• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem reproduksi pada pria terdiri dari 2 jenis, yaitu eksternal dan internal. Sperma diproduksi di bagian tubuh pria yang bernama testis. Sperma yang dihasilkan kemudian akan melalui saluran epididimis untuk penyimpanan dan mendapat nutrisi.

Sperma matang akan bergerak menuju vas deferens, yaitu sebuah tempat yang menghubungkan epididimis dengan dengan saluran penghasil semen. Bentuknya berupa dua kantong kelenjar yang berada di belakang kandung kemih yang akan menghubungkan setiap saluran vas deferens menuju ke urethra. Saluran penghasil sperma ini menghasilkan sekitar 90% cairan pada setiap ejakulasi. Saat ejakulasi terjadi, cairan semen akan membentuk seperti gel yang kemudian akan menjadi cair dalam waktu 5 hingga 30 menit. Sperma dapat bertahan hidup selama 48 sampai 72 jam dalam saluran reproduksi wanita guna membuahi sel telur. Hal ini menjadi penyebab mengapa hubungan seksual selama masa ovulasi memiliki kemungkinan terbesar untuk terjadinya konsepsi atau kehamilan.

Faktor yang menentukan mampu tidaknya sel sperma seorang pria dapat membuahi sel telur :

 Jumlah semen yang dihasilkan, umumnya berjumlah 1,5 sampai 5 ml.  Kepadatan sperma, normalnya berjumlah 20 juta per ml.

 Bentuk sperma, > 60% berbentuk normal.

 Gerak sperma, > 50% bergerak cepat, rapat, mengarah ke depan.

Jumlah sperma dinilai sangat penting, gerak sperma menjadi lebih penting dalam menentukan kemampuan sperma untuk membuahi sel telur. Seorang pria tetap dikatakan subur apabila memiliki sel sperma berkualitas tinggi kendati jumlahnya hanya sedikit.

Tiga (3) macam hormon yang mempengaruhi pertumbuhan sperma :  Follicle Stimulating Hormone (FSH)

 Luteinising Hormone (LH)  Testosterone

FSH dan LH dalah hormon yang sama yang diperlukan untuk mengatur fungsi reproduksi pada wanita. Namun pada pria kedua hormon ini memiliki dua

tanggung jawab yang berbeda. FSH bertanggung jawab untuk menstimulasi produksi sperma di dalam testis, sedangkan LH membantu menstimulasi produksi testosterone. Testosterone adalah hormone yang mendorong keinginan seksual dan memproduksi sperma.

2.1.7.5 Masalah Kesehatan Reproduksi Remaja

Sejak tahun 1994, masalah remaja dibicarakan secara terbuka sebagai salah satu masalah kesehatan reproduksi di konferensi kependudukan di Kairo. Di negara-negara berkembang, salah satu penyebab masalah kesehatan reproduksi seperti angka kematian ibu yang tinggi diduga terkait erat dengan masalah kesehatan reproduksi dan seksualitas remaja. Antara lain, karena masa transisi dari periode anak-anak ke orang dewasa berlangsung capat di negara-negara berkembang (Wiknjosastro, 2006).

Dari berbagai penelitian ditemukan bahwa permasalahan utama kesehatan reproduksi remaja di Indonesia adalah sebagai berikut (Azwar, 2001) ;

1. Informasi tentang kesehatan reproduksi remaja.

Informasi tentang kesehatan reproduksi yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan baik kepada remaja dan masyarakat luas masih kurang. Hasil jajak pendapat pada remaja menunjukkan bahwa pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi sangat kurang, hingga timbul anggapan-anggapan yang salah. Pemberian informasi mengenai kesehatan reproduksi remaja di berbagai tempat juga masih menjadi bahan pertentangan terutama bila diberikan dengan judul pendidikan seks. Penolakan pada umumnya terjadi karena anggapan bahwa pemberian informasi tentang seksualitas malah akan merangsang remaja untuk melakukan hubungan seksual, sementara konsep pemberian informasi yang benar adalah memberikan bekal pada remaja akan pengetahuan tentang hal yang berkaitan dengan sistem, fungsi dan proses reproduksi, sehingga remaja dapat menjaga kesehatan reproduksinya dengan baik, dan kelak dapat menjalankan fungsi reproduksinya secara bertanggung jawab,

pada akhirnya dapat menjalani proses reproduksinya dengan sehat dan selamat serta menghasilkan keturunan yang sehat pula.

2. Masalah Perilaku

Arus globalisasi saat ini memberikan kemudahan akan akses terhadap napza, alcohol dan rokok pada remaja. Pada pengguna napza, kontrol diri menjadi sangat kurang, rasa malu menipis, kesadaran memudar, dan semuanya ini memudahkan untuk terjun ke dalam seks bebas dan penuh risiko tertular Penyakit Menular Seksual (PMS), terjadinya penularan melalui jarum suntik sangat mudah pada pengguna napza, di samping itu peningkatan status gizi dan kesehatan pada remaja disertai dengan pengaruh hormone seksual yang mulai diproduksi pada masa remaja menyebabkan kematangan organ seksual menjadi lebih cepat, adanya dorongan seksual akibat kumulasi dari informasi yang merangsang organ reproduksi disertai kurangnya pembekalan mental, moral dan tata nilai serta etika, dapat mengakibatkan remaja aktif seksual sebelum tercapai kematangan mental dan sosial, pada keadaan ini remaja dengan masalah perilaku seksual aktif sebelum pernikahan mungkin akan mengalami masa lajang dengan penuh risiko antara lain (1) kehamilan yang tak diinginkan, (2) aborsi yang tidak aman, dan (3) penyakit menular seksual, termasuk HIV/AIDS.

3. Masalah Pelayanan Kesehatan

Akses remaja terhadap pelayanan kesehatan reproduksi remaja masih kurang, beberapa penyebab adalah kurangnya informasi tentang adanya pelayanan tersebut, adanya keengganan pergi ke tempat pelayanan tersebut karena pelayanan yang tidak “youth friendly”, petugas yang kurang terampil, pelayanan kurang komprehensif, ditambah waktu yang tidak sesuai.

4. Peraturan dan perundangan Perubahan tata nilai, kemajuan

Perubahan tata nilai, kemajuan teknologi komunikasi dan transportasi membawa dampak yang amat besar pada kehidupan remaja, tendensi jumlah remaja seksual aktif semakin meningkat, namun Peraturan dan

Perundangan kita tidak memberikan perlindungan bagi remaja seksual aktif ini. Alat dan kontrasepsi pada institusi kesehatan milik pemerintah hanya disediakan bagi pasangan usia subur. Remaja hamil karena perkosaan atau dengan masalah masalah psikososial yang berat tidak dapat menerima layanan terminasi kehamilan karena sesuai Undang-Undang, aborsi hanya dibenarkan atas indikasi medis. Tidak adanya dukungan peraturan yang mengijinkan remaja hamil dan remaja pasca melahirkan untuk tetap bersekolah akan mendatangkan masa depan yang gelap bagi remaja yang bersangkutan.

2.1.7.6 Faktor-faktor yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi

Notoatmodjo (2007) menyebutkan secara umum terdapat 4 faktor yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi, yaitu

1. Faktor sosial-ekonomi, dan demografi. faktor ini berhubungtan dengan kemiskiinan dan tingkat pendidikan yang rendah dan ketidaktahuan mengenai perkembangan seksual dan proses reproduksi, serta lokasi tempat tinggal yang terpencil.

2. Faktor budaya dan lingkungan, antara lain adalah praktik tradisional yang berdampak buruk terhadap kesehatan reproduksi, keyakinan banyak anak banyak rezeki, dan remaja mengenai fungsi dan proses reproduksi.

3. Faktor psikologis: keretakan orang tua akan memberikan dampak pada kehidupan remaja, depresi yang disebabkan oleh ketidakseimbangan hormonal, rasa tidak berharganya wanita di mata pria yang membeli kebebasan dengan materi.

4. Faktor biologis, antara lain cacat sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi, dan sebagainya.

2.2 Kerangka Konsep

Konsep adalah generalisasi dari sekelompok fenomena yang sama. Konsep dibangun dari teori-teori yang digunakan untuk menjelaskan variabel-variabel yang akan diteliti (Bungin, 2005: 57).

Konsep atau variabel yang terdapat di dalam penelitian ini adalah Pola Konsumsi Media Remaja Dalam Memperoleh Informasi Kesehatan Reproduksi.

2.3 Model Teoritis

Model teoritis berguna untuk menggambarkan rencana atau strategi penelitian yang akan dilakukan. Adapun model teoritik dalam penelitian ini adalah:

Gambar 2.1 Model Teoritis

Model teoritik ini dibangun agar membantu proses identifikasi, penggambaran atau kategorisasi komponen-komponen yang relevan dari suatu proses, dan dapat menunjukkan keterkaitan antara satu komponen dengan komponen lainnya dalam suatu proses. Keberadaannya dapat ditunjukkan secara nyata, didalam bagan ini terlihat dan disorot dengan jelas permasalahan remaja mengkonsumsi media dalam memperoleh informasi mengenai kesehatan reproduksi diantaranya system dan fungsi reproduksi, proses reproduksi, masalah kesehatan reproduksi, dll. Informasi tentang kesehatan reproduksi Media Massa : 1. Surat kabar 2. Majalah 3. Radio 4. Film 5. Televisi 6. Internet 7. Telepon Seluler Remaja mengkonsumsi media

1.Sistem dan Fungsi Reproduksi a. Wanita b. Pria 2. Proses Reproduksi 3.Masalah Kesehatan Reproduksi

2.4 Operasional Variabel

Kerangka konsep yang telah diuraikan diatas, maka dibentuklah operasional variabel yang berfungsi untuk kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian sebagai berikut:

Tabel 2.1 Operasional Variabel

Variabel Penelitian Indikator

Pola konsumsi media remaja dalam memperoleh informasi kesehatan

reproduksi Media Massa : 1. Surat kabar 2. Majalah 3. Radio 4. Film 5. Televisi 6. Internet 7. Telepon Seluler

Informasi tentang kesehatan reproduksi

1. Sistem dan fungsi reproduksi 2. Proses reproduksi

3. Masalah kesehatan reproduksi

2.5 Defenisi Operasional

Definisi operasional merupakan suatu petunjuk pelaksanaan mengenai cara-cara untuk mengukur variabel-variabel. Adapun yang menjadi definisi operasional dalam penelitian ini adalah :

1. Pola konsumsi media remaja dalam memperoleh informasi kesehatan reproduksi

a. Media massa

Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan-pesan atau informasi dari sumber kepada khalayak (menerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, majalah, radio, film, TV, Internet dan telepone selular.

- Surat Kabar merupakan penerbitan berupa lembaga yang berisi berita-berita karangan, iklan yang dicetak dan diterbitkan secara tetap atau lebih periodik dan untuk dijual kepada umum.

- Majalah merupakan penerbitan berkala yang berisi bermacam-macam artikel dalam subyek yang bervariasi. Majalah biasa diterbitkan mingguan, dwimingguan dan bulanan.

- Radio adalah tekhnologi yang digunakan untuk pengirim sinyal dengan cara modulasi dan radiasi elektromagnetik (gelombang elektromagnetik).

- Film merupakan gambar hidup yang biasa disebut movie. Film secara kolektif, sering disebut ‘sinema’. Gambar-gambar hidup adalah bentuk seni, bentuk populer dari hiburan maupun bisnis. - Televisi adalah sistem penyiaran dengan disertai bunyi (suara)

melalui kabel atau angkasa dengan menggunakan alat yang mengubah cahaya (gambar) dan bunyi (suara) menjadi gelombang listrik dan mengubahnya kembali menjadi berkas cahaya yang dapat didengar.

- Internet merupakan jaringan komputer luas dan mendunia, yaitu menghubungkan pemakai komputer, dari suatu Negara ke Negara lain diseluruh dunia, dimana didalamnya terdapat sumber daya informasi dari mulai statis hingga yang dinamis dan interaktif. - Telepon Seluler merupakan perangkat komunikasi elektronik yang

mempunyai kemampuan dasar yang sama dengan telepon konvensional saluran tetap. Namun dapat dibawa kemana-mana (portable, mobile). Berfungi untuk melakukan panggilan dan menerima panggilan telepon, ponsel juga umumnya mempunyai fungsi pengiriman dan penerimaan pesan singkat, jasa videophone, dan gadget yang multifungsi.

2. Informasi tentang kesehatan reproduksi

a. Sistem dan fungsi reproduksi yaitu suatu rangkaian dan interaksi organ dan zat dalam organisme yang dipergunakan untuk berkembang biak.

b. Proses reproduksi yaitu proses melanjutkan keturunan yang menjadi tanggung jawab bersama laki-laki maupun perempuan, karena itu baik laki-laki maupun perempuan harus tahu dan mengerti mengenai berbagai aspek kesehatan reproduksi. Kesalahan dimana persoalan reproduksi lebih banyak menjadi tanggung jawab perempuan tidak boleh terjadi lagi.

c. Masalah kesehatan reproduksi yaitu suatu keadaan yang menyimpang sehingga menyebabkan dampak negatif bagi kesehatan reproduksi.

Dokumen terkait