INTERPRETASI DATA
4.6. Hasil Interpretasi Data
4.6.3 Praktek Prostitusi Merupakan Disfungsi Tempat Wisata Lumban Silintong .1 Analisa Tentang Prostitusi
4.5.3.2 Proses Terjadinya Praktek Prostitusi Di Tempat Hiburan Malam Tempat Wisata Lumban Silintong
Praktek Prostitusi di tempat hiburan malam yang menyediakan pelayanan seks
sudah menjadi rahasia umum bagi penduduk disekitar kawasan wisata maupun bagi
penduduk luar lainnya. Pelayanan seks ini dapat diterima dengan mudahnya oleh
pengunjung hanya dengan uang yang mereka miliki.
Untuk pengunjung yang ingin memperoleh pelayanan seks dari para pekerja seks
komersial baik atau tanpa berhubungan seks, mereka biasanya terlebih dahulu duduk dan
menikmati layanan hiburan di tempat hiburan malam, sembari memesan makanan
ataupun minuman atau bahkan minuman yang ada kandungan alkoholnya. Setelah
memesan minuman, pengunjung dapat memesan pekerja seks komersial kepada para
pelayan tempat hiburan malam, dengan memberi tahu mereka menginginkan teman
“ Setiap pengunjung yang mendapatkan pelayanan seks terlebih dahulu
duduk dan menikmati layanan tempat hiburan malam, sembari memesan minuman yang ada alkoholnya. Setelah itu barulah pengunjung memesan pekerja seks komersial kepada para pelayan”
Dalam praktek prostitusi tersebut dapat mudah diterima oleh pengunjung hanya
dengan uang yang mereka miliki, sesuai dengan kesepakatan bersama. Pada bisnis yang
terjadi di tempat hiburan malam tersebut, dapat dilihat dengan adanya hubungan yang
terjadi pada seseorang yang berbeda kedudukan tetapi dihubungkan melalui ikatan
kepentingan dalam persahabatan untuk tujuan tertentu, dimana dalam pola hubungan
patron-klien ada dua atau lebih sebagai pelaku utama hubungan tersebut, yaitu bisnis
antara pekerja seks komersial dengan hidung belang yang terjadi di tempat hiburan
malam tersebut. (Merton dalam Poloma 2000).
Dalam proses yang terjadi pada praktek tersebut, dapat dilihat yang menjadi
patron adalah penyalur atau orang yang menjadi distributor dengan bekerja sama dengan
pedagang yang berhasrat untuk memperoleh keuntungan. Sedangkan yang menjadi klien
adalah para pekerja seks komersial, yang siap melayani para hidung belang dengan
melakukan hubungan intin di tempat penginapan/hotel.
Begitu juga halnya seperti yang dikatakan oleh informan saya P.N (lk, 25 tahun)
“ Saya harus bisa mengenali para pengunjung yang yang ingin mencari barang (bahasa untuk panggilan bagi Pekerja Seks Komersial) dan harus pintar mematok harga dengan iming-iming barang tersebut barang bagus. Karena setiap besar harga yang disepakati, berpengaruh pada banyaknya keuntungan yang diperoleh “.
Kehadiran para pengunjung ke tempat hiburan malam didukung juga oleh
fasilitas-fasilitas lainnya, yakni dengan tersedianya hotel yang biasanya digunakan oleh
pasangan mesum untuk melakukan hubungan badan. Dan paling digemari oleh sebagian
pengunjung adalah dengan tersedianya minuman-minuman alkohol dari kadar rendah
sampai tinggi, yang sebagai pemicu para pengunjung untuk melakukan hubungan badan
dengan para pekerja seks komersial.
Setelah pengunjung memesan kepada pelayan tempat hiburan, maka mereka
menghubungi germo yang langsung membawa perempuan pekerja seks tersebut kepada
pengunjung. Setelah pengunjung dan pekerja seks diperkenalkan, mereka dipersilahkan
untuk mengobrol untuk sementara untuk mencocokkan apakah pengunjung tertarik untuk
memakai jasa daripada pekerja seks tersebut. Atau kadang tanpa germo pun, kadang kala
pekerja seks komersial melakukan transaksi dengan sendirinya, dan transaksi harga ini
disesuaikan dengan hal-hal berikut:
• jenis pelayanan yang dipakai dengan cara melakukan hubungan suami istri atau cuma untuk dikawani saja.
• Lama pelayanan seks yang diberikan. apakah sekali berhubungan saja (short time) atau semalaman (long time).
Setelah negoisasi harga telah tercapai barulah pekerja seks komersial tersebut
dapat dibawa tergantung dimana tempat yang telah disepakati, seperti hotel yang telah
menjadi langganan wanita Pekerja Seks Komersial atau kadang dibawa pengunjung ke
tempat tinggalnya.
“ Setelah kesepakatan harga tercapai, kedua pasangan pun meninggalkan tempat hiburan malam dan biasanya mencari hotel yang digunakan untuk melakukan hubungan suami istri. Dan biasanya pengunjung juga minta izin sama saya untuk bisa membawa ke tempat tinggalnya, karena untuk lebih menghemat biaya”
Dalam pelayanan pekerja seks komersial kepada pelanggannya, biasanya
pelayanan yang dilakukan harus memuaskan. Sebab apabila pengunjung merasa puas
dengan pelayanan pekerja seks komersial tersebut, tidak jarang mereka memberikan
imbalan uang berupa tanda terimakasih atas pelayanan yang baik yang diberikan untuk
pengunjung. Dan lagi, untuk menghindari pengaduan buruk dari pelanggan terhadap si
germo, perihal pelayanan yang diberikan oleh pekerja seks komersial tersebut kepada
pelanggan. Hal ini diperkuat juga oleh informan saya J.S (28 tahun)
“ Saya biasanya memberikan uang tip walau sedikit, sebagai tanda terimakasih saya terhadap pekerja seks komersial atas layanan yang terbaik. Dan jika pekerja seks tersebut tidak melayani dengan sewajarnya, maka saya juga akan mengadukan kepada germo yang telah menawarkan kepada saya untuk minta ganti rugi”
Selain menggunakan jasa melalui germo, pengunjung juga dapat memperoleh
pelayanan seks melalui tanpa perantara atau germo. Biasanya mereka berjanjian pada
suatu tempat untuk ketemu, dan bukanlah di tempat hiburan malam tersebut, karena
masing-masing pekerja seks komersial yang ada di tempat hiburan malam tersebut
biasanya telah dikoordinir oleh perantaranya. Hal ini dikarenakan oleh germo berperan
dalam keberadaan para pekerja seks komersial di tempat hiburan malam. Pelayanan seks
yang dilakukan tanpa melalui perantara sangat menguntungkan para pekerja seks
dapat memperoleh keuntungan yang lebih besar, karena tanpa harus menyetor kepada
germo.
Dalam memperoleh pelayanan seks tersebut pengunjung yang menginginkan
pelayanan seks tersebut dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :
1. Pengunjung baru
Pengunjung baru adalah pengunjung yang masih pertama atau dua kali
datang ke tempat hiburan malam, yang biasanya belum tahu proses didalam
memperoleh pelayanan seks tersebut, biasanya mereka terlebih dahulu pesan
minuman pada tempat hiburan malam tersebut. Dengan wajah yang pertama
sekali datang yang dilihat oleh para pekerja seks komersial. Dalam keadaan
seperti ini , sewaktu pengunjung memesan minuman, biasanya para pekerja seks
mendekati para pengunjung dengan mengobrol, dan menawarkan diri untuk
mengawani pengunjung untuk minum. Setelah pengunjung bernegoisiasi dengan
pekerja seks, biasanya pengunjung menawarkan untuk memakai jasa dalam
pelayanan seks. Dan pekerja seks biasanya permisi atau pun melapor kepada sang
germo untuk melayani pengunjung tersebut. Barulah pengunjung dapat membawa
pekerja seks komersial tersebut ke hotel atau pun ke tempat yang disetujui oleh
pengunjung atau pun pekerja seks komersial itu sendiri.
Pernyataan ini diperkuat juga oleh informan saya J.S (28 tahun) yaitu
“ Pertama kali saya datang ke tempat ini, saya langsung ditawari untuk
ditemani oleh perempuan yang sebenarnya adalah pekerja seks komersial dan lama kelamaan dia menawarkan pelayanan seks. Setelah harga yang kami
sepakati cocok, pekerja seks tersebut minta izin sama germonya dan kami pun pergi ke hotel yang sudah disetujui “
2. Pengunjung yang sudah biasa datang
Pengunjung yang sudah biasa datang ke tempat hiburan malam biasanya
sudah langsung mengambil tempat, tanpa harus dipersilahkan dulu. Pedagang/
pelayan pun sudah tahu apa minuman yang sudah biasa bagi pengunjung. Setelah
selesai menikmati sajian hiburan malam, biasanya ia langsung menghubungi
germo, lalu germo membawa pekerja seks yang terbaru kepada pengunjung dan
dibiarkan untuk mengobrol dalam mencocokkan harga. Setelah ada kecocokan
harga, maka pengunjung membawa pekerja seks tersebut ke tempat yang sudah
disetujui oleh kedua pihak.
Kelebihan dari pengunjung yang sudah biasa datang ke tempat ini adalah,
pengunjung biasa bisa melakukan janji kepada pekerja seks komersial untuk
bertemu disuatu tempat. Dengan begitu, pengunjung bisa lebih menawar lebih
murah karena pekerja seks tidak perlu menyetor sebagai tanda laporan kepada
sang germo. Dan pengunjung pun bisa menghubungi pekerja seks tanpa harus
datang ke tempat hiburan malam dan hanya menunggu di tempat yang sudah
dijanjikan, supaya pekerja seks komersial tersebut menjumpai pelanggan tersebut.
Hal ini juga dikatakan informan saya D.T (lk,40 tahun) yaitu
“ Para PSK bisa dihubungi saja dan kapan saja, jika kita sudah menjadi
langganan buat mereka “
Pelayanan seks yang terjadi dapat dengan mudah diterima dengan mudahnya oleh
diberikan oleh pekerja seks komersial tersebut kepada pengunjungnya dibagi menjadi dua
bagian, yaitu:
1. Pelayanan seks dengan cara tidak berhubungan badan, yakni pelayanan jasa
yang diberikan oleh pekerja seks komersial kepada para pengunjungnya, dengan
tanpa melakukan hubungan kelamin namun hanya sekedar berkencan dengan
berpegangan tangan, berpelukan dan sekedar berciuman. Pelayanan seks dengan
tidak berhubungan badan ini biasanya diberikan Pekerja seks kepada
pengunjungnya hanya di lokasi tempat hiburan malam, dimana pengunjung hanya
ditemani untuk mengobrol ataupun sekedar minum-minum yang mengandung
alkohol dan sambil untuk bermesraan. Pelayan seks ini biasanya dikasih upah
dengan uang tip ala kadarnya dengan minimal Rp 50.000,-. Hal ini didukung pula
dengan kondisi penerangan di tempat tersebut dengan remang-remang dan agar
tertutup dari luar yang merupakan lintas jalan di Tempat wisata tersebut.
2. Pelayanan seks dengan berhubungan badan, yakni pelayanan jasa yang
diberikan oleh para pekerja seks komersial kepada para pengunjungnya dengan
melakukan hubungan kelamin. Pelayanan seks ini biasanya diberikan oleh Pekerja
seks kepada pengunjungnya di hotel-hotel yang telah tersedia di kawasan tempat
wisata tersebut, dan bahkan juga di hotel-hotel luar kawasan tempat wisata,
tergantung kesepakatan antara pengunjung dan pekerja seks komersial tersebut.
Pelayanan seks dengan berhubungan badan dapat diperoleh oleh pengunjung
dengan harga berkisar Rp. 200.000,- sampai dengan Rp. 1.000.000,- tergantung
Jika dikategorikan menurut lamanya pekerja seks melayani pengunjung, dapat
dibagi menjadi 2, yakni :
• Short Time
Adalah pelayanan seks yang diperoleh oleh pengunjung dalam rentang
waktu yang singkat, untuk satu kali pelayanan seks dimana pengunjung
mencapai satu titik kepuasan atau ejakulasi dalam satu kali hubungan seks.
Biasanya harga untuk layanan ini berkisar antara Rp 200.000,- sampai
dengan Rp 300.000,-.
• Long Time
Adalah pelayanan seks yang diperoleh oleh pengunjung dalam rentang
yang panjang yang biasanya semalaman sampai batas waktu hotel telah
habis. Biasanya harga untuk layanan ini berkisar antara Rp 500.000,
keatas tergantung kesepakatan
Jika dikaterogikan menurut kualitas, berarti sama saja membicarakan
masalah Umur pekerja seks yang dipakai. Dalam kategori ini dapat dibagi
menjadi 3, yakni:
• Umur 22 ke bawah
Biasanya pekerja seks dalam kategori ini adalah para wanita yang
melakukan pekerjaan sebagai pekerja seks komersial dengan masih
ragu-ragu. Kebanyakan dari mereka adalah remaja-remaja yang sudah berhenti
sekolah dan berhasil dibujuk untuk memperoleh uang dengan cara yang
sampai 1 juta, tergantung bagaimana germo meyakinkan pengunjung
terhadap kualitas pekerja seks yang ditawarinya.
• 23-30 Tahun
Para pekerja seks dengan kategori ini biasanya melakukan pekerjaan
sebagai pekerja seks komersial adalah karena tidak mempunyai pekerjaan
yang bisa mencukupi hidupnya dengan hidup yang mewah. Dan bahkan
juga ada sebagian yang sudah pernah berkeluarga dan ditinggal oleh
suaminya. Karena tekanan keluarga, maka mereka lebih memilih untuk
merantau dan mencari hidup mereka sendiri. Tarif dalam kategori ini
biasanya berkisar standar yang menjadi pasaran di tempat hiburan malam
tersebut.
• 35 Tahun keatas
Para pekerja seks dengan kategori ini biasanya melakukan pekerjaan
sebagai pelayan seks dikarenakan kondisi ekonomi mereka. Biasanya
mereka mengirimkan uang sebagian hasil pekerjaan mereka sebagai
pekerja seks komersial ke orang-orang terdekatnya di kampung, sebagai
biaya hidup maupun sekolah anak-anaknya.
Dalam praktek Prostitusi yang terjadi di tempat hiburan tersebut biasanya
dilakukan malam hari, berkisar dimulai jam 7.30 malam dengan keadaan tempat yang
remang-remang dan agak tertutup dari luar. Sehingga aroma prostitusi yang terjadi tidak
mencolok, walaupun praktek tersebut sudah menjadi rahasia umum.
Disamping praktek prostitusi yang terjadi, suara musik yang ada di tempat
dirasakan oleh warga pas waktunya tidur malam. Keadaan inilah yang kadang membuat
masyarakat kadang terganggu dengan keberadaan tempat hiburan malam Lumban
Silintong tersebut.