• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proses Studi Kasus

Dalam dokumen PENELITIAN MULTI KASUS DAN MULTI SITUS (Halaman 36-41)

PROPOSAL STUDI KASUS

1.5. Proses Studi Kasus

beberapa bentuk penelitian, atau barangkali aktivitas manusia secara umum, tidak mempunyai bias, itu menurut penelitinya. Tetapi, yang dinamakan manusia sebagai mahluk sosisal, bias itu pasti ada. Bahkan pada ilmu pengetahuan fisik dan kehidupan, bias peneliti tercermin pada subjek dan objek penelitian. Bentuk utama dari studi kasus utamanya bersifat naratif, deskripsi akurat. Sebuah fakta relevan perlu dimasukkan dan lingkungan harus tidak mempunyai pendengaran tentang situasi yang harus dibuang.

1.5. Proses Studi Kasus

Studi kasus penelitian merupakan proses yang perlu dipahami dan diikuti secara hati-hati. Karena, harus berfokus pada langkah-langkah yang relevan, sehingga hasil dari penelitian studi kasus dapat dipertanyakan atau invaliditasnya. Tetapi, beberapa pakar dari peneli-tian studi kasus menyatakan bahwa temuan ingin dicapai, seperti hasil adalah urutan nomor dua, namun proses penelitian yang menjadi tujuan utama dalam penelitian studi kasus (kualitatif).

1.5.1. Ketidakseragaman Saat Mencatat Bukti

Peneliti di bidang akuntansi, manajemen, dan bisnis biasanya melibatkan penelitian studi multi kasus. Dengan demikian, ketidakseragaman dari catatan harus diajukan untuk memfasilitasi perbandingan antara enterprise atau situasi, dan gangguan memungkinkan untuk menyoroti kemiripan serta perbedaannya. Penelitian studi kasus seringkali dianggap informal, karena dibingungkan dengan kasus yang ditulis dari sudut pandang peneliti. Kenyataannya, ditemukan pada pendekatan studi kasus membutuhkan pendekatan formal yang agak berbeda penelitian kuantitatif positivistik (Triyuwono, 2006).

1.5.2. Prosedur Lapangan

Peneliti harus bekerja dalam dunia nyata, sehingga harus berhadapan dengan kejadian dunia nyata selama rencana pengumpulan bukti. Informan dapat memahami lebih jauh selama melakukan penelitian. Peneliti di perusahaan harus menganalisis ketersediaan dan masalah-masalah yang tidak diharapkan. Lain halnya, ketika muncul prosedur lapangan yang perlu dijelaskan secara detail meliputi: (a) mendefinisikan siapa yang harus diwawancarai, (b) bagaimana ke-sediaan informan, (c) memastikan sumber daya yang tersedia termasuk waktu, paper, catatan trial and error, (d) mengembangkan prosedur untuk memperoleh bantuan dari peneliti lain, (e) menyiapkan jadual untuk menampilkan aktivitas pengumpulan bukti, (f) menyajikan

kontingensi, (g) perekaman data pada semua sumber, dan (h) dianjurkan

semua sumber data sebaiknya diberi kode sesuai dengan sumber pada masing- masing data.

1.5.3. Pertanyaan Studi Kasus

Di pusat, informasi diatur secara memadai untuk menerima pertanyaan-pertanyaan yang mencerminkan penyelidikan aktual. Terdapat dua karakteristik yang membedakan dari sekumpulan pertanyaan yang digunakan dalam survey lebih untuk umum. Pertama, pertanyaan-pertanyaan diajukkan pada informan kunci, kemudian ditentukan peneliti dan bukan untuk estimasi, tetapi real dan benar adanya. Pertanyaan- pertanyaan mengingatkan peneliti sehubungan dengan yang dipahami informasi kemudain dikumpulkan oleh peneliti.

Kedua, masing-masing pertanyaan harus dibarengi dengan daftar

sumber bukti yang kuat dan diperoleh peneliti dari komentar hasil wawancara dengan informan kunci, dokumen, dan observasi di lapangan.

16

desain untuk pengumpulan bukti dari kasus tunggal, multi kasus dan tidak dimaksudkan sebagai proyek keseluruhan. Namun, harus dipilah berdasarkan kebutuhan peneliti studi kasus kualitatif.

1.6. Simpulan

Berdasarkan pendahuluan yang ada pada latar belakang, studi kasus penelitain sosial, studi kasus dan pengumpulan bukti, studi kasus dan logika dari materi yang telah dijelaskan di atas, dapat disimpulkan bahwa. buku ini cocok digunakan pada jenjang pendidikan vokasi D3, namun khusus D3, lebih mengarah pada kasus tugggal, bukan pada multi kasus. Sedangkan, pada pendidikan vokasi pada level D4 dan S2 cocok dan tepat, jika menggunakan multi situs maupun multi kasus.

Buku ini cocok dipakai pada mahasiswa dan mahasiswi pemula dalam melakukan penelitian, sehingga terbuka wawasan untuk lebih kreatif dalam mengembangkan bakat dalam penelitian vokasi. Penelitian studi kasus memberi kontribusi yang sangat besar pada penerapan pengetahuan. Lebih tepat jika diterapkan pada pendidikan vokasi. Penelitian Studi kasus yang selama ini berjalan adalah penelitian studi kasus pada penelitian pendidikan pada lingkup penelitian tindakan kelas (PTK). Selain itu, juga dilakukan penelitian dalam lingkup perusahaan digunakan untuk mengembangkan kerangka kerja untuk mengumulkan bukti-bukti keuangan dalam perusahaan. Di samping itu juga, studi kasus yang digunakan sebagai teknik pengumpulan data dari berbagai sumber sehingga disebut sebagai multi kasus, lebih lebih dari satu kasus, jika hanya menggunakan satu disebut kasus tunggal.

Peneliti harus menyatakan, tentang tentang jenis penelitiannya, apakah kasus tunggal atau muti kasus. Ciri-ciri temuan penelitian multi situs, peneliti telah melakukan penelitian pada jenis perusahaan yang memiliki bidang usahanya sejenis, namun berbeda nama perusahaan,

alamat perusahaan, pimpinan perusahaan, tetapi kedua atau lebih entitas tersebut memiliki jenis usaha yang sejenis. Ciri-ciri temuan penelitian multi kasus, peneliti telah melakukan penelitian pada jenis perusahaan yang bidang usahanya berbeda sejenis, namun berbeda nama perusahaan, alamat perusahaan, pimpian perusahaan, serta kedua entitas tersebut memiliki jenis usaha yang berbeda pula. Penelitian kualitatif lebih mengedepankan proses penelitian dan fokus dibanding hasil. Karena, selain itu, penelitian kualitatif lebih menekan pada pendalaman informasi data yang diperlukan. Penelitian kualitatif yang baik, jika dilakukan bertahun-tahun.

Pengumpulan data dalam penelitiab studi kasus lebih cocok, jika diterapkan pada pendidikan guru, khususnya PTK, pendidikan magister terapan di bidang manajemen, bisnis, dan akuntansi, serta keuangan. Sebetulnya studi kasus bisa diterapkan pada penelitian percobaan, yaitu percobaan yang ada di laboratorium ilmu pengetahuan alam. Sebab, ada yang menyatakan bahwa penelitian studi kasus merupakan payung bagi metode penyelidikan yang berfokus pada penyelidikan tentang kejadian spesifik. Dengan demikian, studi kasus dapat didefinsisikan sebagai penyelidikan empiris yang menyelidiki fenomena kontemporer dalam konteks kehidupan nyata, ketika batasan antara fenomena dan konteks tidak jelas, maka disitulah fungsinya studi kasus muncul.

Studi kasus dari sudut pandang peneliti, pendekatan studi kasus menekankan pada siatuasi total atau holistik sebagai kombinasi dari unsur-unsur yang berbeda. Pendalaman studi kasus bisa dilakukan, jika peneliti masih memiliki waktu yang cukup untuk menyelami studi kasus, dan penelitian studi kasus tersebut berada pada tataran metode penelitian yang menekankan pada survey, group focus, wawancara mendalam, dan analisis bukti dokumen/arsip. Peneliti kualitatif baik multi situs maupun multi kasus dianjurkan menggunakan berbagai teknik

18

untuk mendapatkan informasi yang valid dari berbagai informan kunci. Syarat informasi kunci yang dianjurkan, yaitu: (a) memiliki pendidikan yang sejenis antara pengalaman yang ditekuni saat ini dengan pendidikan yang diperoleh di bangku kuliah pengalaman minimal disarankan 3 (tiga) tahun dan (b) memiliki pendidikan yang berbeda dengan pengalaman yang ditekuni saat ini dengan pendidikan yang diperoleh di bangku kuliah tidak sama/berbeda, pengalaman disarankan minimal 5 (lima) tahun.

Studi harus diawali dari logika percobaan, bukan mengikuti logika berpikir dari pemahaman peneliti, melainkan dilakukan peneliti berdasarkan percobaan dengan dibantu oleh informan kunci. Bias studi kasus, baik multi kasus maupun multi situs, karena ilmunya sosial pasti ada biasnya. Status peneliti adalah manusia yang hidup memerlukan bantuan orang lain, maka pasti ada biasnya. Penelitian studi kasus bukan sebuah objektif yang sempurna, karena yang sempurna itu bukan milik manusia, melainkan milik pencipta ilmu pengetahuan. Mengetahui pencipta ilmu pengetahuan hanya mereka yang mengenal Allah (Tuhan Semesta Alam). Kelemahan penelitain kualitatif bersifat temporer, berbeda dengan penelitian yang meng-gunakan paradigma postivistik. Prosedur penelitian dalam penelitian kualitatif baik multi situs maupun multi kasus harus berjalan di dunia nyata/real selama pengumpulan data lapangan berlangsung.

Dalam dokumen PENELITIAN MULTI KASUS DAN MULTI SITUS (Halaman 36-41)

Dokumen terkait