deskriftif Tentang Pola Konsumsi Media
Remaja Dalam Memperoleh Informasi Kesehatan Reproduksi di SMAN 1
Stabat)”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui media apa yang paling banyak
digunakan remaja dalam memperoleh informasi kesehatan reproduksi. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif.
Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 279 orang
siswa-siswi SMAN 1 Stabat kelas XI. Jumlah sampel 70 orang dengan menggunakan
rumus Arikunto. Teknik penarikan sampel menggunakan random sampling
dengan cara mengundi. Analisis data menggunakan tabel tunggal. Hasil analisis
data menunjukkan bahwa mayoritas siswa dan siswi memperoleh informasi
kesehatan reproduksi dari media massa elektronik (radio, televisi, film, internet,
dan telepone selular). Media yang paling banyak digunakan dalam memperoleh
informasi kesehatan reproduksi (kespro) adalah internet.
KATA PENGANTAR
Bissmilahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum wr. wb
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa
melimpahkan rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Shalawat serta salam tak lupa penulis panjatkan kepada nabi besar
Muhammad SAW yang senantiasa kita harapkan syafaatnya di yaumil akhir.
Judul dari penelitian ini adalah “Pola Konsumsi Media Remaja Dalam
Memperoleh Informasi Kesehatan Reproduksi (Studi Deskriftif Tentang Pola
Konsumsi Media Remaja Dalam Memperoleh Informasi Kesehatan Reproduksi
Di SMAN 1 Stabat)”. Penelitian ini dilakukan untuk melengkapi salah satu
persyaratan yang harus ditempuh dalam menyelesaikan studi Strata 1 (S1) pada
program studi Ilmu Komunikasi FISIP di Universitas Sumatera Utara (USU).
Penulis menyadari bahwa penyelesaian skripsi ini adalah karena adanya
motivasi, masukan serta kritikan yang penulis peroleh dari berbagai pihak, oleh
karena itu penulis pertama kali menyampaikan terima kasih kepada Ibunda
Tercinta yang telah berkorban seorang diri untuk anaknya sampai saat ini dan
mendukung penulis baik secara moril dan materil. Tidak lupa juga penulis
ucapkan terima kasih untuk Adikku Siti Nurkhaliza yang telah memberikan
support, motivasi dan doa kepada penulis sampai skripsi ini selesai.
Penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan kepada :
1.
Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
2.
Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A selaku ketua Departemen Ilmu
Komunikasi.
3.
Ibu Dra. Dayana, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi
atas segala bantuan serta dukungannya yang sangat berguna dan
bermanfaat bagi peneliti.
5.
Seluruh Dosen dan Staf pengajar yang telah mendidik dan membimbing
mulai dari semester awal hingga saya menyelesaikan perkuliahan.
6.
Bapak Suyoto, S.pd. MSi selaku Kepala Sekolah SMAN 1 Stabat yang
telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian di sekolah
SMAN 1 Stabat. Terima kasih telah memberikan izin dan memberikan
data kepada penulis.
7.
Keluarga besar Rindu Beauty Salon dan Ima Salon, Kepada Ibu Ita, Bu
Imah, Bu Inas yang tidak hentinya terus memberikan dukungan dan
motivasi kepada penulis sehingga penulis tetap semangat menyelesaikan
skripsi ini
8.
Teman-temanku yang terbaik : Nadia Kurnia Putri, Kiki Ramadhani dan
juga yang sedang menyelesaikan skripsi semoga cepat selesai : Dian Maya
Sari Hsb, Tika Ardilla, Suriyani, Nurul Mashitah, Reza Hidayat. Semoga
dengan ilmu yang sudah didapat, kita semua bisa bermanfaat bagi Nusa,
Bangsa, Agama dan Orang Tua.. Amiin
9.
Seluruh teman-teman Ilmu Komunikasi Extension stambuk 2011terima
kasih telah menjadi tempat berbagi cerita, informasi kuliah, masukan,
saran dan waktu ngumpul untuk tertawa.
Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk
kesempurnaan skripsi ini, karena penulis menyadari bahwa masih banyak yang
harus dibenahi dan masih jauh dari sempurna penulisan skripsi ini. Hanya
Allah-lah sumber segala kesempurnaan. Semoga kebaikan dan kesabaran semua pihak
yang telah membantu dinilai ibadah di sisi-Nya. Amiin.
Billahitaufik walhidayah
Wassalamu’alaikum wr. wb
Penulis,
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL DALAM ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ... iv
HALAMAN PERNYATAAN PUBLIKASI ... v
ABSTRACT ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I
PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 5
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.4 Manfaat Penelitian ... 6
BAB II
URAIAN TEORITIS ... 7
2.1 Kerangka Teori ... 7
2.1.1 Media Sebagai Penyampai Informasi... 7
2.1.2 Manfaat Informasi ... 9
2.1.3 Sifat-sifat Informasi ... 10
2.1.4 Jenis Kebutuhan Informasi ... 11
2.1.5 Media Massa ... 12
2.1.5.1 Jenis-jenis Media Massa ... 13
2.1.6 Remaja ... 26
2.1.6.1 Defenisi Remaja ... 26
2.1.6.2 Ciri-ciri Masa Remaja ... 27
2.1.6.3 Tugas Perkembangan Remaja ... 28
2.1.6.4 Perubahan Yang Terjadi Pada Masa Remaja ... 30
2.1.6.5 Remaja dan Kesehatan Reproduksi ... 31
2.1.7 Kesehatan Reproduksi ... 33
2.1.7.1 Defenisi Kesehatan Remaja ... 33
2.1.7.2 Tujuan Kesehatan Reproduksi ... 34
2.1.7.3 Sistem dan Fungsi Reproduksi ... 35
2.1.7.4 Proses Reproduksi ... 38
2.1.7.5 Masalah Kesehatan Reproduksi remaja ... 41
2.1.7.6 Faktor Yang Berhubungan Dengan Kesehatan
Remaja ... 43
2.3 Model Teoritis ... 44
2.4 Operasional Variabel ... 45
2.5 Defenisi Operasional ... 45
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN ... 48
3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 48
3.1.1 Profil SMA Negeri 1 Stabat ... 48
3.1.2 Visi ... 48
3.1.3 Misi ... 48
3.1.4 Moto ... 11
3.1.5 Budaya Kerja ... 12
3.2 Metodologi Penelitian ... 49
3.3 Lokasi Penelitian ... 49
3.4 Populasi Dan Sampel ... 50
3.4.1
Populasi
...
50
3.4.2 Sampel ... 50
3.5 Teknik Penarikan Sampel ... 51
3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 51
3.6.1 Data Primer ... 51
3.6.1.1 Angket atau Kuesioner ... 52
3.6.1.2 Observasi (Pengamatan)... 52
3.6.2 Data Sekunder ... 52
3.7
Analisis
Data
...
53
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 54
4.1 Proses Pengumpulan Data ... 54
4.1.1 Tahap Awal (Pra Penelitian) ... 54
4.1.2 Pengumpulan Data ... 54
4.2 Proses Pengolahan Data ... 55
4.2.1 Penomeran Kuesioner ... 55
4.2.2 Editing ... 55
4.2.3 Coding ... 55
4.2.4 Inventarisasi Variabel... 55
4.2.5 Tabulasi Data ... 55
4.2.3 Coding ... 55
4.3 Analisis Tabel Tunggal ... 56
BAB V
PENUTUP ... 82
5.1 Kesimpulan ... 82
5.2 Saran ... 83
DAFTAR PUSTAKA ... 84
DAFTAR GAMBAR
Judul
Halaman
DAFTAR TABEL
Judul
Halaman
Operasional Variabel ... 45
Jenis Kelamin ... 56
Usia Responden ... 56
Tempat Tinggal ... 57
Konsumsi Media ... 58
Informasi Kesehatan Reproduksi ... 59
Informasi Tentang Struktur Organ Reproduksi ... 60
Informasi Tentang Tentang Letak dan Fungsi Organ Reproduksi ... 61
Informasi Tentang Faktor-faktor Yang Berdampak Buruk Terhadap
Kesehatan Reproduksi ... 62
Sumber Informasi Tentang Penyakit ... 63
Sumber Informasi Tentang Cara Merawat Organ Reproduksi ... 64
Informasi Tentang Aspek Tumbuh Kembang Remaja ... 60
Informasi Tentang Haid/Menstruasi ... 66
Informasi Tentang Proses Reproduksi ... 67
Informasi Tentang Proses Kehamilan ... 68
Informasi Tentang Proses Pembuahan ... 69
Informasi Tentang Hal-hal Yang Aman Dalam Proses Reproduksi ... 70
Informasi Tentang Sperma ... 71
Informasi Tentang Usia Perkawinan ... 72
Informasi Tentang Dampak Buruk Dari Perilaku Seks Bebas ... 73
Informasi Tentang Penyebab Penyakit Menular Seksual ... 74
Informasi Tentang Pencegahan dan Penanggulangan Infeksi Saluran
Reproduksi (ISR) ... 75
Informasi Tentang Komplikasi Aborsi ... 76
InformasiTentang Hak-hak Reproduksi dan Jender ... 78
Informasi Tentang Tindak Kekerasan ... 79
DAFTAR LAMPIRAN
Judul
Halaman
ABSTRACT
This research entitled “ Media Consumption’s Young System to Get Health
Reproduction’s Information (Decriptive Study of Media Consumption’s Young
System to Get Health Reproduction’s Information at SMAN 1 Stabat)”. The aim
of this research is to know what is the most media is used by the young to get
health reproduction’s information. The method that is used in this research is
Descriptive Quantitative.
The number of population in this research is 279 students of SMAN1 Stabat
in class XI. The number of sampel is 70 students by using Arikunto’s Pattern. The
technic of collecting sample is using Random Sampling with draw. Data
analysisis using Singular Table. The result of data analysis is showing that
students majority get health reproduction’s information from mass media
electronic (radio, television, movie, internet and telephone cellular). The most
media that is used to get health reproduction’s information is internet.
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Pola Konsumsi Media Remaja Dalam Memperoleh
Informasi Kesehatan Reproduksi (Studi Deskriftif Tentang Pola Konsumsi Media
Remaja Dalam Memperoleh Informasi Kesehatan Reproduksi di SMAN 1
Stabat)”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui media apa yang paling banyak
digunakan remaja dalam memperoleh informasi kesehatan reproduksi. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif.
Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 279 orang
siswa-siswi SMAN 1 Stabat kelas XI. Jumlah sampel 70 orang dengan menggunakan
rumus Arikunto. Teknik penarikan sampel menggunakan random sampling
dengan cara mengundi. Analisis data menggunakan tabel tunggal. Hasil analisis
data menunjukkan bahwa mayoritas siswa dan siswi memperoleh informasi
kesehatan reproduksi dari media massa elektronik (radio, televisi, film, internet,
dan telepone selular). Media yang paling banyak digunakan dalam memperoleh
informasi kesehatan reproduksi (kespro) adalah internet.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Dewasa ini manusia ibarat hidup ditengah-tengah media massa,
kemanapun kita berpaling selalu kita lihat dan di manapun kita pergi akan selalu
kita temukan. Media seperti udara yang kita hirup setiap saat. Pengertian dan
pandangan kita mengenai dunia akan berbeda karena kita tidak mempunyai surat
kabar, televisi, majalah, buku yang bisa dijadikan sumber informasi. Persepsi akan
diri kita sendiri akan turut berubah karena tak ada lagi karakter televisi dan model
iklan yang bisa dijadikan pembanding. Aspek kehidupan pribadi, sosial, perilaku
politisi, pebisnis, pejabat dan lainnya akan turut berubah sesuai media massa.
Setiap individu yang berbeda akan memiliki reaksi yang berbeda pula ketika
menerima informasi dari media massa. Karna didalam media massa disajikan
berbagai macam informasi dan acara yang dapat langsung diakses oleh khalayak.
Hal ini sesuai dengan pengertian dari media massa itu sendiri menurut
Bungin (2008) sebagai media komunikasi dan informasi yang melakukan
penyebaran informasi secara massal dan dapat diakses oleh masyarakat secara
massal pula. Media massa secara pasti mempengaruhi pemikiran dan tindakan
khalayak. Bukti sederhana terjadi pada seseorang remaja laki-laki yang
mengenakan topi yang dipakai aktor dalam suatu tayangan komedi di televisi.
Remaja lainnya pun dengan segera menirunya. Budaya, sosial dan politik
dipengaruhi oleh media (Agee. 2001)
telah melakukan hubungan seks pranikah. Di Surabaya 54 %, Bandung 47 %,
Medan 52% Yogja 37 %.
Hal ini ditengarai sebagai salah satu dampak maraknya informasi media
massa yang bernuansa kebebasan perilaku seksual yang melanda masyarakat.
Terutama remaja dewasa ini, sumbangan media massa terhadap proses reformasi
secara efektif mempengaruhi agenda politik dan sosial masyarakat secara luas
dalam berbagai aspek kehidupan. Masalahnya, peran media massa justru banyak
dipertanyakan, terutama menyebarkan hal-hal atau informasi negatif,
menampilkan hal-hal yang selama ini dianggap tabu, mengabaikan norma sosial
yang selama ini dipegang teguh masarakat.
Media cetak juga tak mau ketinggalan. Media berbentuk tabloid, majalah,
surat kabar, buku-buku komik, dan novel tidak sedikit yang menampilkan
foto/gambar, artikel dan tayangan informasi serta tulisan yang ditujukan pada
segmen remaja yang mengarahkan imajinasi serta membangkitkan nafsu seksual
remaja (Erghy Fanggida, 2006).
Remaja perlu mendapatkan informasi yang benar tentang kesehatan
reproduksi sehingga remaja mengetahui hal-hal yang seharusnya dilakukan dan
hal-hal yang seharusnya dihindari. Isu-isu yang berkaitan dengan kesehatan
reproduksi kadang merupakan isu yang pelik dan sensitif, seperti hak-hak
reproduksi, kesehatan seksual, penyakit menular seksual (PMS) termasuk
HIV/AIDS, dan kebutuhan khusus remaja. Permasalahan remaja yang berkaitan
dengan kesehatan reproduksi, sering kali berakar dari kurangnya informasi,
pemahaman dan kesadaran untuk mencapai keadaan sehat secara reproduksi.
Banyak sekali hal-hal yang berkaitan dengan hal ini, mulai dari pemahaman
mengenai perlunya pemeliharaan kebersihan alat reproduksi, pemahaman
mengenai proses-proses reproduksi serta dampak dari perilaku yang tidak
bertanggung jawab seperti kehamilan tak diinginkan , aborsi, penularan penyakit
menular seksual termasuk HIV dan AIDS (K4Health Indonesia, 2010).
orang tua, sekolah dan media informasi. Media memegang peran penting dalam
menyebarluaskan informasi tentang kesehatan reproduksi remaja. Menurut Survei
Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) tahun 2007 remaja mendapat
informasi dari buku, majalah, dan surat kabar sebagai media tertinggi dalam
menyebarkan masalah remaja baik wanita (12,8 persen) dan pria (3 persen)
disusul televisi (7,2 persen dan 2,4 persen) dan radio (1,3 persen dan 0,6 persen)
(Agus, 2008).
Ketersediaan informasi yang minim tentang kesehatan reproduksi
memaksa remaja mencari akses dan melakukan eksplorasi sendiri. Hal itu yang
kemudian membuat para remaja mencari informasi yang belum tentu benar
keakuratannya, yang pada akhirnya justru dapat menjerumuskan remaja dalam
ketidaksehatan reproduksi. Data yang dirilis dari Kementerian Komunikasi dan
Informasi tahun 2009 memperlihatkan kenyataan bahwa Indonesia merupakan
Negara peringkat ke-3 dunia dalam hal pengaksesan konten pornografi. Ironisnya,
80% dari pengakses konten pornografi itu ialah remaja berusia 15-17 tahun.
Bahkan 90% dari jumlah tersebut mengaksesnya ditengah alasan mencari tugas
sekolah. Data tersebut juga memperlihatkan, usia termuda anak yang mengakses
konten pornografi ialah 11 tahun (Heryawan, 2013).
Remaja adalah makhluk yang unik. Mereka masuk masa peralihan,
dari anak-anak menjadi dewasa. Masa peralihan ini mereka tidak hanya ingin
diperhatikan teman-teman, tetapi mereka juga ingin diperhatikan oleh orangtua,
guru, sekolah serta lingkungan sekitar. Remaja mempunyai rasa ingin tahu yang
sangat besar, dan semangat untuk mencoba-coba. Dilihat dari siklus kehidupan,
masa remaja merupakan masa yang paling sulit untuk dilalui oleh individu. Masa
ini dapat dikatakan sebagai masa yang paling kritis bagi perkembangan pada
tahap-tahap kehidupan selanjutnya. Pada masa inilah terjadi begitu banyak
perubahan dalam diri individu baik perubahan fisik maupun psikologis (Sarwono:
2008).
berusia 10-19 tahun. Sementara dalam terminologi lain PBB menyebutkan anak
muda (youth) untuk mereka yang berusia 15-24 tahun. Ini kemudian disatukan
dalam sebuah terminologi kaum muda (young people) yang mencakup 10-24
tahun. Sementara itu dalam program BKKBN disebutkan bahwa remaja adalah
mereka yang berusia antara 10-24 tahun.
Rendahnya pengetahuan dan sikap atas kesehatan reproduksi akan
berdampak pada perilaku remaja terhadap hubungan seksual pra nikah. Hubungan
seks di luar pernikahan menunjukkan tidak adanya rasa tanggung jawab dan
memunculkan rentetan persoalan baru yang menyebabkan gangguan fisik dan
psikologis. Bahaya tindakan aborsi, menyebarnya penyakit menular seksual,
rusaknya institusi pernikahan, serta ketidakjelasan garis keturunan. Kehidupan
keluarga yang diwarnai nilai sekuleristik dan kebebasan hanya akan merusak
tatanan keluarga dan melahirkan generasi yang terjauh dari sendi-sendi agama.
seksualitas dan reproduksi. Kelas XI (sebelas) juga dianggap subyek yang tepat
karena kemungkinan pada usia ini sebagian besar siswa sudah memiliki pacar dan
telah menonton beberapa film tentang alat reproduksi, proses kelahiran dan aborsi.
Penjelasan di atas menunjukkan bahwa remaja sangat membutuhkan
informasi, bimbingan dan pengetahuan mengenai anatomi, proses reproduksi,
serta kemungkinan resiko yang timbul apabila menerima informasi yang salah
mengenai kesehatan reproduksi, maka peneliti merasa tertarik untuk mengetahui
lebih lanjut mengenai Pola Konsumsi Media Remaja Dalam Memperoleh
Informasi Kesehatan Reproduksi di SMAN 1 Stabat.
1.2
Perumusan Masalah
Fokus masalah merupakan permasalahan yang sentral yang menjadi
perhatian penelitian dan dicari jawabannya dalam penelitian. Tujuan dari fokus
masalah adalah untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas
sehingga dapat mengaburkan penelitian. Berdasarkan uraian latar belakang di
atas, maka peneliti tertarik untuk mengajukan perumusan masalah bagaimana pola
konsumsi media remaja dalam memperoleh informasi kesehatan reproduksi yang
secara lebih khusus ingin meneliti :
1.
Apasaja media yang dikonsumsi remaja dalam memperoleh informasi
tentang kesehatan reproduksi?
2.
Mengapa remaja memilih media tersebut dalam memperoleh informasi
tentang kesehatan reproduksi?
3.
Apasaja jenis informasi kesehatan reproduksi yang terdapat dalam media
tersebut?
1.3
Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian adalah sebagai berikut :
1.
Mengetahui pola konsumsi remaja terhadap media dalam memperoleh
informasi kesehatan reproduksi di SMAN 1 Stabat
3.
Mengetahui jenis kesehatan reproduksi apasaja yang diperoleh remaja dari
media tersebut?
1.4 Manfaat
Penelitan
Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah :
1.
Akademis, Penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan pemikiran
yang berguna bagi studi Ilmu Komunikasi dan memperkaya khasanah
penelitian dan sumber bacaan di Lingkungan FISIP USU.
2.
Teoritis, Peneliti dapat menerapkan ilmu yang diperoleh selama menjadi
mahasiswa Ilmu Komunikasi, khususnya tentang penelitian yang berkaitan
dengan media massa terhadap kesehatan reproduksi remaja.
BAB II
URAIAN TEORITIS
2.1 Kerangka
Teori
Dalam melakukan penelitian, teori membantu peneliti dalam menentukan
tujuan dan arah penelitian dan dalam memilih konsep-konsep yang tepat guna
pembentukan hipotesis. Teori adalah himpunan konstruk (konsep), definisi dan
proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan
menjabarkan relasi diantara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala
tersebut (Kriyantono, 2006: 43). Neuman menjelaskan bahwa teori memberikan
kepada kita suatu kerangka yang membantu dalam dalam melihat permasalahan.
Adapun teori-teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini adalah:
2.1.1
Media Sebagai Penyampai Informasi
Media informasi terus berkembang dan sangat diperlukan setiap saat
karena melalui media informasi manusia dapat mengetahui informasi yang sedang
berkembang, selain itu manusia juga bisa saling berinteraksi satu sama lain.
Melalui media informasi juga sebuah pesan dapat tersampaikan dengan baik jika
media yang dibuat tepat kepada sasaran dan informasi yang disampaikan
bermanfaat bagi pembuat dan target
Kata media berasal dari bahasa Latin yaitu “medius” yang artinya tengah,
perantara atau pengantar. Kata media, merupakan bentuk jamak dari kata
“medium”, yang secara etimologi berarti perantara atau pengantar. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian media adalah alat atau sarana
komunikasi seperti koran, majalah, radio, televisi, film, poster, dan spanduk.
Media disebut juga alat-alat audio visual, artinya alat yang dapat dilihat dan
didengar yang dipakai dalam proses berkomunikasi dan menyebarkan informasi
agar lebih efektif dan efisien (Agung, 2011).
pendapat, sehingga ide, gagasan atau pendapat yang dikemukakan itu sampai
kepada penerima yang dituju.
Menurut Oxfoord English Dictionary pengertian informasi adalah that of
which one is apprised or told: intelligence, news yaitu informasi adalah salah satu
yang dapat memberitahukan di mana menyangkut kecerdasan dan berita. Kamus
lain menyatakan bahwa informasi adalah sesuatu yang dapat diketahui. Namun
ada pula yang menekankan informasi sebagai transfer pengetahuan. Selain itu
istilah informasi juga memiliki arti yang lain sebagaimana diartikan oleh RUU
(Rancangan Undang-Undang) teknologi informasi yang mengartikannya sebagai
suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memanipulasi,
mengumumkan, menganalisa, dan menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu.
Sedangkan informasi sendiri mencakup data, teks, gambar, suara, kode, program
komputer, database (www.ensiklopedia.com).
Wilbur Schramm dalam Rakhmad (1992) mendefenisikan informasi
sebagai segala sesuatu yang mengurangi segala ketidakpastian atau mengurangi
jumlah alternatif dalam situasi. Fungsi utama dan pertama dari informasi adalah
menyampaikan pesan (informasi), atau menyebarluaskan informasi kepada orang
lain. Artinya diharapkan dari penyebarluasan informasi itu, para penerima
informasi akan mengetahui sesuatu yang ingin diketahui (Liliweri, 2007).
Beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa media sebagai
penyampai informasi adalah alat untuk mengumpulkan dan menyusun kembali
catatan sebuah peristiwa yang terjadi, baik berupa data, fakta, dan pengetahuan,
maupun segala gejala yang terjadi dalam masyarakat yang tercatat dan dapat di
salurkan kepada orang lain atau disebarkan yang dapat bermanfaat untuk
perubahan dalam kehidupan.
Media sebagai penyampaian informasi dibagi menjadi tiga kelompok
utama yaitu :
2.
Representational media, adalah media yang diciptakan oleh kreasi
manusia, yang termasuk dalam kelompok ini adalah tulisan, gambar,
fotografi, komposisi musik, arsitektur, dan lain-lain. Semua jenis media ini
memiliki konvensi estetika baik secara teknis maupun praktis.
3.
Mechanical media, adalah media radio, televisi, video, film, surat kabar,
majalah, dan telepon yang digunakan untuk memperkuat dua media di
atas. Misalnya surat kabar merekam tampilan wajah atau memuat foto
seseorang, televisi merekam wajah dan suara, dan video merekam suatu
komposisi musik.
2.1.2 Manfaat Informasi
Informasi itu sangat beragam, baik dalam jenis, tingkatan maupun
bentuknya. Manfaat informasi bagi setiap orang berbeda-beda. Adapun manfaat
dari informasi menurut Sutanta (2003: 11) adalah :
1.
Menambah pengetahuan : Adanya informasi akan menambah pengetahuan
bagi penerima yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan yang
mendukung proses pengambilan keputusan.
2.
Mengurangi ketidakpastian pemakai informasi : Informasi akan
mengurangi ketidakpastian karena apa yang akan terjadi dapat diketahui
sebelumnya, sehingga kemungkinan menghindari keraguan pada saat
pengambilan keputusan.
3.
Mengurangi resiko kegagalan : Adanya informasi akan mengurangi resiko
kegagalan karena apa yang akan terjadi dapat diantisipasi dengan baik,
sehingga kemungkinan terjadinya kegagalan akan dapat dikurangi dengan
pengambilan keputusan yang tepat.
4.
Mengurangi keanekaragaman yang tidak diperlukan : Mengurangi
keanekaragaman yang tidak diperlukan akan menghasilkan keputusan
yang lebih terarah.
2.1.3
Sifat-sifat informasi
Untuk dapat menyajikan informasi yang terpilih maka harus diketahui
sifat-sifat informasi adalah sebagai berikut:
1.
Informasi relevan dan tidak relevan, yang dimaksud dengan informasi
yang relevan adalah informasi yang ada hubungannya atau ada
kepentingannya bagi si penerima, sedangkan informasi yang tidak relevan
adalah informasi yang tidak ada atau sedikit sekali kepentingan bagi si
penerima.
2.
Informasi dapat berguna dan kurang berharga
3.
Informasi dapat tepat waktunya dapat pula tidak tepat waktunya. Informasi
dikatakan tepat waktunya apabila dapat mencapai si penerima sebelum ia
melakukan pengambilan keputusan, tetapi apabila informasi tersebut
terlambat datangnya setelah keputusan diambil, maka informasi tersebut
tidak tepat waktunya.
4.
Informasi dapat valid dan dapat tidak valid. Apabila informasi yang
diberikan kepada seseorang merupakan informasi keliru, maka informasi
tersebut merupakan informasi yang tidak valid, sebaliknya bila informasi
itu benar maka informasi itu valid
Perkembangan yang semakin cepat di bidang teknologi komunikasi
menyebabkan pengaruh yang besar terhadap kegiatan penyebarluasan informasi
atau gagasan. Media massa (pers, radio, televisi dan film) sangat membantu
kegiatan hubungan masyarakat, dengan menggunakan media massa
penyebarluasan informasi bukan saja sangat luas tetapi juga cepat dan serentak
(Widjaja, 2008).
2.1.4 Jenis Kebutuhan Informasi
Ada banyak jenis kebutuhan informasi, seperti Katz yang dikutip oleh
Yusuf (2009: 205), antara lain adalah :
1.
Kebutuhan kognitif. Ini berkaitan erat dengan kebutuhan untuk
memperkuat informasi, pengetahuan dan pemahaman seseorang akan
lingkungannya. Kebutuhan ini didasarkan pada hasrat seseorang untuk
memahami dan menguasai lingkungannya. Di samping itu, kebutuhan ini
juga dapat memberi kepuasan atas hasrat keingintahuan dan penyelidikan
seseorang.
2.
Kebutuhan afektif. Kebutuhan ini dikaitkan dengan penguatan estesis, hal
yang dapat menyenangkan, dan pengalaman-pengalaman emosional.
Dalam hal ini, berbagai media sering dijadikan alat untuk mengejar
kesenangan dan hiburan. Misalnya, orang membeli radio, televisi, dan
menonton film, tidak lain karena mencari hiburan.
3.
Kebutuhan integrasi personal (personal integrative needs). Ini dikaitkan
dengan penguatan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas, dan status individu.
Kebutuhan-kebutuhan ini berasal dari hasrat seseorang untuk mencari
harga diri.
4.
Kebutuhan integrasi personal (personal integrative needs). Ini dikaitkan
dengan penguatan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas, dan status individu.
Kebutuhan-kebutuhan ini berasal dari hasrat seseorang untuk mencari
harga diri.
5.
Kebutuhan integrasi sosial (social integrative needs). Kebutuhan ini
dikaitkan dengan penguatan hubungan keluarga, teman, dan orang lain di
dunia. Kebutuhan ini didasari oleh hasrat seseorang untuk bergabung atau
berkelompok dengan orang lain.
Menurut Morgan dan King yang dikutip oleh Wilson (1995)
mengemukakan bahwa jenis kebutuhan informasi muncul dari tiga motif, yaitu :
1.
Physiological motives : Kebutuhan informasi didasari atas kebutuhan diri
sendiri.
2.
Unlearned motives : Kebutuhan informasi terjadi karena adanya tugas,
atau informasi digunakan untuk mengambil suatu keputusan.
3.
Social motives : Kebutuhan informasi terjadi karena adanya permintaan
informasi dari orang lain.
2.1.5 Media Massa
Media massa merupakan media informasi yang terkait dengan masyarakat,
digunakan untuk berhubungan dengan khalayak (masyarakat) secara umum,
dikelola secara profesional dan bertujuan mencari keuntungan (Mondry, 2008:
12). Menurut Bungin (2008: 85), media massa merupakan institusi yang berperan
sebagai agent of change, yaitu sebagai institusi pelopor perubahan.
Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan-pesan
atau informasi dari sumber kepada khalayak (menerima) dengan menggunakan
alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, TV (Cangara, 2002)
Media massa adalah alat-alat dalam komunikasi yang bisa menyebarkan
pesan secara serempak, cepat kepada audiens yang luas dan heterogen. Kelebihan
media massa dibandingkan dengan jenis komunikasi lain adalah ia bisa mengatasi
hambatan ruang dan waktu. Bahkan media massa mampu menyebarkan pesan
hampir seketika pada waktu yang tak terbatas (Nurudin, 2007).
2.1.5.1
Jenis-jenis Media Massa
Adapun bentuk media massa antara lain media cetak (surat kabar, majalah/
tabloid), media elektronik (radio, televisi), film, internet dan telepon selular
(Bungin, 2008: 85).
1.
Surat Kabar
Surat kabar merupakan media massa paling tua dibandingkan media massa
lainnya, paling banyak dan paling luas penyebarannya dan paling dalam daya
mampunya dalam merekam kejadian sehari- hari sepanjang sejarah di Negara
manapun di dunia (Effendy, 2000:90).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, surat kabar adalah
lembaran-lembaran kertas bertuliskan berita dan sebagainya, sedangkan menurut Wikipedia
Indonesia, surat kabar atau koran berasal dari bahasa Belanda yaitu “krant” dan
dari bahasa Prancis yaitu “courant”. Surat kabar atau koran adalah suatu
penerbitan yang ringan dan mudan dibuang, biasanya dicetak pada kertas berbiaya
rendah yang disebut kertas koran, yang berisi berita-berita terkini dalam berbagai
topik. Topiknya bisa berupa politik, kriminalitas, olahraga, cuaca dll.
Di Indonesia surat kabar pertama dibawa oleh bangsa Belanda pada abad
18 atau pada tahun 1744. Sampai abad 19, semua surat kabar di Indonesia
diterbitkan dan dikelola oleh penguasa Belanda. Pembacanya berasal dari
kalangan orang-orang Belanda atau bangsa Pribumi yang mengerti bahasa
Belanda.
terbitan Indonesia mulai berkembang. Isi dari surat kabar terbitan anak bangsa ini
umumnya bersifat perjuangan.
Menurut Rhenald Kasali (1992:107-108) dalam bukunya yang berjudul
Manajemen Periklan, kekuatan surat kabar adalah dapat menjangkau
daerah-daerah perkotaan sesuai dengan cakupan pasarnya (nasional, regional, atau lokal),
surat kabar dapat dibawa kemana-mana, dan hal yang dimuat dalam surat kabar
adalah hal-hal aktual yang perlu segera diketahui khalayak pembacanya.
Sedangkan kelemahan surat kabar adalah surat kabar dibaca orang dalam tempo
yang singkat sekali, umumnya tidak lebih dari lima belas menit, dan mereka
hanya membaca sekali saja. Surat kabar juga cepat basi, hanya berusia 24jam,
sekalipun surat kabar memiliki sirkulasi yang luas, beberapa kelompok pasar
tertentu tetap tidak dapat dilayani dengan baik. Sebagai contohnya pembaca
dengan bahasa yang berbeda dan umumnya surat kabar adalah bacaan bagi pria.
2.
Majalah
Menurut Junaedhie (2010:13) majalah adalah media cetak yang terbit
secara berkala, memiliki sampul, setidak-tidaknya punya wajah, dan dirancang
secara khusus, dijilid atau sekurang-kurangnya memiliki sejumlah halaman
tertentu.
Majalah sebagai salah satu bentuk media cetak memiliki sejarah yang
cukup panjang hingga saat ini. Majalah juga berjasa pada masa pergerakan
kebangsaan bahkan dalam masa mempertahankan kemerdekaan, dimana majalah
berperan sebagai corong yang menyuarakan program-program organisasi para
pejuang.
Masa menjelang kemerdekaan Republik Indonesia, media cetak termasuk
majalah yang diterbitkan pada masa itu merupakan tandingan dari surat kabar
yang diterbitkan pemerintah Jepang. Terjadi banyak pembredelan surat kabar
karena isinya yang bersifat propaganda bagi pemerintah pada waktu itu, seperti
surat kabar Berita Indonesia, Harian Rakyat, dan Soeara Indonesia.
menyuarakan semangat gerakan kebangsaan, maka pada masa itu penerbitan pers
menyuarakan semangat untuk mempertahankan kemerdekan. Majalah-majalah
yang terbit pada masa itu antara lain, Pantja Raja, Pembangoenan Indonesia, dan
Siasat.
Jurnalisme media cetak mencapai puncak kejayaannya ketika berbagai
majalah dan surat kabar mulai menyertakan fotografi di halamannya untuk
menguatkan isi berita yang dimuat. Audience yang menjadi sasaran mereka pun
meluas. Perkembangan penerbitan majalah semakin bervariasi dan bercorak
khusus, dengan misi dan target pembaca yang khusus pula.
Majalah memiliki kelebihan dibanding media lainnya, antara lain
mempunyai kemampuan untuk menjangkau segmen pasar tertentu yang
terspesialisasi, mempunyai kemampuan mengangkat produk-produk yang
diiklankan sejajar dengan persepsi khalayak terhadap prestise majalah yang
bersangkutan, memiliki usia edar yang panjang dibandingkan media lainnya,
memiliki kualitas visual yang baik karena umumnya majalah dicetak di kertas
yang berkualitas tinggi dengan desain yang menarik.
Majalah juga memiliki beberapa kelemahan yang kurang menguntungkan
bagi penggunanya antara lain fleksibilitas yang terbatas, karena pengiklan harus
segera memberikan final artwork iklannya sebelum pembuatan desain majalah,
biaya yang dipakai untuk menjangkau pembacanya menjadi lebih mahal karena
majalah hanya beredar di lingkungan yang terbatas, proses pendistribusian yang
kurang lancar, yang mengakibatkan peredaran majalah menjadi lambat sehingga
menumpuk di rak-rak toko buku.
3.
Radio
Radio adalah alat untuk menyampaikan pernyataan umum (information)
yang auditif melalui gelombang elektromagnetis / gelombang listrik frekuensi
tinggi dan bekerja atas dasar prinsip getaran udara
memiliki kekuatan terbesar sebagai media imajinasi, sebab sebagai media yang
buta, radio menstimulasi begitu banyak suara, dan berupaya memvisualisasikan
suara penyiar ataupun informasi faktual melalui telinga pendengarnya (Masduki,
2001)
Perkembangan radio siaran di Indonesia dimulai dari masa penjajahan
Belanda, penjajahan Jepang, zaman kemerdekaan dan zaman orde baru. Radio
siaran yang pertama di Indonesia (waktu itu bernama Nederlands Indie – Hindia
Belanda), ialah Bataviase radio siaran Vereniging (BRV) di Batavia (Jakarta
tempo dulu) yang resminya didirikan pada tanggal 16 Juni 1925 pada saat
Indonesia masih dijajah Belanda, dan berstatus swasta, setelah BRV berdiri secara
serempak berdiri pula badan-badan radio siaran lainnya di kota Yogyakarta,
Surakarta, Semarang, Surabaya, dan yang terbesar dan terlengkap adalah NIROM
(Nederlandsch Indische Radio Omroep Mij) di Jakarta, Bandung dan Medan,
karena mendapat bantuan dari pemerintah Hindia Belanda.
Ketika Bung Karno dan Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia tidak dapat disiarkan langsung melalui radio siaran karena radio siaran
masih dikuasai Jepang. Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia baru dapat
disiarkan dalam bahasa Indonesia dan Inggris pukul 19.00 WIB namun hanya
dapat didengar oleh penduduk sekitar Jakarta. Pada tanggal 18 Agustus 1945
naskah bersejarah itu dapat dikumandangkan ke luar batas tanah air, dibuat
pemancar gelap dan berhasil berkumandang di udara radio siaran dengan stasiun
call “Radio Indonesia Merdeka”.
Akhir tahun 1966 RRI adalah satu-satunya radio siaran di Indonesia yang
dikuasai dan dimiliki oleh pemerintah. Peran dan fungsi radio siaran ditingkatkan.
Selain berfungsi sebagai media informasi dan hiburan, pada masa orde baru, radio
siaran melalui RRI menyajikan acara pendidikan dan persuasi (Effendy,
2007:156-166).
kelemahan diantaranya cepat dan langsung. Sarana tercepat, lebih cepat dari
Koran ataupun TV, dalam menyampaikan informasi kepada publik tanpa melalui
proses yang rumit dan butuh waktu banyak, seperti siaran televisi atau sajian
media cetak, suara penyiar hadir di rumah atau didekat pendengar, panduan
kata-kata, musik, dan efek suara dalam siaran radio mampu mempengaruhi emosi
pendengar, tidak rumit, tidak banyak pernik, bagi pengelola maupun pendengar,
siaran radio menembus batas-batas geografis, demografis, SARA (suku, agama,
ras,antar golongan), dan kelas sosial, dibandingkan dengan berlangganan media
cetak atau harga pesawat televisi, pesawat radio relative jauh lebih murah, radio
memiliki kesetaraan alami (transient nature) sehingga berkemampuan mengulang
informasi yang sudah disampaikan, siaran radio bisa dinikmati sambil
mengerjakan hal lain atau tanpa mengganggu aktifitas yang lain. (Romli, 2004 :
23)
Radio juga memiliki beberapa kekurangan diantaranya, siaran radio cepat
hilang dan gampang dilupakan, pendengarnya tidak bisa seperti pembaca koran
yang bisa mengulang bacaanya dari awal tulisan, sajian informasi radio bersifat
global, tidak detail, waktu siaran relative terbatas, hanya 24 jam sehari, berbeda
dengan surat kabar, yang bias menambah jumlah halaman dengan bebas, program
disajikan dan dinikmati pendengar berdasarkan urutan yang sudah ada, tidak bisa
meloncat-loncat berbeda dengan surat kabar, pembaca bisa langsung ke halaman
tengah, akhir atau langsung ke rubrik yang ia sukai dan siaran radio mengandung
gangguan, seperti timbul tenggelam (fading) dan gangguan teknis “channel noise
factor”.
4.
Televisi
mengubah emosi dan pikiran pemirsanya (Effendy, 1993: 192).
Media televisi sebagai salah satu pioner dalam penyebaran informasi dan
dengan menggunakan perangkat satelit, kini menjadi media informasi yang terus
berkembang pesat (Kuswandi, 1996: 1). Televisi siaran merupakan media dari
jaringan komunikasi dengan ciri-ciri yang dimiliki komunikasi massa, yaitu
berlangsung satu arah, komunikatornya melembaga, pesannya bersifat umum,
sasarannya menimbulkan keserempakan dan komunikannya bersifat heterogen.
(Effendy, 2002:21).
Media televisi lahir karena perkembangan teknologi. Bermula dari
ditemukannya
electrische teleskop sebagai perwujudan gagasan seorang
mahasiswa dari Berlin (Jerman Timur) yang bernama Paul Nipkov, menemukan
sistem penyaluran sinyal gambar, untuk mengirim gambar melalui udara dari
suatu tempat ke tempat lain. Sistem ini dianggap praktis, sehingga diadakan
percobaan pemancaran serta penerimaan sinyal televisi tersebut, hal ini terjadi
antara tahun 1883-1884. Nipkov akhirnya diakui sebagai ‘Bapak’ televisi.
Media televisi di Indonesia bukan lagi sebagai barang mewah. Media layar
kaca tersebut sudah menjadi salah satu barang kebutuhan pokok bagi kehidupan
masyarakat untuk mendapatkan informasi.
Kegiatan penyiaran televisi di Indonesia dimulai pada tanggal 24 Agustus
1962, bertepatan dengan dilangsungkannya pembukaan pesta olahraga se-Asia IV
atau Asean Games di Senayan. Sejak itu pula Televisi Republik Indonesia yang
disingkat TVRI dipergunakan sebagai panggilan status sampai sekarang. Tahun
1962-1963 TVRI berada di udara rata-rata satu jam sehari dengan segala
kesederhanaannya.
Televisi memiliki kekuatan dan kelemahan (Rhenald kasali,1992: hal
121-122) kekuatan Televisi diantaranya, efisiensi biaya karena banyak produsen
memendang televisi sebagai media yang paling efektif untuk menyampaikan
pesan-pesan kormersialnya. Televisi memiliki kemampuanya menimbulkan
dampak yang kuat terhadap konsumen, dengan tekanan pada sekaligus dua indra:
penglihatan dan pendengaran. Televisi memiliki pengaruh yang kuat untuk
mempengaruhi persepsi khalayak sasaran.
Kelemahan Televisi yaitu biaya yang besar dan absolute yang sangat
ekstrim untuk memproduksi dan menyiarkan siaran komersial. Khalayak yang
tidak selektif, sekalipun teknologi telah memperkenalkaan untuk menjangkau
sasaran yang lebih selektif, televisi tetap sebuah media yang tidak selektif.
Televisi juga memiliki kesulitan teknik karena media ini juga tidak luas dalam
pengaturan teknis. Acara-acara yang telah dibuat tidak dapat diubah begitu saja
jadwalnya, apalagi menjelang jam-jam penyiaran.
5.
Film
Menurut undang-undang Republik Indonesia No.8 tahun 1992 tentang
perfilman, film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media
komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi
dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video, dan/atau bahan
hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui
proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara,
yang dapat dipertunjukkan dan/atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik,
elektronik, dan/atau lainnya. Film berperan sebagai sarana baru yang digunakan
untuk menyebarkan hiburan yang sudah menjadi kebiasaan terdahulu, serta
menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama, lawak dan sajian teknis lainnya
kepada masyarakat umum (McQuail, 1987).
gambar pada sebuah lempengan timah yang tebal. Thomas Alva Edison
(1847-1931) seorang ilmuwan Amerika Serikat penemu lampu listrik dan fonograf
(piringan hitam), pada tahun 1887 terinspirasi untuk membuat alat untuk merekam
dan membuat (memproduksi) gambar. Edison tidak sendirian. Ia dibantu oleh
George Eastman, yang kemudian pada tahun 1884 menemukan pita film (seluloid)
yang terbuat dari plastik tembus pandang. Tahun 1891 Eastman dibantu Hannibal
Goodwin memperkenalkan satu rol film yang dapat dimasukkan ke dalam kamera
pada siang hari.
Film pertama kali dipertontonkan untuk khalayak umum dengan
membayar berlangsung di Grand Cafe Boulevard de Capucines, Paris, Perancis
pada 28 Desember 1895. Peristiwa ini sekaligus menandai lahirnya film dan
bioskop di dunia. Meskipun usaha untuk membuat "citra bergerak" atau film ini
sendiri sudah dimulai jauh sebelum tahun 1895, bahkan sejak tahun 130 masehi,
namun dunia internasional mengakui bahwa peristiwa di Grand Cafe inilah yang
menandai lahirnya film pertama di dunia.
Perjalanan film terus mengalami perkembangan besar bersamaan dengan
perkembangan atau kemajuan-kemajuan teknologi pendukungnya. Awalnya
hanya dikenal film hitam putih dan tanpa suara atau dikenal dengan sebutan “film
bisu”. Masa film bisu berakhir pada tahun 1920-an, setelah ditemukannya film
bersuara. Film bersuara pertama diproduksi tahun 1927 dengan judul “Jazz
Singer”, dan diputar pertama kali untuk umum pada 6 Oktober 1927 di New York,
Amerika Serikat.
Di Indonesia, film pertama kali diperkenalkan pada 5 Desember 1900 di
Batavia (Jakarta). Pada masa itu film disebut “Gambar Idoep". Pertunjukkan film
pertama digelar di Tanah Abang dengan tema film dokumenter yang
menggambarkan perjalanan Ratu dan Raja Belanda di Den Haag. Namun
pertunjukan pertama ini kurang sukses karena harga karcisnya dianggap terlalu
mahal. Sehingga pada 1 Januari 1901, harga karcis dikurangi hingga 75% untuk
merangsang minat penonton.
Melayu, dan film cerita impor ini cukup laku di Indonesia, dibuktikan dengan
jumlah penonton dan bioskop pun meningkat. Daya tarik tontonan baru ini
ternyata mengagumkan.
Film lokal pertama kali diproduksi pada tahun 1926, dengan judul
“Loetoeng Kasaroeng” yang diproduksi oleh NV Java Film Company, adalah
sebuah film cerita yang masih bisu. Agak terlambat memang, karena pada tahun
tersebut di belahan dunia yang lain, film-film bersuara sudah mulai diproduksi.
Kemudian, perusahaan yang sama memproduksi film kedua mereka dengan judul
“Eulis Atjih”.
Kekuatan dari Film adalah dapat menggambarkan suatu proses, misalnya
proses pembuatan keterampilan tangan dan sebagainya, dapat menimbulkan kesan
ruang dan waktu, penggambarannya bersifat tigadimensional, suara yang
dihasilkan dapat menimbulkan realita pada gambar dalam bentuk ekspresi murni,
film yang berwarna dapat menambah realita objek yang diperagakan, memberikan
kesan yang dapat diterima secara merata oleh penontonnya, lebih realistis dan
dapat diulang-ulang dan dihentikan sesuai dengan kebutuhan
Kelemahan dari Film adalah harga untuk pembuatan film yang cukup
mahal, pembuatannya memerlukan banyak tenaga dan waktu, dan penonton tidak
dapat mengikuti dengan baik kalau film diputar terlalu cepat.
6.
Internet
Internet merupakan singkatan dari Interconnection Networking. Internet
berasal dari bahasa latin “inter” yang berarti antara. Secara kata perkata Internet
berarti jaringan antara atau penghubung, sehingga kesimpulan dari defenisi
internet ialah merupakan hubungan antara berbagai jenis komputer dan jaringan di
dunia yang berbeda sistem operasi maupun aplikasinya dimana hubungan tersebut
memanfaatkan kemajuan komunikasi (telepon dan satelit) yang menggunakan
protokol standar dalam berkomunikasi yaitu protokol TCP/IP (Transmission
Control/Internet Protocol) pengertian tersebut dijelaskan menurut pendapat
Supriyanto (2008:60).
komputer, bahkan jutaan komputer di seluruh dunia yang saling berhubungan atau
terkoneksi satu sama lainnya. Media yang digunakan bisa menggunakan
kabel/serat optic, satelit atau melalui sambungan telepon (Harjono 2009)
tepatnya tahun 1987 tak kurang dari 100.000 komputer bergabung dan
membentuk jaringan.
Program editor dan browser diperkenalkan oleh Tim Bernes Lee pada
tahun 1990 program ini disebut dengan www atau world wide web. Pada tahun
1992 muncullah istilah-istilah lainnya seperti surfing the internet, virtual shopping
atau e-retail dan kemudian ditahun yang sama didirikan juga yahoo dan Netscape
Navigator (Haris, 1996:1-2).
Perkembangan
teknologi
Internetwork yang dimulai dari sejarah
pendiriannya dan perkembangannya hingga saat ini benar–benar dapat dirasakan
sangat bermanfaat dalam setiap aspek kehidupan.
Di Indonesia jaringan internet mulai dikembangkan pada tahun 1983 di
Universitas Indonesia, berupa UInet oleh Dr.Joseph F.P Luhukay yang ketika itu
baru saja menamatkan program dokter filosofi ilmu komputer di Amerika Serikat.
Jaringan itu dibangun selama empat tahun. Pada tahun yang sama, Luhukay juga
mulai mengembangkan University Network (UNInet) dilingkungan Departemen
Pendidikan Dan Kebudayaan yang merupakan jaringan komputer dengan
jangkauan yang lebih luas yang meliputi Universitas Indonesia, Institut Teknologi
Bandung, Institut Pertanian Bogor, Universitas Gajah Mada, Institut Teknologi
Surabaya, Universitas Hasanuddin dan Ditjen. Jaringan internet telah menjadi
pelopor terjadinya revolusi teknologi. Internet semakin diminati oleh banyak
kalangan baik perorangan maupun instansi–instansi pemerintah ataupun swasta,
termasuk diantaranya perpustakaan.
Kelemahan Internet diantaranya ketergantungan pada jaringan telepon dan
internet service provider (ISP) dimana fasilitas jaringan telepon dan ISP sangat
berpengaruh terhadap biaya pemakaian Internet yang masih relatif mahal.
Informasi yang tersedia di Internet sangat besar jumlahnya, namun tidak
semuanya dibutuhkan. Salah satu masalah yang juga tak kalah peliknya adalah
risiko terkena virus komputer yang mudah menyebar lewat jaringan Internet, baik
lewat e-mail maupun file-file yang di-download. Banyak yang mencoba memfilter
informasi di internet, namun kenyataannya hal itu tidak bisa dengan mudah
menyingkirkan informasi yang membahayakan atau tidak pantas seperti
pornografi.
7.
Telepone Selular
Telepone Selular seringnya disebut handpone (disingkat HP) adalah
perangkat telekomunikasi elektronik yang mempunyai kemampuan dasar yang
sama dengan telepone fixed line konvensional, namun dapat dibawa
kemana-mana (portable, mobile) dan tidak perlu disambungkan dengan jaringan telepone
menggunakan kabel (nirkabel; wireless). Sistem handpone terdiri dari perangkat
keras (hardware) dan perangkat lunak (software). Tanpa perangkat lunak
handpone hanya perangkat keras saja, demikian juga tanpa perangkat keras, tanpa
perangkat keras hanya merupakan kode-kode computer saja. (www.
Wikipedia.com)
Konsep dasar teknologi yang dipakai dalam sebuah ponsel sebenarnya
merupakan pengembangan dari teknologi radio yang dipadukan dengan teknologi
komunikasi telepon. Telepon diciptakan oleh Allexander Graham Bell pada tahun
1976, dan komunikasi tanpa kabel (wireless) ditemukan oleh Nikolai Tesla pada
tahun 1880 yang kemudian dikembangkan oleh Guglielmo Marconi. Sebelum
ponsel diciptakan biasanya radio telepon dipasang ke dalam mobil untuk dapat
digunakan sebagai sarana komunikasi secara mobile.
hingga 70 Km, karena saluran yang cukup terbatas mengakibatkan tidak semua
orang dapat menggunakan radio telepon ini. Sejak tahun 1940 teknologi wireless
dan cellular mulai diperkenalkan secara komersil, sistem radio seluler ini ternyata
telah menjadi proyek nasional di negara Jepang sejak 1967, sejak tahun tersebut
Jepang melakukan beberapa eksperimen tentang teknologi perambatan pada radio,
kekuatan sinyal dan penelitian tentang daya tangkap sinyal diarea perkotaan
menggunakan frekwensi 400 Mhz dan kemudian 900 Mhz.
Uji coba sistem seluler ini termasuk sukses dilaksanakan pada tahun 1965
dan diterapkan dikota metropolitan Tokyo. Salah satu perusahaan yang sangat
ambisius dalam hal pengembangan mikroprosesor dan semi konduktor adalah
Motorola. Kerja keras dan proyek ambisius ini ternyata membuahkan hasil yaitu
sirkuit-sirkuit buatan Motorola digunakan oleh Badan Antariksa Amerika Serikat,
pada awal program ruang angkasa dimulai, pada tahun 1973 Motorola
mempetakan sistem radio sehingga pada tahun 1973 Project Manager Motorola
Dr. Couper untuk pertama kalinya memasang base station di network dan
membuat prototipe telepon seluler.
Pada tahun 1974 federal communication commision (FCC) Amerika
memutuskan untuk membuka dan menambah spektrum 115 Mhz serta 2300
chanel untuk digunakan bagi perkembangan telepon seluler secara komersil.
Dengan persetujuan ini maka bisnis radio dan manufacture telepon semakin
berkembang dengan pesat akhirnya pada tahun 1975 FCC memberikan ijin kepada
bell system untuk mengembangkan dan melakukan uji coba sistem yang telah
ditelitinya. Bell lab adalah pesaing Motorola dalam hal pengembangan telepon
seluler. Sejak tahun 1960 hingga 1970 kedua perusahaan ini bersaing untuk
menciptakan penerangan teknologi seluler bagi kehidupan sehari-hari, Bell system
telah diuji cobakan di Chicago dan Illionis, ternyata Bell system ini telah
berkembang dengan pesat dan menjadi pelayanan telepon terbaik didunia. Bell
system melayani kota-kota kecil dan besar di Amerika Serikat dan telah mencapai
80 % dari penduduk Amerika.
kini semakin canggih, dapat digunakan untuk internet, sehingga pengguna
handphone dapat mengakses informasi dengan menggunakan handphone lewat
media internet. Beberapa perangkat hasil dari teknologi komunikasi telephone
selular menyediakan fasilitas game, audio, dan video.
Kekurangan Telepone Selular yaitu menurunkan prestasi belajar siswa
sebab dalam kehidupan pelajar yang tidak jauh dari handphone, menjadikan
pelajar lebih senang memanfaatkan handphone daripada buku pelajaran. Hal
tersebut dapat mengganggu belajar serta menghambat prestasi belajar. Telepone
sellular juga rawan terhadap tindak kejahatan. Handphone dan internet tidak luput
dari serangan penipu. Cara yang terbaik adalah tidak mengindahkan hal ini atau
mengkonfirmasi informasi yang didapatkan pada penyedia informasi tersebut.
2.1.6
Remaja
2.1.6.1 Defenisi Remaja
Remaja berasal dari bahasa latin “adoloscere” yang berarti tumbuh kearah
kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah bukan hanya kematangan fisik
saja, tetapi juga kematangan sosial dan psikologis (Widyastuti, 2009).
Menurut Sarwono (2007), remaja adalah suatu massa ketika individu
berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda- tanda sosial seksual
sekundernya sampai saat mencapai kematangan seksual. Individu mengalami
perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.
Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh pada keadaan
yang relatif lebih mandiri.
Sedangkan menurut Soetjaningsih (2004). Masa remaja adalah suatu
tahapan dengan perubahan yang cepat dan penuh tantangan yang sulit. Berbagai
tantangan ini kadang-kadang sulit diatasi sebab secara fisik sudah dewasa namun
secara psikologis belum tentu. Kejadian serupa tidak jarang terjadi di berbagai
Negara termasuk Indonesia.
kemudian disatukan dalam sebuah terminologi kaum muda (young people) yang
mencakup 10-24 tahun. Sementara itu dalam program BKKBN disebutkan bahwa
remaja adalah mereka yang berusia antara 10-24 tahun. Batasan ini ditetapkan
berdasarkan pertimbangan bahwa pada usia inilah tercapai kematangan mental,
pribadi dan sosial, walaupun kematangan biologis mungkin sudah terjadi lebih
awal pada waktu usia belasan tahun. Pada masa remaja, individu akan mengalami
situasi pubertas dimana ia akan mengalami perubahan yang mencolok secara fisik
maupun emosional/psikologis. Secara psikologis masa remaja merupakan masa
persiapan terakhir dan menentukan untuk memasuki tahapan perkembangan
kepribadian selanjutnya yaitu menjadi dewasa.
Kematangan biologis remaja perempuan pedesaan biasanya diikuti dengan
perkawinan usia belia yang mengantarkan remaja pada risiko kehamilan dan
persalinan, sementara kematangan biologis remaja laki-laki dan perempuan di
perkotaan dibayang-bayangi kemungkinan lebih dininya usia pertama aktif
seksual, kehamilan tak diinginkan, aborsi tidak aman, infeksi saluran reproduksi
dan penyakit menular seksual (Wiknjosastro, 2006).
2.1.6.2
Ciri-ciri Masa Remaja
Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi
perubahan yang cepat baik secara fisik, maupun psikologis. Perubahan-perubahan
yang terjadi menimbulkan ciri-ciri yang khas pada remaja antara lain :
(Episentrum, 2010).
berjalannya waktu, dan akan nampak jelas pada remaja akhir yang duduk
di awal-awal masa kuliah.
2.
Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan seksual.
Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan diri
dan kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik yang terjadi secara cepat,
baik perubahan internal seperti sistem sirkulasi, pencernaan, dan sistem
respirasi maupun perubahan eksternal seperti tinggi badan, berat badan,
dan proporsi tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja.
3.
Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan
orang lain. Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya
dibawa dari masa kanak-kanak digantikan dengan hal menarik yang baru
dan lebih matang. Hal ini juga dikarenakan adanya tanggung jawab yang
lebih besar pada masa remaja, maka remaja diharapkan untuk dapat
mengarahkan ketertarikan mereka pada hal-hal yang lebih penting.
Perubahan juga terjadi dalam hubungan dengan orang lain. Remaja tidak
lagi berhubungan hanya dengan individu dari jenis kelamin yang sama,
tetapi juga dengan lawan jenis dan dengan orang dewasa.
4.
Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa
kanak-kanak menjadi kurang penting karena sudah mendekati dewasa.
5.
Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan
yang terjadi. Di satu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi di sisi
lain mereka takut akan tanggung jawab yang menyertai kebebasan
tersebut, serta meragukan kemampuan mereka sendiri untuk memikul
tanggung jawab tersebut.
2.1.6.3
Tugas Perkembangan Remaja
a.
Perkembangan fisik.
Masa remaja diawali dengan masa pubertas, yaitu masa terjadinya
perubahan-perubahan fisik (meliputi penampilan fisik seperti bentuk tubuh
dan proporsi tubuh) dan fungsi fisiologis (kematangan organ-organ
seksual). Perubahan fisik yang terjadi pada masa pubertas ini merupakan
peristiwa yang paling penting, berlangsung cepat, rata-rata 8-9 tahun, dan
mengalami menarche rata-rata pada usia 12 tahun. Pada anak remaja putra
mulai menunjukan perubahan tubuh pada usia sekitar 10-11 tahun,
sedangkan perubahan suara terjadi pada usia 13 tahun.
b.
Perkembangan kejiwaan
Perubahan-perubahan yang berkaitan dengan kejiwaan pada remaja
adalah:
1.
Perubahan emosi.
Sensitif atau peka, misalnya mudah menangis, cemas, frustasi, dan
sebaliknya bisa tertawa tanpa alasan yang jelas. Utamanya sering terjadi
pada remaja putri.
Mudah bereaksi bahkan agresif terhadap gangguan atau rangsangan luar
yang memengaruhinya, suka mencari perhatian dan bertindak tanpa
berpikir terlebih dahulu.
Ada kecenderungan tidak patuh pada orang tua, dan lebih senang pergi
bersama temannya dari pada tinggal di rumah.
2.
Perkembangan intelegensia.
Cenderung mengembangkan cara berpikir abstrak, suka memberikan
kritik.
Cenderung ingin mengetahui hal-hal baru, sehingga muncul perilaku ingin
mencoba-coba.
Menurut Widyastuti (2009), tugas yang harus dipenuhi sehubungan
dengan perkembangan seksual remaja adalah :
1.
Memiliki pengetahuan yang benar tentang seks dan berbagai peran jenis
kelamin yang dapat diterima masyarakat.
3.
Mengenali pola-pola perilaku heteroseksual yang dapat diterima
masyarakat.
4.
Menetapkan nilai-nilai yang harus diperjuangkan dalam memilih pasangan
hidup
2.1.6.4 Perubahan Yang Terjadi Pada Masa Remaja
Perubahan-perubahan yang terjadi pada saat seorang anak memasuki usia
remaja antara lain dapat dilihat dari 3 dimensi yaitu dimensi biologis, dimensi
kognitif dan dimensi sosial.
a.
Dimensi Biologis
Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan
menstruasi pertama pada remaja putri atau pun mimpi basah pada remaja
putra, secara biologis dia mengalami perubahan yang sangat besar.
Pubertas menjadikan seorang anak memiliki kemampuan untuk
ber-reproduksi. Pada saat memasuki masa pubertas, anak perempuan akan
mendapat menstruasi, sebagai pertanda bahwa sistem reproduksinya sudah
aktif. Selain itu terjadi juga perubahan fisik seperti payudara mulai
berkembang, panggul mulai membesar, timbul jerawat dan tumbuh rambut
pada daerah kemaluan. Anak lelaki mulai memperlihatkan perubahan
dalam suara, tumbuhnya kumis, jakun, alat kelamin menjadi lebih besar,
otot-otot membesar, timbul jerawat dan perubahan fisik lainnya. Bentuk
fisik mereka akan berubah secara cepat sejak awal pubertas dan akan
membawa mereka pada dunia remaja.
b.
Dimensi Kognitif
alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat atau hasilnya.
Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak mereka berkembang sehingga
mereka mampu berpikir multi-dimensi seperti ilmuwan. Para remaja tidak
lagi menerima informasi apa adanya, tetapi mereka akan memproses
informasi itu serta mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka sendiri.
Mereka juga mampu mengintegrasikan pengalaman lalu dan sekarang
untuk ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan rencana untuk
masa depan.
c.
Dimensi Moral
Masa remaja adalah periode dimana seseorang mulai bertanya-tanya
mengenai berbagai fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya
sebagai dasar bagi pembentukan nilai diri mereka. Para remaja mulai
membuat penilaian tersendiri dalam menghadapi masalah-masalah populer
yang berkenaan dengan lingkungan mereka, misalnya: politik,
kemanusiaan, perang, keadaan sosial, dan sebagainya. Remaja tidak lagi
menerima hasil pemikiran yang kaku, sederhana, dan absolut yang
diberikan pada mereka selama ini tanpa bantahan. Remaja mulai
mempertanyakan keabsahan pemikiran yang ada dan mempertimbangan
lebih banyak alternatif lainnya. Secara kritis, remaja akan lebih banyak
melakukan pengamatan keluar dan membandingkannya dengan hal-hal
yang selama ini diajarkan dan ditanamkan kepadanya.
2.1.6.5 Remaja dan Kesehatan Reproduksi
Remaja melakukan berbagai macam perilaku seksual beresiko yang terdiri
atas tahapan-tahapan tertentu yaitu dimulai dari berpegangan tangan, cium kering,
cium basah, berpelukan, memegang atau meraba bagian sensitif, petting, oral
seks, dan bersenggama (sexual intercourse). Perilaku seksual pranikah pada
remaja ini pada akhirnya dapat mengakibatkan berbagai dampak yang merugikan
remaja itu sendiri. Seringkali remaja merasa bahwa orang tuanya menolak
membicarakan masalah seks pranikah sehingga mereka kemudian mencari
alternatif sumber informasi lain seperti teman atau media massa.
Penelitian menunjukkan bahwa remaja sangat membutuhkan informasi
mengenai persoalan seksual dan reproduksi. Remaja seringkali memperoleh
informasi yang tidak akurat mengenai seks dari teman-teman mereka, bukan dari
petugas kesehatan, guru atau orang tua (Gemari, 2003).
Data yang dihimpun PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia)
tahun 2006 menunjukkan remaja yang mengaku pernah melakukan hubungan seks
pranikah adalah remaja usia 17-19 tahun. Sebanyak 60% di antaranya mengaku
tidak menggunakan alat kontrasepsi dan mengaku melakukannya di rumah
sendiri, karena kurangnya informasi atau pengetahuan akan reproduksi dan
seksual yang benar menjadikan seks sebagai ajang coba-coba yang berujung pada
beberapa risiko di antaranya kehamilan.
<