• Tidak ada hasil yang ditemukan

RKPD 2017.zip RKPD 2017 Buku 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "RKPD 2017.zip RKPD 2017 Buku 1"

Copied!
203
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelaksanaan pembangunan di Jawa Barat ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat Jawa Barat, yang dapat dicapai melalui proses perencanaan yang dilaksanakan secara spesifik, terukur, transparan dan didukung oleh ketersediaan sumber daya, serta tepat waktu dalam pelaksanaannya. Proses perencanaan pembangunan ini dilaksanakan melalui tahapan perencanaan yang dimulai dari musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang) desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota, dan provinsi.

Penyusunan dokumen Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 merupakan pelaksanaan dari amanat Undang–Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Berdasarkan Undang-Undang tersebut, RKPD adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 1 (satu) tahun atau disebut dengan rencana pembangunan tahunan daerah yang merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun 2013-2018. RKPD memuat rancangan kerangka ekonomi Daerah, prioritas Pembangunan Daerah, rencana kerja dan pendanaannya baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat. Selain itu, RKPD juga merupakan acuan bagi Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dalam menyempurnakan Rencana Kerja (Renja) OPD untuk tahun yang sama.

Pembangunan Jawa Barat disusun berdasarkan Rencana

(9)

dan cakupan pelayanan kesehatan masyarakat; (5) tingginya kesenjangan

pendapatan masyarakat; (6) dinamika ekonomi global termasuk

diberlakukakannya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) sejak akhir Tahun 2015 yang menaikkan tingkat persaingan, baik tenaga kerja maupun produksi dalam negeri; (7) masih tingginya degradasi lingkungan; (8) meningkatnya kebutuhan pangan, baik di lingkup Provinsi Jawa Barat maupun Nasional; (9) peningkatan komitmen terhadap pelaksanaan Reformasi Birokrasi; dan (10) konsistensi antara perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Seluruh tantangan tersebut harus ditangani dengan baik untuk menciptakan keberhasilan pembangunan Jawa Barat dalam tiga dimensi pembangunan yaitu; (1) dimensi pembangunan manusia, yang meliputi: pendidikan, kesehatan, perumahan, dan pembangunan mental/karakter; (2) dimensi pembangunan sektor unggulan, yang meliputi: kedaulatan pangan, kedaulatan energi dan ketenagalistrikan, kemaritiman dan kelautan, pariwisata dan industri; (3) dimensi pemerataan dan kewilayahan: pemerataan antar kelompok pendapatan dan antar wilayah desa serta perbatasan.

Untuk menjamin terciptanya keberhasilan pembangunan dan guna mengatasi tantangan pelaksanaan pembangunan Jawa Barat Tahun 2017 tersebut di atas, diperlukan keselarasan dan kesinambungan Pembangunan antara program pemerintah pusat dan pemerintah Provinsi Jawa Barat. Atas dasar ini maka RKPD Tahun 2017 disusun dengan menjadikan agenda Pembangunan Nasional (NAWA-CITA) yang tercantum dalam RPJMN tahun 2015-2019 yang kemudian dijabarkan dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2017 sebagai salah satu rujukan.

1.2 Proses penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2017.

(10)

perencanaan yang melibatkan unsur-unsur pemerintah, dunia usaha, akademisi, dan komunitas atau lembaga swadaya masyarakat dalam koridor peraturan perundang-undangan yang dikenal dengan Jabar Masagi.

Berdasarkan pendekatan perencanaan tersebut, maka proses penyusunan RKPD Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:

1) Penyusunan dokumen Rancangan Awal RKPD Tahun 2017 dengan

berpedoman kepada target-target yang dituangkan dalam RPJMN dan rancangan awal RKP, yang kemudian ditelaah pencapaiannya melalui rakorbangpus triwulanan; RPJMD dan hasil evaluasi RKPD Tahun 2015; hasil telaahan dan konsultasi dengan OPD/biro tentang pelaksanaan Renja Tahun 2015; serta hasil FGD multi stakeholders dan hasil diskusi komite perencana.

2) Penyusunan rancangan RKPD melalui pengakomodasian: (a) Pembahasan usulan hasil reses komisi DPRD; (b) hasil musrenbang Kabupaten/Kota sebagai tindak lanjut dari hasil musrenbang tingkat Desa dan Kecamatan; (c) hasil pembahasan dalam forum OPD dan Kabupaten/Kota. Selanjutnya rancangan tersebut dibahas secara intensif melalui rangkaian pramusrenbang dan virtual musrenbang.

3) Penyusunan rancangan akhir RKPD Provinsi Jawa barat tahun 2017, melalui tahapan pembahasan prioritas bidang urusan oleh Bappeda Provinsi, OPD/BIRO dan Kabupaten/Kota (desk trilateral meeting), dengan memperhatikan pokok-pokok pikiran dari DPRD Provinsi Jawa Barat dan masukan serta pendapat dari kalangan perguruan tinggi, dunia usaha dan komunitas.

4) Penyusunan dokumen RKPD 2017 yang berpijak kepada rancangan akhir RKPD Provinsi Jawa Barat Tahun 2017, hasil pramusrenbang provinsi dan musrenbang nasional serta verifikasi akhir untuk program dan kegiatan prioritas untuk kemudian diterbitkan dalam Peraturan Gubernur tentang RKPD 2017.

Secara visual proses penyusunan RKPD Provinsi Jawa Barat Tahun 2017, dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1.1

(11)

1.3. Prinsip Penyusunan RKPD

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Sistem Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tata Cara Penyususunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, serta Peraturan Daerah No. 6 Tahun 2009 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah (SISRENBANGDA), perencanaan pembangunan daerah dilakukan dengan prinsip‐prinsip sebagai berikut:

a). Perencanaan pembangunan daerah merupakan satu kesatuan dalam Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;

b). Perencanaan pembangunan daerah kabupaten/kota merupakan satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan daerah; c). Perencanaan pembangunan daerah dilakukan berdasarkan peran

dan kewenangan masing-masing;

d). Perencanaan pembangunan daerah mengintegrasikan rencana tata ruang dengan rencana pembangunan daerah;

e). Perencanaan pembangunan daerah dilaksanakan berdasarkan kondisi dan potensi yang dimiliki daerah, sesuai dinamika perkembangan daerah dan nasional;

(12)

f). Perencanaan pembangunan daerah dirumuskan secara transparan, responsif, efisien, efektif, akuntabel, partisipatif, berkeadilan dan berkelanjutan;

g). Perencanaan pembangunan daerah dirumuskan dengan spesifik (specific), terukur (measurable), dapat dilaksanakan (achievable), memperhatikan ketersediaan sumberdaya (resources availability) dan memperhatikan fungsi waktu (times), yang disingkat SMART.

1.4. Landasan Hukum

Peraturan perundang‐undangan yang menjadi rujukan penyusunan RKPD Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 adalah:

1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi Jawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia tanggal 4 Juli 1950) jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Jakarta Raya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 15) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4744) dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Banten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4010);

2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 164, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

(13)

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

6. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi

Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5589);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005 tentang Hibah Kepada Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4577);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan

Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741); 10.Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

11.Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi

Perangkat Daerah;

12.Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815);

13.Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4816);

14.Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tata Cara

Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817); 15.Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang

(14)

Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833); 16.Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015–2019;

17.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

18.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang

Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No 8 tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

19.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 18 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2017;

20.Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 10 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Provinsi Jawa Barat (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2008 Nomor 9 Seri D, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 46);

21.Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 11 Seri D, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 47);

22.Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 6 Tahun 2009 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat (Lembaran Daerah Tahun 2009 Nomor 6 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 64);

23.Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 22 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009-2029;

24.Peraturan Daerah Nomor 24 Tahun 2010 tentang Perubahan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 9 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2005-2025;

25.Peraturan Daerah Nomor 25 Tahun 2013 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 (Lembaran Daerah Tahun 2013 Nomor 25 Seri E);

(15)

27.Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 12 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Pembangunan dan Pengembangan Wilayah Metropolitan dan Pusat Pertumbuhan di Jawa Barat (Lembaran Daerah Tahun 2014 Nomor 12 Seri E);

28.Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 79 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat (Lembaran Daerah Tahun 2010 Nomor 79 Seri E).

29.Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 16 Tahun 2016 Tentang

Penyelarasan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 dengan Kebijakan Nasional (Lembaran Daerah Tahun 2016 Nomor 16 Seri E).

1. 5. Hubungan Antar Dokumen

Penyusunan RKPD Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 diperlukan untuk menjamin terjadinya keselarasan, keterkaitan dan konsistensi dalam sistem pembangunan daerah antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan.

Dokumen RKPD Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 merupakan bagian dari pelaksanaan Sistem Perencanaan dan Penganggaran Terpadu sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam tahapan penyusunan rancangan anggaran dan pendapatan belanja daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2017, yang terdiri atas Kebijakan Umum APBD (KUA), Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS), serta Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) Organisasi Perangkat Daerah (OPD) seperti digambarkan pada Gambar 1.2.

Gambar 1.2

(16)

Dokumen RKPD Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 ini menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam tahapan penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Provinsi Jawa Barat tahun anggaran 2017.

1.6. Maksud dan Tujuan

Maksud dari penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)

Tahun 2017 adalah sebagai acuan/pedoman perencanaan dan

penganggaran tahunan daerah Tahun 2017. Adapun tujuan penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2017 adalah:

1) Mewujudkan pencapaian sasaran pembangunan Provinsi Jawa Barat; 2) Mewujudkan integrasi, sinkronisasi dan sinergi pembangunan, baik

antar daerah, antar ruang, antar waktu, antar fungsi pemerintahan maupun antar tingkat pemerintahan;

3) Mewujudkan keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan,

penganggaran, pelaksanaan, pengendalian dan pengawasan;

4) Mengoptimalkan partisipasi masyarakat dan dunia usaha, Perguruan Tinggi dan Komunitas; serta

5) Mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya secara efisien, efektif, berkeadilan dan berkelanjutan.

1.7. Sistematika

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2017, disusun dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I. PEND AHULUAN.

1.1.Latar Belakang

Menjelaskan tentang latar belakang penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2017

1.2. Proses penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2017

Menjelaskan tentang pendekatan yang digunakan dalam menyusun RKPD Provinsi Jawa Barat Tahun 2017.

1.3. Prinsip Penyusunan RKPD.

(17)

Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No 8 tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; (3) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 18 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2017; dan (4) Peraturan Daerah No. 6 Tahun 2009 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah (SISRENBANGDA).

1.4.Landasan Hukum

Menjelaskan Dasar Hukum yang digunakan dalam menyusun Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2017

1.5.Hubungan Antar Dokumen

Menjelaskan hubungan antara Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 dengan dokumen‐dokumen perencanaan lainnya.

1.6.Maksud dan Tujuan

Menjelaskan tentang maksud dan tujuan penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2017.

1.7.Sistematika

Memuat sistematika Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2017.

BAB II. EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN 2015 DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGG ARAAN PEMER INTAHAN TAHUN 2015.

2.1 Gambaran Umum Kondisi Daerah

Menyajikan gambaran umum kondisi daerah yang meliputi aspek geografi dan demografi serta indikator kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah Tahun 2014 dan Tahun 2015.

2.2 Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD Tahun 2015 dan Realisasi RPJMD

(18)

Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 serta pencapaian indikator Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018.

2.3 Permasalahan Pembangunan Daerah

Menguraikan dan menjelaskan identifikasi permasalahan berdasarkan hasil analisis gambaran umum kondisi daerah serta Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD Tahun 2016 dan Realisasi RPJMD Tahun 2013-2018.

BAB III. RANCANG AN KERANGKA EKONOMI D AERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH TAHUN 2017.

3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah

Menjelaskan arah kebijakan pembangunan ekonomi nasional dan provinsi Tahun 2017, proyeksi dan tantangan pembangunan ekonomi Tahun 2017.

3.2 Arah Kebijakan Keuangan Daerah

Menjelaskan arah kebijakan pendapatan, belanja dan pembiayaan Tahun 2017 serta pendanaan pembangunan lainnya.

BAB IV. PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANG UNAN DAERAH TAHUN 2017.

4.1 Tujuan dan Sasaran Pembangunan

Menjelaskan Visi dan Misi yang mencakup tujuan, sasaran, strategi, arah kebijakan pembangunan, dan indikator.

4.2 Prioritas dan Sasaran Pembangunan Daerah Tahun 2017

Menjelaskan isu strategis, prioritas pembangunan daerah yang berasal dari program pembangunan daerah RPJMD Tahun 2013-2018 pada Tahun berkenaan, serta Common Goals (tematik sektoral dan kewilayahan), perbatasan antar Provinsi, dan SDGs (Sustainable Development Goals).

BAB V. RENCANA PR OGRAM D AN KEGIATAN PR IORITAS DAERAH TAHUN 2017.

(19)

kedudukan tahun rencana RKPD Tahun 2017 dan capaian kinerja yang direncanakan dalam RPJMD serta pagu indikatifnya.

BAB VI. PENUTUP.

Menguraikan tentang hal-hal pokok yang termuat dalam keseluruhan dokumen RKPD, sebagai pedoman bagi semua pihak dalam memfungsikan RKPD sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku. Pada bagian ini juga memuat antara lain:

a. Keterpaduan dan sinkronisasi penyusunan program dan

kegiatan di OPD dan Kabupaten/Kota dengan memperhatikan kewenangan serta peran/tanggung jawab/tugas OPD;

b. Peranan stakeholder pembangunan dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi kebijakan, program, dan kegiatan RKPD;

c. Penegasan RKPD sebagai acuan penyusunan rencana kerja dan APBD;

d. Penegasan tentang kewajiban pemerintah daerah untuk

(20)

BAB II

EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN 2015 DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN TAHUN 2015

2.1 Gambaran Umum Kondisi Daerah 2.1.1. Aspek Geografi dan Demografi A. Aspek Geografi

Provinsi Jawa Barat memiliki wilayah daratan seluas 3.709.528,44 Ha dengan garis pantai sepanjang 724,85 km. Secara Geografis Provinsi Jawa Barat terletak pada posisi 104°48" - 108°48" Bujur Timur dan 5°50" - 7°50" Lintang Selatan dengan batas wilayahnya meliputi:

• Sebelah Utara, berbatasan dengan Laut Jawa dan Provinsi DKI Jakarta; • Sebelah Timur, berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah;

• Sebelah Selatan, berbatasan dengan Samudera Indonesia; • Sebelah Barat, berbatasan dengan Provinsi Banten.

Secara administratif pemerintahan, wilayah Provinsi Jawa Barat terbagi ke dalam 27 kabupaten/kota, meliputi 18 kabupaten dan 9 Kota, yaitu Kabupaten Bogor, Sukabumi, Cianjur, Bandung, Bandung Barat, Garut, Tasikmalaya, Ciamis, Kuningan, Cirebon, Majalengka, Sumedang, Indramayu, Subang, Purwakarta, Karawang, Bekasi, dan Pangandaran serta Kota Bogor, Sukabumi, Bandung, Cirebon, Bekasi, Depok, Cimahi, Tasikmalaya dan Kota Banjar.

a. Curah Hujan dan Sumber Daya Air

Sebagian besar wilayah Jawa Barat merupakan daerah pertanian. Disamping itu daerah Jawa Barat rawan bencana longsor dan banjir, terjadi juga bencana kekeringan. Dengan demikian, gambaran umum curah hujan dan sumber daya air merupakan bagian penting dalam perencanaan pembangunan. Jawa Barat memiliki curah hujan tahunan berkisar antara 2000-4000 mm/tahun dan memiliki potensi sumber daya air, khususnya air permukaan mencapai rata-rata 48 milyar m3/tahun dalam kondisi normal. Potensi tersebut baru dimanfaatkan sekitar 50% atau 24 milyar m3/tahun, sedangkan sisanya langsung terbuang ke laut.

(21)

Sekitar 35,9 Milyar m3/tahun (75%) dari jumlah potensi tersebut mengalir pada 2.078 buah sungai yang secara geografis melintasi kabupaten/Kota, sedangkan sisanya yaitu 12,1 milyar m3/tahun (25%) berada pada 1.170 buah sungai. Potensi air permukaan dan luas setiap wilayah sungai, dapat dilihat pada Tabel 2.1. Wilayah sungai sesuai penetapan wilayah sungai, terbagi atas 2 wewenang dan tanggung jawab. Wilayah sungai di bawah wewenang pemerintah Pusat, meliputi WS Cidanau-Ciujung-Cidurian-Cisadane-Ciliwung-Citarum, WS Cimanuk-Cisanggarung dan WS Citanduy. Sementara wewenang dan tanggung jawab pemerintah Provinsi Jawa Barat, meliputi WS Ciwulan-Cilaki dan WS Cisadea-Cibareno.

Tabel 2.1

Potensi Dan Luas Wilayah Sungai di Jawa Barat Berdasarkan Kewenangan

No Wilayah Sungai Luas (Km2)

Juta m3 / tahun

Lintas Prov./ Kab./Kota

Lokal

Kab./Kota Total

1.

Cidanau-Ciujung- Cidurian-Cisadane-Ciliwung-Citarum

15.810,3 16.367,06 2.095,99 18.463,06

2.

Cimanuk-Cisanggarung

6.972,80 7.572,64 305,43 7.878,07

3. Citanduy 8.033,70 7.069,50 3.625,68 10.695,19

4. Ciwulan-Cilaki

5. Cisadea-Cibareno 8.813,06 4.908,71 6.078,76 10.987,47

Total 39.629,86 35.917,91 12.105,86 48.023,77

Sumber: Dinas PSDA Tahun 2015

b. Pesisir dan Laut

Secara geografis wilayah pesisir dan laut Provinsi Jawa Barat terbagi atas 2 wilayah, yaitu wilayah pantai utara (Pantura) dan wilayah pantai selatan (Pansela). Panjang Pantura adalah 417,5 km dan panjang Pansela adalah 399,32 km, sehingga luas wilayah lautan Jawa Barat sampai wilayah 12 mil laut adalah 18.153 km2. Panjang dan luas pesisir dan laut di Jawa Barat tersebut merupakan potensi ekonomi yang perlu direncanakan dengan sungguh-sungguh untuk meningkatkan perekonomian Jawa Barat tahun 2017.

(22)

Pantura diantaranya Sungai Cimanuk, Cipunagara, Citarum, Kali Bekasi, Pagadungan, Cilamaya, Ciasem, Kali Beji, Cipanas, Cimanggis, Ciwaringin, Kali Bunder, Bangkaderes, dan Cisanggarung. Perairan laut relatif tenang menjadi lingkungan yang kondusif bagi perkembangan wilayah, dengan aktivitas sosial dan pertumbuhan ekonomi relatif berkembang cukup pesat.

Sementara di pesisir selatan meliputi kondisi yang berbukit dengan

seismisitas relatif tinggi, bertopografi terjal, perairan dalam, memiliki substrat pasir dan karang, pola arus dipengaruhi arus Samudera Hindia, dan vegetasi cenderung berupa hutan pantai dan mangrove. Batimetri pantai umumnya curam dan berhadapan langsung dengan Samudera Hindia, sehingga menimbulkan gelombang laut yang besar, kadang-kadang gelombang badai (2-5 m), serta arus laut yang relatif kuat, menjadi kendala di dalam pengembangan wilayah. Selain itu, pemanfaatan pelayaran di wilayah ini memerlukan tingkat keamanan yang cukup tinggi.

Perbedaan kondisi fisik tersebut menjadi faktor yang mempengaruhi ketimpangan perkembangan wilayah antara pesisir utara dan selatan. Sungai-sungai yang bermuara ke Pansela di antaranya Sungai-sungai Citepus, Cimandiri, Cikaso, Cibuni, Cisokan, Cisadea, Ciujung, Cipandak, Cilaki, Cikandang, Cipalebuh, Cikaengan, Cisanggiri, Cipatujah, Ciwulan, Cimedang, Cijulang, dan Citanduy. Selain itu, wilayah Pansela ini terletak di Lempeng Eurosia dan Lempeng Australia yang merupakan zona aktif gempa dan berpotensi bencana tsunami. Ancaman lainnya adalah gelombang laut pasang, akresi dan abrasi, sedimentasi yang besar di muara-muara sungai yang menyebabkan pendangkalan, penyumbatan aliran sungai, rawan banjir bandang, erosi sungai, dan terbentuknya delta baru. Abrasi yang telah terjadi sejak lama terdapat di Teluk Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi.

Wilayah pesisir dan laut Jawa Barat pun memiliki pulau-pulau kecil, di pesisir selatan pesisir Pulau Nusamanuk dan Batukolotok serta di pesisir utara, yaitu Gugusan Pulau Biawak.

c.Pertambangan

(23)

besi dan pasir besi) dan mangan. Bahan galian industri, antara lain barit, batu apung, batu gamping, belerang, bentonit, bond clay, chert (rijang), diatomea, dolomit, felspar, fosfat, gipsum, jasper, kalsedon, kalsit, kaolin, lempung, marmer, obsidian, oker, oniks, pasir kuarsa, perlit, toseki, dan zeolit. Sementara bahan galian konstruksi antara lain batu andesit, pasir, sirtu, tanah urug dan lain-lain. Peta potensi mineral dan bahan tambang dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1

Peta Potensi Mineral Dan Bahan Tambang Provinsi Jawa Barat

Sebaran jenis sumber daya bahan galian mineral logam dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut.

Tabel 2.2

Sebaran Beberapa Komoditi Mineral (Logam Dasar)

Jenis

Mineral Kecamatan/Kabupaten Keterangan

Emas Nanggung dan Leuwiliang Kab.

Bogor.

Merupakan urat kuarsa pada zona sesar.

Ciemas, Ciracap, Pelabuhan Ratu, Warung Kiara, Cikidang, dan Tegal Buleud Kab.

Sukabumi.

Merupakan urat kuasa pada zona sesar maupun akibat terobosan andesit basal pada Formasi Jampang.

Cibeber, Kab. Cianjur Merupakan urat kuarsa pada

andesit tua terpropilitkan Sukatani dan Campaka, Kab.

Purwakarta

Merupakan urat kuarsa

Kec. Cililin, Kab. Bandung Urat sulfida pada andesit

terpropilitkan. Kec. Salopa, Panca tengah,

Cineam Kab. Tasikmalaya

(24)

Jenis

Mineral Kecamatan/Kabupaten Keterangan

yang berkembang dalam tuff Formasi Jampang (Kec. Cineam).

Timbal Kec. Jasinga dan Cigudeg Kab.

Bogor

Merupakan endapan hidrothermal.

Tembaga Kec. Karang nunggal Kab.

Tasikmalaya

Urat kuarsa pada granit-granodiorit, tuf dan breksi, dan berasosiasi dengan timbal dan seng

Kec. Ciamis, Ciamis Urat kuarsa pada andesit,

berasosiasi dengan timbal dan seng

Alumunium Kec. Pangalengan, Kab.

Bandung

Terbentuk oleh kegiatan vulkanik pada andesit di bawah kaldera.

Mangan Kec. Karang nunggal, Panca

tengah, dan Cikatomas, Kab. Tasikmalaya

Bijih mangan terdapat pada lapisan batu gamping berbentuk lensa-lensa, serta adanya

pengayaan supergen. Besi Titan Kec. Ciracap, Surade, dan

Pelabuhan Ratu Kab.

Sukabumi, Kec. Cibuaya Kab. Karawang, Kec. Sindang Barang Kab. Cianjur, Kec. Pamanukan Kab. Subang, Kec. Cipatujah, Banta rkalong, Cikalong Kab. Tasikmalaya, Kec. Cijulang & Pangandaran Kab. Ciamis.

Umumnya merupakan endapan pasir pantai yang mengandung ilmenit dan magnetit.

Besi Kec. Sindang barang Kab.

Cianjur, Kec. Cisalak Kab. Subang, Kec. Pamengpeuk Kab. Garut

Berupa limonit dan hematit sedimenter, serta endapan pasir besi.

Seng Kec. Sukatani, Kab. Purwakarta Berupa endapan primer yang

berupa urat-urat yang terdapat pada batuan andesit.

Sumber: Direktorat Sumber daya Mineral, 1994

d. Kebencanaan

(25)

Gambar 2.2

Peta Kawasan Rawan Bencana Alam

Bahaya lingkungan beraspek geologis yang sering terjadi, antara lain masalah kegempaan, letusan gunung api dan aliran lahar, longsor (gerakan tanah), perubahan garis pantai dan erosi tebing sungai. Jawa Barat secara geologis terletak disebelah utara lajur pertemuan dua lempeng aktif yang saling bertumbukan, yaitu lempeng Indo-Australia dan lempeng Eropa-Asia. Tumbukan ini mengakibatkan wilayah Jawa Barat sering merasakan getaran dan dilanda gempa bumi tektonik serta letusan gunung api. Bencana gempa bumi guncangan tanah menempati urutan pertama sebagai bencana perusak, diikuti oleh gerakan tanah dan pelulukan. Patahan permukaan dan tsunami jarang terjadi disebabkan kekuatan gempa bumi di Jawa Barat umumnya lebih kecil dari 6 pada Skala Richter. Gempa bumi tektonik Jawa Barat berasal dari dua sumber, yakni sumber gempa bumi Penunjaman dan sumber gempa bumi sesar aktif. Bencana dan risiko yang diakibatkan oleh kedua sumber gempa bumi tersebut, dikontrol oleh kekuatan gempa bumi, kedalaman gempa bumi, jarak pusat gempa bumi, kondisi geologi, kepadatan penduduk serta infrastruktur.

(26)

dan Cipunagara) dan beberapa kecamatan di cekungan Bandung seperti Kecamatan Majalaya, Ciparay, Banjaran dan Dayeuh Kolot (DAS Citarum), serta Kecamatan Padaherang di Kabupaten Ciamis (DAS Citanduy).

Gambar 2.3

Peta Sebaran Daerah Rawan Banjir

Sumber: Dinas Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat

Bencana gerakan tanah (tanah longsor) merupakan peristiwa alam yang seringkali mengakibatkan kerusakan, baik berupa lingkungan maupun prasarana dan sarana fisik, serta menimbulkan kerugian yang tidak sedikit, baik harta maupun korban jiwa manusia. Jabar Selatan merupakan salah satu daerah yang sangat rawan dari gerakan tanah, hampir setiap saat mengalami bencana gerakan tanah dan menimbulkan kerusakan yang cukup besar. Pada umumnya bencana tanah longsor dipicu oleh turunnya curah hujan yang tinggi, disamping kondisi kelerengan lahan yang cukup terjal dan tidak tertutup oleh vegetasi serta sifat batuan atau tanah yang cukup sensitif terhadap kondisi keairan. Secara umum, daerah potensi longsor di Jawa Barat dapat dirangkum pada tabel berikut.

Tabel 2.3

Tabel Daerah Rawan Longsor

No Potensi

Longsor Lokasi

1 Menengah

– Tinggi

Bogor (Jonggol, Citeureup, Nanggung), Sukabumi (Tegal Buleud, Cidolog, Sagaranten, Jampang Tengah, Palabuhanratu, Parung

Kuda), Cianjur (Pacet, Sukaresmi, Pagelaran, Tanggeung,

(27)

No Potensi

Longsor Lokasi

(Bantarkalong, Sodonghilir, Cibalong, Taraju, Salawu, Salopa, Cikatomas), Ciamis (Langkaplancar, Tambaksari, Cisaga, Panawangan), Majalengka (Talaga, Maja, Rajagaluh, Argapura, Sukahaji, Majalengka, Bantarujeg), Kuningan (Mandirancan, Cilimus, Subang, Selajambe, Cidahu), Cirebon (Palimanan, Sumber, Karangsembung, Ciwaringin)

2 Menengah Bogor (Caringin, Cariu), Sukabumi (Cibadak, Nyalindung), Cianjur (Pacet, Sukaresmi, Pagelaran, Tanggeung, Kadupandak, Cibinong, Argabinta, Naringgul, Campaka, Cibeber), Bandung (Rongga, Cililin, Cipongkor, Parongpong, Pangalengan, Arjasari, Cipatat), Garut (Bungbulang, Bayongbong, Banjarwangi), Purwakarta (Bojong, Jatiluhur), Subang (Cisalak, Cijambe), Sumedang (Wado, Sumedang Selatan), Tasikmalaya (Pager Ageung), Ciamis (Cihaurbeuti), Majalengka (Lemah Sugih), Kuningan (Ciniru, Ciwaru), Cirebon (Beber, Waled, Sedong)

Sumber: Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (2005).

Sementara BNPB menetapkan skor indeks resiko bencana tanah longsor pada semua wilayah administratif di Jawa Barat sebagaimana perincian pada tabel berikut.

Tabel 2.4

Tabel Indeks Risiko Bencana Tanah Longsor Provinsi Jawa Barat

No Peringkat

Nasional Kab/Kota Skor Kelas Resiko Ket

1. 1 Kab. Garut 36 Tinggi

2. 53 Kab. Bogor 24 Tinggi

3. 54 Kab. Bandung 24 Tinggi

4. 56 Kab. Sukabumi 24 Tinggi

5. 58 Kab. Cianjur 24 Tinggi

6. 60 Kab. Tasikmalaya 24 Tinggi

7. 63 Kab. Ciamis 24 Tinggi

8. 64 Kab. Bandung Barat 24 Tinggi

9. 67 Kab. Subang 24 Tinggi

10. 72 Kab. Majalengka 24 Tinggi

11. 75 Kab. Sumedang 24 Tinggi

12. 77 Kab. Kuningan 24 Tinggi

13. 90 Kab. Purwakarta 24 Tinggi

14. 152 Kota Sukabumi 24 Tinggi

15. 274 Kota Bandung 22 Tinggi

16. 301 Kab. Bekasi 12 Tinggi

17. 302 Kab. Cirebon 12 Tinggi

18. 303 Kab. Karawang 12 Tinggi

19. 306 Kab. Indramayu 12 Tinggi

20. 409 Kota Banjar 12 Sedang

21. 451 Kota Bogor 12 Sedang

22. 460 Kota Bekasi 11 Sedang

23. 464 Kota Depok 11 Sedang

24. 474 Kota Cirebon 11 sedang

Sumber: Indeks Resiko Bencana Indonseia BNPB 2013

(28)

Pada daerah dataran lanjutan proses erosi ini membentuk meandering sebagai endapan alluvial. Selain itu, perilaku manusia dapat mempercepat proses erosi, seperti di sekitar lokasi penambangan batu kali pada sungai Cimandiri Kabupaten Sukabumi yang telah mengancam dan menghancurkan rumah penduduk di tepi sungai. Pengambilan bongkahan batu kali dapat mempercepat arus sungai, sehingga kekuatan arus menghantam tebing lebih kuat dan terjadi erosi dan longsoran pada kaki tebing sungai.

Daerah Jawa Barat bagian Selatan secara geologis rentan terhadap bencana alam pesisir, seperti tsunami. Walaupun jarang terjadi, namun daya hancurnya yang besar harus diperhitungkan. Tsunami umumnya disebabkan oleh gempa bumi dasar laut. Sekitar 70% gempa bumi tektonik terjadi di dasar laut yang berpotensi menyebabkan tsunami (tsunamigenik). Terjadinya tsunami apabila magnituda gempa lebih besar dari 6 skala richter, gerakan kulit bumi ke arah atas (up thrusting) dan kedalaman gempa bumi kurang dari 80 kilometer, memiliki topografi dasar laut relatif landai (lebih kecil dari 600). Jika jarak sumber gempa terhadap pantai di semua kelompok pantai rata-rata kurang dari 300 kilometer dan kecepatan rambat tsunami mencapai 600-700 kilometer per jam, maka tsunami datang dengan sangat cepat, kurang dari setengah jam setelah gempa mengguncang. Untuk memperkecil resiko tersebut perlu dikembangkan manajemen bencana alam terutama pada tahap mitigasi bencana yang dikaitkan dengan rencana tata ruang yang didasarkan pada peta rawan bencana alam.

Sedangkan di Jawa Barat bagian Utara terjadi degradasi lingkungan yang diakibatkan oleh aktivitas ekonomi yang ada baik industri maupun domestik yang mengakibatkan pencemaran sungai, udara dan laut serta di beberapa bagian pantai terjadi abrasi. Sekaligus juga dibeberapa bagian Jawa Barat Utara terdapat cekungan air tanah yang kritis.

B. Aspek Demografi

(29)

Tabel 2.5

Jumlah Penduduk Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 - 2015

INDIKATOR SATUAN TAHUN

2013 2014 2015

Demografi

1. Jumlah Penduduk Jiwa 45.340.800 46.029.699 46.709.569

a. Laki-laki Jiwa 23.004.300 23.345.033 23.690.167

b. Perempuan Jiwa 22.336.500 2.684.636 23.019.402

2. Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) Persen 1,77 1,52 1,47

3. Kepadatan Penduduk jiwa per

km2 1.222 1.236 1.259

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat.

Penduduk terbanyak pada 2015 berada di Kabupaten Bogor, sebanyak 5.459.668 jiwa atau 11,58%, dan yang paling sedikit di Kota Banjar, sebanyak 181,425 jiwa atau 0,39% dari total jumlah penduduk Jawa Barat. Berdasarkan tingkat kepadatan penduduk, angka tertinggi berada di Kota Bandung, 14.750 orang/km2, dan terendah di Kabupaten Bandung Barat, 122 orang/km2. Jumlah penduduk dan tingkat kepadatan di kabupaten/kota tergambar pada (Tabel 2.6) berikut.

Tabel 2.6

Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Dan Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota Di Jawa Barat, Tahun 2015

No Kab./Kota Luas (Km2)

% terhadap Luas Jawa

Barat

Jumlah Penduduk

% terhadap Penduduk Total Jawa

Barat

Kepadatan Penduduk (Orang/Km2)

1 Bogor 2,997.13 7.86 5,459,668 11.69 1,822

2 Sukabumi 4,160.75 10.91 2,434,221 5.21 585

3 Cianjur 3,594.65 9.43 2,243,904 4.80 624

4 Bandung 1,756.65 4.61 3,534,114 7.57 2,012

5 Garut 3,094.40 8.12 2,548,723 5.46 824

6 Tasikmalaya 2,702.85 7.09 1,735,998 3.72 642

7 Ciamis 2,740.76 7.19 1,168,682 2.50 426

8 Kuningan 1,189.60 3.12 1,055,417 2.26 887

9 Cirebon 1,071.05 2.81 2,126,179 4.55 1,985

10 Majalengka 1,343.93 3.52 1,182,109 2.53 880

11 Sumedang 1,560.49 4.09 1,137,273 2.43 729

12 Indramayu 2,092.10 5.49 1,691,386 3.62 808

13 Subang 2,164.48 5.68 1,529,388 3.27 707

14 Purwakarta 989.89 2.60 921,598 1.97 931

15 Karawang 1,914.16 5.02 2,273,579 4.87 1,188

16 Bekasi 1,269.51 3.33 3,246,013 6.95 2,557

17 Bandung

Barat 1,335.60 3.50 1,629,423 3.49 1,220

18 Pangandaran 1,010.00 2.65 390,483 0.84 387

19 Kota Bogor 111.73 0.29 1,047,922 2.24 9,379

20 Kota

Sukabumi 48.96 0.13 318,117 0.68 6,497

21 Kota

Bandung 168.23 0.44 2,481,469 5.31 14,750

22 Kota Cirebon 40.16 0.11 307,494 0.66 7,657

23 Kota Bekasi 213.58 0.56 2,714,825 5.81 12,711

24 Kota Depok 199.44 0.52 2,106,102 4.51 10,560

(30)

No Kab./Kota Luas (Km2)

% terhadap Luas Jawa

Barat

Jumlah Penduduk

% terhadap Penduduk Total Jawa

Barat

Kepadatan Penduduk (Orang/Km2)

26 Kota

Tasikmalaya 184.38 0.48 657,477 1.41 3,566

27 Kota Banjar 130.86 0.34 181,425 0.39 1,386

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, 2016

Gambar 2.4

Jumlah Penduduk Kabupaten/Kota Di Provinsi Jawa Barat Tahun 2015

2.1.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat

A. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

Kondisi umum kesejahteraan masyarakat Jawa Barat dapat dilihat dari pencapaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebagai barometer indikasi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) mengukur capaian pembangunan manusia berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup. Sebagai ukuran kualitas hidup, IPM dibangun melalui

181,425

5,459,668

- 1,000,000 2,000,000 3,000,000 4,000,000 5,000,000 6,000,000 Kota Banjar

Kota Cirebon Kota Sukabumi Pangandaran Kota Cimahi Kota Tasikmalaya Purwakarta Kota Bogor Kuningan Sumedang Ciamis Majalengka Subang Bandung Barat Indramayu Tasikmalaya Kota Depok Cirebon Cianjur Karawang Sukabumi Kota Bandung Garut Kota Bekasi Bekasi Bandung Bogor

(31)

pendekatan tiga dimensi dasar, mencakup umur panjang dan sehat, pengetahuan, dan kehidupan yang layak. Ketiga dimensi tersebut memiliki pengertian sangat luas karena terkait banyak faktor. Untuk mengukur dimensi kesehatan, digunakan angka harapan hidup waktu lahir. Untuk mengukur dimensi pengetahuan digunakan gabungan indikator angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Adapun untuk mengukur dimensi hidup layak digunakan indikator kemampuan daya beli masyarakat terhadap sejumlah kebutuhan pokok yang dilihat dari rata-rata besarnya pengeluaran per kapita sebagai pendekatan pendapatan yang mewakili capaian pembangunan untuk hidup layak.

Berdasarkan metode perhitungan baru yang dilakukan BPS, seluruh komponen indikator IPM Jawa Barat meningkat, yaitu dari 68,80 pada 2014 menjadi 69,49 poin pada 2015. Keberhasilan tersebut dicapai dari Indeks Pendidikan sebesar 60,45, Indeks Kesehatan 80,80 dan Indeks Daya Beli Pengeluaran mencapai 68,69, termasuk kategori/kelas pembangunan manusia menengah ke atas. Komponen indeks pendidikan, indeks kesehatan dan daya beli 2015 mengalami peningkatan dibanding 2014 sebesar 0,69 (Tabel 2.7).

Tabel 2.7

Indikator Kesejahteraan Masyarakat Tahun 2013-2015

INDIKATOR SATUAN

TAHUN

2013

2014 Metode

Lama

2014 Metode

Baru

2015

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Poin 73,40 74,28 68,80 69,49

a. Indeks Kesehatan (IK) Poin 72, 99 74,01 80,35 80,80

a.1. Angka Harapan Hidup (AHH) Tahun 68,80 69,02 72.23 72,52

b. Indeks Pendidikan (IP) Poin 82,31 83,36 59,26 60,45

b.1. Angka Melek Huruf (AMH) persen 96,49 98,29 98,29 Sudah tidak

jadi indikator

b.2. Rata-rata Lama Sekolah (RLS) tahun 8, 09 7,71 7,71 7,76

c. Indeks Pengeluaran Poin 64, 89 65.47 68,40 68,69

c.1. Pengeluaran ribu

rupiah 640,80 644.36 9.447,16

9.538.93

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat ,*) angka SDKI 2013.2014, **) RPJMD, ***Pusdalisbang , ****) Dinkes, 1) Angka sementara perhitungan Pusdalisbang Februari 2015.

(32)

dan Penanggulangan HIV dan AIDS, yang ditujukan untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan HIV dan AIDS di Jawa Barat. Menindaklanjuti Perda tersebut, Pemerintah Jawa Barat telah meningkatkan kuantitas dan kualitas sumber daya manusia dan sarana prasarana kesehatan, melalui peningkatan kapasitas puskesmas dengan menempatkan tenaga dokter spesialis dan bidan di setiap desa.

Pelayanan kesehatan terhadap masyarakat di Jawa Barat selain melalui jaminan kesehatan masyarakat miskin yang dibiayai oleh pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi Jawa Barat memberikan bantuan keuangan pelayanan kesehatan masyarakat miskin non kuota melalui Jamkesda, pelayanan kesehatan di RSUD Al Ihsan Provinsi Jawa Barat, Rumah Sakit Paru Provinsi Jawa Barat, dan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat.

Kesehatan difokuskan kepada peningkatan kualitas dan derajat kesehatan masyarakat, khususnya dalam menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) melalui pembangunan dan pengadaan sarana dan prasarana kesehatan agar Puskesmas mampu PONED sebanyak 425 Unit yang tersebar di 27 Kabupaten/Kota. Kegiatan lain yang dapat menaikkan kualitas dan akses pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara langsung adalah penempatan 77 orang dokter PTT, 14 orang dokter gigi PTT, 751 orang bidan PTT, dan 6 Orang dokter spesialis PTT, 35 orang perawat, 26 orang sanitarian, 22 orang nutrisionis, 27 orang farmasis, dan 21 orang analis kesehatan, sehingga jumlahnya sebanyak 979 orang tenaga medis di kota/kabupaten. Disamping itu dilaksanakan program revitalisasi posyandu berupa pemberian bantuan operasional kepada 34.107 posyandu aktif.

(33)

Bekasi serta IPB di Kota Sukabumi dalam rangka meningkatkan akses masyarakat jenjang ke perguruan tinggi.

Adapun capaian keberhasilan di bidang pendidikan pada 2015 ditunjukkan dengan: meningkatnya indeks pendidikan dari 59,26 pada 2014 menjadi 60,45 pada 2015; meningkatnya angka rata-rata lama sekolah dari 7,71 tahun pada 2014 menjadi 7,76 tahun pada 2015; pencapaian APK sekolah menengah 2015 sebesar 67,58%; APK pendidikan tinggi pada 2015 sebesar 17,47%.

Pembangunan perekonomian Jawa Barat telah dilaksanakan secara optimal, ditunjukkan dengan capaian laju pertumbuhan ekonomi pada 2015 sebesar 5,03 persen, diatas rata-rata Laju Pertumbuhan Ekonomi Nasional sebesar 4,79 persen serta Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan pada 2015 sebesar 1.207,00 triliun rupiah (adhk). Seiring dengan pertumbuhan ekonomi daerah, pendapatan per kapita masyarakat juga meningkat, dalam hal ini PDRB per kapita tanpa migas dapat dianggap sebagai proxy pendapatan masyarakat daerah. Secara ril PDRB per kapita tanpa migas tumbuh dari Rp. 3.011.000 pada 2014 menjadi Rp. 3.650.000 pada 2015 (adhb).

Tabel 2.8

Indikator Makro Ekonomi Dan Ketimpangan Tahun 2013-2014

NO INDIKATOR SATUAN TAHUN

2014 2015

1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

a. Nilai PDRB :

a.1 Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) triliun rupiah

1.385,95 1.525,15

a.2 Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) triliun rupiah

1.148,94 1.207,00

b. PDRB per Kapita :

b.1 PDRB per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)

ribu rupiah 30,11 32.65

b.2 PDRB per Kapita Atas Dasar Harga Konstan (ADHK)

ribu rupiah 24,96 25.84

2 Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Persen 5,07 5.06

3 Inflasi Persen 9,15 2,73

4 Indeks Gini Poin 0,42 Belum keluar

dari BPS

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat Februari 2015

1) Menggunakan Perhitungan Dasar Tahun 2010

(34)

penekanan inflasi cukup baik pada 2014 sampai dengan 2015, diharapkan dapat lebih meningkatkan kesejahteraan masyarakat Jawa Barat.

Selain PDRB regional Jawa Barat, PDRB per kapita, LPE dan inflasi, indikator ekonomi ditentukan juga oleh pemerataan ekonomi yang tercermin dalam besaran Indeks Gini. Besaran Indeks Gini Jawa Barat Tahun 2015 sebesar 0,41 yang belum menunjukkan pemerataan hasil pembangunan ekonomi

B. Fokus Kesejahteraan Sosial

Indikator kesejahteraan masyarakat lainnya adalah rendahnya tingkat kemiskinan. Pemerintah Provinsi Jawa Barat dari tahun ke tahun telah melaksanakan upaya penanggulangan kemiskinan sehingga pada periode 2007 hingga 2014 dapat menurunkan jumlah penduduk miskin menjadi 8,18 persen pada 2014 dari 13,11 persen pada 2007. Keberhasilan menurunkan tingkat kemiskinan tersebut merupakan hasil dari pembangunan secara menyeluruh yang mencakup bidang ekonomi, pertanian, pendidikan, kesehatan termasuk program keluarga berencana, serta prasarana pendukungnya (BPS Jawa Barat, 2016). Pada 2015 (September, 2015), terjadi kenaikan penduduk miskin menjadi 9,57 persen atau kenaikan sebesar 0,39 persen dibanding 2014,sebesar 9,18 persen (Gambar 2.5).

Gambar 2.5

Persentase Penduduk Miskin Di Jawa Barat Tahun 2007-2015

Sumber: BPS, 2015

Berdasarkan perbandingan wilayah perkotaan dan perdesaan, peningkatan penduduk miskin di wilayah perkotaan Jawa Barat pada 2015 sebanyak 2.706.520 orang (8,58 persen terhadap jumlah penduduk perkotaan), dan di perdesaan sebanyak 1.779.134 orang (11,61 persen terhadap total penduduk perdesaan) (BPS, 2015).

13.55 13.01

11.96

11.27

10.57

9.89 9.61

9.18 9.57

0 2 4 6 8 10 12 14 16

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

PER

SEN

(35)

Menurut BPS (2015) meningkatnya penduduk miskin tersebut disebabkan oleh meningkatnya angka kemiskinan di perkotaan dari komoditas bahan makanan pada kurun waktu Maret sampai dengan September 2015 sebesar 4,85 persen, sedangkan di perdesaan meningkat sebesar 4,27 persen. Kenaikan harga pangan terutama beras menyebabkan kenaikan garis kemiskinan dari komoditas bahan makanan tidak hanya di perkotaan, tetapi diperdesaan pun meningkat sebesar 4,27 persen. Secara umum, pada kurun Maret sampai dengan September 2015 angka kemiskinan meningkat sebesar 3,82 persen yang terdiri atas peningkatan bahan makanan sebesar 4,65 persen dan bukan bahan makanan 1,74 persen. Peningkatan tersebut menyebabkan meningkatnya jumlah penduduk miskin di Jawa Barat menjadi 9,57 persen.

Kenaikan harga pangan terutama beras sebagai komponen utama masyarakat miskin dikonsumsi hingga 29 persen dari 65 persen komponen bahan makanan dari garis kemiskinan, padahal pendapatannya tidak sebanding dengan kenaikan harga beras, sehingga kenaikan harga beras akan meningkatkan jumlah penduduk miskin.

Ditinjau dari ketenagakerjaan, pada Tahun 2015 terjadi peningkatan penduduk usia kerja, angkatan kerja, dan penduduk bekerja dibanding Tahun 2014, sedangkan pengangguran dan tingkat partisipasi angkatan kerja terjadi penurunan. Hal ini menunjukan peningkatan kinerja pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam upaya penciptaan lapangan kerja (Tabel 2.9).

Tabel. 2.9

Data Ketenagakerjaan Jawa Barat Tahun 2013 - 2015

Indikator Satuan Tahun

2013 2014 2015

Ketenagakerjaan

a. Penduduk Usia Kerja (15 tahun

keatas) juta orang 32,19 33,47

34,12

b. Penduduk Angkatan Kerja juta orang 20, 28 21,01 20,59

c. Penduduk Bekerja (15 tahun keatas) juta orang 18, 41 19,23 18,79

d. Penganggur (Mencari Kerja) juta orang 1, 87 1, 78 1,75

e. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

(TPAK) Persen 63,01 62,77

60,34

f. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Persen 9, 22 8,45 8,72

g. Serapan Tenaga Kerja Orang 207,954 477.046 439.461

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat 2013, 2014 & 2015

(36)

walaupun hanya 0,11% dibanding 2014. Sementara pada aspek buruh/karyawan terjadi penurunan sebesar 0,17% (Tabel 2.10).

Tabel 2.10

Jumlah Penduduk Berusia 15 Tahun Ke Atas Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama Tahun 2014 - 2015

Status Pekerjaan Utama Agustus 2014 Agustus 2015

Jumlah % Jumlah %

1. Berusaha Sendiri 3.469.999 18,04 3.411.074 18,15

2. Berusaha dibantu buruh tidak tetap 2.631.805 13,69 1.971.380 10,49

3. Berusaha dibantu buruh tetap 680.679 3,54 633.037 3,37

4. Buruh / Karyawan 8.163.001 42,45 8.689.172 46,24

5. Pekerja Bebas 2.727.615 14,18 2.750.912 14,16

6. Pekerja Keluarga 1.557.844 8,10 1.335.907 7,11

Total 19.230.943 100 18.791.482 100

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat

Berdasarkan lapangan pekerjaan utama, dalam kurun waktu 2014 – 2015 terjadi trend penurunan jumlah penduduk yang bekerja pada 9 (sembilan) sektor termasuk industri dan pertanian (Tabel 2. 11.). Kondisi ini disebabkan oleh keadaan ekonomi global dan nasional. Walaupun secara persentase, kedua sektor tersebut masih merupakan sektor penyerap tenaga kerja terbanyak, namun menunjukkan bahwa daya serap tenaga kerja pada sektor industri dan pertanian mengalami penurunan.

(37)

Tabel 2.11

Jumlah Penduduk Berusia 15 Tahun Ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Tahun 2014 – 2015

Lapangan Pekerjaan Utama

Kondisi

Agustus 2014 Agustus 2015

Jumlah % Jumlah %

1. Pertanian, Perkebunan, Kehutanan dan

Perburuan 3.821.320 19,87 3.095.547 16,47

2. Pertambangan dan Penggalian 142.371 0,74 136.943 0,73

3. Industri 3.902.850 20,29 3.945.316 21,00

4. Listrik, Gas dan Air 59.651 0,31 68.478 0,36

5. Konstruksi 1.485.424 7,72 1.691.596 9,00

6. Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa

Akomodasi 4.926.566 25,62 5.101.162 27,15

7. Transportasi, Pergudangan dan

Komunikasi 1.000.908 5,20 1.036.915 5,52

8. Keuangan, Real Estate, Usaha

Persewaan dan Jasa Perusahaan 600.262 3,12 669.791 3,56

9. Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan

Perseorangan 3.291.591 17,12 3.045.734 16,21

2.1.3. Aspek Pelayanan Umum

Aspek pelayanan umum meliputi urusan bidang: pendidikan; sosial; koperasi dan UMKM; pekerjaan umum; energi dan sumber daya mineral; dan otonomi daerah, pemerintahan umum, administrasi keuangan daerah, perangkat daerah, kepegawaian, dan persandian.

Pada bidang pendidikan, Pemerintah Provinsi Jawa Barat berkomitmen untuk terus meningkatkan kualitas pendidikan melalui alokasi pembiayaan sebesar 20 persen dari total APBD, untuk: (1) bantuan operasional sekolah (BOS) jenjang pendidikan dasar dan menengah, baik sekolah negeri maupun swasta; (2) pembangunan ruang kelas baru (RKB) bagi SMP/MTs, SMA/MA dan SMK; dan (3) peningkatan kualitas dan kesejahteraan pendidik dan kependidikan.

Pembangunan di bidang sosial ditunjukkan dengan upaya penanganan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) melalui sistem pelayanan dalam panti dan luar panti berbasiskan masyarakat atau komunitas. Pada 2015 jumlah PMKS yang ditangani sebanyak 643.618 orang, dan penguatan Potensi sumber kesejahteraan sosial (PSKS), serta penanganan kasus pekerja anak sebanyak 192.288 orang.

Pembangunan pada bidang Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah dilaksanakan melalui peningkatan aksesibilitas masyarakat terhadap manfaat kredit modal usaha, dari 7.250 orang menjadi 8.365 orang pada 2014, dengan penciptaan wirausahaan baru pada 2015 mencapai 20.997 orang.

(38)

Bidang Pekerjaan Umum dilaksanakan melalui pembangunan infrastruktur yang ditujukan untuk meningkatkan perekonomian Jawa Barat

sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan

infrastruktur sumber daya air monumental yang selesai pada 2015 adalah telah diresmikan dan digenangi Waduk Jatigede. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, bidang pekerjaan umum Pemerintah Provinsi Jawa Barat telah menerbitkan Surat Keputusan Gubernur No. 500 Tahun 2014 tentang fokus pelaksanaan pembangunan di Jawa Barat yang terdiri atas 37 program dan kegiatan unggulan Provinsi Jawa Barat, yang terkait pekerjaan umum, yakni peningkatan infrastruktur desa dan perdesaan, rehab 100 ribu rumah rakyat miskin, cetak sawah baru 100.000 ha, perbaikan dan pengelolaan jaringan irigasi terpadu, pembangunan tol dan jalan lintas cepat, persiapan pembangunan aerotropolis (Bandara Internasional Jawa Barat dan

Aerocity Kertajati).

Kinerja program infrastruktur tersebut ditunjukkan dengan

meningkatnya tingkat kondisi, baik jaringan irigasi di daerah irigasi kewenangan provinsi menjadi sebesar 69,65%, cakupan pelayanan air limbah domestik sebesar 65,03%, cakupan pelayanan persampahan perkotaan sebesar 65,65%, cakupan pelayanan air minum sebesar 67,13%, tingkat kemantapan jalan provinsi (kondisi baik dan sedang) sebesar 97,80% pada 2015.

Tingkat kemantapan jalan merupakan hasil pembangunan jalan sepanjang 3,91 km, peningkatan jalan sepanjang 28,24 km, penggantian jembatan sepanjang 112,30 m, rehabilitasi jalan sepanjang 102,69 km, rehabilitasi jembatan sepanjang 312,10 m dan pemeliharaan jalan pada semua jaringan jalan provinsi sepanjang 2.198,19 km. Di samping itu pemerintah provinsi telah membantu pemerintah kabupaten/kota dalam memperbaiki jalan kabupaten/kota, serta membangun dan memperbaiki 23 jembatan gantung.

Urusan energi dan sumber daya mineral terdiri dari 3 program, yaitu: (1) Program Pengembangan Panas Bumi dan Migas yang berproduksi di 6 (enam) wilayah kerja; (2) Program Pembinaan dan Pengembangan Urusan Ketenagalistrikan dan Energi dengan capaian rasio elektrifikasi rumah; (3) Program Pembinaan, Pengembangan Sumber Daya Mineral Geologi dan Air Tanah.

(39)

Persandian, ditunjukan dengan pencapaian skala kepuasan masyarakat terhadap layanan pemerintahan yang berada pada skala 3 atau baik; indeks persepsi korupsi yang ditargetkan sebesar 6,5 poin pada 2015, dari capaian 3,7 poin pada 2014; skala komunikasi organisasi pemerintahan mencapai kategori baik dengan indek sebesar 2,74; partisipasi masyarakat dalam pilihan kepala daerah pada 2015 berada dalam kondisi baik, sebesar 62,58 persen dari target 63 persen, lebih rendah dibandingkan dengan 2014 sebesar 71,30 persen; indeks demokrasi Jawa Barat yang dicapai sebesar 65,18 pada 2014 (BPS) atau dalam kondisi baik.

2.1.4. Aspek Daya Saing Daerah

Kemampuan ekonomi daerah ditunjukan dengan indikator daya beli, laju pertumbuhan ekonomi, laju pertumbuhan ekspor, dan inflasi. Capaian pada 2015 indeks daya beli sebesar 68.69 poin; laju pertumbuhan ekonomi sebesar 5.03 %; laju pertumbuhan ekspor sebesar 15.05 %; dan Inflasi sebesar 2.73 %. Pada urusan bidang penanaman modal dilakukan melalui: (1) menarik minat investor luar negeri, swasta dan modal publik, melalui komunikasi antara investor dan lembaga keuangan, (2) mendorong penciptaan tenaga kerja terampil, menciptakan lingkungan yang kondusif dan menyediakan pasar kerja melalui program 2 (dua) juta penyediaan lapangan kerja. Capaian realisasi investasi pada 2015 nilai penanaman modal asing (PMA) sebesar Rp 71,7 triliun; nilai penanaman modal dalam negeri (PMDN) sebesar Rp 49,8 triliun; nilai investasi PMA-PMDN sebesar Rp 121,5 triliun berdasarkan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB); Nilai Investasi (PMTB) atas dasar harga berlaku sebesar Rp 396,36 triliun; dan laju Pertumbuhan Investasi (PMTB) atas dasar harga berlaku sebesar 0.95%.

Peningkatan capaian indikator ini dilaksanakan melalui pengendalian pelaksanaan penanaman modal PMA/PMDN melalui pembinaan dan pemantauan PMA/PMDN di 27 kabupaten/kota, penyelenggaraan promosi dan kerjasama investasi guna tersampaikannya informasi potensi investasi Jawa Barat kepada 500 calon investor di dalam maupun luar negeri, opinion makers

dan stakeholders lainnya untuk meningkatkan minat investasi di Jawa Barat. Pada bidang pariwisata, telah dilakukan berbagai upaya untuk menarik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara di antaranya penetapan

(40)

Tahun 2014 menjadi 2. 027.629 orang pada Tahun 2015; kunjungan wisatawan Nusantara meningkat dari 33.617.999 orang pada Tahun 2014 menjadi 38.286.230 orang pada Tahun 2015.

Penataan Ruang, pada Tahun 2015 difokuskan pada: (1) Pelaksanaan peninjauan kembali RTRW Provinsi Jawa Barat 2009-2029; (2) Penyusunan Rencana Tata Ruang (RTR) Kawasan Strategis Provinsi (KSP); (3) Fasilitasi pembahasan rekomendasi Gubernur tentang substansi Raperda RTRW kabupaten/kota sebanyak 27 RTRW; dan (4) Fasilitasi pembahasan rekomendasi Gubernur tentang substansi Raperda Rencana Rinci Tata Ruang (RRTR) sebanyak 4 (empat) kabupaten/kota.

Perumahan, telah dilaksanakan peningkatan kualitas rumah tidak layak huni perkotaan dengan perbaikan fisik rumah tidak layak huni di 8 (delapan) kota, yaitu Kota Bandung, Kota Cimahi, Kota Bekasi, Kota Bogor, Kota Sukabumi, Kota Cirebon, Kota Banjar dan Kota Depok sebanyak 2.989 Unit.

Perhubungan, pada Tahun 2015 keberhasilannya dapat ditunjukkan dengan meningkatnya tingkat ketersediaan fasilitas perlengkapan jalan provinsi sebesar 19,06%, terdiri atas: (1) Tingkat ketersediaan prasarana transportasi udara penyelesaian pembangunan BIJB Kertajati dan Bandara Nusawiru mencapai 13,51%; (2) Tingkat ketersediaan prasarana transportasi Angkutan Sungai, Darat dan Pelabuhan (ASDP) dan pelabuhan pengumpan regional Jawa Barat bagian selatan yang mencapai 58,98%; dan (3) Ketersediaan prasarana jalur kereta api di Jawa Barat yang mencapai 1.135 Km.

Untuk meningkatkan iklim berinvestasi diperlukan tata kelola pemerintahan yang baik dan akuntabel. Hal tersebut dapat ditunjukan melalui kebijakan pelayanan perijinan terpadu satu pintu. Pada 2015 kondisi iklim berinvestasi ditandai dengan: skala kepuasan masyarakat terhadap layanan pemerintahan berada pada skala 3,00 atau berkategori baik; indeks kebahagiaan sebesar 68,28 poin; dan indeks keterbukaan informasi publik mencapai 72,99 poin.

(41)

Aspek Pemuda dan Olahraga, pada Tahun 2015 dilaksanakan melalui: pembinaan mental spiritual dan ideologi bagi generasi muda sebanyak 200 orang; dan pelatihan kemampuan dan keterampilan pemuda di bidang kewirausahaan sebanyak 200 orang.

Dalam rangka meningkatkan prestasi, peran pemuda dan olahraga telah dibangun sarana dan prasarana keolahragaan, seni dan budaya diberbagai wilayah di Jawa Barat. Untuk mendukung pelaksanaan Pekan Olah Raga Nasional (PON) ke XIX (sembilan belas) dan PEPARNAS ke XV (lima belas) 2016, telah dilaksanakan pembangunan venue di 12 Kabupaten/Kota, dan persiapan penyelenggaraannya. Persiapan tersebut ditujukan untuk mendukung sukses pelaksanaan PON 2016 yang mengusung 4 (empat) sukses, yaitu sukses penyelenggaraan, sukses ekonomi, sukses prestasi, dan sukses administrasi.

Aspek kebudayaan, dalam rangka meningkatkan pelestarian budaya

Jawa Barat telah dilaksanakan: pelestarian permuseuman dan

kepurbakalaan; pelestarian bahasa dan sastra; kesejarahan dan nilai tradisi; promosi museum; pengemasan dan relokasi koleksi; pemetaan cagar budaya; dan pemeliharaan situs cagar budaya. Dari berbagai kegiatan tersebut, pelestarian kesejarahan dan nilai tradisi Jawa Barat telah diusulkan ke badan internasional untuk mendapatkan Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) sebagai kekayaan warisan Jawa Barat.

Pengelolaan bahasa, sastra, dan aksara daerah meraih penghargaan Anugerah Kawistara 2015 untuk kategori Instansi yang peduli terhadap kebahasaan dan kesusastraan.

Aspek Pariwisata, dilaksanakan melalui berbagai kegiatan diantaranya: pengembangan Produk Wisata Jawa Barat untuk meningkatkan daya tarik wisata Jawa Barat sebagai destinasi wisata andalan; peningkatan sarana promosi pariwisata Jawa Barat; serta promosi pariwisata terpadu Jawa Barat dalam dan luar negeri untuk mempromosikan pariwisata Jawa Barat melalui

event. Selain itu telah dilakukan berbagai upaya untuk menarik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara diantaranya penetapan Geopark

Ciletuh sebagai Geopark Nasional, serta penguatan infrastuktur dan manajemen destinasi wisata Jawa Barat lainnya.

(42)

sebanyak 38 juta orang lebih pada 2015 meningkat dari 31,9 juta orang pada 2014.

2.2. Evaluasi Pelaksanaan Program Dan Kegiatan RKPD Tahun 2015 Dan Realisasi RPJMD

Pelaksanaan pembangunan Jawa Barat Tahun 2015 mengacu kepada Visi dan Misi RPJMD Tahun 2013 – 2018 yang dijabarkan dalam RKPD Tahun 2015. Keberhasilan pelaksanaan RKPD Tahun 2015 ditunjukkan oleh kinerja penyelenggaraan pemerintahan Provinsi Jawa Barat yang terbagi atas indikator kinerja daerah, indikator kinerja program, dan indikator kinerja misi pada RPJMD Tahun 2008-2013.

2.2.1. Evaluasi Indikator Kinerja Daerah

Indikator kinerja daerah merupakan pengaruh dari kinerja program pembangunan Jawa Barat yang terdiri atas 59 indikator. Hasil evaluasi terhadap aspek kesejahteraan masyarakat terdiri atas 13 indikator kinerja daerah; aspek pelayanan umum terdiri atas 22 indikator kinerja daerah; dan aspek daya saing daerah yang terdiri atas 24 indikator kinerja daerah.

A. Aspek Kesejahtraan Masyarakat

(43)

usaha mikro, kecil dan menengah, meningkatkan peranan koperasi di perdesaan, serta memperbanyak kegiatan-kegiatan yang bersifat padat karya. Sementara tidak tercapainya indikator ke 6 (enam), yaitu pencetakan sawah baru terkendala oleh peraturan/regulasi penyediaan lahan yang mensyaratkan penerima bantuan hibah kepada lembaga yang berbadan hukum.

B. Aspek Pelayanan Umum

Pelaksanaan pembangunan pada aspek pelayanan umum diukur dengan 22 indikator kinerja daerah. Dari jumlah indikator tersebut terdapat 15 indikator mencapai target dan 5 (lima) indikator tidak mencapai target yaitu: (1) Angka Partisipasi Kasar Sekolah Menengah mencapai 61,19% mengalami penurunan dibandingkan 2014, sebesar 72,83%. Penurunan ini disebabkan: (a) aksesibilitas terhadap sekolah belum merata di beberapa wilayah; (b) tingginya putus sekolah; dan (c) Masih rendahnya ekonomi masyarakat; (2) Skala kepuasan masyarakat terhadap pelayanan pemerintahan,mencapai poin 3 sedangkan pada 2014 belum dilakukan perhitungan karena masyarakat masih mendambakan pelayanan pemerintah yang prima; (3) Skala komunikasi organisasi pemerintahan, mencapai 2,74 poin sedangkan 2014 belum tersedia data, karena belum optimalnya sosialisasi program-program dan kebijakan pemerintah ke seluruh strata masyarakat; (4) Tingkat Partisipasi Pemilihan Umum pada pelaksanaan Pilkada serentak sebesar 62% dari target 63% disebabkan menurunnya kesadaran masyarakat untuk menyalurkan hak politik; dan (5) Tingkat ketersediaan fasilitas perlengkapan jalan provinsi dari target 25%, hanya tercapai 19% disebabkan kenaikan harga bahan fasilitas lalu lintas jalan.

C. Aspek Daya Saing Daerah

(44)

dari target 18-19%, hanya tercapai 17,47%, disebabkan kapasitas tampung perguruan tinggi masih terbatas dan biaya pendidikan tinggi masih relatif tinggi; (5) Jumlah penduduk melek TIK usia 12 tahun ke atas dari target 13.794.000 orang, hanya tercapai 7.722.903 orang disebabkan belum meratanya ketersediaan jaringan internet khususnya di wilayah selatan Jawa Barat; (6) Capaian fungsi kawasan lindung terhadap luas wilayah, dari target

38-39%, hanya tercapai 37,20%, disebabkan belum semua RTRW

(45)

Tabel 2.12

Target dan Capaian Indikator Kinerja Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 N o ASPEK/ FOKUS/ BIDANG URUSAN/INDIKATOR KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH Satuan

Tahun 2014 Tahun 2015

Ketercapa ian Target Capaian Target Capaia

n

Indikator Kinerja Daerah

1. ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

1 . 1

Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

1 Daya Beli Masyarakat ribu

rupiah 645

644. 36

9,4

47 650

9,538,9 26-9,607,4 70

9,538.9

3 TERCAPAI

2 PDRB Per Kapita (ADHB)

juta rupiah

21.50–

22.00 30.14 22.00 - 24.00 32.65 TERCAPAI

3 PDRB Per Kapita (ADHK)

juta rupiah

9.00 –

9.50 24.94 9.50 - 11.00 25.84 TERCAPAI

4 Indeks Gini Poin 0.38 –

0.37 0.40 0.37 - 0.36 0.41

TIDAK TERCAPAI

Kesehatan

5 IndeksKesehatan Poin 75.6 74.0

1 80. 35 76.5 3

80.80-81.97 80.80 TERCAPAI

6 AHH (Angka Harapan

Hidup) Tahun

69 - 69.2 68.8 5 72. 23

72.52-73.28 72.52 TERCAPAI

Pertanian

7 Nilai Tukar Petani

(NTP) Poin

111–

112 112 – 113 111 - 112 105.06

TIDAK TERCAPAI

8

Tingkat Produksi dan Produktivitas

Komoditas Perkebunan sebesar

% 2.1 2.1 2.2 2.2 TERCAPAI

Ketahanan Pangan

9 Skor Pola Pangan

Harapan poin 74 74 76 78.3 TERCAPAI

1 0

Pencetakan Sawah

Baru Ha 5,000 5,000 25,000 0

TIDAK TERCAPAI

1 . 2

Fokus Kesejahteraan Sosial

Ketenagakerjaan

1 1

Tingkat Partisipasi

Angkatan Kerja Persen

64.00 - 65.00 62.77 (21.01 Juta Orang)

65.00 - 66.00 60.34 TIDAK

TERCAPAI

1 2

Tingkat Pengangguran

Terbuka Persen

8,50 -

8,00 8.45 8,00 - 7,50 8.72

TIDAK TERCAPAI

Sosial

1

3 Angka Kemiskinan Persen

7,80 -

6,80 9.18 6.80 - 5.90 9.57

TIDAK TERCAPAI

2. ASPEK PELAYANAN UMUM

2 . 1

Fokus Pelayanan Urusan Wajib

Pendidikan

1 4

Indeks Pembangunan

Manusia Poin

74.25 – 74.75 74.2 8 68. 8 74.7 5 - 75.5 0

69.36-69.86 69.49 TERCAPAI

1

5 Indeks Pendidikan Poin 84.65

83.3 6

59.

26 85.5

(46)

N o ASPEK/ FOKUS/ BIDANG URUSAN/INDIKATOR KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH Satuan

Tahun 2014 Tahun 2015

Ketercapa ian Target Capaian Target Capaia

n

1

6 Angka Melek Huruf Persen

97.50 –

98.00 98.29 98.00 - 98.50 98.29 TERCAPAI

1 7 Harapan Lama Sekolah 12. 08

12,33-12,45 12.45 TERCAPAI

1 8

Angka Rata-rata Lama

Sekolah Tahun

8.25 -

8.30 8.29

7.7

1

7.73-7.76 7.76 TERCAPAI

1 9

APK Sekolah

Menengah Persen 80.48 72.83 87.48 61.19

TIDAK TERCAPAI

Koperasi dan UMKM

2 0

Jumlah Penerima Manfaat Kredit Modal Usaha

orang 6,250 5,101 7,250

8,365 TERCAPAI

Otonomi Daerah. Pemerintahan Umum. Administrasi Keuangan Daerah. Perangkat

Daerah. Kepegawaian dan Persandian

2 1 Skala Kepuasan Masyarakat terhadap Layanan Pemerintahan Skala 1

- 4 3 3 4 3

TIDAK TERCAPAI 2 2 Skala Komunikasi Organisasi Pemerintahan Skala 1

- 4 3 n/a 3.5 2.74

TIDAK TERCAPAI

2 3

Tingkat Partisipasi

Pemilihan Umum Persen 60 71.3 63 62.58*

TIDAK TERCAPAI 2

4

Indeks Persepsi

Korupsi Poin 6 3.7 6.5 n/a

TIDAK ADA DATA 2

5 Indeks Kebahagiaan Poin 57 – 59 68.28 59 - 61 68.28 TERCAPAI

2 6

Tingkat Harmonisasi kerukunan Antar Umat Beragama

Poin 3

3,6 (litbang kemenag 2012)

4 n/a TIDAK

ADA DATA

Pekerjaan Umum

2 7

Pencapaian Status Mutu Sungai Utama dan Waduk Besar dengan tingkat cemar sedang

Persen

10,4-10,8 13.4 10,8 - 11,2 23.45 TERCAPAI

2 8

Tingkat Ketersediaan Fasilitas Perlengkapan Jalan Provinsi

Persen 10.66 12.36 25,9 - 39,77 19.06 TIDAK

TERCAPAI

2 9

Tingkat Kondisi Baik Jaringan Irigasi di Daerah Irigasi Kewenangan Provinsi

Persen 66 - 67 67.37 67 - 72 69.65 TERCAPAI

3 0

Cakupan Pelayanan Persampahan Perkotaan

Persen 64 – 65 64.88 65 - 67 65.65 TERCAPAI

3 1

Cakupan Pelayanan

Air Minum Persen 58 – 63 65.43 63 - 70 67.13 TERCAPAI

3 2

Cakupan Pelayanan

Air Limbah Domestik Persen 63.56 63.59 64 - 65 65.03 TERCAPAI

Energi dan Sumber Daya Mineral

3 3

Rasio Elektrifikasi

Rumah Persen 80 – 82 83.41 82 - 84 93.71 TERCAPAI

Sosial

3 4

Jumlah PMKS yang

ditangani Orang 527,181 2,582 579,899

643,61

8 TERCAPAI

3

5 Jumlah Pekerja Anak Orang 551,558 54,000 540,527

192,28

8 TERCAPAI

3. ASPEK DAYA SAING DAERAH

3 . 1

Fokus Kemampuan Ekonomi

(47)

N o ASPEK/ FOKUS/ BIDANG URUSAN/INDIKATOR KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH Satuan

Tahun 2014 Tahun 2015

Ketercapa ian Target Capaian Target Capaia

n

6 7 46 5 68,91

3 7 Laju Pertumbuhan Ekonomi Persen per Tahun

5,9 – 6,5

5,07 (Tahun Dasar 2010)

6,2 - 6,8 5,03 TIDAK

TERCAPAI

3 8

Laju Pertumbuhan

Ekspor Persen 6 – 6,5 14.83 6,5 - 7,0 15.05 TERCAPAI

3

9 Inflasi Persen 8,5 - 9,5 7.41 6,30- 7,0 2.73

TIDAK TERCAPAI Penanaman Modal 4 0 Nilai Penanaman Modal Asing (PMA)

Trilyun

Rupiah 65 - 75 48.98 75 - 85 71.70

TIDAK TERCAPAI 4 1 Nilai Investasi/PMTB adhb Trilyun Rupiah 174,2 -

194,2 305.989 198,6 - 208,6 396.36 TERCAPAI

4 2

Nilai Investasi PMA - PMDN

Trilyun Rupiah

85,55 –

95,81 62.83 95,81 - 107,79 121.50 TERCAPAI

4

3 Nilai Investasi PMDN <

Gambar

Gambar 2.4 Jumlah Penduduk Kabupaten/Kota Di Provinsi Jawa Barat Tahun 2015
Tabel 2.8
Gambar 2.5 Persentase Penduduk Miskin Di Jawa Barat Tahun 2007-2015
Tabel. 2.9
+7

Referensi

Dokumen terkait

H0 : Service Quality tidak mempengaruhi secara parsial terhadap. Corporate Image di BMT

Analisis stabilitas lereng dilakukan pada dengan terasering pada berbagai kondisi lereng, yaitu dengan variasi kemiringan lereng, kondisi tanah (nilai c dan � ), dan lebar

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Pekon Cipta Mulya Kecamatan Kebun tebu Kabupaten Lampung Barat, mengenai Respon petani terhadap pelaksanaan Program

Secara khusus bertujuan untuk menilai gambaran radiografi mastoid posisi Schuller pada pasien otitis media supuratif kronik suspek mastoiditis dan atau

Setelah melakukan penelitian, penanganan permasalahan yang tepat terkait kurang optimalnya penyerapan tenaga kerja di lingkungan sekitar adalah

Within 10 (ten) years, the Agung Podomoro has completed more than 50 property projects, with majority addressed to middle class segments of society, with projects ranging from low

FORMAT BUKU TAMU PEMBINAAN.. BUKU

[r]