CM (Command)
Jenis Perintah/data yang dikirim dalam paket
dd (Data)
Isi paket protocol Delta Subsystem
CS (Checksum)
Checksum dari paket protocol Delta Subsystem. Penjumlahan dari semua paket data termasuk checksum adalah nol.
INISIALISASI SST-10
Sebelum komunikasi data pada SST-10 terjadi, terlebih dahulu ada 15 byte register yang harus diatur sebagai berikut
Byte Deskripsi Byte 0 Byte Cadangan 0
Byte 1 Panjang Data Byte 2 - 10 Byte Cadangan 1 - 9 Byte 11 Alamat/No urut SST-10 Byte 12 Control Word 1 Byte 13 Control Word 2 Byte 14 Control Word 3 Byte 15 Control Word 4 Byte 16 Control Word 5 Byte 17-21 5 byte address word Byte Cadangan 0
Selalu 8
Panjang Data
Panjang data yang dikirimkan dalam Paket RF SST-10 dalam satuan bit. Pada kondisi standard/reset selalu 24 bit atau 3 byte
Byte Cadangan 1 – 9
Selalu 0
Alamat/No urut SST-10
No urut SST-10 menunjukkan nomor urut unit ini dan digunakan sebagai alamat untuk komunikasi antar SST-10. Pada kondisi standard/reset selalu 01
Control Word 1
Bit 7 Bit 6 Bit 5 Bit 4 Bit 3 Bit 2 Bit 1 Bit 0
L5 L4 L3 L2 L1 L0 LC CREN
L5 – L0 = Panjang Alamat SST-10 dalam satuan bit. Pada kondisi standard/reset selalu 10h atau 16 bit
LC = Length CRC (0 = 8 bit, 1 = 16 bit). Pada kondisi standard/reset selalu 16 bit
BENTUK DASAR PROTOKOL DELTA SUB SYSTEM
Komunikasi data dengan menggunakan Protokol Delta Sub System secara garis besar terdiri dari dua paket data yaitu paket data yang dikirim dan ACK yang merupakan jawaban dari paket kiriman tersebut. ACK berfungsi untuk menjelaskan status paket data yang dikirimkan apakah diterima dengan baik atau tidak.
Paket data yang dikirim
ACK (Tanggapan)
Gambar 1
Komunikasi Paket Protokol Delta Sub System
SH DI DA SI SA LD CM …………. dd CS SH (Start Header)
Indikasi awal dari paket data protocol Delta Subsystem selalu bernilai 1Eh
DI (Destination ID)
Identitas dari system yang menjadi tujuan dari paket protocol Delta Subsystem. Identitas ini mengindikasikan jenis dari system tujuan. SST-10 mempunyai ID 10 (desimal) atau 0Ah
DA (Destination Address)
Alamat dari system yang menjadi tujuan dari paket protocol Delta Subsystem. Pengalamatan ini digunakan untuk membedakan beberapa sub system sejenis dalam satu jalur komunikasi.
SI (Source ID)
Identitas dari system yang menjadi sumber dari paket protocol Delta Subsystem. Identitas ini mengindikasikan jenis dari system sumber. PC mempunyai ID 0h sedangkan sub system yang lain dapat dilihat pada bagian manual masing-masing sub system
SA (Source Address)
Alamat dari system yang menjadi sumber dari paket protocol Delta Subsystem. Pengalamatan ini digunakan untuk membedakan beberapa sub system sejenis yang merupakan sumber paket data dalam satu jalur komunikasi.
LD (Length Data)
Panjang data dari isi paket protocol Delta Subsystem dan tidak termasuk checksum
DELTA ELECTRONIC
www.delta-electronic.com
Control Word 2
Bit 7 Bit 6 Bit 5 Bit 4 Bit 3 Bit 2 Bit 1 Bit 0
0 0 RATE 0 1 1 DB1 DB0
Bit 7 dan 6 = selalu 0
RATE = kecepatan transmisi data pada bagian RF. ( 0 = 250 kbps, 1 = 1Mbps). Pada kondisi
standard/reset selalu 1 Mbps Bit 3 dan 2 = selalu 1
DB1 dan DB0 = Bit pengatur penguatan pemancar
DB1 DB0 Keterangan 0 0 -20 dB 0 1 -10 dB 1 0 -5 dB
1 1 0 dB
Pada kondisi standard/reset selalu –20 dB
Control Word 3
Bit 7 Bit 6 Bit 5 Bit 4 Bit 3 Bit 2 Bit 1 Bit 0 CH6 CH5 CH4 CH3 CH2 CH1 CH0 1
CH6 – CH0 = Bit Pengatur frekwensi. Frekwensi = 2400 MHz + CH x 10MHz Pada kondisi standard/reset selalu 2400MHz
Control Word 4
Bit 7 Bit 6 Bit 5 Bit 4 Bit 3 Bit 2 Bit 1 Bit 0 MP RB6 RB5 RB4 RB3 RB2 RB1 RB0
MP = Mode Packet (0 = pengiriman per paket, 1 = pengiriman per byte). Mode pengiriman per byte adalah mode di mana data yang dikirimkan hanya satu byte saja dan sifatnya bebas tidak terikat bentuk protokol tertentu. Semua data yang masuk melalui Port RS232 ataupun USB akan langsung dikirim. Namun sebelum proses pengiriman per byte dapat dilakukan, terlebih dahulu dilakukan inisialisasi alamat penerima. Hal ini akan dijelaskan lebih lanjut pada bagian Inisialisasi Alamat Penerima. Pada kondisi standard atau reset bit ini selalu 1 yaitu mode pengiriman per paket
RB6 – RB0 = (Repeat Bit) bit pengatur jumlah pengulangan data yang dikirimkan. Maksimum 7Fh atau 127 kali. Pada mode pengiriman data melalui RF, proses pengiriman dilakukan berulang-ulang hingga penerima mengirimkan ACK sebagai balasan. Pada kondisi standard/reset bit ini selalu 40h atau 64 kali
Control Word 5
Register ini berisi variabel delay dalam satuan 2,17 uS di mana nilai maksimumnya adalah 00 atau 256 x 2,17uS dn nilai minimum adalah 01 x 2,17uS. Pada kondisi standard/reset, byte ini selalu 00 atau 256
Address Word (Byte 17 – 21)
Merupakan alamat/no urut SST-10 tujuan sebesar 5 byte. Alamat ini hanya digunakan pada mode pengiriman per byte sebagai tujuan pengiriman data. Pada mode pengiriman data per paket, byte ini bersifat X atau don’t care. Pada kondisi standard/reset semua byte ini berkondisi 00.
Untuk lebih detail mengenai pengalamatan dapat dipelajari di bagian Pengalamatan SST-10.
SH DI DA LD CM Data Inisialisasi CS 01 Byte 0 ……… Byte 21 Bentuk Dasar Protokol Inisialisasi SST-10 Contoh
Untuk inisialisasi SST-10 pada panjang data 3 byte, alamat SST-10 02, panjang alamat 8 bit, panjang CRC 16 bit, CRC Enable aktif, kecepatan 1 Mbps, penguatan –20dB, Frekwensi 2400MHz, mode pengiriman per paket, pengulangan 64 x di mana proses dilakukan melalui PC dengan nomor urut 01 dan delay pengiriman sebesar 80h atau 128 x 2,1uS maka data yang dikirimkan adalah sbb:
1E 0A 01 00 01 17 08 18 00 00 00 00 00 00 00 00 00 02 23 EC 01 40 80 00 00 00 00 00 00 CD
PENGIRIMAN PAKET DATA
Mode pengiriman data per paket lebih sesuai digunakan pada aplikasi yang lebih mengutamakan validitas data dibandingkan dengan kecepatan. Pada mode ini satu paket data harus dapat dipastikan terkirim seluruhnya atau gagal pada bagian unit penerima. Proses pengiriman satu paket data akan diulang berkali-kali hingga bagian penerima memberikan balasan bahwa paket telah diterima atau pengulangan sudah dilakukan sebanyak Jumlah Pengulangan yang diatur pada bit 6 hingga bit 0 pada Control Word 4.
Siapkan paket data dan alamat tujuan
Kirim paket data Pindah ke Mode TX Ada balasan? Sudah dilakukan sebanyak jumlah pengulangan? Tidak Tidak Kirim informasi OK ke source Kirim informasi Time Out ke source Pindah ke Mode RX
DELTA ELECTRONIC
www.delta-electronic.com
A4 A3 A2 A1 A0 HF AS4 AS3 AS2 AS1 AS0
RID RNM D0 ……… Dlength-3
Bentuk Protokol RF SST-10
A4 – A0 = 5 byte alamat receiver bila data dikirimkan ke DX-24
A4 – A1 selalu 0 apabila data dikirimkan ke SST-10 yang lain dan A0 adalah nomor urut SST-10 tersebut.
HF = Header RF = 1Eh
AS4 – AS0 = 5 byte Address Sender yang menunjukkan alamat/no urut SST-10 pengirim. RID = Receiver ID, merupakan byte identifikasi unit receiver. Apabila unit receiver adalah PC, maka nilai byte ini adalah 00. Apabila unit receiver adalah sub system-sub system yang lain, maka byte ini RNM = Receiver Number, merupakan byte yang menyimpan nomor urut sub system atau PC yang dituju.
D0 = Awal data yang dikirimkan
Dlength – 3 = Data urutan ke length-3. Pada kondisi standard/reset, length adalah 3. Oleh karena itu untuk panjang data 3 byte, hanya ada D0 saja pada bagian akhir dari paket RF SST-10.
Panjang maksimum data yang dikirimkan adalah 16 byte.
Contoh:
Apabila unit receiver adalah PC nomor urut kedua, panjang data yang dikirim (length) = 4, data yang dikirimkan adalah 05 dan 01 serta SST-10 yang menerima memiliki nomor urut 03 dan SST-10 pengirim memiliki nomor urut 02 maka RF SST-10 adalah sebagai berikut:
00 00 00 00 03 1E 00 00 00 00 02 00 02 05 01 Apabila unit transmitter adalah PC nomor urut pertama maka Bentuk Paket Data Delta Sub System yang dikirim selengkapnya adalah sebagai berikut. 1E 0A 01 00 01 10 02 00 00 00 00 03 1E 00 00 00 00 02 00 02 05 01 99
PAKET PENGIRIMAN PER BYTE
Pada paket pengiriman data per byte maka proses komunikasi data tidak terikat dalam bentuk protokol. Setiap data yang dikirim ke bagian RS232 atau Port USB SST-10 akan langsung dikirimkan ke SST-10 penerima apa adanya.
Pada proses pengiriman seperti ini, alamat/no urut SST-10 tujuan tentu saja tidak diketahui, oleh karena itu terlebih dahulu dilakukan pengaturan register alamat tujuan sebelum proses pengiriman dilakukan dan setelah proses inisialisasi mode per byte. Untuk inisialisasi mode per byte bisa dilihat di bagian INISIALISASI SST-10 di atas.
Proses pengiriman data per byte ini lebih mengutamakan kecepatan pengiriman data dibandingkan validitas data oleh karena itu sistem ini lebih sesuai digunakan untuk aplikasi pengiriman data remote control atau wireless display di mana sedikit loss data tidak berakibat fatal bagi kinerja sistem dan kecepatan transmisi lebih diutamakan.
LANGKAH2 PENGIRIMAN DATA PER BYTE
- Inisialisasi mode pengiriman per byte dan tentukan alamat tujuan
- Kirimkan data melalui Port RS232/USB
Contoh:
Apabila diinginkan mengirimkan data per byte dengan kriteria sebagai berikut.
No urut SST-10 pengirim = 01 No urut PC pengirim = 01 No urut SST-10 penerima = 03 Panjang Alamat = 16 bit CRC 16 bit aktif Kecepatan = 1 Mbps Penguatan = -20dB
Mode pengiriman = per byte Pengulangan = 64x
Delay = 256 x 2,17 uS
Maka inisialisasi yang harus dilakukan adalah sebagai berikut.
1E 0A 01 00 01 17 01 08 08 00 00 00 00 00 00 00 00 00 01 43 EC 03 00 00 00 00 00 00 03 78 Byte 0: 1Eh adalah SH (Start Header) atau awal paket data
Byte 1: 0A adalah DI (Destination ID) yaitu SST-10
Byte 2: 01 adalah DA (Destination Address) atau nomor urut SST-10 pengirim
Byte 3: 00 adalah SI (Source ID) atau PC sebagai pengirim.
Byte 4: 01 adalah SA (Source Address) atau no urut PC pengirim.
Byte 5: 17h atau 23 desimal adalah panjang data terhitung hingga sebelum check sum
Byte 6: 01 adalah jenis perintah inisialisasi Byte 7: selalu 8
Byte 8: Panjang data dalam satuan bit. Untuk pengiriman data mode per byte yang hanya membutuhkan data 1 byte saja maka byte ini harus diisi nilai 8
Byte 9 – 17: selalu 0
Byte 18: 01 adalah nomor urut SST-10 pengirim (selalu sama dengan byte 2)
Byte 19: 43h adalah Control Word 1 yang mengatur panjang alamat dan CRC
Byte 20: ECh adalah Control Word 2 yang mengatur kecepatan transmisi RF dan penguatan
DELTA ELECTRONIC
www.delta-electronic.com
Byte 21: 15 adalah bit pengatur Kanal Frekwensi yang digunakan. Untuk bit 7 hingga bit 1, setiap penambahan 1 bit adalah penambahan 10 MHz.
Contoh: 0000 0011, bit 7 hingga bit 1 pada register ini adalah 0000001 atau 1. Maka frekwensi adalah 2400 + 1 x 10 MHz atau 2410 MHz
Byte 21: 00 adalah Control Word 3 yang mengatur mode pengiriman data per paket/per byte dan jumlah pengulangan dalam pengiriman data
Byte 22: 00 adalah Control Word 4 yang mengatur jumlah pengulangan dalam pengiriman data
Byte 23 – 26 : 00 selalu 0 untuk pengiriman data ke SST-10 yang hanya mempunyai pengalamatan hingga 8 bit. Merupakan pengalamatan 40 bit untuk pengiriman data ke DX-24 sebagai tujuan.
Byte 27: 03, merupakan nomor urut SST-10 tujuan. Menjadi bit ke 0-7 dalam pengalamatan 40 bit apabila DX-24 merupakan tujuan pengiriman data.
Byte 28: 78h adalah check sum dari keseluruhan paket
Setelah proses inisialisasi selesai, maka semua pengiriman data melalui Port RS232/USB dari SST-10 akan dikirim apa adanya ke SST-10 penerima dan dikeluarkan di Port RS232/USBnya. Pada mode ini, pengguna hanya dapat mengganti mode/proses inisialisasi setelah SST-10 direset dengan mematikan power atau mencabut dari Port USB.
PAKET DATA YANG DITERIMA
Pada saat paket data RF SST-10 diterima oleh SST-10 di bagian penerima, maka bagian RID dan RNM menjadi DI dan DA dari Paket Data Delta Sub System yang diteruskan pada Port RS232 dari SST-10 tersebut.
Contoh:
Untuk paket data seperti yang ada pada contoh di bagian paket pengiriman data di atas maka data yang dikirimkan ke RS232 oleh SST-10 adalah sebagai berikut
1E 00 02 0A 03 03 02 05 01 C8 di mana 05 dan 01 adalah 2 byte data yang dikirimkan dan diteruskan ke PC kedua melalui SST-10 ketiga.
SISTEM PENGALAMATAN SST-10
Pada kondisi standard atau reset, SST-10 memiliki alamat atau nomor urut 01. Namun alamat ini dapat diubah pada proses inisialisasi seperti yang dijelaskan pada bagian Insialisasi 10. Selain pengalamatan nomor urut SST-10 itu sendiri, pada proses inisialisasi juga dilakukan pengalamatan untuk nomor urut SST-10 atau alamat DX-24 tujuan (bila penerimanya adalah DX-24)
Pada kondisi standard atau reset, 5 byte alamat tujuan ini akan berada pada nilai 0.
Penulisan nilai alamat pada proses inisialisasi ini hanya digunakan untuk mode pengiriman per byte.
Pada mode pengiriman per paket proses ini dapat diabaikan karena pada setiap pengiriman data per paket selalu diawali dengan nilai alamat tujuan dalam paket pengiriman datanya. (Lihat Bagian Paket Pengiriman Paket Data)
STRUKTUR DATA PAKET ACK
ACK adalah paket data yang menginformasikan status data yang dikirim. Apabila data yang dikirim telah diterima dengan baik, maka status ACK adalah OK dan bila data yang dikirim tidak diterima maka status ACK adalah Error.
ACK hanya digunakan pada pengiriman data per paket. Pada mode ini, pengiriman data akan dilakukan berulang-ulang sebanyak CWORD 4 bit 6 – bit 0. Namun apabila unit penerima telah memberikan informasi bahwa data telah diterima, maka proses pengiriman akan dihentikan dan status OK pada ACK akan dikirimkan ke Port RS232/USB SST-10 pengirim. Apabila pengiriman sejumlah variabel CWORD4 telah dilakukan namun unit penerima tidak membalas, maka pengiriman gagal dan status ERROR pada ACK dikirimkan ke Port RS232/USB SST-10 pengirim.
SH DI DA SI SA LD 06 CM ACK CS
SH : Start Header selalu 1E
DI : Destination ID, 00 untuk PC untuk subsystem lain dapat dilihat di protokol setiap sub system
DA: Destination Address, no urut PC atau sub system yang menerima ACK
SI: Source ID selalu 0Ah
SA: Source Address, no urut SST-10 yang mengirim ACK
LD: Length Data, selalu 02 06: Selalu 06
CM: Command/Jenis Perintah yang dikirim pada paket sebelumnya
ACK: Status ACK, 4Fh atau ‘O’ bila OK, 4Eh atau ‘E’ bila error
CS : Checksum
Fungsi ACK ini adalah agar sistem pengirim paket baik PC, mikrokontroler ataupun sub system lain mengetahui status paket data yang dikirimkan OK atau Error. ACK disertai dengan Jenis Perintah Paket Data sebelumnya sehingga PC atau mikrokontroler tersebut dapat mengetahui jenis perintah apa yang OK ataupun Error.