• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSPEK PEREKONOMIAN JAWA BARAT

Dalam dokumen RKPD 2017.zip RKPD 2017 Buku 1 (Halaman 99-103)

No Bidang/fenomena Uraian

INTERNAL

1 Pertanian/pangan Jawa Barat memiliki lahan pertanian yang cukup

luas, dengan jumlah petani yang cukup banyak, serta komoditas yang cukup beragam ditunjang keberadaan Waduk Jatigede.

2 Industri Jawa Barat memiliki industri yang banyak baik skala

besar, menengah, kecil dan mikro.

3 Energi Jawa Barat memiliki sumber daya alam sumber

energy alternative yang cukup banyak, baik dari bahan tambang maupun komoditas pertanian.

4 Teknologi Jawa Barat memiliki Perguruan tinggi ternama dan

lembaga litbang departemen maupun non departemen yang cukup banyak.

EKSTERNAL

1 Kelangkaan pangan di

tingkat global dan nasional

Merupakan peluang bagi pertanian Jawa Barat dalam pemasaran produk pertanian dan olahannya.

2 Pergeseran kekuatan

ekonomi ke Asia •

Jawa Barat sebagai kawasan industri terbesar di Indonesia mempunyai peluang dalam peningkatan sektor industri.

3 Masyarakat Ekonomi Asean

(MEA) •

Jawa Barat memiliki penduduk dan tenaga kerja yang banyak, harus dipersiapkan peningkatan daya saingnya (skill, dll), supaya berkontribusi dominan terhadap lapangan kerja MEA.

• Program Jabar mengembara harus mampu

mempersiapkan tenaga Jawa Barat dalam kancah MEA.

Tahun 2017 merupakan tahapan ke-4 pada rangkaian pembangunan jangka menengah Tahun 2013-2018, sekaligus merupakan tahun ketiga pelaksanaan RPJMN 2015-2019. Ada beberapa rekomendasi implementasi RPJMN dalam konteks kepentingan pembangunan ekonomi regional Jawa Barat, sebagai berikut:

1. Produk pangan harus jadi perhatian dan komitmen karena jumlah penduduk besar yang berimplikasi terhadap ketersediaan pangan yang harus memadai.

2. Berdasarkan hasil kajian Tabel Input Output Jabar, sektor pertanian memiliki nilai backward linkage yang besar namun relative kecil untuk angka forward linkage. Artinya, potensi pertanian Jabar perlu didorong untuk industrialisasi (agroindustri).

3. Penekanan pembangunan sektor pertanian seyogianya tidak hanya di aspek produksi, tetapi pengolahan dan pemasaran. Selain itu juga harus dibangun institusi pasar sebagai option market yang akan meningkatkan pendapatan petani dan menjamin redistribusi pendapatan antara pedagang dengan petani yang lebih adil.

4. Guna peningkatan daya saing industri Jawa Barat, diberikan insentif bagi industri yang menggunakan komponen lokal relatif tinggi (di atas 60%).

5. Untuk sukses implementasi UU tentang Desa, maka perlu dilakukan memperkuat kelembagaan ditingkat Desa baik aspek regulasi maupun peningkatan sumber daya manusia.

6. Dana infrastruktur Desa (sesuai janji gubernur) diarahkan untuk meningkatkan perekonomian di perdesaan.

7. Untuk meningkatkan kesempatan kerja pembangunan ekonomi regional diarahkan kepada kegiatan ekonomi riil.

8. Untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani dalam rangka membangun kedaulatan pangan perlu memperbaiki harga jual komoditas pertanian, diantaranya meningkatkan peranan Bulog dalam penyediaan cadangan pangan atau melalui BUMD.

9. Dalam membangun kedaulatan energi, perlu dikembangkan energi

alternatif yang terbarukan maupun yang tidak terbarukan.

Dalam rangka menjamin keberlanjutan pembangunan Jawa Barat Tahun 2017, perlu memperhatikan kebijakan operasional pembangunan, yaitu: (1) Melanjutkan program-program pembangunan yang sudah baik dan sudah selesai untuk selanjutnya dimanfaatkan dan direplikasi ke berbagai daerah; (2) Menuntaskan program-program pembangunan yang sudah baik dan sudah dimulai dilaksanakan namun belum selesai untuk segera dapat dimanfaatkan; (3) Reorientasi yaitu, melakukan reorientasi dengan menyusun program- program baru bersifat terobosan, sesuai dengan perkembangan dan tuntutan pembangunan yang perlu segera dilaksanakan bersama bupati dan walikota dengan dukungan dari pemerintah pusat; (4) Reposisi dengan menerapkan

strategi baru untuk program-program pembangunan yang sudah baik namun belum bisa dilaksanakan pembangunannya karena mengalami hambatan; (5) Memberi dukungan, pada program-program pembangunan yang dilakukan langsung oleh komunitas berbasis masyarakat, akademisi dan institusi pendidikan/riset serta dunia usaha.

3.2 Arah Kebijakan Keuangan Daerah

Keuangan daerah merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam perencanaan pembangunan, proyeksi keuangan daerah yang akurat dan cermat perlu dilakukan untuk mengetahui kemampuan daerah dalam mendanai rencana pembangunan, sehingga dalam pengelolaan keuangan daerah dihasilkan suatu kebijakan keuangan daerah yang akurat dan cermat, Keberhasilan suatu daerah dalam melaksanakan pembangunannya tidak bisa dilepaskan dari faktor pengelolaan keuangan daerah yang dikelola dengan manajemen yang baik.

Kebijakan keuangan Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 secara umum disusun dalam rangka mewujudkan arah kebijakan pembangunan yang tertuang dalam RPJMD Tahun 2013-2018, dan tidak terlepas dari kapasitas fiskal daerah sebagai salah satu penopang strategis dalam implementasi pembangunan Provinsi Jawa Barat.

Kemampuan keuangan daerah dapat dilihat dari penerimaan fiskal daerah. Terbatasnya sumber-sumber penerimaan fiskal telah menempatkan pengelolaan aset daerah secara profesional pada posisi yang amat potensial untuk menunjang penerimaan pemerintah daerah.Selain penerimaan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), terdapat sumberpendanaan lainnya di luar APBD (Non APBD) yang meliputi APBN, Pinjaman Hibah Luar Negeri (PHLN), Obligasi, dana kemitraan dunia usaha, swadaya masyarakat serta kontribusi pelaku usaha melalui Corporate Social Responsibility (CSR) atau berdasarkan Perda Provinsi Jawa Barat Nomor 2 Tahun 2013 disebut tanggung jawab sosial lingkungan perusahaan dan program kemitraan serta bina lingkungan di Jawa Barat yang semuanya merupakan potensi sumber penerimaan guna menunjang beban belanja pembangunan daerah.

Apabila melihat dari sisi APBD, keuangan daerah dipergunakan dalam membiayai program dan kegiatan untuk menyelenggarakan pemerintahan dan

pembangunan yang diperkirakan dari tahun ke tahun mengalami

peningkatan, sesuai dengan perkembangan kebutuhan, baik pembangunan secara fisik maupun non fisik.

3.2.1 . Proyeksi Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan

Kapasitas fiskal daerah mempunyai implikasi langsung terhadap kemampuan daerah dalam menjalankan fungsi pelayanan kepada masyarakat dan keberlangsungan pembangunan daerah. Kemampuan pemerintah dapat diukur dari penerimaan pendapatan daerah.

Pendapatan Daerah menurut Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah pasal 1 ayat 13 merupakan hak Pemerintah Daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun terkait. Berdasarkan ketentuan tersebut, dijelaskan bahwa sumber pendapatan daerah Provinsi terdiri atas: 1) Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terdiri atas pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah; 2) Dana Perimbangan yang meliputi: dana alokasi umum, dana alokasi khusus dana bagi hasil, dan; 3) Lain-lain pendapatan daerah yang sah, meliputi: hibah, dana darurat, dana bagi hasil pajak dari pemerintah daerah lainnya, dana penyesuaian dan dana otonomi khusus, dana bantuan keuangan dari provinsi/kabupaten/kota lainnya, lain- lain penerimaan, dana transfer pusat dan dana insentif daerah. Sementara penerimaan pembiayaan bersumber dari sisa lebih perhitungan anggaran daerah tahun sebelumnya (SiLPA), penerimaan pinjaman daerah, dana cadangan daerah (DCD), dan hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan.

Secara keseluruhan pendapatan daerah Provinsi Jawa Barat dari tahun ke tahun meningkat, hal tersebut terlihat dari kelompok Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan, sedangkan kelompok dana perimbangan menunjukkan kecenderungan penurunan khususnya pada komponen dana alokasi umum. Dari berbagai komponen pendapatan daerah, sumber utama penerimaan daerah adalah pajak kendaraan bermotor. Hal ini sebagai pertanda untuk segera melakukan upaya-upaya terobosan untuk mencari sumber-sumber alternatif pendapatan lainnya yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi sumber penerimaan daerah, sehingga mengurangi ketergantungan terhadap penerimaan dari pajak daerah yang bersifat terbatas (limitative). Kondisi yang sama juga terjadi pada penerimaan dana perimbangan yang menunjukkan kecenderungan menurun.

Berdasarkan kondisi diatas, perkembangan realisasi pendapatan Tahun 2014-2015 dan target pendapatan daerah Provinsi Jawa Barat pada kurun waktu Tahun 2016‐2018, disajikan pada TABEL 3.7 di bawah ini.

TABEL 3.7

REALISASI PENDAPATAN TAHUN 2014-2015 DAN PROYEKSI/TARGET PENDAPATAN TAHUN 2016-2018

Dalam dokumen RKPD 2017.zip RKPD 2017 Buku 1 (Halaman 99-103)

Dokumen terkait