• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perekonomian DKI Jakarta pada tahun 2015 diprakirakan tumbuh di kisaran 5,0% - 5,4% (yoy), melambat dibandingkan dengan pertumbuhan 2014 dan lebih rendah dibanding proyeksi sebelumnya. Lebih rendahnya prakiraan tersebut disebabkan oleh pemulihan perekonomian global dan nasional yang tidak sekuat perkiraan sebelumnya sehingga berpengaruh pada lebih rendahnya kinerja ekspor ke luar negeri dan kinerja perdagangan antar daerah. Namun demikian perekonomian DKI Jakarta pada semester II 2015 diprakirakan tetap dapat tumbuh membaik didorong oleh membaiknya konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah sejalan dengan peningkatan optimisme konsumen dan meningkatnya realisasi pengeluaran fiskal oleh pemerintah provinsi DKI Jakarta.

Sejalan dengan pelemahan ekonomi, Inflasi Jakarta pada tahun 2015 diprediksi berada di kisaran 4,3% - 4,7% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi tahun 2014. Kisaran angka perkiraan tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan proyeksi sebelumnya (4,1% 4,5%) akibat kondisi nilai tukar yang lebih melemah dan adanya dampak El-Nino yang diperkirakan dapat meningkatkan inflasi bahan makanan. Namun demikian, kisaran angka prakiraan tersebut masih mendukung target pencapaian sasaran inflasi nasional sebesar 4% ± 1% (yoy). Meskipun lebih rendah dari tahun sebelumnya, terdapat sejumlah risiko yang masih akan membayangi pergerakan inflasi. Beberapa risiko inflasi yang dihadapi pada tahun 2015, terutama berasal lebih kuatnya dampak anomali cuaca El-Nino, meningkatnya risiko pasar keuangan global yg berpotensi mendorong penguatan nilai tukar Dolar Amerika terhadap Rupiah, dan adanya potensi penyesuaian harga pada TTL dan BBM.

A. Pertumbuhan Ekonomi

Perekonomian DKI Jakarta pada tahun 2015 berpotensi tumbuh lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Walaupun perekonomian

di semester II diperkirakan membaik, secara keseluruhan tahun pertumbuhan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi DKI Jakarta | Triwulan II 2015

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DKI Jakarta 50

global dan nasional yang tidak mampu tumbuh lebih baik dari tahun 2014 memiliki peran besar terhadap pelemahan ekonomi DKI Jakarta. Kondisi ini diperburuk lagi dengan rendahnya perkiraan penyerapan belanja dari APBD. Perkembangan terakhir bahkan menunjukan kondisi ekonomi global dan nasional yang lebih lemah dari perkiraan semula yang akan berpengaruh pada lebih rendahnya kinerja ekspor ke luar negeri dan kinerja perdagangan antar daerah. Hal ini berdampak pada angka prakiraan pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta yang lebih lemah dari perkiraan sebelumnya dari 5,3-5,8% menjadi 5,0-5,4%.

Prospek Perekonomian Global

Pemulihan perekonomian global tidak sekuat perkiraan sebelumnya.

Ekonomi Amerika Serikat (AS) tumbuh lebih rendah dari perkiraan sebelumnya. Realisasi pertumbuhan ekonomi AS pada triwulan II 2015 hanya sebesar 2,3% yoy, lebih rendah dari prakiraan (2,6%), terkait dengan lebih lemahnya investasi non-residensial. Kondisi perekonomian Jepang masih belum menunjukkan perbaikan, terindikasi dari masih lemahnya produksi dan permintaan domestik, sejalan dengan upah riil yang masih tumbuh negatif dan tertahannya keyakinan konsumen. Di sisi lain, perekonomian Tiongkok diperkirakan tumbuh melambat tercermin dari realisasinya pada triwulan II 2015 yang tumbuh melambat yaitu sebesar 7,0% yoy. Namun, terdapat faktor positif yaitu menguatnya perekonomian Eropa seiring menguatnya permintaan domestik dan menurunnya tingkat pengangguran di negara-negara utama. Di samping itu, tekanan sedikit mereda setelah Yunani menerima persyaratan umum dari dana bailout.

Grafik V.1 Investasi Nonresidensial

Amerika Serikat

Grafik V.2 Perkembangan Ekspor Impor

Amerika Serikat

Masih lemahnya kondisi perekonomian dunia berdampak pada masih menurunnya harga komoditas internasional. Penurunan harga komoditas

ekspor secara signifikan diperkirakan masih berlanjut, dipengaruhi oleh tren penguatan USD dan perlambatan ekonomi Tiongkok. Harga minyak cenderung turun disebabkan oleh masih lemahnya permintaan global, supply yang masih melimpah, dan pencabutan sanksi Iran. Masih lemahnya permintaan global juga tercermin dari lebih rendahnya pertumbuhan volume perdagangan dunia (World Trade Volume (WTV)).

Risiko di pasar keuangan global masih tinggi. Kondisi pasar keuangan global

masih diliputi ketidakpastian di antaranya ketidakpastian kenaikan suku bunga Fed Fund Rate (FFR) di AS, ketidakpastian krisis Yunani, serta anjloknya harga saham di Tiongkok. Kenaikan FFR menjadi risiko karena berpengaruh terhadap risiko pembalikan arus modal dan peningkatan volatilitas pasar keuangan. Di sisi lain, dampak ketidakpastian krisis Yunani terhadap potensi tekanan pembalikan modal portofolio dari emerging market, termasuk Indonesia, diperkirakan relatif terbatas. Sementara itu, dampak dari anjloknya harga saham Tiongkok terhadap sektor keuangan dan spillover ke negara lain tetap perlu diwaspadai.

Grafik V.3 Survey Bloomberg tentang

Suku Bunga FFR

Grafik V.4 Shanghai Composite Index

(SCI) Prospek Perekonomian Nasional

Perekonomian nasional diharapkan membaik pada semester II 2015 dipicu peningkatan stimulus fiskal. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan III dan IV

2015 diperkirakan tumbuh membaik namun secara keseluruhan tahun tumbuh melambat dan lebih rendah dari prakiraan semula. Konsumsi rumah tangga diperkirakan tumbuh membaik sejalan dengan ekspektasi pendapatan yang membaik dan adanya dorongan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak. Konsumsi Pemerintah mengalami perbaikan seiring telah selesainya

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi DKI Jakarta | Triwulan II 2015

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DKI Jakarta 52

investasi bangunan, seiring meningkatnya pelaksanaan proyek infrastruktur. Namun, ekspor tumbuh terbatas terkait dengan belum kuatnya perbaikan negara mitra dagang utama dan masih rendahnya harga komoditas. Merespons meningkatnya permintaan domestik dan investasi, impor mengalami peningkatan.

Pada sisi penawaran, perbaikan kinerja terindikasi pada lapangan usaha tradable maupun non-tradable. Membaiknya kinerja sejalan dengan

membaiknya permintaan domestik maupun eksternal. Khusus untuk lapangan usaha pertanian, pertumbuhannya cenderung melambat pada semester II 2015 dikarenakan peningkatan tajam pada triwulan II 2015 bersifat temporer akibat pergeseran musim panen. Namun, terdapat beberapa risiko yang perlu dicermati antara lain dampak El Nino pada produksi lapangan usaha pertanian dan berlanjutnya penurunan produksi batubara pada lapangan usaha pertambangan.

Prospek Perekonomian DKI Jakarta

Di tengah risiko perekonomian global dan nasional yang meningkat, perekonomian DKI Jakarta diperkirakan tumbuh lebih baik pada semester II 2015. Perekonomian Jakarta diprakirakan tumbuh membaik pada triwulan III

dan IV 2105 yaitu masing-masing sebesar 5,2% - 5,5% (yoy) dan 5,3% - 5,7% (yoy) namun lebih rendah dibandingkan dengan proyeksi sebelumnya (Tabel V.2). Perbaikan tersebut terutama bersumber dari konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, dan investasi serta perkiraan inflasi yang lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Konsumsi rumah tangga diperkirakan tumbuh membaik sejalan dengan peningkatan optimisme konsumen. Konsumsi pemerintah diprakirakan tumbuh membaik sejalan dengan realisasi pengeluaran fiskal oleh pemerintah provinsi DKI Jakarta yang diprakirakan semakin meningkat mulai triwulan III 2015. Investasi tumbuh membaik terutama investasi bangunan, seiring peningkatan realisasi pembangunan infrastruktur strategis di Jakarta. Sementara, kinerja ekspor tumbuh terbatas seiring masih lemahnya perekonomian negara mitra dagang. Impor tumbuh membaik merespons membaiknya permintaan domestik. Untuk keseluruhan tahun 2015, perekonomian DKI Jakarta diprakirakan tumbuh melambat dari tahun sebelumnya di kisaran 5,0-5,4% yoy.

Tabel V.2 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Jakarta Sisi Permintaan (%,yoy)

Konsumsi rumah tangga tumbuh membaik pada semester II 2015.

Membaiknya konsumsi rumah tangga sejalan dengan peningkatan optimisme konsumen yang membaik, tercermin pada meningkatnya Indeks Tendensi Konsumen (BPS) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (BI) (Grafik V.5 dan V.6). Daya beli terindikasi membaik seiring pencairan gaji ke-13 dan rapel kenaikan gaji PNS pada bulan Juli 2015. Di samping itu, terdapat dorongan dari Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak.

Grafik V.5 Indeks Tendensi Konsumen BPS Grafik V.6 Indeks Ekspektasi Konsumen,

Survei Konsumen BI

Konsumsi pemerintah tumbuh membaik sejalan dengan komitmen optimalisasi penyerapan anggaran dan pembangunan infrastruktur strategis. Membaiknya konsumsi pemerintah didorong oleh membaiknya

penyerapan anggaran Pemerintah daerah dan Pemerintah pusat. Pemerintah provinsi DKI Jakarta berkomitmen untuk mempercepat realisasi anggaran dengan membentuk Tim Evaluasi dan Pengawasan Penyerapan Anggaran

PDRB (%,yoy) 6.0 6.2 5.4 6.2 5.9 5.1 5.2 5.2 - 5.5 5.3 - 5.7 5.0 - 5.4

Sisi Permintaan

Konsumsi Rumah Tangga 5.5 5.9 5.8 5.2 5.4 5.1 5.0 4.9 - 5.3 4.8 - 5.6 4.9 - 5.3 Konsumsi LPNRT 33.3 31.1 7.1 (1.0) 16.9 (12.9) (12.7) 1.5 - 2.9 3.3 - 4.1 (5.7) - (5.0)

Konsumsi Pemerintah 6.1 (3.1) 2.7 1.5 2.0 2.1 (3.1) 0.5 - 1.7 2.3 - 3.1 0.5 - 0.9 Pembentukan Modal Tetap Bruto 4.7 3.8 1.6 2.7 3.0 3.7 2.5 2.0 - 3.2 2.5 - 3.3 2.6 - 3.2 Perubahan Inventori (20.8) 11.4 14.1 (20.7) (16.3) 4.8 (47.7) (15.0)-(5.0) 2.4 - 6.4 (26.5)-(16.5)

Ekspor Luar Negeri (1.4) 0.5 2.4 (3.5) (0.5) (1.5) (2.9) (2.0) -(0.5) (0.3) - 1.4 (2.3) - (0.3)

Net Ekspor Antar Daerah 10.1 (2.6) (12.0) 14.4 0.6 (11.2) (14.8) (15.5)-(6.5) (12.2)-(2.0) (15.5)- (6.5)

Impor Luar Negeri 4.6 (2.0) (4.8) (0.1) (1.2) (6.2) (9.7) (7.8) -(3.8) (4.9) -(0.9) (8.2) - (4.2)

Sumber: BPS DKI Jakarta, diolah p

proyeksi Bank Indonesia

Total-p 2015 IVp IIIp I II III IV Total I II 2014

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi DKI Jakarta | Triwulan II 2015

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DKI Jakarta 54

Daerah melalui Kepgub No. 1245 tahun 2015. Selain itu, Pemprov DKI Jakarta menetapkan program prioritas yaitu penambahan armada Transjakarta, pembangunan Light Rail Transit (LRT), pembangunan rumah susun, dan pembebasan lahan untuk Ruang Terbuka Hijau (RTH). Di sisi lain, telah selesainya proses reorganisasi sejumlah Kementerian/Lembaga (K/L) akan mendorong realisasi belanja Pemerintah Pusat baik untuk belanja rutin maupun belanja modal.

Kinerja investasi di Jakarta berpotensi tumbuh lebih baik dengan dukungan belanja pembangunan infrastruktur. Sejumlah proyek infrastruktur skala

besar masih terus berlanjut seperti pembangunan Mass Rapid Transit (MRT), Terminal Peti Kemas Kalibaru (New Priok), jalan tol akses Priok, jalan tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu (Becakayu), jalur kereta api Bandara Soekarno-Hatta, dan Light Rail Transit (LRT) Kelapa Gading-Kebayoran Lama. Selain itu, terdapat pula dukungan investasi bangunan dari sektor properti komersial. Meski pasar properti Jakarta diprediksi kembali prospektif di 2015, perbaikan kinerja pada triwulan III 2015 diprediksi masih terbatas. Optimisme pelaku pasar terhadap prospek investasi properti pada tahun 2015 mulai membaik yang didasari oleh pelonggaran LTV sektor properti.

Kinerja ekspor barang DKI Jakarta masih berpotensi tumbuh membaik, sementara ekspor jasa masih mengalami pelemahan. Membaiknya ekspor

barang DKI Jakarta ditopang oleh meningkatnya ekspor produk otomotif. Hal ini didorong oleh kebijakan pemegang merek untuk menambah kapasitas produksi guna meningkatkan peran Indonesia dalam rantai produksi global. Sementara itu, ekspor jasa masih mengalami pelemahan seiring masih menurunnya jumlah wisatawan mancanegara ke Jakarta.

Grafik V.5 Ekspor Kendaraan Bermotor

DKI Jakarta

Grafik V.6 Wisatawan Mancanegara ke

Kinerja lapangan usaha jasa-jasa tumbuh membaik seiring membaiknya permintaan domestik. Kinerja lapangan usaha utama yaitu perdagangan besar

dan eceran, informasi dan komunikasi, konstruksi serta lapangan usaha jasa keuangan dan asuransi tumbuh membaik pada semester II 2015 seiring membaiknya permintaan domestik. Kinerja lapangan usaha perdagangan besar dan eceran tumbuh membaik seiring membaiknya konsumsi rumah tangga dan dorongan Pilkada serentak. Salain itu, didukung oleh penyelenggaraan event perdagangan yang bersifat lokal seperti Indonesia International Motor Show pada Agustus 2015. Lapangan usaha informasi dan komunikasi diprakirakan masih tumbuh tinggi sejalan dengan masih tingginya permintaan jasa komunikasi terutama komunikasi data. Selain itu, terdapat upaya peningkatan layanan jasa informasi dan komunikasi melalui ekspansi jaringan 4G oleh beberapa provider telekomunikasi. Kinerja sektor jasa lainnya yaitu jasa transportasi dan pergudangan terutama transportasi udara terindikasi terus meningkat sejalan dengan meningkatnya frekuensi penerbangan dari Bandara Halim Perdana Kusuma. Meningkatnya frekuensi penerbangan tersebut terkait dengan lokasinya yang lebih mudah dijangkau oleh penduduk Jakarta. Sementara itu, sektor jasa keuangan diperkirakan tumbuh terbatas terkait dengan terbatasnya ekspansi kredit perbankan dan kinerja pasar modal. Risiko kenaikan suku bunga Amerika Serikat berdampak pada repatriasi dana modal asing yang berpotensi menekan kinerja pasar modal.

Kinerja lapangan usaha konstruksi diprakirakan tumbuh membaik karena peningkatan pembangunan fisik infrastruktur. Realisasi proyek infrastruktur

skala besar diperkirakan akan terus meningkat sehingga menjadi pendorong membaiknya kinerja lapangan usaha konstruksi. Aktivitas konstruksi di proyek-proyek eksisting mengalami peningkatan diantaranya MRT dan Pelabuhan Kalibaru. Proyek MRT sudah memasuki tahapan pengeboran jalur bawah tanah, sementara realisasi pembangunan fisik pelabuhan Kalibaru telah mencapai 52%. Selain dari infrastruktur, pelonggaran kebijakan Loan-to-Value (LTV) kredit properti mampu menjadi katalis perbaikan pembangunan proyek properti komersial dan residensial.

Lapangan usaha industri pengolahan diprakirakan tumbuh membaik karena dorongan ekspor. Membaiknya kinerja lapangan usaha industri

pengolahan utamanya didorong oleh sub industri alat angkut seiring meningkatnya permintaan ekspor produk otomotif. Hal ini terkait kebijakan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi DKI Jakarta | Triwulan II 2015

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DKI Jakarta 56

pemegang merek untuk menambah kapasitas produksi guna meningkatkan peran Indonesia dalam rantai produksi global. Selain sub industri alat angkut, sub lapangan usaha makanan dan minuman juga meningkat seiring membaiknya konsumsi dan dorongan Pilkada serentak.

Tabel V.3 Realisasi dan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Jakarta Sisi Penawaran

(%,yoy)

B. Inflasi

Inflasi Jakarta diprakirakan di kisaran 4,3% - 4,7% (yoy) lebih rendah dibandingkan dengan inflasi tahun 2014, sejalan dengan melemahnya aktivitas ekonomi. Kisaran angka perkiraan tersebut lebih tinggi dibandingkan

dengan proyeksi sebelumnya (4,1% 4,5%) karena dipengaruhi oleh nilai tukar yang lebih melemah dan adanya dampak El-Nino berdampak pada peningkatkan inflasi bahan makanan. Dari sisi internal, pengaruh kebijakan administered prices yang diterapkan oleh Pemerintahan baru diperkirakan akan memberikan pengaruh yang relatif terbatas di pengujung tahun 2015. Namun demikian, kisaran inflasi tersebut masih mendukung target pencapaian sasaran inflasi nasional sebesar 4% ± 1% (yoy).

PDRB (%,yoy) 6.0 6.2 5.4 6.2 5.9 5.1 5.2 5.2 - 5.5 5.3 - 5.7 5.0 - 5.4

Sisi Produksi

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 2.0 1.2 (0.9) 0.7 1.0 1.0 1.4 0.5 - 1.0 0.3 - 0.9 0.7 - 1.1 Pertambangan dan Penggalian (0.7) (0.8) (0.9) (1.1) (1.1) (1.1) (1.1) (1.5) - (1.0) (1.6) - (0.9) (1.3) - (0.9)

Industri Pengolahan 9.1 6.0 3.9 3.3 1.6 2.9 3.3 3.2 -3.7 3.4 -4.0 3.1 -3.5 Pengadaan Listrik, Gas (2.1) 1.1 1.7 6.4 4.6 4.6 2.4 2.6 - 3.3 2.8 - 3.4 3.0 - 3.4 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah & Limbah 4.7 3.5 3.4 3.4 1.1 1.1 0.9 0.8 - 1.4 1.0 - 1.6 0.9 - 1.3 Konstruksi 5.8 5.3 4.6 3.2 4.2 3.6 4.4 4.7 - 5.3 4.8 - 5.4 4.3 - 4.7 Perdagangan Besar & Eceran, Rep. Kendaraan 4.6 5.0 5.0 5.2 4.0 3.8 3.3 3.2 - 3.8 3.6 - 4.0 3.4 - 3.8 Transportasi dan Pergudangan 13.1 13.4 14.1 14.2 7.5 7.5 9.3 9.4 - 10.1 9.5 - 10.1 8.8 - 9.2 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 6.0 5.8 5.4 5.9 4.0 4.0 5.7 5.7 - 6.2 5.7 - 6.1 5.2 - 5.6 Informasi dan Komunikasi 10.5 11.2 13.3 9.3 10.1 9.5 10.0 10.0 - 10.6 10.1 - 10.7 9.8 - 10.2 Jasa Keuangan 2.2 5.8 (1.2) 11.9 7.5 7.5 2.9 2.9 - 3.5 3.3 - 3.9 4.1 - 4.5 Real Estate 4.3 4.7 5.2 5.6 5.4 5.4 5.0 5.0 - 5.5 4.9 - 5.6 5.1 - 5.5 Jasa Perusahaan 8.7 8.9 9.0 9.1 7.3 7.3 7.7 7.5 - 8.1 7.6 - 8.2 7.4 - 7.8 Adm Pemerintahan, Pertahanan & Jaminan Sos. (0.5) 0.7 2.3 2.4 1.1 1.1 1.2 1.3 - 2.0 1.5 - 2.1 1.2 - 1.6 Jasa Pendidikan 3.4 3.8 3.6 3.9 3.5 3.5 8.7 8.2 - 8.7 8.2 - 8.8 7.1 - 7.5 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 6.2 6.9 7.0 7.3 7.5 7.5 8.7 8.4 - 9.2 8.5 - 9.3 8.2 - 8.6 Jasa lainnya 8.7 9.1 8.2 8.0 7.9 7.9 8.1 7.8 - 8.5 8.0 - 8.6 7.9 - 8.3

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

2015 Total-p IVp IIIp Total I II 2014 I II III IV

Meskipun inflasi tahun 2015 diperkirakan akan lebih rendah daripada tahun 2014, tidak terlepas dari sejumlah risiko yang masih akan membayangi pergerakannya. Beberapa risiko inflasi yang dihadapi pada tahun

2015, terutama berasal dari kelompok volatile foods yang bersumber dari lebih kuatnya dampak El-Nino. Fenomena El-Nino diperkirakan akan berlangsung sampai November 2015, sehingga memengaruhi produksi akibat kekeringan dan berujung pada pasokan bahan pangan. Selain itu, pergerakan nilai tukar rupiah yang cenderung melemah akan memengaruhi penyesuaian harga pada TTL maupun harga BBM, walaupun saat ini terdapat tren penurunan harga minyak dunia.

Tabel IV.4 Potensi Risiko Inflasi 2015

Pada triwulan III 2015, tekanan inflasi Jakarta diprediksi akan stabil dengan kecenderungan menurun. Beberapa faktor pendorong stabilnya laju inflasi

pada triwulan mendatang antara lain adalah kenaikan harga saat bulan puasa, Idul Fitri dan Idul Adha yang diperkirakan tidak setinggi historisnya akibat langkah-langkah konkrit pemerintah dalam memenuhi peningkatan permintaan pasar pada beberapa komoditas-komoditas utama. Hasil survei konsumen menunjukkan tren penurunan atas ekspektasi konsumen Jakarta terhadap harga. Konsumen berekspektasi perubahan harga sejalan dengan tren penurunan inflasi dalam 3 dan 6 bulan mendatang (Grafik VI.4).

Sejumlah risiko inflasi pada triwulan III 2015 yang berpotensi mendongkrak laju inflasi terutama berasal dari anomali cuaca El-Nino yang memengaruhi pasokan komoditas pangan. El Nino yang telah melanda Indonesia dengan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi DKI Jakarta | Triwulan II 2015

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DKI Jakarta 58

Agustus-September 2015. Hal ini dapat menyebabkan kekeringan berkepanjangan pada daerah sentra produksi bahan pangan dan berujung pada berkurangnya pasokan bahan pangan ke Jakarta. Selain itu, tekanan pelemahan nilai tukar rupiah yang berpotensi untuk memberikan dampak lanjutan pada penyesuaian harga TTL.

Dokumen terkait