• Tidak ada hasil yang ditemukan

Praktek Prostitusi Sebagai Salah Satu Bentuk Penyalahgunaan Fungsi Tempat Wisata

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Praktek Prostitusi Sebagai Salah Satu Bentuk Penyalahgunaan Fungsi Tempat Wisata"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

PRAKTEK PROSTITUSI SEBAGAI SALAH SATU

BENTUK PENYALAHGUNAAN FUNGSI TEMPAT

WISATA

(

STUDI DESKRIPTIF PADA SALAH SATU TEMPAT HIBURAN MALAM DI

KAWASAN TEMPAT WISATA LUMBAN SILINTONG BALIGE

)

SKRIPSI

Diajukan oleh

FRIDOLIN ML TOBING 050901048

GUNA MEMENUHI SALAH SATU SYARAT

UNTUK MEMPEROLEH GELAR SARJANA

ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

▸ Baca selengkapnya: keberadaan seni rupa menurut feldman” memiliki fungsi salah satunya sebagai fungsi individual,maksudnya adalah,...

(2)

ABSTRAKSI

Potensi pariwisata Danau Toba yang kita miliki harus kita syukuri bersama dengan berbagai keunggulan dan keunikan yang tidak dijumpai didaerah-daerah lain. Sehingga dimungkinkan menciptakan diversifikasi atraksi dan atau daya tarik wisata baik yang bersfat alami, budaya maupun sejarah. Partisipasi masyarakat dapat diwujudkan dengan keikutsertaan dalam pengembangan yang disebut usaha-usaha pariwisata yang menyediakan barang dan jasa bagi yang melakukan kunjungan.

Adapun masalah dalam penelitian adalah terjadinya praktek prostitusi sebagai salah satu bentuk penyalahgunaan fungsi tempat wisata yang dilakukan oleh sebagian pihak yang menyebabkan pergeseran fungsi dari fungsi dengan nilai ideal kepada nilai yang disfungsional. Disfungsi ini dapat dilihat dari fungsi awal tempat wisata sebagai tempat untuk melakukan aktifitas wisata, disalahgunakan menjadi tempat untuk menyediakan pelayanan seks bagi para pengunjung.

Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa terjadinya praktek prostitusi di tempat hiburan malam dikarenakan adanya pihak yang melihat prospek keuntungan, dengan cara bersaing untuk mendapatkan pengunjung. Keberadaan tempat hiburan malam dengan adanya pelayanan seks, terinspirasi dari maraknya di kota-kota besar, yang memberikan keuntungan yang besar dengan praktek seperti itu.

(3)

KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati saya mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang

Maha Esa, sebab kasihNya yang begitu besar pada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi saya yang berjudul “ PRAKTEK PROSTITUSI SEBAGAI

SALAH SATU BENTUK PENYALAHGUNAAN FUNGSI TEMPAT WISATA”

Dalam penulisan skrispsi ini banyak hikmad yang penulis terima, terutama dalam

hal ketekunan, kesabaran dan penyerahan diri terhadap Tuhan. Disiplin dan kesabaran

untuk memahami orang lain, kemampuan berpikir dan daya nalar khususnya dalam

penyelesaian skrispsi ini, ini semua merupakan pengalaman yang tidak akan dapat

dilupakan.

Skripsi ini khusus kupersembahkan buat Ayahanda M. L. Tobing dan buat

Ibunda N. br. Tambunan yang telah sabar dalam membimbing saya anaknya menjadi

seorang sarjana. Dan juga telah memberikan cinta kasih pengertian, dorongan yang tak

henti-hentinya kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini dan pengorbanan yang

tidak ternilai selama ini kepada penulis. Semoga Tuhan memberikan limpahan

RahmatNya dan berkatNya kepada orang tua penulis. Terimakasih untuk doa bapak dan

mama, dan semoga saya kelak jadi anak berguna baik bagi keluarga maupun untuk

Negara.

Selama penulis menulis skripsi ini dan melaksanakan penelitian yang mendukung

dalam penyusunan skripsi, penulis banyak memperoleh bantuan dari semua pihak. Oleh

karena itu pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terimakasih yang

(4)

1. Bapak Prof. DR. Badaruddin, M.Si selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan

Ilmu Politik serta selaku Ketua Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra.Rosmiani, MA selaku selaku sekretaris Departemen Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

3. Bapak Drs.Junjungan SBP Simanjuntak, M.Si selaku dosen pembimbing saya

yang telah banyak membimbing, memberikan waktu, tenaga dan sumbangan

pemikiran dalam memberikan saran dan kritik serta mengevaluasi sehingga

skripsi ini dapat selesai dengan baik.

4. Bapak Drs. Sismudjito, M.Si sebagai ketua penguji dan Ibu Dra. Ria

Manurung, M.Si sebagai reader yang telah banyak memberikan masukan

terhadap penulis dan waktu dalam proses penulisan skripsi ini.

5. Bapak, ibu dosen yang ada di FISIP USU khususnya dosen saya yang

mengajarkan mata kuliah di departemen sosiologi, atas ilmu yang telah

diberikan kepada penulis selama ini.

6. Bapak kepala desa Lumban Silintong Kecamatan Balige Kabupaten Toba

Samosir.

7. Abang-abang saya Bang Franky dan kakak ipar, bang Fernando dan bang

Frans, yang memberikan banyak dorongan kepada penulis. terimakasih atas

doa-doanya dan dukungannya .

8. Alm Opung Boru saya C. Simanjuntak yang telah banyak berperan dan

(5)

Perguruan Tinggi dan berhasil meraih gelar Sarjana. Terima kasih banyak

Pung !

9. Sohibku Alm Imelda Siahaan yang telah menjadi partner saya dalam

melakukan penelitian di Lumban Silintong sehingga penulis lebih mudah

mendapatkan data-data untuk keperluan skripsi. Selamat Jalan kawan, dan

maafkan aku karena keinginanmu untuk mendampingi saya di acara sidang

tidak terpenuhi.

10.Teman-teman saya stambuk 2005 ada Benny, Rani, Ary, Dedy, Prima,

Lenny, Ira, Helna, Lola, Indra, Franklin, Spongsbob, Hernita, Rama, Edu,

Roy, Vera, Cen-Cen, Jay, Sary, Renty, Ade dan sebagainya yang tidak dapat

penulis sebutkan satu-persatu semoga sukses dan selamat berjuang.

11.Senior-senior saya ada Bastian 03, Porta 03, Alex 03, Tobing 03, Fery 03,

Dinan 03, Otto 04, serta junior-junior saya Okto 06, Diko 06, Prabu 06,

Herbin 06, James 06, Kiki 06, Friska 06, Delpa 06, Malno 07, Desy 08, Santi

08, Okta 08, Jefri 07, Kardo 09, Toro 09, Corry 09, Nuel 09, Willer 09, Wisnu

09, Ledy 09, Celli 010 dan yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu

namanya selamat berjuang.

12. Teman-teman saya di lingkungan kos Pasar 1 Padang Bulan ada Lae Izon,

Olop, Johan, Reinhad, Reikson, Kezia dan Lae Ary Silaban (sang mantan

ketua GMKI) terimakasih buat motivasinya. Dan kepada teman-teman lain

yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu, terimakasih buat waktunya

(6)

13.Teman-temanku Partoba selamat berjuang kawan semua. Semangat dalam

menghadapi hidup dan berjuang untuk mendapatkan sebuah rumah dan istri

yang cantik.

Penulis menyadari skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan dengan segala

keterbatasan kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu masukan dan kritik yang

membangun sangat penulis hargai. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Penulis banyak mengucapkan banyak terimakasih.

Medan, September 2010

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI……….………..……..i

KATA PENGANTAR……….…..…...ii

DAFTAR ISI………....vi

BAB I PENDAHULUAN……….. ………...1

1.1. Latar Belakang Masalah………... 1

1.2. Perumusan Masalah………...5

1.3. Tujuan Penelitian ………...6

1.4. Manfaat Penelitian………..…...6

1.5. Defenisi Konsep………. ……….….…...7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ……….……...10

BAB III METODE PENELITIAN………..…….……...20

3.1. Jenis Penelitian……… .……..20

3.2. Lokasi Penelitian………..……21

3.3. Unit Analisis dan Informan………...21

3.4. Teknik Pengumpulan Data………..………...23

3.5.Teknik Interpretasi Data………..………..………....24

3.6. Jadwal kegiatan……….………..……….25

3.7. Keterbatasan Penelitian………25

BAB IV INTEPRETASI DATA………...………..27

4.1. Setting Daerah Lokasi………..………...27

4.2. Kondisi Sosial Ekonomi dan Dinamika Sosial……… .……….29

4.3. Potensi Yang Dimiliki Lumban Silintong……...………...31

4.4. Pelayanan Seks di Tempat Wisata Lumban Silintong……….34

4.5. Profil Informan………..……...……….………...36

4.5.1. Profil Informan Kunci ………….………...………… ...36

4.5.2. Profil Informan Biasa ……….………....39

4.6. Hasil Interpretasi Data …...………....……….….……53

(8)

4.6.3. Praktek Prostitusi Merupakan Difungsi Tempat Wisata Lumban Silintong….58

4.6.3.1. Analisa Tentang Prostitusi………..……….…..58

4.6.3.2. Proses Terjadinya Praktek Prostitusi Di Tempat Hiburan Malam Tempat Wisata Lumban Silintong ………..……...61

4.6.4. Penyediaan Tempat Hiburan Malam di Lokasi Tempat Wisata....…………....70

4.6.5 Praktek Prostitusi di Lokasi Tempat Wisata di Lumban Silintong Merupakan Sebuah Penyimpangan……….74

BAB V PENUTUP………..…….76

5.1. Kesimpulan………...………..……...76

5.2. Saran……… .78

DAFTAR PUSTAKA

(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI……….………..……..i

KATA PENGANTAR……….…..…...ii

DAFTAR ISI………....vi

BAB I PENDAHULUAN……….. ………...1

1.6. Latar Belakang Masalah………... 1

1.7. Perumusan Masalah………...5

1.8. Tujuan Penelitian ………...6

1.9. Manfaat Penelitian………..…...6

1.10. Defenisi Konsep………. ……….….…...7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ……….……...10

BAB III METODE PENELITIAN………..…….……...20

3.1. Jenis Penelitian……… .……..20

3.2. Lokasi Penelitian………..……21

3.3. Unit Analisis dan Informan………...21

3.4. Teknik Pengumpulan Data………..………...23

3.5.Teknik Interpretasi Data………..………..………....24

3.6. Jadwal kegiatan……….………..……….25

3.7. Keterbatasan Penelitian………25

BAB IV INTEPRETASI DATA………...………..27

4.1. Setting Daerah Lokasi………..………...27

4.2. Kondisi Sosial Ekonomi dan Dinamika Sosial……… .……….29

4.3. Potensi Yang Dimiliki Lumban Silintong……...………...31

4.4. Pelayanan Seks di Tempat Wisata Lumban Silintong……….34

4.5. Profil Informan………..……...……….………...36

4.5.1. Profil Informan Kunci ………….………...………… ...36

4.5.2. Profil Informan Biasa ……….………....39

4.6. Hasil Interpretasi Data …...………....……….….……53

(10)

4.6.3. Praktek Prostitusi Merupakan Difungsi Tempat Wisata Lumban Silintong….58

4.6.3.1. Analisa Tentang Prostitusi………..……….…..58

4.6.3.2. Proses Terjadinya Praktek Prostitusi Di Tempat Hiburan Malam Tempat Wisata Lumban Silintong ………..……...61

4.6.4. Penyediaan Tempat Hiburan Malam di Lokasi Tempat Wisata....…………....70

4.6.5 Praktek Prostitusi di Lokasi Tempat Wisata di Lumban Silintong Merupakan Sebuah Penyimpangan……….74

BAB V PENUTUP………..…….76

5.1. Kesimpulan………...………..……...76

5.2. Saran……… .78

DAFTAR PUSTAKA

(11)

ABSTRAKSI

Potensi pariwisata Danau Toba yang kita miliki harus kita syukuri bersama dengan berbagai keunggulan dan keunikan yang tidak dijumpai didaerah-daerah lain. Sehingga dimungkinkan menciptakan diversifikasi atraksi dan atau daya tarik wisata baik yang bersfat alami, budaya maupun sejarah. Partisipasi masyarakat dapat diwujudkan dengan keikutsertaan dalam pengembangan yang disebut usaha-usaha pariwisata yang menyediakan barang dan jasa bagi yang melakukan kunjungan.

Adapun masalah dalam penelitian adalah terjadinya praktek prostitusi sebagai salah satu bentuk penyalahgunaan fungsi tempat wisata yang dilakukan oleh sebagian pihak yang menyebabkan pergeseran fungsi dari fungsi dengan nilai ideal kepada nilai yang disfungsional. Disfungsi ini dapat dilihat dari fungsi awal tempat wisata sebagai tempat untuk melakukan aktifitas wisata, disalahgunakan menjadi tempat untuk menyediakan pelayanan seks bagi para pengunjung.

Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa terjadinya praktek prostitusi di tempat hiburan malam dikarenakan adanya pihak yang melihat prospek keuntungan, dengan cara bersaing untuk mendapatkan pengunjung. Keberadaan tempat hiburan malam dengan adanya pelayanan seks, terinspirasi dari maraknya di kota-kota besar, yang memberikan keuntungan yang besar dengan praktek seperti itu.

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia ditakdirkan oleh sang pencipta memiliki naluri dan hasrat atau

keinginan dalam memenuhi kelangsungan hidupnya. Manusia membutuhkan pergaulan

dengan orang lain, untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan biologisnya, makanan,

minuman, dan lain-lainnya ( Gerungan dalam skripsi Rosiva Unimed, 2007:2 ).

Kebutuhan manusia itu terdiri dari kebutuhan primer, yaitu kebutuhan akan sandang,

pangan dan papan. Sedangkan kebutuhan kedua, yaitu kebutuhan sekunder, yakni

kebutuhan akan kesehatan, pendidikan, rekreasi atau hiburan, dan lain sebagainya

Manusia adalah mahkluk yang tidak pernah puas dengan kebutuhan yang ada,

setelah kebutuhan yang satu terpenuhi, maka muncul pula kebutuhan-kebutuhan lainnya

yang harus dipuaskan. Seperti yang dikatakan Maslow ( Poloma 2000 ), yang melukiskan

manusia sebagai mahkluk yang tidak pernah berada dalam keadaan sepenuhnya puas.

Bagi manusia, kepuasan itu sifatnya sementara. Jika sesuatu kebutuhan telah terpuaskan,

maka kebutuhan-kebutuhan yang lainnya akan menuntut pemuasan, begitu seterusnya.

Sehingga timbullah kebutuhan-kebutuhan baru yang membutuhkan pemuasan, kebutuhan

itu salah satunya adalah kebutuhan akan hiburan. Kebutuhan akan hiburan terasa sangat

dibutuhkan oleh individu – individu, khususnya bagi kalangan manusia yang butuh

penyegaran akan kebosanan yang selalu ada dalam setiap rutinitas. Hal ini disebabkan

(13)

Berwisata merupakan suatu cara pemenuhan kebutuhan manusia untuk

mendapatkan penyegaran-penyegaran seperti yang dimaksud. Yang dimaksud dengan

kegitan berwisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang

dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik

wisata. Menurut pengertian tersebut, maka yang melakukan perjalan wisata disebut

dengan wisatawan. Apapun tujuannya yang penting, perjalanan itu bukan menetap dan

tidak untuk mencari nafkah di tempat yang dikunjungi.

Pengertian pariwisata telah tercantum dalam Undang-Undang nomor 10 tahun

2009. Pariwisata bukanlah sesuatu yang baru, kegiatan berwisata sudah ada sejak dulu

dengan bentuk yang paling sederhana yang dikenal sebagai “bertamasya” atau

“perjalanan”. Namun seiring dengan perkembangan yang dicapai dibidang Sosio

Ekonomi, Sosio Budaya, Teknologi dan sebagainya maka bentuk kegiatan Pariwisata

telah berkembang menjadi satu kegiatan yang bersifat luas.

Dalam bahasa inggris wisatawan disebut tourist. Oleh pakar wisata dan

organisasi internasional untuk kepentingan tertentu, pengertian tourist ini diberi

pengertian seperti:

- Perjalanan dilakukan secara sukarela

- Perjalanan ke tempat lain di luar wilayah/negara tempat tinggalnya

- Bersifat sementara, menginap paling tidak tujuh hari

- Tidak untuk mencari nafkah

- Tujuan semata-mata untuk liburan, pesiar, belajar, olah raga, keagamaan, olah

(14)

Salah Wahab membagi 5 bagian pariwisata menurut maksud bepergian

(http://tujuan wisata.com desember 2009, diakses 12/11/2009, pkl. 24.00).

1. Pariwisata rekreasi atau pariwisata santai, yang dimaksud kepergian ini untuk

memulihkan kemampuan fisik dan mental setiap peserta wisata demi

memberikan kesempatan rileks bagi mereka dari kebosanan, dan keletihan

kerja selama berada di tempat rekreasi.

2. Pariwisata budaya maksudnya untuk memperkaya informasi dan pengetahuan

tentang Negara lain dan untuk memuaskan kebutuhan hiburan seperti

kunjungan ke pameran-pameran.

3. Pariwisata pulih sehat maksudnya yaitu untuk memuaskan kebutuhan

perawatan medis yang di daerah atau di tempat lain dengan fasilitas

penyembuhan seperti sumber air panas.

4. Pariwisata sport maksudnya untuk memuaskan hobi orang-orang seperti

berenang

5. Pariwisata temu wicara merupakan pariwisata konvensi yang mencakup

pertemuan-pertemuan ilmiah, ataupun seprofesi.

Dalam Undang-undang nomor 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan, usaha

Pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa pariwisata atau

menyediakan atau mengusahakan objek dan daya tarik wisata, usaha sarana pariwisata

dan usaha yang terkait dibidang tersebut, dengan salah satunya adalah usaha sarana

pariwisata dengan penyediaan akomodasi, penyediaan makanan dan minuman,

penyediaan angkutan wisata, penyediaan sarana wisata tirta. Maka tidak heran jika

(15)

yang melayani para wisatawan. Namun dengan makin maraknya café dan tempat hiburan

malam, hal ini diimbangi pula dengan terjadinya atau adanya hal-hal yang menyimpang

dari fungsi tempat wisata yang sebenarnya.

Hal inilah yang terjadi pada tempat hiburan malam tempat wisata Lumban

Silintong yang fungsi sebenarnya adalah untuk menikmati panorama yang disediakan

tempat tujuan wisata, namun kenyataannya, dan ternyata telah mengakibatkan disfungsi

dan telah menumbuhkan berbagai penyimpangan-penyimpangan, yakni: dengan adanya

praktek prostitusi yang dilakukan pihak tempat hiburan malam di Lumban Silintong.

Pelacuran adalah penyerahan badan wanita dengan pembayaran oleh semua

laki-laki guna pemuasan nafsu seksual orang-orang itu

Moedikdo, 1985). Berdasarkan pengertian diatas, dapat dipahami bahwa, praktek

prostitusi yang dilakukan oleh pekerja seks bertujuan untuk memperoleh penghasilan,

agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya secara maksimal.

Praktek pelacuran biasanya dilakukan oleh wanita, dimana kebanyakan dari

mereka berasal dari keluarga kalangan ekonomi menengah, menunjukkan adanya

pertentangan dengan norma-norma yang berlaku. Keadaan tersebut sangat dipengaruhi

oleh sifat materialistik dan meningkatnya keinginan untuk memenuhi cita-cita seperti apa

yang diungkapkan di banyak media dan iklan (Terence H. Hulll dalam id.wikipedia

org/wiki/pelacuran, diakses 12/11/2009, pkl 24.00). Prostitusi dinilai sebagai suatu

masalah yang sangat berbahaya untuk masyarakat karena dapat merusak norma-norma

etis pada umumnya. Praktek prostitusi atau apapun namanya dikalangan masyarakat

modern pada umumnya tidak diterima kehadirannya, karena dianggap tidak bermoral dan

(16)

Pelacuran atau dunia protitusi ini, sangat berdampak pada semakin bobroknya

moralitas pada masyarakat yang dimiliki oleh bangsa ini, dimana begitu banyaknya

kehadiran pengunjung dan ramainya penduduk sekitar tempat hiburan malam tersebut.

Dalam hal ini dapat dilihat, telah terjadi hal-hal yang sangat bertentangan dengan

nilai-nilai ketuhanan yang sangat menjunjung nilai-nilai-nilai-nilai, etika, norma kesopanan dan

kesusilaan.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk meneliti persoalan tentang

praktek prostitusi sebagai bentuk penyalahgunaan fungsi tempat wisata yang bisa

menimbulkan pergeseran nilai budaya yang berdampak pada perubahan perilaku. Maka,

penulis ingin mengkaji lebih lanjut tentang praktek prostitusi sebagai bentuk

penyalahgunaan fungsi tempat wisata yang terjadi pada tempat hiburan malam di

kawasan tempat wisata Lumban Silintong Balige.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di latar belakang masalah, penulis

tertarik untuk melakukan penelitian. Yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini

adalah:

Bagaimana praktek prostitusi sebagai salah satu bentuk penyalahgunaan fungsi

tempat wisata di Lumban Silintong Balige?

1.3 Tujuan Penelitian

(17)

1. Untuk mengetahui bahwa praktek prostitusi sebagai salah satu bentuk

penyalahgunaan fungsi tempat wisata di kawasan tempat wisata Lumban

Silintong Balige.

2. Untuk mengetahui bagaimana proses terjadinya praktek prostitusi sebagai bentuk

penyalahgunaan fungsi tempat wisata di kawasan tempat wisata Lumban

Silintong Balige.

1.4. Manfaat Penelitian

Setelah mengadakan penelitian ini, diharapkan manfaat penelitian ini berupa:

1.4.1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sebuah hasil kajian ilmiah yang akurat,

sehingga dapat memberi sumbangan pemikiran bagi kalangan akademisi dalam bidang

pendidikan khususnya, dan bagi masyarakat.

1.4.2. Manfaat Praktis

Yang menjadi manfaat praktis dari penelitian ini adalah untuk menambah

referensi dari hasil penelitian dan dapat juga dijadikan sebagai bahan rujukan bagi

peneliti berikutnya yang ingin mengetahui lebih dalam lagi terkait dengan penelitian

sebelumnya.

1.4.3. Manfaat Bagi Penulis

Penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan serta

wawasan penulis mengenai fenomena yang ada dalam masyarakat dan sebagai wadah

latihan serta pembentukan pola pikir yang rasional dalam menghadapi segala macam

(18)

1.5. Defenisi konsep

Untuk melakukan penelitian digunakan beberapa defenisi konsep untuk

mempermudah suatu penelitian. Konsep adalah istilah yang terdiri dari satu kata atau

lebih yang menggambarkan suatu gejala atau menyatakan suatu ide gagasan untuk

memperjelas suatu keadaan suatu penelitian (Iqbal Hasan 2002;17). Untuk menjelaskan

maksud dan pengertian konsep-konsep yang terdapat dalam proposal penelitian ini, maka

dibuat batasan-batasan konsep yang dipakai sebagai berikut:

1. Tempat Wisata

Tempat dimana orang bepergian sementara waktu untuk menikmati sesuatu untuk

menghibur dirinya dan bersifat sementara.

2. Fungsi

Kegunaan yang meliputi sesuatu yang dibutuhkan karena itulah sesuatu

disebabkan berfungsi.

Batasan fungsi tempat wisata adalah menikmati daerah tempat wisata.

3. Tempat hiburan malam

Tempat dimana para pengunjung menikmati hiburan yang tersedia, dan hanya

buka dimalam hari saja.

Tempat Hiburan malam yang dimaksud tersebut bisa berupa diskotik ataupun karaoke.

4. Penyalahgunaan

Suatu tindakan yang dilakukan perorangan atau kelompok diluar yang melawan

(19)

dilakukan perorangan atau kelompok diluar atau melawan kaidah sosial yang berlaku di

masyarakat itu dengan adanya pacaran dan bisnis seks di tempat itu.

4. Seks

Hubungan kelamin antara pria dan wanita disebut hubungan seks (Peter Salim &

Yenny Salim 2002). Pengertian seks secara umum adalah sesuatu yang berkaitan

dengan alat kelamin atau hal-hal yang berhubungan dengan perkara-perkara hubungan

intim antara laki-laki dengan perempuan

5. Prostitusi

Usaha komersil yang bekerja didalam hal yang berkaitan dengan seks dengan

cara tidak resmi dan dilarang oleh setiap agama. Praktek prostitusi dalam hal ini adalah

Bisnis seks yang terjadi di dalam kawasan tempat wisata Lumban Silintong tersebut,

dan selanjutnya pelayanan seks tersebut dilakukan atau diberikan para pelacur pada

pelanggannya di hotel-hotel. Walaupun demikian ada sebagian kecil pelanggan tersebut

yang menerima pelayanan di café tersebut, namun hanya sebatas kencan, dengan

menemani makan minum sambil ngobrol, pegangan tangan, bahkan sampai dengan

adegan ciuman.

6. Mangkal

Suatu kegiatan iseng bagi seseorang, membuang waktu percuma, yang ditandai

seperti perilaku duduk, atau sekedar obrolan kosong yang dilakukan pada tempat

hiburan malam.

7. Penyalahgunaan fungsi tempat wisata

Suatu tindakan yang dilakukan oleh perorangan atau kelompok dengan

(20)

dari nilai yang ideal kepada nilai yang disfungsional. Dimana fungsi tempat wisata

sebenarnya adalah untuk menikmati tempat wisata, namun nilai ideal ini mengalami

perubahan kepada nilai yang disfungsional, yakni maraknya praktek prostitusi di tempat

(21)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Manusia tetaplah manusia yang memiliki kekurangan, tidak sempurna dalam hal

kebiasaan, akal, pikiran, dan berbagai penampilan didalam masyarakat. Hal ini

disebabkan karena adanya perasaan sadar dan perasaan dibawah sadar, kuat dan

lemahnya hawa nafsu. Sikap menentukan keajegan dan kekhasan perilaku seseorang

dalam hubungannya dengan stimulus manusia atau kejadian-kejadian tertentu. Sikap

merupakan suatu keadaan yang memungkinkan timbulnya sesuatu perbuatan atau tingkah

laku.

Sikap bukan merupakan suatu pembawaan, melainkan hasil literasi antara

individu dengan lingkungan, sehingga sikap bersifat dinamis. Faktor pengalaman besar

peranannya dalam pembentukan sikap. Sikap dapat pula dinyatakan sebagai hasil belajar,

karena sikap dapat mengalami perubahan. Sebagai hasil dari belajar, sikap tidaklah

terbentuk dengan sendirinya, karena pembentukan sikap senantiasa akan berlangsung

dalam interaksi manusia berkenaan dengan objek tertentu (Tri Dayakisni & Hudaniah

2005: 98).

Seorang individu sejak ia dilahirkan, ia tinggal dan berada didalam suatu

masyarakat tempat ia dilahirkan dan menjadi anggota masyarakat tersebut. Didalam

masyarakat inilah, individu tersebut tumbuh dan menyesuaiakan diri dengan

norma-norma yang ada dimasyarakat tersebut. Ada dua konsepsi umum tentang norma-norma, yaitu:

1. Sebagai suatu evaluasi atau penilaian dan tingkah laku, yaitu penilaian terhadap

(22)

2. Sebagai tingkah laku yang diharapkan atau dapat diduga, yaitu merujuk kepada

aturan-aturan tingkah laku yang didasarkan pada kebiasaan atau adat istiadat

masyarakat

Asumsi dasar Durkheim tentang masyarakat (Sunarto, 2000), yaitu:

1. Masyarakat tidak bisa dipandang sebagai suatu hal yang berdiri sendiri, yang

dapat dibedakan dari bagian-bagiannya. Masyarakat juga tidak bisa dihabiskan

kedalam bagian-bagiannya. Masyarakat harus bisa dilihat sebagai suatu

keseluruhan.

2. Bagian-bagian suatu sistem dianggap memenuhi fungsi-fungsi pokok, maupun

kebutuhan sistem secara keseluruhan.

3. Kebutuhan pokok suatu sistem sosial harus dipenuhi untuk mencegah keadaan

yang abnormal atau patologis

4. Setiap sistem mempunyai pokok-pokok keserasian tertentu yang segala

sesuatunya akan berfungsi secara normal.

Dari asumsi dasar diatas, dapat disimpulkan bahwa masyarakat adalah merupakan

keseluruhan organis yang memiliki seperangkat kebutuhan tertentu, yang harus dipenuhi

untuk mencegah terjadinya suatu keadaan yang patologis. Bilamana kebutuhan tertentu

tadi tidak dipenuhi, maka akan berkembang suatu keadaan yang bersifat patologis.

Keadaan patologis ini mengakibatkan terjadinya anomie.

Menurut Merton (Poloma 2000:34) anomie tidak muncul sejauh masyarakat

menyediakan sarana kelembagaan untuk mencapai tujuan-tujuan kultural tersebut. Yang

kita alami biasanya adalah situasi konformitas, dimana sarana yang sah digunakan

(23)

fungsi tempat wisata. dimana praktek prostitusi itu dilakukan oleh individu-individu yang

mau berperilaku menyimpang karena memiliki tujuan sendiri. Namun untuk mencapai

tujuan tersebut dengan menggunakan sarana yang dilihat sebagai suatu tindakan yang

melanggar norma-norma yang ada dimasyarakat, yakni dengan melakukan praktek

pelacuran/prostitusi.

Dalam diri manusia itu sendiri terdapat nilai baik maupun jahat. Sedangkan dalam

masyarakat itu sendiri terdapat nilai-nilai atau norma-norma yang dianggap baik, serta

mengikat masyarakatnya dengan aturan yang berbeda, mau tidak mau individu yang ada

didalam masyarakat itu harus berperilaku sesuai dengan yang diharapkan oleh norma dan

aturan tersebut. Namun karena ketidaksempurnaan manusia tersebut, serta adanya

nilai-nilai yang tidak sesuai dengan norma yang ada didalam individu tersebut, mengakibatkan

adanya warga masyarakat yang berperilaku yang tidak diharapkan, yang tidak sesuai

dengan norma serta aturan-aturan yang ada dalam masyarakat. Oleh masyarakat, mereka

disebut dengan orang yang berperilaku menyimpang, karena seseorang itu telah

berperilaku yang dianggap tidak sesuai dengan kebiasaan, tata aturan atau norma sosial

yang berlaku ( Merton Dalam Poloma, 2000).

Durkheim beranggapan bahwa penyimpangan dapat mempunyai akibat positif (

fungsional). Pendapat ini didasarkan pada semua fakta sosial yang cenderung

memberikan kontribusi-kontribusi tertentu pada keadaan harmonis masyarakat.

Terkadang mempunyai akibat, misalnya terjadinya kejelasan pada norma sosial.

Merton menegaskan bahwa kesatuan fungsional yang sempurna dari suatu

masyarakat adalah “bertentangan dengan fakta”. Sebagai contoh, dia mengutip beberapa

(24)

integrasi dan kohesi suatu kelompok), akan tetapi disfungsional (mempercepat

kehancuran) bagi kelompok lain. Merton juga memperkenalkan konsep disfungsi maupun

fungsi positif. Beberapa fungsi sosial jelas bersifat disfungsional ( Poloma, 2000).

Seperti halnya yang terjadi di tempat wisata Lumban silintong dengan lokasi

mesum dan praktek prostitusinya. Dimana dapat dilihat bahwa fungsi positif dari tempat

wisata adalah sebagai tempat santai dengan cara menikmati alam yang diberikan Tuhan

kepada kita. Namun sejalan dengan berjalannya waktu, tempat wisata ini mengalami

pergeseran fungsi. Sehingga tempat ini mengalami disfungsi, yakni adanya praktek

prostitusi.

Teori fungsionalisme mempelajari dan menerangkan kehidupan bermasyarakat

dengan menguraikan konsekuensi-konsekuensi objektif dari struktur sosial bagi

kehidupan baik yang bersifat positif maupun yang bersifat negatif, yang disadari maupun

yang tidak disadari. Teori Merton sering digunakan dalam hubungannya dengan usaha

untuk menjelaskan kejahatan atau tindakan yang tidak disenangi oleh masyarakat, dimana

umumnya penyimpangan itu diasumsikan disfungsional untuk masyarakat.

Menurut Merton, diantara segenap unsur-unsur dan budaya, terdapat dua unsur

yang terpenting, yaitu kerangka aspirasi-aspirasi dan unsur-unsur yang mengatur

kegiatan-kegiatan untuk mencapai aspirasi-aspirasi tersebut. Dengan kata lain, ada

nilai-nilai sosial budaya yang merupakan rangkaian dari pada konsepsi-konsepsi abstrak yang

hidup dalam pikiran bagian terbesar dari warga masyarakat tentang apa yang dianggap

baik, dan apa yang dianggap buruk serta kaidah-kaidah yang mengatur kegiatan-kegiatan

manusia untuk mencapai cita-cita tersebut. Nilai-nilai sosial budaya tadi berfungsi

(25)

Demikian halnya yang terjadi pada tempat wisata Lumban silintong dimana yang

terjadi adalah sebaliknya, yakni adanya sekelompok orang atau individu yang ada

didalam masyarakat dengan tidak memperhitungkan nilai-nilai dan norma-norma yang

berlaku dimasyarakat dengan menjalankan praktek prostitusi di tempat wisata tersebut.

Teori Perilaku Sosial

Sebagai makluk sosial, seorang individu sejak lahir hingga sepanjang hayatnya

senantiasa berhubungan dengan individu lainnya atau dengan kata lain melakukan relasi

interpersonal. Dalam relasi interpersonal itu ditandai dengan aktivitas individu dalam

relasi interpersonal ini biasa disebut perilaku sosial.

Dalam pendekatan behaviorisme dalam ilmu sosial sudah dikenal sejak lama ,

khususnya dalam bidang psikologi. Paradigma perilaku sosial memusatkan perhatiannya

kepada antarhubungan antara individu dengan lingkungannya. Prinsip yang menguasai

antar hubungan individu dengan objek sosial adalah sama dengan prinsip yang menguasai

hubungan antar individu dengan objek non sosial. Singkatnya hubungan antara individu

dengan objek non sosial dikuasai oleh prinsip yang sama. Secara singkat pokok persoalan

sosiologi menurut paradigma ini adalah tingkah laku individu yang berlangsung dalam

hubungannya dengan faktor lingkungan yang menghasilkan akibat-akibat atau perubahan

dalam faktor lingkungan menimbulkan perubahan terhadap tingkah laku. Jadi terdapat

hubungan fungsional antara tingkah laku dengan perubahan yang terjadi dalam

lingkungan aktor (George Ritzer, 2007)

Perilaku sosial dibangun dalam rangka menerapkan prinsip-prinsip psikologi

(26)

akibat dari tingkah laku yang terjadi didalam lingkungan aktor dengan tingkah laku aktor.

Akibat-akibat tingkah laku diperlakukan sebagai variabel independent. Ini berarti bahwa

teori berusaha menerangkan tingkah laku yang terjadi itu melalui akibat-akibat yang

mengikutinya kemudian. Jadi nyata secara metafisik ia mencoba menerangkan tingkah

laku yang terjadi dimasa sekarang melalui kemungkinan akibatnya yang terjadi dimasa

yang akan datang. Yang menarik dari teori behavior sosial adalah hubungan historis

antara akibat tingkah laku yang terjadi sekarang. Dengan mengetahui dari suatu tingkah

laku yang nyata di masa lalu akan dapat diramalkan apakah seorang aktor akan

bertingkah laku yang sama ( mengulanginya) dalam situasi sekarang.

Segala sesuatu yang mungkin mengalami suatu perubahan tentu dilalui oleh

proses. Proses yang dimaksud dalam hal ini adalah proses perilaku ( behavior), yang

berarti poses perilaku dan menimbang untuk dapat mengambil sikap dan tindakan

terhadap alternatif secara sadar dan logis untuk mencapai tujuan yang ditetapkan dan

diinginkan sebelumnya.

Cooley mengemukakan bahwa individu dan masyarakat saling berhubungan

secara organis, tidak dapat dimengerti tanpa yang lain. Suatu gaya hidup atau pola-pola

perilaku seseorang tidak merupakan hasil dari insting-insting atau karakteristik biologis

yang ditransmisikan lewat keturunan, tetapi perkembangan individu sebagai seorang

manusia dengan suatu kepribadian tersendiri berbentuk perilaku tertentu merupakan hasil

dari pengaruh warisan sosial yang ditransmisikan melalui komunikasi manusia. Jadi,

Cooley menghadapi dilema antara warisan biologis versus lingkungan sosial dengan

(27)

tujuan utamanya adalah untuk memperlihatkan bagaimana manusia dibentuk dalam

konteks keteraturannya sosial yang terus berjalan ( Robert Lawang, 1996).

Tempat wisata yang banyak dikunjungi oleh heterogen pengunjung dari berbagai

daerah dapat dikatakan, bagaimana seseorang melakukan proses interaksi dengan

lingkungan mereka dimana mereka berada. keadaan dengan keanekaragaman kebudayaan

yang dibawa oleh pengunjung mau tidak mau, kebudayaan yang asli pun bisa tercemari.

Hal itu terbukti dengan masyarakat yang sudah terbiasa dengan keberadaan tempat

hiburan malam yang terkesan banyak praktek yang sudah melanggar norma-norma

masyarakat.

Saling ketergantungan organis antara individu dan masyarakat diungkapkan

dalam analisa Cooley mengenai perkembangan konsep diri (‘’I’’seseorang). Meskipun

Cooley merasakan bahwa manusia lahir dengan perasaan diri (self-feeling) yang tidak

jelas dan terbentuk, ia menekankan bahwa pertumbuhan dan perkembangan perasaan diri

ini merupakan hasil dari proses komunikasi interpersonal dalam suatu lingkungan sosial.

Perkembangannya, seperti proses komunikasi itu sendiri tergantung pada pemahaman

simpatetis antara individu yang satu terhadap yang lainnya. Dengan imajinasinya mereka

masuk ke dalam dan ikut mengambil bagian dan perasaan dan ide orang lain.yang penting

khususnya adalah bagaimana orang menangkap apa yang dipikirkan orang tentang dia.

Hal ini berhubungan sangat erat dengan perasaan diri seseorang. Apakah orang itu senang

atau kecewa dengan penampilan dan perilakunya, sebagian besar merupakan hasil dari

apakah orang lain dilihat menyetujui atau menolak perilakunya itu.

Imajinasi yang ada di dalam benak orang-orang terhadap yang lainnya menurut

(28)

hubungan antara gagasan orang. Masyarakat ada di dalam pikiran orang lain seperti

hubungan dan pengaruh timbal balik dalam gagasan tertentu yang diberi nama

“I”.Masyarakat dan individu bukanlah dua realitas yang satu dan sama. Keduanya adalah

bagaikan dua sisi mata uang yang tidak mungkin terpisahkan.

Dalam pengertian yang mendasar dalam formulasi ini, Cooley memandang

masyarakat seperti pendekatan yang digunakan untuk memahami kedirian. Ini tidaklah

aneh, karena konsep Cooley tentang “the self” cocok dan sangat berdekatan dengan

perilaku yang ada pada masyarakat sekarang ini. Cooley menunjuk aspek konsep diri

dengan istilah looking glass self. Setiap hubungan sosial dimana seseorang itu terlibat

merupakan satu cerminan diri yang disatukan dalam identitas orang itu sendiri. Karena

banyak orang terlibat dalam keberagaman hubungan sosial yang masing-masingnya

memberikan suatu cerminan tertentu, orang dapat dibayangkan sebagai hidup dalam

suatu dunia cermin, yang masing-masing memberikan perspektif atau seginya sendirinya

yang khusus. Tetapi individu tidak dapat luput dari defenisi-defenisi tentang identitas

mereka ini yang mereka lihat tercermin dalam diri orang lain (Robert Lawang, 1996).

Berikut ini gambaran Cooley tentang Looking glass self :

Each to each a loking-glass, Reflects the other that doth pass

“Ketika kita melihat wajah, bentuk, dan pakaian kita di depan cermin, dan merasa tertarik karena semuanya itu milik kita, begitu pula dengan imajinasi, kita menerima dalam pikiran orang lain suatu pikiran tentang penampilan, cara, tujuan, perbuatan, karakter, dan seterusnya, dan dengan berbagai cara dipengaruhi olehnya,”

Ada sejumlah variasi dalam hubungan antara perasaan diri seseorang dan

hubungan-hubungannya dengan orang lain. Misalnya, orang berbeda dalam kepekaan

(29)

mempertahankan suatu jenis perasaan diri tertentu pun dalam menghadapi reaksi-reaksi

orang lain yang bertentangan atau yang bersifat konflik, mereka berbeda dalam intensitas

dan seringnya dukungan sosial yang dibutuhkan untuk mempertahankan perasaan diri

mereka, berbeda dalam campuran perasaan tertentu yang bersifat positif dan negatif yang

dihubungkan dengan konsep diri mereka, yang juga berbeda dalam hal dimana aspek

kehidupan mereka sangat erat hubungannya dengan perasaan diri.

Dilihat dari teori Cooley mengenai looking glass self, bahwa perasaan yang ada

pada penyedia tempat hiburan malam tersebut dilatarbelakangi oleh maraknya tempat

hiburan malam yang menyediakan sarana yang berbau negatif. Dan pada dasarnya tempat

hiburan malam yang seperti terjadi di daerah-daerah lainnya selalu identik dengan

penyediaan wanita-wanita yang bisa diajak untuk melakukan hubungan suami istri.

Perilaku dalam penyedia sarana hiburan malam diakibatkan lingkungan dimana orang itu

tinggal. Karena lingkungan tersebut penyedia tempat hiburan malam lebih akses dalam

(30)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian deskriptif

dengan pendekatan kualitatif. Metode penelitian kualitatif merupakan metode yang

bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian

misalnya, perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistic dan dengan

cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang

alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang

berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah

manusia.pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti

kata-kata, laporan terperinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi yang

alami. Bogdan dan Taylor (Moleong, 2007:3) mengemukakan bahwa metedologi

kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.

Berdasarkan tujuan penelitian, penelitian bisa dibedakan ke dalam jenis penelitian

deskriptif. Penelitian deskriptif dilakukan untuk memberikan gambaran yang lebih detail

mengenai suatu gejala.Dalam hal ini yang akan diteliti adalah bagaimana bentuk

penyalahgunaan fungsi tempat wisata itu yang terjadi di kawasan tempat wisata Lumban

Silintong.

(31)

Penelitian ini dilakukan dengan mengambil satu lokasi penelitian di Desa Lumban

Silintong, Kabupaten Toba Samosir. Alasan pemilihan lokasi penelitian ini adalah karena

lokasi ini tumbuh subur dan terjadinya penyimpangan-penyimpangan tempat wisata yang

dilakukan oleh pengunjung tempat wisata tersebut. Alasan lainnya adalah karena tempat

tinggal peneliti berdekatan dengan lokasi tersebut, sehinnga lebih mudah akses untuk

mendapatkan segala sesuatu yang mendukung pengerjaan karya ilmiah.

3.3. Unit Analisis dan Informan

3.3.1 Unit Analisis

Salah satu cara atau karakteristik dari penelitian sosial adalah menggunakan apa

yang disebut “units of analysis”. Hal ini dimungkinkan, karena setiap objek penelitian

memiliki ciri dalam jumlah yang cukup luas seperti karakteristik individu tentunya

yang meliputi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, status sosial dan tingkat

penghasilan. Ada sejumlah unit analisis yang lajim digunakan pada kebanyakan

penelitian sosial yaitu : individu, kelompok, organisasi, sosial artifak, (Danandjaja,

2005;31). Unit analisis dalam penelitian ini adalah pekerja seks komersial di tempat

hiburan malam di tempat wisata Lumban Silintong Balige.

(32)

Dalam penelitian ini yang menjadi informan adalah orang-orang yang menjadi

sumber informasi dalam penelitian.. Adapun informan yang menjadi subjek penelitian ini

dibedakan atas dua jenis yakni, informan kunci dan informan biasa yang dapat

mendukung penelitian.

Pemilihan informan dilakukan dengan cara snow ball. Dimana jumlah informan

sebanyak delapan informan yang terdiri dari empat informan kunci dan empat informan

biasa.

1. Karakteristik informan kunci yang ditetapkan oleh penelitian adalah sebagai berikut:

• Pekerja seks komersial di sekitar tempat hiburan malam

• Pedagang dan pelayan tempat hiburan malam

• Penghubung atau germo di tempat hiburan malam

• Pelanggan yang mendapatkan pelayanan seks di tempat hiburan malam

• Pemerintah Daerah Kabupaten Toba Samosir yang bersangkutan

2. Karakteristik informan biasa yang ditetapkan oleh penelitian adalah sebagai berikut:

• Pengunjung tempat hiburan malam yang tidak mendapatkan pelayanan seks

• Masyarakat sekitar kawasan tempat wisata Lumban Silintong

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang akurat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Data Primer

(33)

• Metode Wawancara

Metode wawancara biasa juga disebut dengan metode interview. Metode

wawancara merupakan proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian

dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka, antara pewawancara dengan

informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan

pedoman (guide) wawancara.salah satu bentuk wawancara yang dipakai dalam

penelitian ini adalah wawancara mendalam (indept interview).Wawancara

mendalam merupakan proses tanya jawab secara langsung yang ditujukan

terhadap informan di lokasi penelitian dengan menggunakan panduan atau

wawancara

• Metode Observasi

Observasi atau pengamatan adalah metode pengumpulan data yang digunakan

unutk menghimpun data penelitian. Data penelitian tersebut dapat diamati oleh

peneliti.

Observasi merupakan pengamatan langsung terhadap gejala yang tampak pada

penelitian. Hal ini ditujukan untuk mendapatkan daya yang mendukung hasil

wawancara.

b. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek

penelitian kepustakaan dan pencatatan dokumen, yaitu dengan mengumpulkan data dan

mengambil informasi dari buku-buku referensi, dokumen majalah, jurnal, internet, yang

(34)

3.5. Teknik Interpretasi data

Bogdan dan Biklen dalam ( Moleong, 2007) menjelaskan analisis data adalah

upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,

memilah-milahnya menjadi satuan data yang dapat dikelola, mensistensiskan, membuat

ikhtisarnya, mencarikan dan menemukan pola dalam menemukan apa yang penting untuk

dipelajari.

Data-data yang diperoleh dari lapangan, telah diurutkan, dikelompokkan dalam

kategori pola atau uraian tertentu. Peneliti juga mengelompokkan data-data yang

diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan sebagainya yang selanjutnya akan

dipelajari dan dikelola dengan seksama agar diperoleh hasil atau kesimpulan yang baik.

Setelah data terkumpul maka langkah berikutnya menginterpretasikan data. Teknik yang

digunakan untuk menginterpretasikan data adalah secara kualitatif. Semua data-data yang

terkumpul dari hasil wawancara disatukan kemudian data tersebut akan diedit. Tujuannya

adalah untuk melihat apakah dari semua hasil observasi wawancara, internet, kajian

pustaka dan teori dipergunakan untuk menginterpretasikannnya.

3.6 Jadwal Kegiatan

No Jenis Kegiatan Bulan Ke

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Pra Observasi X

2 ACC Judul X

(35)

Penelitian

4 Seminar Proposal Penelitian X

5 Revisi Proposal Penelitian X

6 Penelitian kelapangan X

7 Pengumpulan Dan Analisis

Data

X

8 Bimbingan X X X

9 Penulisan laporan Akhir X

10 Sidang Meja Hijau X

3.7 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penelitian yang ditemukan oleh peneliti selama melakukan proses

penelitian adalah didalam memperoleh data secara jelas dan mendetail, hal ini disebabkan

para informan yang tidak mau memberikan data yang jelas mengenai praktek prostitusi di

tempat wisata Lumban Silintong Balige. Hal ini disebabkan para informan tidak mau

memperoleh resiko dibelakang hari. Namun setelah melakukan pendekatan kepada

(36)

BAB IV

INTERPRETASI DATA

4.1 Setting Daerah Lokasi

Tempat Wisata Lumban Silintong terletak di desa Lumban Silintong yang

merupakan salah satu desa dari 33 desa/kelurahan yang ada di kecamatan Balige

Kabupaten Toba Samosir. Ditinjau dari segi letak dan geografis Desa Lumban Silintong

berada di daerah ketinggian 905 meter diatas permukaan laut dengan suhu rata-rata 30

derajat celcius dengan curah tiap bulan pertahun adalah 2.305 mm / tahun, yang memiliki

4 dusun yaitu : Dusun Sosor Pasir, Dusun Lumban Silintong, Dusun Batu Nabolon, dan

Dusun Lumban Binanga.

Desa Lumban Silintong merupakan sebuah desa yang menjadi daerah tujuan

wisata, yang mana terletak di tepi Danau Toba dan dikelilingi oleh perbukitan, di

Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir. Desa ini adalah objek wisata yang ramai

pada hari minggu dan hari libur, dimana pengunjung bisa mandi di Danau dan menyantap

ikan mas bakar di kafe-kafe yang terdapat di tepinya. Danau Toba terbentuk dari letusan

gunung berapi, puncak gunung tersebut runtuh dan terbentuklah Danau Toba. Sebagian

runtuhan itu menjadi Pulau Samosir. Peristiwa alam tersebut membuat kawasan itu

menjadi indah. Danau seluas 6,6 kilometer persegi itu dikelilingi dinding dinding bukit

yang menjulang tinggi hingga 480 meter diatas permukaan laut.

Balige merupakan ibukota Kabupaten Tobasa. Tempat ini mempunyai panorama

pantai yang indah yang masih bagian dari Danau Toba. Wisatawan bisa datang ke

(37)

makanan khas batak, seperti ikan mas panggang atau natinombur dengan bumbu yang

khas. Salah satu hidangan khas batak ini, bisa kita jumpai khusus dijumpai dibeberapa

desa di tepi pantai, mulai dari Desa Lumban Silintong, Tarabunga, dan Meat.

Untuk memasuki wilayah Desa Lumban Silintong ini dapat ditempuh melalui

jalur, yaitu melalui 2 jalur, yaitu melalui simpang pemandian dan Simpang Meat.

Pencapaian menuju daerah ini bisa menggunakan transportasi pribadi ( Mobil pribadi,

kereta dan bus sewaan) maupun angkutan umum seperti bus dan becak yang tersedia, jika

menggunakan transportasi umum, jalur yang dilalui adalah: Medan Kota – Amplas –

Lubuk Pakam – Perbaungan – Tebing Tinggi – Pematang Siantar – Parapat – Porsea –

Balige – Simpang Pemandian Lumban Silintong. Jarak desa ini kira-kira 248 kilometer

dari kota Medan dan membutuhkan kira-kira 6 jam untuk dapat sampai ke desa tersebut.

Jarak Desa Lumban Silintong ke Ibu Kota Kecamatan dan Ibu Kota Kabupaten berkisar

1,5 km dengan jarak tempuh lebih kurang 15 menit.

Untuk memasuki kawasan objek wisata ini dipungut biaya retribusi, itu pun pada

hari minggu dan hari-hari besar saja. Biaya yang dipungut sebesar Rp 1.000,00 ( seribu

rupiah ) dan untuk kendaraan dipungut biaya Rp 2.000,00 ( dua ribu rupiah ). Namun

selain hari-hari tersebut tidak dipungut biaya apa-apa.

Desa Lumban Silintong memiliki luas 174 Ha yang terdiri dari 4 (empat) dusun

dengan batas-batas sebagai berikut:

- Disebelah Utara : Tarabunga

- Disebelah Timur : Danau Toba

- Disebelah Selatan : Desa Silalahi Pagarbatu

(38)

4.2. Kondisi Sosial Ekonomi dan dinamika sosial

Masyarakat Desa Lumban Silintong pada umumnya bermata pencaharian sebagai

petani. Menurut buku laporan kepala Desa Lumban Silintong yang bermata pencaharian

sebagai petani sebanyak 148 KK, pedagang sebanyak 35 KK, PNS sebanyak 20 KK,

buruh swasta sebanyak 11 KK, nelayan sebanyak 10 KK, dan pengrajin 2 KK.

Mengingat sebagian besar warga masyarakat Desa Lumban Silintong adalah

petani maka program pembangunan yang ditujukan dibidang pertanian antara lain:

• Bersama dengan TPL Pertanian dan UPT Dinas Pertanian Kecamatan Balige

melaksanakan sosialisasi penyuluhan dan pelatihan bertanam padi pandan wangi,

jagung, beternak dan pemeliharaan ikan tawar.

• Himbauan kepada seluruh masyarakat Desa Lumban Silintong agar memanfaatkan

lahan pekarangan yang ada untuk tanaman sayur-sayuran (tanaman pertanian).

• Menyusulkan program perbaikan saluran-saluran irigasi kepada dinas teknis terkait di

Kabupaten TOBASA.

Untuk bidang perdagangan sebagian masyarakat melakukan perdagangan disetiap

adanya hari pekan. sekaitan dengan desa ini telah menjadi salah satu objek wisata

andalan, maka aktivitas perdagangan berupa tempat rekreasi dan sajian makanan ringan

sudah tumbuh dan berkembang di desa ini.

Dalam kehidupan sehari-hari, semua warga masyarakat saling

hormat-menghormati, sehingga terpelihara kerukunan antar masyarakat dan beragama,

bertetangga dan berkeluarga. Hal ini dibuktikan dengan adanya tindak kriminal yang

(39)

wadah Karang Taruna sehingga kegiatan-kegiatan pemuda dapat terkoordinir dengan

baik oleh pemerintah desa antara lain dengan kegiatan-kegiatan yang bersifat prestasi

seperti kegiatan olahraga sepakbola dan olahraga volli. Kegiatan yang bersifat

partangiangan, latihan koor dan lainnya.

Dalam hal partisipasi dan swadaya masyarakat, rasa kesetiakawanan yang

dicerminkan dalam jiwa gotong royong yang pada saat ini disebut marsiadapari. Hal ini

masih berjalan sampai sekarang dalam bidang-bidang pembangunan masyarakat seperti

kebersamaan pemanfaatan, perawatan dan pelestarian hasil-hasil pembangunan. Dalam

pelaksanaan pembangunan desa Lumban Silintong pemerintah desa senantiasa

melibatkan seluruh warga masyarakat, artinya setiap warga masyarakat diberi

kesempatan berpartisipasi mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan pelestarian hasil

pembangunan itu sendiri.

4.3 Potensi Yang dimiliki Lumban Silintong

Lumban Silintong sebenarnya memiliki potensi yang cukup potensial untuk

dikembangkan menjadi sebuah objek wisata yang siap untuk di jual. Hal ini dapat dilihat

dari potensi pantai dan danaunya serta potensi alam yang mendukung yang dimiliki oleh

(40)

Sebagai daerah yang terletak dipinggiran Danau Toba, potensi Lumban Silintong

dari segi panorama alamnya tidak kalah dengan objek-objek wisata lainnya ysng terdapat

di Sumatera Utara. Pemandangan indah Danau Toba serta pantainya yang sangat bersih

sangat memanjakan mata para pengunjungnya.

Pantai Lumban Silintong yang berjarak kira-kira 4 km dari kota Balige ini

dikelilingi pegunungan bukit barisan, dimana sepanjang jalan menuju objek tersebut

memiliki pemandangan panorama Danau Toba. Iklimnya yang sejuk dan dingin sangat

nyaman untuk dijadikan sebagai suatu daera tujuan wisata.

Wisata alam selain berupa pemandangan juga dimanfaatkan sebagai tempat

memancing ikan yang cukup potensial. Biasanya wisatawan dan para pengunjung

menghabiskan waktunya selama berjam-jam sepanjang sore dipinggiran Danau Toba.

Sayangnya tempat penyewaan pancing belum ada, sehingga pengunjung yang berminat

harus membawanya sendiri. (Observasi, 10-05-2010).

Wisata lainnya adalah traking yang menyusuri keindahan alam pegunungan Huta

Ginjang yang tidak begitu jauh dari Lumban Silitong dan selalu melalui desa Lumban

Silintong untuk menuju ke sana. Di tempat ini, pengunjung dapat melihat berbagai jenis

tumbuhan khas Toba. Pada pagi hari, ketika matahari terbit, dan pada sore hari ketika

terbenamnya matahari, dari sini dapat dilihat permukaan hamparan Danau Toba dan

Pulau Samosir yang diselimuti embun tipis.

Selain itu, di objek wisata ini juga terdapat perbukitan yang masih asri dan tidak

terganggu oleh kebisingan, maka tidak jarang dijadikan oleh para pengunjung sebagai

tempat wisata rohani. Selain potensi-potensi yang telah disebutkan diatas, Lumban

(41)

1. Terbentangnya persawahan hijau milik penduduk yang luas di sepanjang pinggir

jalan, yang keindahan pemandangan sebelum mencapai Lumban Silintong.

2. Dari objek ini, wisatawan bisa memandang jajaran bukit barisan yang ditumbuhi

pepohonan yang hijau serta menikmati tiupan angina sepoi-sepoi yang cocok

untuk bersantai.

3. Di pinggiran danau terdapat pasir putih yang bersih sehingga menambah

keindahannya.

4. Gelombang air tidak terlalu besar, sehingga tidak akan membahayakan wisatawan

untuk melakukan kegiatan di air.

5. Sekitar 2 km dari Desa ini terdapat bukit yang bernama “Tarabunga “. Dari atas

bukit di pinggiran pantai Danau Toba, terlihat matahari hendak pulang

keperaduan. Langit mulai gelap dan rona merah berpencar-pencar, gumpalan

awan putih bersih bergulung-gulung diterpa sinar matahari. Sunset di Tarabunga

sungguh indah. Untuk berada di Tarabunga, lebih dulu melewati Desa Lumban

Silintong yang persis berada di pinggiran kota Balige. Jarak tempuhnya sekitar 10

menit yang menyusuri kafe-kafe pinggir pantai, tapi dengan jalan aspal yang

sudah berlubang-lubang.

6. Saat menyusuri jalanan menuju Tarabunga, pemandangan Danau Toba menjadi

daya pikat, disamping cuaca yang sangat sejuk dan bila sudah tiba di desa

Tarabunga, dari puncak bukit dapat disaksikan matahari yang hendak pulang

keparaduan, yang perlahan-lahan menghilang seperti ditelan Danau Toba. Usai

(42)

bersantai. Jejeran kafe di pinggirang pantai yang menyuguhkan ikan mas

panggang khas batak dengan bumbu khas menjadi daya tarik untuk bersinggah.

7. Sajian wisata panorama Lumban Silintong jika dilihat dari segi aspek fasilitas

untuk menikmati lukisan alam Danau Toba sebenarnya sudah memadai. Pada

tepi-tepi danau, kita tidak akan mengalami kesulitan untuk menemukan lokasi

yang cocok untuk bersantai menikmati pantai karunia Tuhan itu.

Potensi yang dimiliki oleh Lumban Silintong ini sangat cocok untuk

dikembangkan menjadi salah satu objek wisata pantai, mengingat objek wisata yang

dikembangkan secara optimal di Sumatera Utara belum begitu banyak eksotisme nuansa

pariwisata yang khas dan tersendiri bisa dinikmati misalnya alam Lumban Silintong.

Lokasi wisata yang berada di Kabupaten Toba Samosir, Balige, ini ternyata menyimpan

potensi yang bisa dijual.

4.4 Pelayanan Seks di Tempat Wisata Lumban Silintong

Keberadaan para wanita pelayan seks di tempat wisata Lumban silintong dapat

dilihat dari fungsi tempat wisata Lumban Silintong itu sendiri. Pada umumnya wanita

pekerja seks komersial selalu identik dengan tempat lokalisasi dan izin dari pemerintah

juga

mereka diperhatikan oleh pihak yang terkait, dengan mengarahkan khususnya dalam

(43)

Para pekerja seks melakukan profesi sebagai PSK dikarenakan karena mereka

rata-rata tidak punya pekerjaan lain. Dan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, mereka

harus menjual tubuh mereka. Seperti kata informan saya (RK, 36 tahun)

“ Saya terpaksa bekerja sebagai pekerja seks komersial daripada mati

karena tidak punya uang. Karena saya sangat sulit mendapatkan pekerjaan yang halal”

Melakukan profesi sebagai pekerja seks komersial juga tidak terlepas dari

banyaknya pengunjung yang datang ke tempat hiburan malam tersebut. Didukung juga

oleh pihak tempat hiburan malam untuk melakukan pekerjaanya disana. Seperti

pemaparan informan saya I.T (23 tahun) yaitu:

“ Banyaknya pengunjung ditambah dengan kerjasama dengan para pihak

tempat hiburan malam, menguatkan kemauan saya untuk melakukan profesi saya”

Dalam keberadaan para pekerja seks komersial di kawasan tempat wisata

sebenarnya tidak diijinkan oleh pemerintah setempat. Buktinya masih sering dilakukan

razia-razia yang dilakukan Pamong Praja TOBASA untuk menjaring para pekerja seks

komersial tersebut. Intinya adalah para pekerja seks komersial tersebut bekerja secara

sembunyi-sembunyi. Dan praktek jam bukanya pun dilakukan hanya dimalam hari saja,

walau jam malam sudah semakin larut akan tetapi pengunjung yang datang ke tempat

hiburan malam di tempat wisata tersebut semakin banyak. Seperti dalam pemaparan

informan saya sebagai masyarakat sekitar T.R (lk, 42 tahun) yaitu:

“ Para pekerja seks yang ada di tempat wisata Lumban Silintong

sebenarnya salah tempat dalam melakukan pekerjaannya. Buktinya tidak jarang Pamong

Praja melakukan razia sebagai bentuk pelarangan praktek bisnis seks di lokasi tempat

(44)

Keberadaan pekerja seks komersial di tempat wisata Lumban Silintong memang

tanda tanya, sebab biasanya tempat wisata itu sering ditemukan keluarga atau anak muda

yang menikmati panorama Danau Toba, seperti mangkal sambil melihat pemandangan,

berenang menikmati dinginnya air Danau Toba atau bahkan keluarga untuk berkumpul

dengan menyewa tikar untuk bersantai. Dan kadang kala tempat wisata Lumban Silintong

juga dimanfaatkan untuk tempat menikmati hidangan yang memanfaatkan air Danau

Toba seperti ikan bakar. Seperti yang diutarakan oleh informan saya B.B (pr,52 tahun) :

“ Pengunjung biasanya menikmati potensi danau toba dengan dengan

kawannya baik dengan keluarga. Ada yang berenang, ada yang mangkal, dan ada juga

yang menikmati ikan bakar yang disediakan oleh kafe-kafe yang ada disekitar tempat

wisata Lumban Silintong”

4.5. Profil Informan

4.5.1.Informan kunci

Profil informan kunci dalam penelitian ini terdiri dari pekerja seks komersial di

tempat hiburan malam, pedagang/ pelayan di tempat hiburan malam, penghubung atau

germo, pelanggan yang memperoleh pelayanan seks, pemerintah daerah yang terkait, dan

tokoh masyarakat.

Profil informan 1: Pekerja seks komersial di tempat hiburan malam

1. R.K (Pr, 36 tahun)

R.K adalah seorang wanita pekerja seks komersial yang merupakan suku Padang

yang berasal dari Kota Siantar, dan sekarang bertempat tinggal di kota Balige. R.K

(45)

dengan suaminya semenjak wanita tersebut hamil. Anaknya sekarang sudah duduk

dibangku sekolah SLTP, akan tetapi tinggal dengan neneknya di Bandar Lampung.

Informan juga tidak jarang mengirimkan uang untuk biaya anaknya untuk keperluan

sekolah anaknya. Akan tetapi, anak dan orangtua informan tidak mengetahui apa yang

menjadi pekerjaan informan di tempat perantauan informan.

R.K mengatakan bahwa pilihan untuk hidup sebagai pelacur dilatarbelakangi oleh

kondisi ekonomi. Informan menjelaskan bagaimana dia hidup sebatang kara tanpa ada

pendapatan untuk melanjutkan hidupnya. Informan mengakui hanya lulusan SLTP dan

kurang dibutuhkan dalam sebagian besar dunia kerja. Dengan dibantu teman dekatnya,

dia dibawa dari Kota Siantar untuk bekerja di salah satu tempat hiburan malam.

Sebenarnya awal pertama informan bekerja disana adalah sebagai tukang masak saja

seperti konfirmasi dari teman dekatnya, namun setelah melihat adanya keuntungan yang

besar dalam menggeluti sebagai pekerja seks, maka informan pun terjun sebagai pelayan

seks di tempat hiburan malam tersebut. Semua dilakukan untuk mencukupi dirinya dan

untuk mencukupi keperluan sekolah anak-anaknya.

Dalam melakukan pekerjaannya, informan juga banyak melakukan hal-hal yang

tidak disenanginya seperti adanya razia dan perlakuan yang kasar yang didapat dari

pengunjung. Perlakuan kasar yang dimaksud adalah perlakuan dari pengunjung yang

memaksa minta pelayanan seks secara lebih diluar dari transaksi yang dilakukan

sebelumnya. Hal ini juga terkadang menimbulkan adanya terjadi pertikaian antara pekerja

seks dengan pengunjung yang rentan dengan adanya tindakan kriminal.

(46)

Informan adalah seorang wanita yang juga sudah pernah menikah dan cerai

selama 5 tahun menjalani pernikahan. Informan tinggal di Kota Siborong-borong dan

merupakan orang suku Karo asli. Informan sudah bekerja selama 2 tahun dan sangat

menyenangi pekerjaan yang digeluti sekarang ini. Hal tersebut dikarenakan pendapatan

yang diperoleh oleh informan sangat menggiurkan.

Sebenarnya informan melakukan pekerjaan sebagai pelayan seks karena kondisi

ekonominya yang sangat susah membeli kebutuhan hidupnya. Informan juga sudah jenuh

untuk mendapatkan pekerjaan yang layak sebab informan hanya lulusan SMA yang susah

mendapatkan posisi yang enak dalam dunia kerja. Apalagi secara jujur informan sangat

jenuh dengan kehidupan yang serba kekurangan.

Dalam melakukan pekerjaan sebagai pekerja seks komersial tidak jarang informan

merasa malu. Hal ini terjadi karena cara penduduk sekitar yang memandang terkesan

hina. Informan hanya bisa menunduk karena merasa malu menjadi wanita sampah

dianggap oleh masyarakat sekitar. Informan juga tidak jarang mendapatkan perlakuan

yang tidak baik dari germo karena sering berselisih masalah setoran yang harus diberikan

kepada germo. Informan juga mengakui bahwa dia juga sering melakukan kebohongan

kepada germo tentang hasil yang didapat berupa uang tip yang diperoleh dari pengunjung

akibat pelayan seks yang diberikannya.

3. I.T (23 tahun)

I.T adalah informan yang suku asli dari Pulau Nias. Ditanya tentang asalnya, dia

sebenarnya kurang tahu karena semenjak kecil dia sudah tinggal dengan neneknya di

Pangkalan Brandan. Ibu dari informan adalah orang batak yang sudah meninggal

(47)

pernah bertemu semenjak informan berusia 6 tahun. Akan tetapi informan sempat

menamatkan sekolah tingkat atasnya berkat perjuangan neneknya, yang meninggal 4

tahun yang lalu.

Dalam melakoni pekerjaan sebagai pekerja seks komersial, informan agak susah

mendapatkan pelanggan. Hal tersebut dipaparkan informan karena informan mengaku

tidak mempunyai paras yang lumayan, yang merupakan daya tarik utama hidung belang

dalam mendapatkan pelanggannya. Terkadang informan harus mematok harga dibawah

rata-rata untuk mendapatkan pelanggan.

Profil informan 2: Pedagang/ pelayan di tempat hiburan malam

1. A.T.T ( lk, 45 tahun)

Informan ATT merupalan pria yang menjadi pedagang atau sebagai pihak yang

terkait dalam penyediaan tempat hiburan malam. Dalam mengadakan tanya jawab dengan

informan, ATT sebenarnya kurang memberi respon positif untuk memberikan jawaban.

Tetapi peneliti dibantu oleh teman peneliti membujuk untuk mewawancarai, walau hanya

sebentar saja.

Sebenarnya kepemilikan dari tempat hiburan malam bukanlah informan, tetapi

sebagai salah satu orang kepercayaan yang bisa mengelola tempat hiburan malam

tersebut. Pemilik dari tempat hiburan malam tersebut kebetulan berada di Kota Jakarta

untuk urusan keluarga, dan jarang untuk melakukan kunjungan ke tempat hiburan malam

tersebut.

Dalam melakukan pekerjaannya, informan sangat sibuk mengatur para

(48)

(observasi 29-09-2010). Jadi peneliti tidak dapat menggali lebih banyak dari informan

ATT tentang praktek prostitusi tersebut.

2. I.S ( Pr, 30 tahun ).

Informan yang satu ini merupakan seorang wanita yang bekerja di tempat hiburan

malam salah di Lumban Silintong. Semenjak ditinggal suaminya 4 tahun yang lalu,

informan direkrut untuk menjadi pekerja di kafé tersebut, mengingat ibu ini harus

memenuhi kebutuhan anaknya yan masih kecil.

Setelah tanya jawab dengan panjang lebar, rupanya infoman ini sudah banyak

tahu tentang seluk beluk adanya prostitusi disekitar tempat wisata Lumban silintong.

Informan banyak menceritakan bagaimana tempat hiburan malam itu ada dan bagaimana

kehidupan para wanita tempat hiburan malam tersebut. Biasanya dari pagi sampai sore

hari mereka tidak pernah muncul dan hidup seperti kelelawar yang menampakkan batang

hidungnya mulai malam seiring mulai dibukanya tempat hiburan malam tersebut.

Menurut pengalaman informan, tempat hiburan malam merupakan suatu cara

yang dilakukan untuk merekrut pengunjung lebih banyak. Hal ini karena banyaknya kafé

sebagai tempat mangkal para pengunjung untuk menikmati tempat wisata Lumban

Silintong.

Secara jujur informan tidak mau tahu dengan adanya praktek prostitusi di

kawasan objek wisata Lumban silintong, dikarenakan masih banyak hal-hal yang masih

dipikirkan seperti masa depan daripada anaknya. Tetapi jika ditanya tentang sikap ibu ini

terhadap para wanita malam tersebut, informan kurang setuju perbuatan para perempuan

tersebut yang mencari hidup dengan perbuatan sebagai pekerja seks komersial, dan

(49)

dalam cemooh dari para masyarakat umumnya, karena informan juga merasakan betapa

sakitnya hidup tanpa ada pekerjaan.

3. M.P (24 tahun)

Informan ini juga merupakan karyawan yang bekerja sebagai pelayan di tempat

hiburan malam di tempat wisata Lumban Silintong. Sudah lebih dari 1 tahun dia bekerja

di tempat hiburan malam tersebut. Kebetulan wanita ini adalah kawan dekat dari teman

sekelas peneliti waktu masih sekolah di salah satu sekolah lanjutan pertama di

Kec.Balige. Dengan mengandalkan situasi yang ada, peneliti lebih berpeluang

mendapatkan akses informasi yang lebih jelas dan mendetail. Memang sebelumnya

informan masih enggan untuk bercerita, karena takut akan terjadi hal-hal yang terjadi

yang bisa merugikan dirinya dengan informasi yang diberikan. Tapi karena penjelasan

peneliti dan rayuan teman tersebut, akhirnya informan mau bercerita apa saja yang

diketahui tentang praktek prostitusi yang ada dalam tempat hiburan malam tersebut.

Informan banyak bercerita tentang bisnis yang ada di tempat hiburan dia bekerja,

mulai dari germo maupun para wanita yang berprofesi sebagai pekerja seks komersial.

Khusus bagi wanita malam tersebut, informan banyak tahu tentang asal-usul mereka dan

keberadaan mereka karena tidak sedikit yang mau cerita-cerita sama informan tersebut.

Malah informan M.P kadang dijadikan sebagai teman untuk curhat jika para wanita

penghibur tersebut mengalami masalah.

Menurut cerita informan juga, keberadaan tempat hiburan malam didasari oleh

keberhasilan tempat-tempat hiburan malam di tempat-tempat lain seperti di Kota Medan

yang menghasilkan banyak untung. Hal ini juga mungkin juga terjadi di kawasan tempat

(50)

kunjungan ke tempat wisata. Segala sarana disediakan untuk menarik perhatian

pengunjung, dari mulai pelayana seks dan ketersediaan tempat hiburan remang-remang

dan menyediakan minuman yang mengandung alkohol.

Sebenarnya informan tidak suka adanya praktek prostitusi di tempat ini, tapi

karena wanita-wanita malam inilah menjadi daya tarik tempat hiburan malam tersebut

menjadi ramai pengunjung. Dan menurut informan, rata-rata para wanita malam tersebut

bekerja untuk melayani pengunjung hanya untuk memenuhi nafkah dirinya dan anaknya.

Informan juga merasa senang tidak ada laki-laki yang usil terhadap dirinya. Menurut

pengakuan informan, mungkin dirinya memiliki paras yang jelek, memungkinkan

laki-laki tidak tertarik untuk mengganggunya.

4. A.N (43 Tahun)

Informan A.N adalah seorang wanita yang berprofesi sebagai penjual kacang

keliling di kawasan tempat wisata Lumban Silintong. Ibu tersebut lebih sering

menghabiskan jualannya disekitar tempat hiburan malam tersebut. Alasan utama

informan berjualan ditempat tersebut dikarenakan tempat tinggal ibu tersebut berdekatan

dengan lokasi tempat wisata. Kebetulan ibu ini tinggal di Desa Napitupulu bagasan yang

bersebelahan langsung dengan Desa Lumban Silintong.

Selama melakukan aktivitasnya sebagai pedagang keliling, wanita tersebut tidak

pernah mendapati tempat hiburan malam tersebut dalam keadaan buka, maklum wanita

ini berjualan dari pagi sampai sore. Sore hari wanita ini sering bertemu dengan

perempuan yang diduga sebagai pekerja seks komersial. Memang di lokasi wisata ada

Referensi

Dokumen terkait

a. Fasillitas transportasi yang akan membawanya ke daerah tujuan wisata yang akan dikunjunginya.. Fasilitas akomodasi yang merupakan tempat tinggal sementara di daerah tujuan

Salah satu objek wisata yang kaya dengan warisan sejarah budaya yaitu Museum Perjuangan TNI Kodam Medan yang terletak di jalan Zainul Arifin No.. Museum ini berfungsi sebagai

Objek dan daya tarik wisata adalah suatu bentukan dan fasilitas yang berhubungan, yang dapat menarik minat wisatawan atau pengunjung untuk datang ke suatu daerah atau

Museum Geologi sebagai salah satu tempat tujuan wisata yang juga sering dikunjungi wisatawan asing baik dari Eropa maupun Asia, membutuhkan pemandu wisata yang tidak hanya

Salah satu metode untuk menghitung A k dan fungsi-fungsi dari A yang lainnya dalam bentuk rumus akan diselesaikan dengan menggunakan teorema Cayley-Hamilton.. Bagian

Adapun permasalahan yang akan ditemukan dalam membuat desain bentuk atap pasar wisata kota batu, yaitu Bagaimana pengolahan bentuk atap pada Pasar Wisata Kota Batu yang

Pada kasus ini, Sungai Krueng Aceh merupakan daerah sungai yang memiliki kadar lumpur yang cukup besar sehingga sangat cocok sebagai tempat penelitian tugas akhir ini.. Adapun

Untuk memperindah tempat wisata akan dibuat spot foto berbahan utama kayu yang akan diperindah dengan penambahan tulisan “WISATA AIK MENCERIT” Kegiatan ini dilaksanakan dari minggu ke