• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prospek Usaha

Dalam dokumen Prospectus (Halaman 124-128)

VIII. KEGIATAN DAN PROSPEK USAHA PERSEROAN

6. Prospek Usaha

Industri jasa pelayaran angkutan barang-barang curah terutama batubara memiliki prospek ke depan

yang positif dengan pertumbuhan yang signiikan. Industri ini diproyeksikan akan bertumbuh pesat

seiring dengan

Prospek perekonomian Indonesia yang cerah; 1.

Peningkatan produksi dan permintaan batu bara Indonesia; 2.

Peraturan Pemerintah yang mendorong pertumbuhan perusahaan pelayaran nasional; dan 3.

Ketersediaan pendanaan jangka panjang. 4.

6.1 Perekonomian Indonesia

Perekonomian Indonesia menunjukkan pertumbuhan ke arah yang makin baik terlihat dari peningkatan

surplus neraca pembayaran dan nilai tukar Rupiah yang stabil. Sejalan dengan itu, tingkat inlasi yang

menurun selama 2008-2009 telah mengakibatkan penurunan suku bunga SBI. Pada tahun 2010 terjadi

peningkatan inlasi, namun diperkirakan suku bunga SBI akan tetap stabil. Indikator ini menunjukkan

bahwa perekonomian Indonesia berada pada jalur yang tepat dan akan terus memberikan kondisi yang kondusif terhadap iklim usaha di Indonesia.

Indikator Ekonomi Utama 2007 2008 2009 2010

Pertumbuhan PDB Riil 6,3% 6,1% 4,5% na*

Nilai tukar akhir tahun (Rupiah/USD) 9.419 10.950 9.400 8.991

Inlasi (pertumbuhan Indeks Harga Konsumen) 6,6% 11,1% 2,78% 6,96%

Sumber : Badan Pusat Statistik, 15 Februari 2008, 16 Februari 2009, 10 Februari 2010 dan Bank Indonesia, 3 Januari 2011 na* : data belum tersedia

6.2 Produksi dan Permintaan Batubara Indonesia Produksi

Produksi batubara di Indonesia terus mengalami peningkatan seiring dengan kenaikan permintaan baik dalam negeri maupun ekspor. Berdasarkan Indonesian Coal Book 2010-2011, produksi batubara

Indonesia selama tahun 2005 hingga 2009 terus bertumbuh dengan compounded annual growth rate

(“CAGR”) sebesar 11,7%.

Berikut ini data produksi batubara nasional selama tahun 2005 hingga 2009 (dalam ribuan ton) :

Sumber : Indonesian Coal Book 2010-2011

Produksi batubara Indonesia terkonsentrasi di pulau Sumatra dan Kalimantan yang memiliki sumberdaya lebih dari 90% dari total sumberdaya batubara di Indonesia. Dari kedua pulau tersebut, Kalimantan memiliki proven reserve terbesar dengan kualitas batubara yang lebih tinggi dari segi kalori. Berikut ini distribusi sumberdaya dan cadangan batubara nasional :

Pulau Sumberdaya Cadangan Probable Proven Sumatra 52.436,57 10.644,45 904,80 Jawa 14,21 0,00 0,00 Kalimantan 52.100,79 2.833,14 4.624,57 Sulawesi 233,10 0,06 0,06 Maluku 2,13 0,00 0,00 Papua 153,42 0,00 0,00 Jumlah 104.940,22 13.477,65 5.529,43

Sumber : Indonesian Coal Book 2010-2011

Permintaan Domestik

Permintaan batubara domestik terus meningkat seiring dengan meningkatnya kebutuhan listrik domestik dan pertumbuhan industri. Berikut ini adalah perkembangan konsumsi domestik atas batubara :

(dalam ribuan ton)

Industri 2005 2006 2007 2008 2009 Pembangkit listrik 25.669 28.358 30.923 32.477 33.181 Industri semen 5.152 5.301 5.248 6.843 5.579 Industri kertas 1.188 18 200 539 734 Metalurgi 216 300 574 952 1.100 Briket 28 36 25 43 28 Lain-lain 8.967 15.582 8.511 12.620 15.676 Jumlah 41.220 49.595 45.481 53.473 56.298

Sumber : Indonesian Coal Book 2010-2011

Sektor ketenagalistrikan mengambil porsi yang paling besar, yaitu sekitar 65% dari seluruh konsumsi batubara nasional. Kebutuhan ini akan semakin meningkat seiring dengan rencana Pemerintah untuk melaksanakan program percepatan pemenuhan pasokan listrik 10.000 MW. PLN diperkirakan akan membutuhkan pasokan batubara sebesar 59 juta ton di tahun 2011 dan mencapai 120 juta ton di tahun 2015.

Berikut ini adalah perkiraan konsumsi batubara PLN selama tahun 2010-2014 :

(dalam ribuan ton)

Kalori (kcal/kg) 2010 2011 2012 2013 2014

4200 8,2 25,8 32,2 35,4 44,3

5100 27,7 28,7 36,9 43,2 42,1

6100 4,9 4,9 8,9 8,9 8,9

Jumlah 40,8 59,4 77,0 87,5 95,3

Sumber : PLN, Indonesian Coal Book 2010-2011

Kebutuhan batubara dari sektor lainnya juga diperkirakan akan terus bertumbuh. Berdasarkan laporan yang dibuat oleh Program on Energy and Sustainable Development, Stanford University (Oktober 2010), pada tahun 2012, sektor selain ketenagalistrikan akan membutuhkan 36 juta ton batubara yang kemudian meningkat hingga mencapai 46 juta ton di tahun 2015.

Permintaan Ekspor

Indonesia memiliki kualitas batubara dengan kalori tinggi yang banyak digunakan oleh sektor industri dan pembangkit listrik di dunia internasional yang menjadikannya sebagai salah satu negara pengekspor batubara dalam volume yang besar. Perkembangan volume batubara yang diekspor berdasarkan tujuan wilayahnya adalah sebagai berikut :

(dalam ribuan ton) Wilayah 2005 2006 2007 2008 2009 Asia 80.155 89.786 109.402 112.440 139.967 Eropa 14.824 21.005 17.014 18.671 13.263 Amerika 3.928 5.263 4.598 3.862 3.310 Lain-lain 2.111 6.897 5.223 25.518 34.828 Jumlah 101.019 122.951 136.237 160.491 191.368

Sumber : Indonesian Coal Book 2010-2011

Tiga negara pengimpor terbesar pada tahun 2009 adalah China (18%), India (15%) dan Jepang (12%) (sumber : Program on Energy and Sustainable Development, Stanford University, Oktober 2010). Permintaan dunia internasional akan batubara didorong oleh pertumbuhan industri terutama tenaga listrik, dimana batubara menjadi alternatif bahan baku yang lebih murah dibandingkan bahan bakar minyak. Berikut ini perkiraan volume permintaan batubara oleh negara-negara di Asia dan Eropa pada tahun 2010 hingga 2015 :

(dalam ribuan ton)

Wilayah 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Asia 445,0 459,3 472,6 493,4 521,4 544,1

Eropa 219,2 220,0 220,8 222,0 220,9 221,9

Lain-lain 86,2 89,1 92,1 96,3 100,4 105,7

Jumlah 750,4 768,4 785,5 811,7 842,7 871,7

Sumber : Indonesian Coal Book 2010-2011

Kebutuhan internasional tersebut diperkirakan akan dapat dipenuhi oleh negara-negara pengekspor batubara dunia dengan porsi terbesar dari Indonesia :

(dalam ribuan ton)

Wilayah 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Australia 146,0 150,0 160,0 176,0 185,0 207,5 China 20,0 19,0 18,0 17,0 16,0 15,0 Kolombia 74,0 81,0 88,0 95,0 102,0 109,0 Indonesia 210,0 222,0 230,0 240,0 250,0 250,0 Rusia 92,0 94,0 96,0 98,0 100,0 102,0 Afrika Selatan 68,0 71,0 75,0 79,0 84,0 88,0 Amerika Serikat 22,0 24,2 26,6 29,3 32,2 35,4 Lain-lain 118,4 107,1 91,9 77,4 73,4 64,7

Sumber : Indonesian Coal Book 2010-2011

Dengan proyeksi produksi dan kebutuhan batubara yang meningkat terus, maka industri jasa pelayaran angkutan barang-barang curah, terutama batubara akan memiliki prospek yang sangat baik.

Peraturan Pemerintah yang Mendorong Industri Pelayaran Nasional

Sebagai negara kepulauan, dua per tiga dari wilayah Indonesia merupakan wilayah perairan, sehingga

transportasi laut sangat diperlukan. Volume kargo domestik Indonesia terus meningkat sesuai graik

(dalam juta ton) Sumber : INSA

Implementasi Asas Cabotage

Pemerintah mengeluarkan sejumlah kebijakan yang terkait dengan asas cabotage, yaitu Instruksi

Presiden No. 5 tanggal 28 Maret 2005, Keputusan Menteri Perhubungan No. 71 tahun 2005, Undang- undang Pelayaran No. 17/Mei tahun 2008 dan terakhir dengan Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 73 tahun 2010 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 22 tahun 2010 yang intinya menyatakan bahwa seluruh kapal yang digunakan untuk pelayaran domestik harus berbendera

Indonesia dan diawaki oleh awak berkewarganegaraan Indonesia (Asas Cabotage)). Asas Cabotage

diterapkan secara bertahap berdasarkan komoditi yang diangkut oleh kapal dan kegunaan kapal dimana seluruh tahapan telah secara efektif diimplementasikan kecuali untuk kapal-kapal yang digunakan pada usaha penunjang hulu dan hilir minyak dan gas bumi di dalam wilayah Indonesia baru akan diterapkan

7 Mei 2011. Berikut ini tahapan pelaksanaan asas cabotage :

Sumber : INSA, Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 22 Tahun 2010

Dari ke 14 kelompok komoditas pada tabel diatas salah satu diantaranya adalah komoditas batubara. Sejak tahun 2010, komoditas batubara harus diangkut 100% oleh kapal berbendera Indonesia. Hal ini membuka peluang yang lebih besar bagi perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang pelayaran angkutan batubara untuk mengembangkan pasarnya.

Domestic Market Obligation (“DMO”)

Pemberlakuan DMO batubara bertujuan untuk mencegah terjadinya kelangkaan pasokan batubara serta menjamin keamanan pasokan batubara domestik secara berkelanjutan. Saat ini, kebijakan ketentuan penerapan DMO batubara telah tertuang dalam Peraturan Menteri (Permen) ESDM No. 34 tahun 2009 tentang Pengutamaan Pemasokan Kebutuhan Mineral dan Batubara untuk Kepentingan Dalam Negeri.

Pemberlakuan DMO batubara mengacu kepada Keputusan Presiden No. 5 tahun 2006 mengenai Kebijakan Energi Nasional yang menetapkan pada tahun 2025 kontribusi batubara sebesar 35% dalam bauran energi nasional. Selain itu juga berdasarkan Undang-Undang No. 3 tahun 2007 tentang Energi serta Undang-Undang No. 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.

Berdasarkan Permen No. 34 tahun 2009 pasal 2 disebutkan bahwa Badan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara harus mengutamakan pemasokan kebutuhan mineral dan batubara untuk kepentingan dalam negeri. Sebagai konsekuensinya maka setiap perusahaan memiliki kewajiban untuk menjual batubara yang diproduksinya berdasarkan Persentase Minimal Penjualan Mineral/Batubara yang ditetapkan oleh Menteri dan dituangkan dalam perjanjian jual beli mineral/batubara antara Badan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara dengan pemakai mineral/batubara.

Dengan adanya peraturan ini, jumlah kapal tunda dan tongkang yang dibutuhkan akan meningkat

secara signiikan mengingat kebutuhan batubara domestik mayoritas berada di luar pulau Kalimantan

dan berjarak tempuh lebih jauh.

6.4 Ketersediaan Pendanaan Jangka Panjang

Sejak akhir tahun 2009, perbankan nasional mulai meningkatkan fasilitas pendanaan jangka panjang untuk sektor maritim. Diantaranya, beberapa bank nasional dan internasional memberi kredit baru untuk pembiayaan kapal berjangka panjang. Dengan peningkatan fasilitas ini, menjamin kemudahan kepada industri jasa pelayaran pengangkutan muatan curah untuk melakukan pengembangan dan perluasan usaha

Dalam dokumen Prospectus (Halaman 124-128)

Dokumen terkait