BAB II JARINGAN KOMPUTER
2.6 Protokol IP Routing
Protokol IP routing hanya digunakan oleh router. Salah satu fungsi router
adalah menentukan jalur yang akan digunakan untuk melewatkan paket dari satu jaringan ke jaringan lain. Mekanisme pangambilan keputusan tentang jalur yang akan digunakan untuk mengirimkan paket dikelola oleh protokol routing. Routing
merupakan sebuah mekanisme yang digunakan untuk mengarahkan dan menentukan jalur yang akan dilewati paket dari satu device ke device yang berada di jaringan lain. Sedangkan proses perpindahan paket dari satu interface ke
interface lain dinamakan switching.
Router merekomendasikan tentang jalur yang digunakan untuk melewatkan paket berdasarkan informasi yang terdapat dalam tabel routing. Informasi yang terdapat dalam tabel routing dapat diperoleh melalui administrator (dilakukan secara manual) atau melalui router tetangga yang saling bertukar informasi.
Tabel routing umumnya berisi informasi tentang : Alamat network tujuan
Interfacerouter lokal yang terdekat dengan network tujuan.
Metric, merupakan sebuah nilai yang menunjukkan jarak untuk mencapai
network tujuan.
Proses pengisian dan pemeliharaan tabel routing dapat dilakukan dengan cara : Static Routing
Default Routing
Dinamic Routing 2.6.1 Static Routing
Static routing merupakan sebuah mekanisme pengisian tabel routing yang dilakukan oleh administrator secara manual pada tiap-tiap router. Static routing
memiliki beberapa keuntungan, yaitu :
- Meringankan kerja processor yang terdapat di router
- Tidak ada bandwidth yang digunakan untuk pertukaran informasi antar router. - Tingkat keamanan lebih tinggi dibanding dengan mekanisme lainnya.
Sedangkan kekurangan static routing yaitu :
- Administrator harus mengetahui informasi tiap-tiap router yang terhubung dengan jaringan.
- Jika terdapat penambahan atau perubahan topologi jaringan, administrator
harus mengubah isi tabel routing.
- Tidak cocok untuk jaringan router yang besar.
2.6.2 Default Routing
Default routing digunakan agar ketika router menerima paket yang alamat tujuannya tidak dikenal, paket tersebut akan disalurkan ke interface yang dipilih berdasarkan informasi default routing. Default routing juga digunakan jika alamat
2.6.3 Dynamic Routing
Pengisian dan pemeliharaan tabel routing tidak dilakukan secara manual oleh administrator. Router akan bertukar informasi routing agar dapat mengetahui alamat tujuan dan memelihara tabel routing. Pemilihan jalur dilakukan berdasarkan pada jarak terpendek antara device pengirim dengan device tujuan.
Untuk mereprentasikan jarak, dynamic routing menggunakan nilai metric. Parameter yang digunakan untuk menghasilkan nilai metric, yaitu :
Hop count, berdasarkan pada banyaknya router yang dilewati.
Ticks, berdasarkan waktu yang diperlukan dengan satuan waktu ticks.
Cost, berdasarkan pada perbandingan nilai standard dengan bandwidth yang tersedia.
Composite metric, berdasarkan nilai perhitungan dari parameter bandwidth,
delay, load, reliability, MTU (Maximum Transmit Unit)
Dari lima parameter tersebut hanya dua parameter yang umum digunakan yaitu
bandwidth dan delay. Penggunaan dari parameter tersebut tergantung pada jenis
routing protocol yang digunakan oleh router dalam memelihara dan membentuk tabel routing. Ada tiga konsep yang digunakan dalam protocol routing, diantaranya Distance Vector, Link State, Hybrid, dan Path Vector.
a. Konsep Distance Vector
Routing Distance Vector menggunakan algoritma Bellman-Ford, dimana tiap router pada jaringan memiliki informasi jalur yang terpendek untuk menghubungi segmen berikutnya. Kemudian antar router akan saling mengirimkan informasi tersebut, dan akhirnya jalur yang lebih pendek akan lebih sering dipilih untuk menjadi jalur menuju ke host tujuan.
Berikut proses pembentukan tabel pada protokol routing yang menggunakan konsep distance vector :
1. Pertama tabel routing yang dimiliki oleh masing-masing router akan berisi informasi alamat jaringan yang terhubung langsung dengan router tersebut. 2. Secara periodik masing-masing router akan saling bertukar informasi sehingga
Jika terjadi perubahan topologi pada jaringan router, router akan segera
meng-update informasi routing. Proses update informasi routing di setiap router
dilakukan secara bertahap, sehingga router yang lokasinya jauh akan lebih lama menerima informasi perubahan jaringan. Hal ini mengakibatkan terjadinya masalah routingloop, yang dapat menghabiskan bandwidth dan menambah beban
router. Protokol yang menggunakan konsep distance vector yaitu : RIP (Routing Information Protocol) dan IGRP (Interior Gateway Routing Protocol).
b. Konsep Link State
Protokol routing yang menggunakan konsep link state akan membentuk tabel routing menurut pandangan atau perhitungan routing masing-masing, tidak bergantung pada router tetangga. Tabel routing yang dibentuk dengan menggunakan konsep linkstate melalui tahapan sebagai berikut :
1. Pada awalnya setiap router akan saling mengirimkan dan melewatkan paket
link state.
2. Paket link state yang diterima dari router lain dikumpulkan dalam sebuah
database topologi.
3. Berdasarkan informasi yang terkumpul di dalam database, router melakukan perhitungan dengan menggunakan algoritma short path first (SPF).
4. Algoritma SPF menghasilkan short path first tree. 5. Akhirnya SPF Tree membentuk daftar isi tabel routing.
Protokol yang menggunakan konsep link state yaitu OSPF (Open Short Path First)
c. Konsep Hybrid
Konsep hybrid merupakan gabungan antara konsep distance vector dengan konsep link state. Konsep ini mengambil keuntungan dari kedua konsep sebelumnya. Proses pemilihan jalurnya menggunakan mekanisme distance vector
sedangkan proses update data menggunakan mekanisme link state karena memiliki kemampuan convergenced dengan cepat. Protokol yang menggunakan konsep hybrid yaitu EIGRP (Enhanced Interior Gateway Routing Protocol).
d. Konsep Path Vector
Path Vector hampir mirip dengan distance vector. Pada Path Vector
diasumsikan tidak ada node di setiap autonomous system. Sebagai gantinya ada
node khusus yang disebut speaker node. Speaker node menghasilkan sebuah tabel
routing dan menyebarkannya kepada speaker node tetangga yang ada di
autonomous system tetangga. Idenya mirip dengan distance vector, dimana
speaker node menyebarkan path bukan metric.
Algoritma path vector mirip dengan distance vector. Namun informasi yang disebarkan bukanlah tujuan (vector) dan jarak (distance). Yang disebarkan adalah alamat tujuan dan deskripsi path untuk mencapai tujuannya. Algoritma yang digunakan Bellman – Ford untuk menghitung dan mencegah masalah “Count to Infinity” (perhitungan tanpa henti). Contoh protokol yang menggunakan konsep ini adalah EGP dan BGP (Border Gateway Protocol).