• Tidak ada hasil yang ditemukan

RISIKO USAHA

Dalam dokumen Prospectus (Halaman 57-60)

Sebelum melakukan investasi pada saham Perseroan, calon investor harus secara hati-hati dan cermat mempertimbangkan faktor-faktor risiko yang disebutkan di bawah ini yang dapat dialami oleh Perseroan dalam menjalankan usahanya, serta risiko-risiko lainnya yang mungkin belum tercakup dalam Prospektus ini tanpa terkecuali. Semua risiko-risiko tersebut dapat mempengaruhi kinerja usaha, kinerja keuangan dan/atau nilai saham Perseroan, sehingga para calon investor dapat mengalami kondisi kerugian investasi. Pengungkapan risiko usaha Perseroan di bawah ini telah disusun berdasarkan bobot risikonya. Manajemen Perseroan telah mengungkapkan semua risiko material.

1. RISIKO PENGAKHIRAN ATAU TIDAK DIPERPANJANGNYA KONTRAK-KONTRAK

PENYEDIAAN JASA PERSEROAN

Perseroan melakukan kegiatan usahanya berdasarkan kontrak-kontrak yang ditandatangani dengan para pelanggan. Kontrak-kontrak tersebut memiliki jangka waktu yang bervariasi, yaitu sekitar 1 hingga 8 tahun, serta mengandung kesepakatan-kesepakatan komersial seperti harga dan minimum jumlah ton batubara yang harus dipenuhi oleh kedua belah pihak. Kontrak dapat berakhir apabila jangka waktu telah berakhir atau apabila terjadi force majeure atau terjadi kelalaian pada salah satu pihak, baik dari sisi pelanggan maupun dari sisi Perseroan. Beberapa saat sebelum jatuh tempo, kontrak dapat diperpanjang dengan menggunakan syarat-syarat dan kondisi yang sama atau berbeda dari kontrak yang akan berakhir. Ketidaksepakatan atas syarat-syarat dan kondisi dapat menyebabkan kontrak berakhir tanpa perpanjangan.

Apabila kontrak-kontrak yang ada telah berakhir dan tidak diperpanjang sebagaimana diatur atau apabila terjadi pemutusan kontrak oleh satu atau beberapa pelanggannya dikarenakan kelalaian dari Perseroan sendiri sebagaimana diatur dalam kontrak-kontrak dimaksud, maka hal tersebut akan berdampak negatif secara material terhadap kondisi keuangan, operasional dan prospek kegiatan usaha Perseroan.

2. RISIKO KENAIKAN HARGA BAHAN BAKAR ATAU BIAYA OPERASIONAL

LAINNYA

Bahan bakar adalah merupakan komponen utama dalam penentuan besarnya nilai jasa (freight)

Perseroan dan merupakan juga salah satu komponen utama dalam pengoperasian kapal. Dalam pelaksanaan kegiatan usahanya, Perseroan melakukan pembelian bahan bakar berdasarkan harga yang ditetapkan oleh Pertamina sebagai wakil dari Pemerintah yang diberikan wewenang untuk menetapkan harga jual bahan bakar nasional. Harga tersebut dapat berubah sesuai dengan kondisi penawaran dan permintaan bahan bakar di pasar dan tidak berada dalam kendali Perseroan. Apabila terjadi kekurangan pasokan bahan bakar di pasar dunia, maka harga bahan bakar dapat mengalami

peningkatan yang signiikan dan sebagai akibatnya Perseroan dapat terkena dampak negatif.

3. RISIKO PENDAPATAN PERSEROAN DAN ANAK PERUSAHAAN YANG SANGAT

BERGANTUNG PADA INDUSTRI BATUBARA NASIONAL

Sampai dengan saat ini Perseroan hanya melayani jasa pengangkutan khusus untuk industri batubara,

sehingga apabila produksi batubara di Indonesia mengalami penurunan secara signiikan atau apabila

di kemudian hari permintaan batubara menurun dikarenakan adanya sumber energi baru yang lebih

murah, maka pendapatan dan arus kas Perseroan dapat mengalami penurunan secara signiikan

4 RISIKO KETERLAMBATAN PENGIRIMAN KAPAL BARU ATAU PERBAIKAN KAPAL YANG ADA SEKARANG

Kapal tunda, tongkang, loating crane dan peralatan lain yang dimiliki oleh Perseroan dan Anak

Perusahaan diproduksi oleh para supplier atau vendor dari luar Indonesia dan memakan waktu dalam

hal pembangunan maupun pengirimannya dari tempat asal. Penyelesaian pembangunan kapal dapat terhambat karena berbagai sebab seperti tidak tersedianya/keterlambatan suku cadang yang diperlukan, ketidakmampuan, keadaan kahar atau kejadian-kejadian lainnya yang berada di luar kendali Perseroan atau pembuat kapal. Selain itu, pengiriman kapal yang telah selesai dibangun juga memerlukan penjadwalan yang baik mengingat adanya hambatan-hambatan cuaca, rute yang ditempuh ataupun dokumentasi yang diperlukan.

Apabila terjadi keterlambatan pengiriman kapal, baik kapal baru maupun kapal lama yang sudah diperbaiki, maka jasa layanan Perseroan kepada pelanggan dapat terganggu atau terhambat, yang menyebabkan terjadinya kelalaian pada pihak Perseroan berdasarkan kontrak dengan pelanggan. Hal ini dapat berdampak negatif terhadap kegiatan usaha, kinerja operasi dan kondisi keuangan Perseroan dan Anak Perusahaan.

5. RISIKO PERSAINGAN USAHA

Perseroan menghadapi persaingan dari perusahaan-perusahaan sejenis dan juga dari perusahaan- perusahaan pertambangan yang memiliki jasa angkutan sendiri. Tidak ada kepastian bahwa Perseroan akan dapat bersaing dalam pasar jasa pelayaran angkutan curah atau tidak ada kepastian bahwa posisi persaingan Perseroan saat ini tidak akan berkurang di masa mendatang.

6. PENGELUARAN BIAYA-BIAYA TIDAK TERDUGA

Secara umum, biaya pemeliharaan sebuah kapal agar dapat beroperasi dengan layak akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia kapal, akan tetapi sulit untuk memperkirakan hal tersebut secara akurat.

7. RISIKO KECELAKAAN

Kapal-kapal Perseroan dan Anak Perusahaan berlayar mengarungi beberapa wilayah perairan sehingga sangat rentan terkena kerusakan yang diakibatkan oleh cuaca buruk, tabrakan dengan kapal lain, kegagalan mekanis, kelalaian manusia, atau bahkan karam. Selain itu, barang yang diangkut oleh Perseroan dan Anak perusahaan adalah batubara yang sangat mudah terbakar dan karenanya rentan terhadap terjadinya kebakaran. Perseroan dan Anak Perusahaan juga dapat mengalami tuntutan akibat luka atau kecelakaan yang terjadi pada diri perorangan ataupun tuntutan atas kerusakan dalam pengoperasian kapal. Meskipun Perseroan dan Anak Perusahaan senantiasa memprioritaskan keselamatan sebagai prioritas utama dalam merancang dan mengoperasikan kapal-kapalnya, namun tidak ada jaminan bahwa kecelakaan kerja tidak terjadi dalam pelaksanaan kegiatan operasionalnya. Akibat lainnya, Perseroan dan Anak Perusahaan dapat mengalami publisitas negatif yang dapat menimbulkan persepsi buruk di mata para pelanggan sehubungan dengan keselamatan operasi yang dijalankan serta dapat merusak reputasi Perseroan dan Anak Perusahaan. Hal ini pada akhirnya berdampak pada berkurangnya kesempatan untuk memperoleh pendapatan, kondisi keuangan dan kinerja Perseroan dan Anak Perusahaan.

8. PENGANGKUTAN LAUT SANGAT BERGANTUNG PADA KONDISI CUACA

Kegiatan usaha Perseroan dapat dijalankan dengan lancar dalam kondisi cuaca yang menunjang. Apabila terjadi angin kencang yang menyebabkan gejolak pada perairan tempat kapal Perseroan beroperasi, maka kegiatan operasional Perseroan dapat tertunda atau terhambat. Hal ini berdampak negatif terhadap ketepatan waktu pengiriman batubara dari pelabuhan muat ke pelabuhan bongkar dan sebaliknya. Cuaca yang tidak menunjang juga dapat mengakibatkan kapal rentan terhadap kemungkinan terjadinya kecelakaan.

Pelaksanaan bongkar muat batubara yang dibawa oleh Perseroan dapat dilaksanakan dengan lancar

dalam kondisi cuaca yang baik. Apabila cuaca hujan atau terjadi angin kencang, pengoperasian grab

untuk pengambilan batubara akan dapat menurun kecepatannya di bawah standar kemampuannya. Hal ini dapat mengakibatkan proses bongkar muat menjadi lebih lama dari yang diperkirakan.

Kondisi–kondisi tersebut pada akhirnya berdampak negatif pada pendapatan dan proitabilitas Perseroan

dan Anak Perusahaan.

9. RISIKO KETIDAKSTABILAN POLITIK

Perseroan menjalankan kegiatan usahanya di wilayah Indonesia yang secara historis beberapa kali mengalami gejolak politik. Pada tahun 1998, Indonesia mengalami perubahan iklim politik yang mengakibatkan terjadinya kerusuhan sosial dalam masyarakat dan berlanjut pada gejolak perekonomian yang berdampak negatif pada iklim usaha dan investasi di Indonesia. Setelah tahun tersebut, Indonesia masih mengalami berbagai demonstrasi masyarakat akibat kenaikan harga bahan bakar, tarif listrik dan telepon ataupun tuntutan kenaikan upah minimum bagi buruh.

Selain gejolak politik, Indonesia juga menghadapi beberapa tindakan terorisme, perselisihan antar golongan dan gerakan separatis di beberapa daerah yang menimbulkan banyak korban dan membahayakan keselamatan masyarakat umum. Tindakan peledakan bom oleh para teroris telah beberapa kali mengakibatkan dikeluarkannya larangan kunjungan ke Indonesia oleh negara-negara asing sehingga menyebabkan ketidakstabilan kondisi investasi dan perekonomian dalam negeri. Tidak ada jaminan bahwa peristiwa-peristiwa tersebut tidak terjadi lagi atau berkurang intensitasnya atau meluas hingga mencakup skala yang lebih besar. Selain itu, tidak terdapat pula jaminan bahwa peringatan/larangan kunjungan ke Indonesia dari negara-negara asing tidak dikeluarkan lagi di masa mendatang.

Tindakan terorisme di dalam negeri, situasi politik yang tidak stabil, gejolak sosial, kerusuhan, bentrokan

antar kelompok sosial dapat memberikan dampak negatif yang signiikan bagi aktivitas bisnis Perseroan

dan Anak Perusahaan. Hal-hal tersebut yang berada di luar kendali Perseroan dapat menyebabkan terhambatnya atau tertundanya pelaksanaan kegiatan operasional Perseroan. Selain itu, gejolak ekonomi yang timbul setelahnya dapat mempengaruhi secara negatif kemampuan pembayaran oleh para pelanggan Perseroan yang secara tidak langsung juga akan mempengaruhi kinerja keuangan Perseroan.

10. RISIKO TINGKAT SUKU BUNGA PINJAMAN

Selain menggunakan dana hasil operasional ataupun modal dari para pemegang saham, Perseroan

mendanai pembelian kapal, tongkang dan loating crane juga dengan menggunakan dana pinjaman

dari bank ataupun kreditur lainnya. Tingkat bunga pinjaman Perseroan per 30 September 2010 berkisar antara 5% – 12% per tahun.

Keuntungan Perseroan dipengaruhi oleh perubahan tingkat bunga dan jumlah pinjaman, walaupun saat ini Perseroan memperoleh tingkat bunga yang relatif rendah, tetapi perubahan kondisi perekonomian di masa depan akan mempengaruhi kemampuan Perseroan dalam memperoleh pinjaman dengan tingkat bunga yang baik, dan hal ini dapat mempengaruhi kondisi keuangan dan tingkat keuntungan Perseroan.

11. RISIKO PERUBAHAN NILAI TUKAR MATA UANG ASING

Sebagian besar pendapatan Perseroan diperoleh dalam mata uang Dolar Amerika Serikat mengingat kontrak-kontrak antara pelanggan dan Perseroan serta Anak Perusahaan dilakukan dalam mata uang tersebut. Dalam pelaksanaan kegiatan usahanya, Perseroan mengeluarkan biaya operasional dalam mata uang Rupiah, namun untuk pembelian kapal, mesin dan belanja modal lainnya, Perseroan melakukan transaksi dengan nilai yang cukup besar dalam mata uang asing seperti Dolar Amerika Serikat, Dolar Singapura dan Euro Eropa. Fluktuasi terhadap mata uang asing tersebut akan mempengaruhi kinerja keuangan Perseroan.

VI.

KEJADIAN PENTING SETELAH TANGGAL LAPORAN AUDITOR

Dalam dokumen Prospectus (Halaman 57-60)

Dokumen terkait