! "
"#
$
"
% %
"
&
'
&
()*++,(+-.
/
.
.
0
/
.
3
.
'
!"#$$%!$&
.
.
.
/
.
!
#
$
$
$
%
$
$
$
&'()"*
+
,
&#-. %
,
$
$
$
/-# 0
$
$
/-#
$
$
12 22
!% .
1 !%
3
,
,
'
$
,
,
&'()"*
'
,
,
,
&
#
-
&#-.
&
,
,
'
$
$
,
,
/-# '
,
/-#
4
% $
$
!
5
#
$
$
'
6
7
"
'
+
"
#
8
9
:
3
;
0
"< "" !"'
&
"- "
#
7
'
+
"
#
8
!
3
!
%
6
<
'
6
+
"
#
8
3
! =
0
" '
'
3
>
!
3
'$
33
*
1
/
5
4
?
#
%
(
'
$
9 "
'6@2 . 0
'6@2 . #
&
. "
'6@2>. %
'6@2>.
%
)
"
<
$
2 /
9
"
!
8
,
'
$
'
6
5
%
,
&
,
8
)
22(
4
0&/& &5 <+#+/
0&/& &5 %6:"6'+<+&5 %6 !3 !35;
0&/& &5 %65;6"&0&5
%6:58&'&&5
6&"/3&5
&:8&
'
#&5 %6:"6 !&0&5
35'3"&:3
&!"':&-'
&'& %65;&5'&:
#&7'&: 3"3
4
!&! 3 %65#&0+/+&5
<
/
!
' $
#
,
%
>
!
*
1
"
%
!&! 33 #&"&: '6 :3
4
/#:.
)
/6#.
)
> %
'
!
"# $
.
2
* %
'
%
$
.
1 %
'
&
.
? '
%
:
'
(
.
( %
&
#
&#-.
>
) %
.
(
2
&'()"*
)
"
>
'
"
"
?
)
* +
+
/-#.
(
>
,
+
+
2
*
'
""' 2 +"!A
:7
!&! 333 %6:&5-&5;&5 :&5; &3&5
:
"
:
'
%
:
>
:
%
*
>
'
: ,
%
'
(
*
%
&
#
)
1
,
&'()"*
>
4
?
:
!
&#-
>>
?
:
<
#
<
>*
?
#
>1
(
%
.
>?
)
'
"
"
>(
!&! 3B 0&"3/ #&5 %6 !&0&"&5
>
-
$ :
*
>
%
:
%
*
>
%
'
7
*>
> >
%
&#-
*1
> *
%
,
#
-.
&'()"*
*(
> *
%
%
*(
> *
%
%
*(
> *
%
%
*)
> 1
%
%
*)
> ?
%
!
"
1
> (
%
%
#
#
$
1
4
!&! B
6"3 %+/&5 #&5
"&:&5
1?
#&7'&: %+"'& &
4
'
#
<
5
(
'
7
%
/-# 4 1
)
'
%
'
%
1
>
'
%
'
:
%
?
*
'
>
%
:
%
*
1
'
>
#
0
%
'
7
:
* 0C
**
?
'
>
%
/
&#-
*?
(
'
> > #
&
#
#
*?
)
'
> * %
%
*(
4
;
&
$
?
;
; ,
"
<
(
;
"
-
!
7
/#:
)
>
;
> "
:
/#:
)
*
;
* "
-
!
7
/6#
2
1
;
1 :
/6#
2
?
;
?
,
%
!
"# $
(
;
(
,
%
)
;
)
,
%
'
2 ;
2
3
7
%
:
;
:
&
'
!
;
'
%
:
'
"
;
#
%
&
#
?
* ;
*
!
"# $
!
%
,
)
1 ;
1
3
!
%
,
)
? ;
?
,
%
&'()"*
2
( ;
( :
%
"
#
) ;
)
,
'
:
>
2 ;
2 "
!
:
"- 5
1
;
,
'
"
?
4
;
"
%
/-# 4 1
)
> ;
> %
$ %
2
* ;
*
'
""' 2 +"!A
:7
1 ;
#
%
#
$
#
-? ;
:
"
#
<
#
-( ;
'
%
:
*
) ;
> :
%
5
3
%
*
?
2 ;
* :
$
*
(
;
1
,
'
: ,
)
;
?
,
&#- 2(2>
>2
;
)
,
&'()"*
>
> ;
2 #
&
%
>
* ;
#
%
&#-
>*
1 ;
#
%
<
#
<
>1
? ;
,
:
%
>?
( ;
>
0
$
>(
) ;
*
,
'
"
"
>)
>2 ;
>
&
%
#
<
-
*2
>
;
>
"
*
4
>
;
> > '
/-#
*
>> ;
> * ; ,
'
#
.
*>
>* ;
> 1 ; ,
7
7
/%7 * 0C
**
>1 ;
> ? !
"
%
"
7
*1
>? ;
> ( !
"
7
/%7 * 0C
*1
>( ;
> ) %
''/ 222 222
*)
>) ;
> 2 %
2
12
*2 ;
> 2 %
2
12
*
;
> 2 % 2
2
1
*
;
> 2 %
2
1
* ;
>
%
,
$
1
*> ;
>
%
,
$
1
** ;
>
%
,
$
1
*1 ;
> > ; ,
$
,
$
1>
!
"
# $
%
&
!
'
&
(
)!
(*
)!
!
+
!
!
"
#
$
%
&'"
!
&"(
!
*
*
"
!
+
,
!
&-" $./
"
0
#
$
)
0
%
*
%
+
1
1
0
)
%
#
+
,, " ) ( '4(,
5
"
"
)
67)8$
&"(
!
,,, ( 2- 29 2 %'2'&, , 2
!
,: %'29
2 " 2 %'
) 2
: %'23 3%
0
0
! "
!
#$$
%$$$
&#'!
(
!
!
! )
! *
! )
+
!
%
! )
%
6
dan
bekerja secara bersamaan, menyebabkan kontraksi dan
relaksasi untuk memompa darah keluar dari jantung. Darah yang keluar dari bilik
akan melewati sebuah katup. Terdapat 4 buah katup di dalam jantung. Yaitu
,
,
, dan
(sering juga disebut dengan
).
Bagian kanan dan kiri jantung bekerja secara bersamaan membuat suatu
pola yang bersambung secara terus menerus yang membuat darah akan terus
mengalir menuju jantung paru!paru dan bagian tubuh lainnya.
Bagian kanan :
•
Darah memasuki jantung melalui 2 bagian pembuluh vena
dan
yang membawa oksigen kosong dari tubuh menuju ke bagian
kanan
.
•
Ketika
berkontraksi, darah mengalir dari bagian kanan atrium
menuju bagian kanan
melalui katup
.
•
Ketika
penuh, maka katup
akan menutup untuk
mencegah darah mengalir kembali ke bagian atria ketika
berkontraksi.
•
Ketika
berkontraksi, darah akan mengalir keluar melalui katup
menuju arteri dan paru!paru yang mana pada bagian ini darah
akan mendapatkan oksigen.
7
•
Bagian
akan
mengosongkan
darah
yang
telah
mengandung oksigen dari paru!paru menuju ke bagian kiri
•
Ketika
berkontraksi, darah akan mengalir menuju bagian
sebelah kiri melalui katup
.
•
Ketika
penuh maka katup
akan tertutup untuk mencegah
darah menggalir kembali ke
ketika
berkontraksi.
•
Ketika
berkontraksi maka darah akan meninggalkan jantung
melalui katup
menuju ke seluruh tubuh
Secara jelas bagian!bagian jantung ditunjukan dalam gambar 2.1 tentang anatomi
jantung dan gambar 2.2 menunjukan grafik sinyal jantung pada
(ECG) [9].
8
Gambar 2.2 Grafik sinyal jantung
Jumlah detak jantung rata!rata (
) adalah istilah dari banyaknya
detak yang dihasilkan oleh jantung dalam setiap menit. Ketika dalam kondisi
istirahat jumlah detak jantung manusia dewasa adalah 70 detak setiap menit untuk
laki!laki dan 75 detak untuk perempuan, tetapi jumlah detak jantung ini bervariasi
antara satu orang dengan orang yang lain. Untuk menghitung detak jantung
maksimum manusia dapat ditunjukan dalam persamaan 2.1 [10].
)
var
(
220
−
=
... (2.1)
Tabel 2.1 Detak Jantung Manusia Normal
0!5 Bulan
120!160
6!12 Bulan
90!140
1!3 Tahun
80!140
3!5 Tahun
80!130
6!10 Tahun
70!110
11!14 Tahun
60!105
9
(LDR) adalah suatu resistor yang nilai resistansi
dapat berubah!ubah sesuai dengan perubahan intensitas cahaya [12].
Gambar 2.3 Simbol dan contoh bentuk fisik LDR
Kurva karateristik respon dari LDR dengan berbagai macam bahan ditunjukkan
oleh gambar 2.4 [13].
Gambar 2.4 Spektrum respon LDR
adalah salah satu jenis dioda yang dapat memancarkan
cahaya. LED memiliki spektrum cahaya yang berbeda!beda tergantung dari bahan
10
Gambar 2.5 Simbol dan contoh bentuk fisik LED
Jika LED diberi tegangan maju LED akan ON seperti pada gambar 2.6 serta akan
mengeluarkan cahaya.
Gambar 2.6 Rangkaian LED
Untuk mencari nilai R pada rangkaian LED digunakan persamaan berikut:
−
=
...
(2.2)
!
"
#
Rangkaian penguat
merupakan rangkaian penguat dengan OP!
Amp dengan konfigurasi seperti pada Gambar 2.7 [3]. Tegangan keluaran penguat
!
ditunjukan pada persamaan 2.3.
!
×
+
1
)
(
=
11
Gambar 2.7 Konfigurasi penguat
$
"
!
Rangkaian pembagi tegangan merupakan rangkaian yang terdiri dari resistor
yang dikonfigurasikan seperti pada gambar 2.8 [3].
Gambar 2.8 Konfigurasi Pembagi Tegangan
Besar tegangan keluaranV
outditentukan dengan persamaan 2.4 berikut :
×
+
R
=
V
2 1
2
out
...
(2.4)
%
!
"
tegangan berfungsi untuk mempertahankan tegangan
agar
tidak terbebani oleh beban. Tegangan keluaran yang dihasilkan rangkaian
tegangan persis sama dengan tegangan masukan. Konfigurasi
tegangan
12
Gambar 2.9 Konfigurasi Pengikut Tegangan
&
!
'
(
)
Tapis pelewat rendah adalah suatu tapis frekuensi yang melewatkan
frekuensi!frekuensi
rendah
dan
menahan
frekuensi!frekuensi
tinggi
[4].
Karakteristik ideal filter pelewat rendah ditunjukkan oleh gambar 2.10.
Gambar 2.10 Karakteristik ideal filter pelewat rendah
Pada tapis pelewat rendah menggunakan tapis LC pasif, induktor (L) tidak
mudah dibuat sesuai dengan ukuran yang diinginkan. Dengan menggunakan op!
amp dapat dibuat suatu tapis aktif RC yang menghasilkan penurunan tanggapan
frekuensi yang tajam sama dengan yang dihasilkan oleh tapis pasif LC.
Rancangan–rancangan tapis ada beberapa macam seperti: Butterworth,
Chebychev, Bessel. Dalam perancangan yang akan digunakan adalah tapis dengan
13
Tapis Butterworth adalah yang terbaik dalam pendekatan antara pelemahan
dan respon fase. Tapis butterworth tidak mempunyai riak gelombang pada
tanggapan frekuensi
dan
karena itu tapis butterworth kadang!
kadang disebut sebagai tapis dengan tingkat datar yang maksimum seperti dalam
gambar 2.11 [3].
Gambar 2.11 Respon amplitudo tapis Butterworth
Ada dua jenis topogi tapis frekuensi, yaitu Sallen!key dan
#
(MFB). Dalam perancangan akan digunakan topologi tapis
$
!
%
#
.Topologi
$
!
%
#
dapat digambarkan seperti pada gambar 2.12
[8].
14
Berdasarkan table 2.2 dapat ditentukan besar nilai komponen untuk tapis pelewat
rendah dengan persamaan 2.5.
………….……….. (2.5)
……….. (2.6)
Frekuensi
ωc didefinisikan sebagai frekuensi dari masukan dimana |A
CL|
dikurangi menjadi 0.707 (!3dB) kali nilai frekuensi rendah. Untuk merancang
sebuah tapis pelewat rendah yang pertama kali adalah menentukan frekuensi
, bila ditentukan besar R
1=R
2=R, nilai resistansi R
fyaitu sebesar 2R.
Sehingga besar kapasitor C
1dan C
2dapat ditentukan dengan persamaan 2.7.
……….. (2.7)
………
(2.8)
*
"
+
,
Pengubah analog ke digital, berfungsi untuk mengubah tegangan analog
menjadi data digital. Data digital yang dihasilkan dinyatakan dalam kode biner
dengan menggunakan dua nilai tegangan yaitu 5 volt, yang dinyatakan dengan
lambang ‘1’ dan 0 volt dengan lambang ‘0’. Bilangan biner merupakan kombinasi
dari sederetan kode 1 dan 0. Diagram blok pengubah analog ke digital dengan
metode
%
&
(SAR) diperlihatkan seperti pada
15
.
Gambar 2.13 Diagram kotak Pengubah Analog ke Digital
Pada Gambar 2.13, bagian utama pengubah analog ke digital adalah SAR 8
bit. Tegangan Va
dari ADC dibandingkan dengan tegangan
Vin oleh
pembanding (
).
'
pembanding merupakan data
bagi
SAR, kemudian SAR mengatur
digital 8 bit sampai menghasilkan Va yang
sama dengan tegangan
.
8 bit pada akhir pengubahan akan
dipertahankan sebagai hasil data digital
. Ketelitian ADC tergantung pada
bit data digital yang diharapkan. ADC 8 bit dapat membangkitkan tegangan
dengan 255 tingkatan. Misalkan tegangan maksimal yang dapat dibangkitkan 2,55
volt. ADC dapat mencacah tegangan dari 0 volt sampai 2,55 volt, dengan
kenaikan 0,01 volt. Setiap kenaikan 0,01 volt keluaran ADC akan berubah 1 bit.
Nilai cacahan 0 sampai 225 akan dirubah menjadi digital dengan nilai 00H sampai
FFH. Waktu pengubahan pada ADC ditentukan dengan persamaan 2.9.
64
T
Tkonversi
=
#
………. (2.9)
Tkonversi = Waktu yang dibutuhkan untuk mengubah 1 data analog
16
T
#
= Periode
(
#
#
(
#
T
1
Frekuensi
=
………
(2.10)
Sesuai dengan rumusan pada data sheet 0804, frekuensi
#
dengan
konfigurasi
pada
seperti Gambar 2.14 adalah
C
x
R
x
1,1
1
=
#
………
(2.11)
Resolusi ADC dinyatakan dengan persamaan 2.12.
255
Vref(!)
!
)
Vref(
Resolusi
=
+
………
(2.12)
Resolusi = Ketelitian ADC
Vref(+) = Referensi tegangan atas
Vref(!)
= Referensi tegangan bawah
Sesuai dengan penggunaan
ADC 0804 dengan Vref/2 =2,5 volt,
maka
mv
19,6
Resolusi
255
0
!
5
Resolusi
=
=
Perubahan ADC tiap bit dinyatakan dengan persamaan 2.13.
ADC
Resolusi
konversi
Tegangan
Level
=
17
!"
!"
#
"
$%
#
"
& & & & & & & &
'(
$
%
'(!"
!") * ! +
, -./ /.
$
0 1
. . - .1
(
&.2. +%
Gambar 2.14 Konfigurasi
ADC 0804
Berikut fungsi masing!masing pin ADC 0804 pada Gambar 2.14
1. Pin 1.
(
%
(CS), sinyal untuk mengaktifkan ADC.
Jika pin CS rendah, maka ADC aktif.
2. Pin 2.
(RD), merupakan sinyal baca. Jika RD rendah,
maka ADC memulai membaca data analog.
3. Pin 3.
)
(WR), merupakan pin mulai konversi. Jika WR
rendah, mulai konversi.
4. Pin 4 (Clk In) dan 19 (Clk R), merupakan pin yang
berfungsi sebagai sumber clock.
5. Pin 5 (INTR), merupakan pin interupsi. Bila INTR bernilai
tinggi, menandakan ADC mulai konversi. Jika nilai rendah
berarti selesai konversi.
18
7. Pin 7 (Vin !), merupakan pin tegangan
analog negatif.
8. Pin 8 dan pin 10 (Agng dan Vdng), pin ini harus ditanahkan
karena Agnd merupakan acuan bagi
pada ADC dan
Vdgn sebagai acuan bagi
#
.
9. Pin 9 (Vref/2), merupakan pin untuk
tegangan yang
menentukan besarnya tegangan yang dibutuhkan untuk tiap
cacahan.
10. Pin 1!18 (D7!D0), merupakan pin untuk
digital.
11. Pin 20 (VCC), merupakan pin untuk catu tegangan sebesar
5 Volt.
-
"
)
Rangkaian komparator merupakan rangkaian pembanding antara terminal
maupun
. Bila
terminal
lebih tinggi
dari
terminal
, maka
saturasi positif. Sebaliknya, bila
lebih tinggi dari terminal
, maka
!nya saturasi
negatif [4]. Komparator
dengan bias positif ditunjukkan oleh
19
Gambar 2.15 Komparator
dengan bias positif
Dari gambar 2.15 terlihat bahwa saat Vi < Vref maka Vo = !Vsat, sedangkan saat
Vi > Vref maka Vo = Vsat. Comparator
dengan bias positif ditunjukkan
oleh gambar 2.16.
Gambar 2.16 Komparator
dengan bias positif
./
+!*-0$
Mikrokontroler AT89S52 merupakan mikrokontroler yang diproduksi oleh
ATMEL yang memiliki memori program internal yang disebut dengan PEROM
(
*
+
'
). Mikrokontroler
AT89S52 juga terdapat intruksi timer yang dapat diprogram sebagai PWM (
+
)
). Sebagai suatu sistem kontrol, dalam mikrokontroller AT89S52
sudah terdapat RAM dan ROM.. Mikrokontroler AT89S52 mempunyai 40 kaki,
32 kaki untuk keperluan input/output port, satu port I/O terdiri dari 8 kaki
sehingga totalnya terdapat 4 buah port I/O yang masing!masing dikenal sebagai
port 0, port 1, port 2 dan port 3 [6].
.
. .
20
Secara umum konfigurasi yang dimiliki mikrokontroler AT89S52 adalah :
•
Kompatibel dengan produk MCS!51.
•
8 bit CPU (
(
+
$
) dengan register A dan B.
•
16 bit PC (
+
(
) dan DPTR (
+
).
•
8 bit PSW (
+
%
)
).
•
8 bit SP (
%
# +
).
•
8 Kbyte PEROM (
+
'
).
•
256 x 8 bit
RAM.
•
32 pin Input/Output tersusun dari 4 port (masing!masing port 8 bit).
•
2 buah
,
-(
16 bit.
•
Register Control : TCON, TMOD, SCON, PCON, IP dan IE.
•
Rangkaian osilator dan
#
.
•
Data
,
-
(SBUF).
•
2 buah
#
dan 3 buah
.
21
Berikut fungsi masing!masing pin AT89S52 pada Gambar 2.17
1.
Pin 1 sampai 8, P1.0 sampai P1.7.
+
1 ini dapat berfungsi sebagai
I/O biasa dan dapat berfungsi sebagai
dengan memberi logika “1”.
Sebagai
,
ini dapat memberikan
#
keempat buah
TTL. Sedangkan sebagai fungsi yang lain, dalam hal ini untuk
%
+
. %+/
, maka
1 dapat berperan sebagai:
a. P1.5 atau MOSI, digunakan untuk
.
b. P1.6 atau MISO, digunakan untuk
0
c. P1.7 atau SCK, digunakan untuk
#
0
2.
Pin 9, RST, sebagai masukan
. Kondisi “1” selama 2
(
) pada saat osilator bekerja akan me!
mikrokontroler yang
bersangkutan.
3.
Pin 10 sampai 17, P3.0 sampai P3.7.
+
1
ini sebagai
I/O biasa
dan mempunyai sifat yang sama dengan
1 maupun
2.
sedangkan sebagai fungsi khusus,
ini mempunyai keterangan
sebagai berikut:
•
Pin 10, P3.0 atau RXD, sebagai
•
Pin 11, P3.1 atau TXD, sebagai
•
Pin 12, P3.2 atau INT0, sebagai
&
2
•
Pin 13, P3.3 atau INT1, sebagai
&
3
•
Pin 14, P3.4 atau T0, sebagai
&
2
22
•
Pin 16, P3.6 atau WR, sebagai
&
4
•
Pin 17, P3.7 atau RD, sebagai
&
4.
Pin 18, XTAL1, sebagai
5.
Pin 19, XTAL2, sebagai
6.
Pin 20, GND, sebagai
7.
Pin 21 sampai 28, P2.0 sampai P2.7 atau A8 sampai A15.
+
2 ini
berfungsi sebagai I/O biasa.
+
ini mempunyai
dan
berfungsi sebagai
dengan memberi logika “1”. Sebagai
,
ini dapat memberikan
#
ke empat buah
TTL.
8.
Pin 29, PSEN
.+
%
/
, merupakan sinyal baca untuk
memori program eksternal. PSEN akan aktif dua kali setiap
.
9.
Pin 30, PROG atau ALE (
), pin ini menghasilkan
pulsa!pulsa untuk mengunci
rendah
. 4
/
alamat selama
pengaksesan memori eksternal. Pin ini juga berfungsi sebagai masukan
pulsa program
.
/
. Pada operasi normal, ALE
akan mengeluarkan sinyal
#
sebesar 1/6 dari frekuensi kristal.
10. Pin 31, Vpp atau EA
. &
/
, EA harus selalu
dihubungkan ke
apabila
mikrokontroler akan mengeksekusi
program dari memori eksternal 0000h sampai FFFFh. Selain dari itu,
EA akan dihubungkan ke Vcc agar mikrokontroler mengakses program
23
11. Pin 32 sampai 39, P0.7 sampai P0.0 atau D7 sampai D0 dan A7 sampai
A0.
+
0 dapat berfungsi sebagai I/O biasa. Pada fungsi sebagai I/O
biasa
ini dapat memberikan
#
ke delapan buah TTL
atau dapat diubah sebagai
dengan memberikan logika “1”
pada
tersebut.
12. Pin 40, VCC, sebagai suplai tegangan.
Mikrokontroler ATMEL AT89S52 memiliki osilator yang tersedia pada
kemasan IC tersebut (
) sebagai sumber detak (
#
). Kaki pin 18 dan 19
merupakan kaki XTAL2 dan XTAL2 yang dihubungkan dengan kristal keramik
dan kapasitor yang selanjutnya terhubung dengan
0
Gambar 2.18
menunjukkan cara menghubungkan kristal sumber detak dengan Mikrokontroler
AT89S52. Besar kapasitor yang terhubung dengan sumber detak tergantung dari
jenis sumber detak yang dipasangkan. Bila sumber detak berupa kristal, maka
besar kapasitor yang terpasang adalah 30 pF ± 10 pF dan bila jenis keramik besar
kapasitor yang terpasang adalah 40 pF ± 10pF sesuai dengan yang dinyatakan
pada
0
24
Gambar 2.19 menunjukkan konfigurasi tombol reset. Reset akan aktif bila pin
RST diberikan logika
selama 2 Rs.
)
*
Gambar 2.19 Konfigurasi tombol reset
Bila tombol reset tidak ditekan, maka pin RST akan mendapat
logika
4
,
sehingga mikrokontroler akan bekerja normal. Resistor dan kapasitor digunakan
untuk memperoleh waktu pengosongan kapasitor. Waktu pengosongan kapasitor
dapat dihitung sebagai:
C
R
T
=
×
………...
(2.14)
.. ,
' 0
Ada dua macam cara pengiriman (transmisi) secara
yaitu komunikasi
sinkron dan komunikasi asinkron. Pada komunikasi sinkron sinyal detak dikirim
bersama!sama dengan data
. Dalam transmisi data
secara asinkron,
detak tidak dikirim bersama data
[6].
+
pada AT89S52 bersifat
&
penuh atau
&
, artinya
bisa menerima dan mengirim data pada waktu bersamaan.
+
memiliki penyangga penerima yaitu
(SBUF).
+
dapat
25
penerima, melalui register SBUF. SBUF selalu berhubungan dengan akumulator
dalam mengisi dan menerima data.
+
pada AT89S52 bisa digunakan dalam empat mode kerja. Dari
ke!empat mode tersebut, 1 mode diantaranya bekerja secara sinkron dan tiga
mode lain bekerja secara asinkron. Semua mode dapat diatur melalui register
kontrol
(SCON). Keempat mode kerja tersebut adalah :
Mode 0
Mode ini bekerja secara
#
, data
dikirim dan diterima
melalui kaki P3.0 (RxD), sedangkan kaki P3.1 (TxD) dipakai untuk
menyalurkan
detak
pendorong
data
yang
dibangkitkan
AT89S52. Data dikirim/diterima 8 bit sekaligus, dimulai dari bit yang
paling kecil atau LSB (bit 0), diakhiri dengan bit yang paling besar
atau MSB (bit 7). Kecepatan pengiriman data (
) adalah 1/12
frekuensi kristal yang digunakan.
Mode 1
Pada mode ini, data dikirim melalui kaki P3.1 (TxD) dan diterima
melalui kaki P3.0 (RxD) secara sinkron (begitu juga mode 2 dan 3).
Pada mode ini, data dikirim/diterima 10 bit sekaligus, diawali dengan
1 bit
, disusul 8 bit data yang dimulai dari bit yang paling kecil
(bit 0), diakhiri dengan 1 bit
. Pada AT89S52 yang berfungsi
sebagai penerima bit
adalah RB8 dalam register
%
(
(SCON). Kecepatan pengiriman data (
) bisa diatur sesuai
26
dikenal
sebagai
UART
atau
$
-,
0
Mode 2
Data dikirim 11 bit, diawali dengan 1 bit start, kemudian 8 bit data.
Bit ke!9 yang dapat diatur lebih lanjut dan diakhiri dengan 1 bit
.
Pada AT89S52 yang berfungsi sebagai pengirim bit 9 tersebut berasal
dari bit TB8 dalam register SCON. Pada AT89S52 yang berfungsi
sebagai penerima bit 9 ditampung pada bit RB8 dalam register SCON,
sedangkan bit
diabaikan dan tidak ditampung. Kecepatan
pengiriman data (
) bisa dipilih antara 1/32 atau 1/64
frekuensi kristal yang digunakan.
Mode 3
Mode ini sama dengan mode 2, hanya saja kecepatan pengiriman data
(
) bisa diatur sesuai keperluan, seperti halnya pada mode
asinkron (mode 1, mode 2, mode 3).
Register kontrol dan status untuk
berada dalam SCON seperti
diperlihatkan pada Gambar 2.20.
Gambar 2.20 Susunan bit dalam register SCON
Nilai
pada komunikasi
ditentukan oleh kristal yang digunakan,
karena berpengaruh pada jumlah limpahan
. Perhitungan
sesuai
27
1
Limpahan
Laju
32
2
SMOD×
=
……….… (2.15)
.
!
' '
0 "
0
Untuk dapat menggunakan transistor sebagai saklar, transistor harus
dikonfigurasi sedemikian rupa sehingga bekerja di daerah
0
Jika kemudian
tegangan V
CCdinaikkan perlahan!lahan, sampai tegangan VCE tertentu tiba!tiba
arus IC mulai konstan. Pada saat perubahan ini, daerah kerja transistor berada
pada daerah cut!off yaitu dari keadaan saturasi (OFF) lalu menjadi aktif (ON).
Perubahan ini dipakai pada system digital yang hanya mengenal angka biner 1 dan
0 yang tidak lain dapat direpresentasikan oleh status transistor OFF dan ON [11].
&
22
&
Gambar 2.21 Konfigurasi transistor sebagai saklar
(
=
β
=
... ( 2.16)
(
CE CC
!
V
V
=
……….. (2.17)
"
VBE
!
VB
28
.
!
!
1
LCD merupakan salah satu penampil pada peralatan elektronik modern saat
ini. Beberapa peralatan elektronik menggunakan penampil LCD yang dibuat
khusus sehingga dapat menampilkan tanda!tanda tertentu seperti yang dipakai
pada layar
. Tampilan tersebut harus dibuat khusus pada saat LCD
dibuat [17].
Pada LCD telah terdapat sebuah kontroler sehingga akan mempermudah
hubungan antarmuka antara LCD tersebut dengan mikrokontroler. Kontroler yang
ditanamkan kedalam LCD umumnya kompatibel (berbasis kontroler Hitachi
HD44780U) walaupun berbeda pabrik pembuat LCD tersebut.
Kontroler HD44780 memerlukan 3 jalur kontrol dan 4 atau 8 jalur untuk
data. Dengan menggunakan jalur data 8 bit, maka diperlukan 11 jalur I/O.
Sedangkan jika menggunakan komunikasi 4 bit, maka pemrograman sedikit lebih
rumit tetapi jalur I/O yang diperlukan turun menjadi 7 jalur. Digram dari LCD
2X16 karakter ditunjukkan oleh gambar 2.22.
29
Gambar 2.23 Susunan Pin LCD 2X16 Karakter
Tabel 2.2 Fungsi Pin LCD 2X16 Karakter
0
"
2
'
1
Vss
!
2
Vcc
Vcc +5V
3
V
EEPengatur Kontras
4
RS
%
5
R/W
-)
6
E
7
DB0
Data Bit 0
8
DB1
Data Bit 1
9
DB2
Data Bit 2
10
DB3
Data Bit 3
11
DB4
Data Bit 4
12
DB5
Data Bit 5
13
DB6
Data Bit 6
14
DB7
Data Bit 7
15
BPL
Back Plane Light
16
GND
!
Display karakter pada LCD diatur oleh pin EN, RS dan RW,
Jalur EN dinamakan Enable. Jalur ini digunakan untuk memberitahu LCD bahwa
sedang dikirimkan sebuah data. Untuk mengirimkan data ke LCD, maka melalui
30
RS dan RW. Ketika dua jalur yang lain telah siap, set EN dengan logika “1” dan
tunggu untuk sejumlah waktu tertentu (sesuai dengan datasheet dari LCD
tersebut) dan berikutnya set EN ke logika low “0” lagi. Jalur RS adalah jalur
Register Select. Ketika RS berlogika low “0”, data akan dianggap sebagi sebuah
perintah atau instruksi khusus (seperti clear screen, posisi kursor). Ketika RS
berlogika high “1”, data yang dikirim adalah data text yang akan ditampilkan pada
display LCD. Sebagai contoh, untuk menampilkan huruf “T” pada layar LCD
maka RS harus diset logika high “1”. Jalur RW adalah jalur kontrol Read/ Write.
Ketika RW berlogika low (0), maka informasi pada bus data akan dituliskan pada
layar LCD. Ketika RW berlogika high ”1”, maka program akan melakukan
pembacaan memori dari LCD. Sedangkan pada aplikasi umum pin RW selalu
diberi logika low ”0”. Pada akhirnya, bus data terdiri dari 4 atau 8 jalur
(bergantung pada mode operasi yang dipilih oleh user).
.
"
!
!
+
adalah suatu prinsip pendeteksian denyut jantung
menggunakan sensor optis. Prinsip ini mendeteksi perubahan
darah pada
kulit [18].
31
.$
)
!
'3 4
00!#./
0
2
)
SST!10 USB/232 RF MODEM adalah merupakan salah satu sub system
produksi Delta Electronic yang berfungsi untuk mengirimkan data dari port USB
ataupun serial RS232 (level TTL) melalui gelombang radio frekwensi 2.4 – 2.54
GHz dengan modulasi GPSK. Proses pengiriman data dapat dilakukan dengan
menggunakan format Delta Subsystem Protocol atau per byte secara bebas [19].
Gambar 2.25 Modul
,
SST!10 USB/232 RF
Komunikasi data dengan menggunakan Protokol Delta Sub System secara
garis besar terdiri dari dua paket data yaitu paket data yang dikirim dan ACK yang
merupakan jawaban dari paket kiriman tersebut. ACK berfungsi untuk
menjelaskan status paket data yang dikirimkan apakah diterima dengan baik atau
!"#$%
&
'()
*
*'*
!
+
*'
,
-
.
/
& /
&0
*
33
Gambar 3.2 Rangkaian Sensor Denyut Jantung Dengan Metode Cahaya
Bila diinginkan arus yang mengalir dalam LED sebesar 15mA, besar nilai
resistansi Ra dapat dicari dengan persamaan 3.1.
) (
−
=
... (3.1)
=
−
=
−
286
.
66
10
.
15
7
.
0
5
3
Karena nilai resistansi yang diperoleh sebesar 286.66- tidak terdapat
dipasaran, maka nilai resistansi tersebut didekati dengan nilai resistor yang
terdapat dipasaran yaitu sebesar 330 -. Sehingga besarnya arus yang melewati
LED berubah menjadi sebesar :
Sedangkan untuk mencari tegangan keluaran DC (V
OUT) dapat diperoleh
menggunakan persamaan 2.3 pada bab II. Sehingga di dapatkan tegangan keluaran
seperti dalam persamaan 3.2 dan 3.3.
13
330
7
.
0
5
34
+
=
) (
) ( )
(
... (3.2)
+
=
) (
) ( )
(
... (3.3)
Rangkaian tapis pelewat rendah ini dirancang untuk menghilangkan
gangguan (
) dan melewatkan frekuensi yang dikehendaki. Perancangan tapis
pelewat rendah ini dirancang dengan frekuensi
sebesar 5Hz. Frekuensi
dapat diperoleh dengan persamaan 3.4.
60
⋅
=
...
(3.4)
Dengan menentukan jumlah detakan maksimum sebanyak 300 detak setiap menit
dapat diperoleh jumlah detak setiap detik.
5
60
300
≅
=
Perancangan tapis pelewat frekuensi ini digunakan topologi
! ""
#
dengan orde 2.
Sesuai dengan persamaan 2.7, dengan menentukan nilai resistor R
1=R
235
$
2
.
2
10000
5
28
.
6
707
.
0
1
=
×
×
=
$
$
4
.
4
2
.
2
2
2
12
=
×
=
×
=
Karena besar nilai kapasitasi 4.4=F tidak terdapat dipasaran, maka didekati
dengan harga toleransi ± 5% yaitu sebesar 4.7=F. Nilai resistansi R
fsebesar 2R
yaitu sebesar
=
×
=
×
=
2
2
10
%
20
%
Nilai resistansi R
fsebesar 20K- tidak terdapat dipasaran sehingga nilai
tersebut didekati dengan resistasi 10K- yang dipasang secara seri. Dari nilai
komponen yang telah ditentukan maka, konfigurasi tapis pelewat rendah orde 2
seperti pada gambar 3.3.
Gambar 3.3 Tapis Pelewat Rendah Orde 2
Perancangan penguat berupa pengamatan tegangan keluaran dari sensor,
pada tegangan 0 volt sampai dengan 8 milivolt. Pada perancangan, tegangan 0
volt akan mewakili tegangan 0 volt, dan tegangan 8 milivolt akan mewakili
tegangan 1 volt. Jadi besar nilai penguatan yang diperlukan adalah sebesar 125
36
kali agar dapat mewakili tegangan tersebut. Besar tegangan penskalaan seperti
pada tabel 3.1.
Tabel 3.1 Penskalaan tegangan pengamatan
Vin
Vout
8mV
1V
0V
0V
Sesuai dengan tabel 3.2, maka di perlukan rangkaian penguat yang dapat
dibangun menggunakan rangkaian penguat operasional (opBamp) dengan
penguatan sebesar 125 kali.
Dari nilai penguatan sebesar 125 kali dapat dirancang penguat
# & '
(
seperti dibawah ini:
1
+
=
Dengan menentukan nilai R
i=1K-, dapat dicari nilai R
f1
125
=
+
=
−
%
1
1
125
=
×
=
124
1
%
124
%
Berdasarkan nilai perhitungan dapat dibangun rangkaian penguat
B
& '
(
37
Gambar 3.4 Rangkaian penguat
B
& '
(
dengan penguatan 125 kali
Pada bagian penguat setelah rangkaian tapis pelewat rendah (
)*
$ " '
) untuk dapat digunakan sebagai masukan dari ADC perlu dikuatkan untuk
mendapatkan tegangan masukan maksimum ADC sebesar 5V.
Tabel 3.2 Penskalaan Tegangan untuk rangkaian penguat
Vin
Vout
1V
5V
0V
0V
Sesuai dengan tabel 3.2, maka di perlukan rangkaian penguat dengan nilai
penguatan sebesar 5 kali. Dari nilai penguatan sebesar 5 kali dapat dirancang
penguat
# & '
(
seperti dibawah ini:
1
+
=
Dengan menentukan nilai R
i=10K-, dapat dicari nilai R
f1
5
=
+
=
−
%
10
1
5
38
=
×
=
4
10
%
40
%
Berdasarkan nilai perhitungan dapat dibangun rangkaian penguat
B
& '
(
dengan konfigurasi seperti gambar 3.5.
Gambar 3.5 Rangkaian penguat
B
& '
(
dengan penguatan 5 kali
!
Pembagi tegangan berfungsi menghasilkan nilai tegangan referensi untuk
ADC. Mengacu rumusan pembagi tegangan 2.4 dan Gambar 3.6, nilai resistor
yang dibutuhkan dapat dihitung dengan cara berikut.
Agar nilai Vref = 2.5 volt pada VCC=5 volt, maka nilai R3 dan R4
VCC
R4
R3
R4
Vref
+
+
=
Bila nilai R
3=R
4dipilih 10k- maka, konfigurasi tegangan referensi dengan
pembagi tegangan dapat digambarkan pada gambar 3.6.
39
Gambar 3.6 Konfigurasi tegangan referensi dengan pembagi tegangan
"
!
#
$
%
Gambar 3.7 menunjukkan konfigurasi rangkaian ADC 0804. Perancangan
ADC menggunakan waktu konversi 100=s sesuai dengan
,
-
ADC 0804.
Mengacu persamaan 2.10, frekuensi
"
yang di gunakan sebesar:
"
"
"
"
"
"
"
"
640kH
10
64
1
T
1
10
64
T
T
10
6400
64
T
10
100
64
T
Tkonversi
4 4 6
6
=
×
=
=
×
=
=
×
=
×
=
− − −
−
Sesuai dengan rumusan 2.11,
C1
R11
1,1
1
×
×
=
"
, maka nilaiBnilai R11 dan
C1 adalah :
1,1
640.000
1
C1
R11
C1
R11
1,1
1
640.000
×
=
×
40
Bila R11 dipilih 10kD, maka:
*$
150
1
000
.
10
1
,
1
000
.
640
1
1
=
×
×
=
!
"
# # # # # # # # $
!
$
% & '
"
%()* )* + ( (,(
-&. . /( ) *
/ +
(*0+ + *12(
Gambar 3.7 Konfigurasi ADC 0804
*
ADC berupa tegangan DC antara 0 Volt sampai dengan 5 Volt.
KontrolBkontrol ADC yang meliputi CS, RD, WR dan INT yang masing masing
aktif bila diberikan logika rendah. PinBpin kontrol di hubungkan dengan
Mikrokontroler AT89S52 pada kaki P2.0, P2.1, P2.2 dan P2.3, seperti terlihat
pada Gambar 3.8.
*
ADC yang berupa data digital dihubungkan dengan mikrokontroler
pada
* '
1. Kaki DB7 pada ADC 0804 dihubungkan pada kaki P1.7 sebagai
MSB (
! (
.
) dan pada kaki DB0 sebagai LSB (
! (
41
&
'
# () "
Mikrokontroler AT89S52 dikonfigurasi seperti Gambar 3.9. Pin reset
dihubungkan dengan saklar tekan, sebuah hambatan dan kapasitor. Pada
perancangan, waktu pengosongan dipilih sebesar 100 ms dengan asumsi waktu
reset telah lebih dari 2 =s, sesuai dengan persamaan 2.14. Bila nilai R12 dipilih 10
kD, maka nilai C4 adalah:
4
000
.
10
1
,
0
=
×
C4 = 10 =F
3
3
%
&% 4% $ 4% $
"
/& $ !/ ."
!
/
/
/ !% / !% 4 / / / / / /
/ ! / ! / ! / ! / ! / ! / ! / ! / ! 4
/ !%4 / ! %.
/ ! % / !%.
/ !% / !' / ! / !
/ ! / ! / ! / ! / ! / ! / !
567
&' (-(
5 " % + &.
# +
. $
Gambar 3.9 Konfigurasi AT89S52
42
11,0592 MHz, maka
'
1 didetak dengan laju
12
MHz
11,0592
yaitu sebesar
921,6 kHz.
'
melimpah dengan laju limpahan sebesar 32 x
.
, '
. Bila
menggunakan kristal 11,0592 Mhz didapatkan hasil limpahan
'
secara bulat.
Pin
EA/VPP
dihubungkan
dengan
sumber
VCC
+5
Volt
agar
mikrokontroler mengakses program
'
"
dari PEROM. Jika dihubungkan
dengan
('
,/
maka mikrokontroler akan mengeksekusi program
'
"
. PIN
PSEN dan ALE/PROG tidak digunakan.
0 '
3 dikonfigurasikan sebagai komunikasi
' "
secara asinkron dengan
komputer. Pin P3.0, yaitu kaki RxD digunakan sebagai saluran untuk menerima
data dari komputer terhubung dengan kaki R2 out RS232
,sedangkan pada kaki
P3.1 yaitu kaki TxD yang digunakan sebagai jalur mengirimkan data ke komputer
terhubung dengan kaki T2
INpada RS232. Pin kontrol untuk ADC 0804
dihubungkan dengan kaki pada
* '
2.
*
'
!
'
+
Pemrograman mikrokontroler digunakan untuk membaca data dari ADC.
Data dari ADC berupa data paralel yang kemudian diolah menjadi data
' "
dan
dikirimkan ke
'
& '
untuk selanjutnya ditransmisikan.
43
interupsi serial, baca ADC, pengiriman data serial, seperti yang ditunjukkan
gambar 3.10
& *,
*2 -*- +/ , 8+ &(, *28+ * +
, 9+& :*2+
0*+ (, - +&(, *2+ , 9+ * *+;
% 0*
<*
#*=*+
, 9+ * *
0*+ (, - +&(, *2+ & + , 9+ * *+;
% 0*
<*
& + , 9+ * *
.
Gambar 3.10 Diagram Alir Pemprograman Mikrokontroler
MulaBmula program akan melakukan inisialisasi antara lain
1.
+
Melakukan set pin yang digunakan sebagai kontrol ADC, yaitu pin P2.3,
P2.2, P2.1 dan P2.0.
44
* ,
- # .
Dalam melakukan konversi data analog menjadi digital, ADC 0804
membutuhkan beberapa kontrol. Adapun kontrol ADC yang diperlukan antara
lain:
1.
+
! '
& '
(SOC), ADC mulai konversi, bila pin SOC di
berikan logika rendah.
2.
+
,
& '
(EOC), pemberitahuan keluar ADC, bahwa ADC
telah selesai mengkonversi. Tanda EOC merupakan logika rendah.
3.
+
,
(RD), proses pengambilan data pada ADC.
Pertama rutin baca ADC dimulai dengan mengirimkan sinyal SOC, dengan
memberikan logika rendah pada pin SOC agar ADC mulai mengkonversi. Proses
kedua yaitu menunggu sinyal balasan dari ADC yang berupa logika rendah pada
pin EOC, yang berarti ADC selesai konversi. Proses ketiga yaitu dikirimkan
sinyal RD, agar data digital dapat keluar melalui
*
ADC menuju
* '
1.
Proses pembacaan ADC diteruskan dengan menyalin isi
* '
1 ke
45
Gambar 3.11 Diagram alir pembacaan ADC
*
'
/
/
Untuk proses menghitung detak jantung dalam setiap menit secara program
dapat dijelaskan dalam diagram alir pada gambar 3.12.
46
Gambar 3.12 Diagram alir Pembacaan jumlah detak jantung
*
47
" '
akan di kirim dengan cara mengeser kedelapan bit data di mulai dari
LSB sampai MSB, setelah bit kedelapan (MSB) dikirimkan bit stop akan dikirim
sebagai tanda pengiriman data telah selesai.
(
!
$
%
Dari tabel 3.3 pada penskalaan tegangan dapat dirancang rangkaian
pembanding yang tegangan keluaran bernilai 5V saat tegangan masukan pada
ambang
tegangan
tertentu.
Sehingga
didapatkan
konfigurasi
rangkaian
pembanding seperti pada gambar 3.13.
Gambar 3.13 Konfigurasi Rangkaian Pembanding
Tabel 3.3. nilai pengukuran awal
0
0
1
1
$
"2%
3
/
1
contoh 1
832mV
4.16V
683.6mS
1.463Hz
87 BPM
2
contoh 2
664mV
3.32V
572.5mS
1.747Hz
104 BPM
3
contoh 3
792mV
3.96V
829mS
1.206Hz
72 BPM
4
contoh 4
808mV
4.04V
786.4mS
1.272Hz
76 BPM
Dari nilai pengukuran awal didapatkan hasil seperti dalam tabel 3.3.
berdasarkan hasil pengukuran dapat dirancang nilai tegangan referensi rangkaian
48
pembanding yaitu bernilai lebih kecil dari rataBrata keluaran dari penguat akhir.
Besar nilai rataBrata didapatkan sebesar 3.87V.
Vref < 3.87V
Gambar 3.14
' (( ' (
& "
pada komparator
)
!
Untuk dapat menyalakan sebuah
'
diperlukan suatu rangkaian
,' & '
49
#
+ ==
1
# 77(,
Gambar 3.16 Konfigurasi transistor sebagai saklar
Dengan menetukan nilai resistansi R
Csebesar 100-, β transistor 100, VB=5V
(Keluaran dari komparator) maka dapat ditentukan nilai Rb sebesar:
50
100
5
=
=
=
.
β
100
500
50
=
=
=
=
−
=
−
=
%
.
. .
.
8
.
6
st✉t ✈✇✈ t ① t② ③ ④ ⑤⑥t ⑦ ⑧✇ ② ⑨ t③ ④ ③t ⑩ t ❶ ✇ ✉ ④ t ✈ ❷✈✇⑦ ⑧④① ✉ ❷①❷ ② ⑩ ✉ ❷✈✇ ✉ ⑤② ⑩ ⑤ ① ③tst ⑩ ③ ④①④ ✉ ④⑧① t② ①✇ ❶⑤t ⑩ ⑤ s ✇ ✉t②❸ ① t ⑩ ①❷⑧ s⑤ ⑩ ✇ ✉ ⑤② ⑩ ⑤ ① ③ ④ ❷✈ t ⑦ ①✇⑧ ⑥t ✈④❹ ❺④① ✉ ❷①❷ ② ⑩ ✉ ❷✈✇ ✉ ⑨ ⑤❸t③ ④ ❸⑤②t ① t②⑤② ⑩ ⑤ ① ⑧✇ ②❸ ⑦④ ⑩ ⑤②❸ ⑨ ⑤ ⑧✈ t ⑦ ③ ✇ ②❻⑤ ⑩ ⑨ t② ⑩ ⑤②❸ ③t ✈ t ⑧ ❶ ✇ ⑩ ④ ts ⑧✇ ② ④ ⑩ ③t② ③ ④ ⑩ t ⑧ s ④✈① t②③t ✈ t ⑧✈ t❻t✉❼❽ ❾ ❿➀ ➁ ➂ ① t✉t ① ⑩ ✇ ✉ ❹ ➃➄➅ ➆➇➈➉➊➋➊➌➊➈➍➊➈➉ ➎ ➊➏➊➈➆➇➈➉➐➊➌ ➑ t②❸ ① t ④ t② s ✇ ②❸⑤t ⑩ ⑥ ✇ ✉❸⑤②t ⑤② ⑩ ⑤ ① ⑧✇ ②❸⑤t ⑩① t② ❶ ④ ②❻t ✈ ③ ✇ ②❻⑤ ⑩ ⑨ t② ⑩ ⑤②❸ t❸t✉ ③tst ⑩ ⑧✇ ②❸ ⑦ t❶ ④✈① t② ⑩ ✇ ❸ t②❸t② ①✇✈
⑤t✉t② ❻t②❸ ③tst ⑩ ③ ④①❷ ② ➒ ✇ ✉❶ ④ ③t ✈ t ⑧ ⑨ t②❸ ① t⑤t② ➓❾ ❽ ❹ ➔ ✇
❸t②❸t② → ➣ ↔↕➣ ↔ ⑧✇ ✉⑤st ① t② ✉ ✇ s ✉ ✇ ❶ ✇ ② ⑩ t❶ ④ ⑩ ✇
❸t②❸ t② ➙➛↕➣ ↔ ❹ ➜✇ ②❸ t ⑧ t ⑩ t② s ✇ ②❸ ①❷ ②③ ④ ❶ ④ ❶ ④ ②❻t ✈ ③ ④✈ t ① ⑤ ① t② ③ ✇ ②❸t② ⑧✇ ②❸t ⑧ t ⑩ ④ ⑥t❸ ④
t② ➙➛↕➣ ↔ ③t② → ➣ ↔↕➣ ↔ ❹➝ t❸ ④ t② ➙➛ ↕
➣ ↔➞ ❻t ④ ⑩ ⑤ st③t ⑥t❸ ④ t② ⑩ ✇ ✉ ⑧④ ②t ✈ ❶ ✇ ②❶ ❷
✉ ③t② ⑥t❸ ④
t② → ➣ ↔ ↕
➣ ↔ st③t s ✇ ②❸⑤t ⑩ ❹ ➜✇ ②❸t ⑧ t ⑩
t② ➙➛↕➣ ↔ ③t② → ➣ ↔↕➣ ↔ t③t ✈ t ⑦ ❶ ✇ ⑥t❸t ④ ② ④✈ t ④ t➟t ✈ ⑩✇
✓ ✔✕✖✗✘✙✚✛✔✜✔✢✔✣✤✗✥✖ ✦✧
✔ ★
✔✜✔ ✦
✜✔✥✤✣ ✩
✪ ✖✫✬✖
✦ ✣✤
✪ ✖
✦✭
✔✢ ✮✯✰
✱ ✪
✖✫✬✖ ✦
✣✤✲✯✰ ✳ ✴✵✬ ✜
✲✴✳ ✶✔✤
✦
✶✔✤ ✦
✲ ✭
✷✳
✸
✘✹✺✚ ✸✹✻✚✘ ✼✸✹✺✽✺
✾ ✘✹✺✚ ✸✹✻✚✘ ✼✸✹✺✽✺
✚ ✘✹✮ ✸✹✻ ✼✸✹✻✾✮
✿ ✘✹✿✾ ✸✹✽✺✚ ✼✾✹✚✽✻
✘ ✘✹✾✺ ✸✹✽✿✚ ✼✾✹✮✻❀
✮
✿✹❀✘ ✸✹❀✘✽ ✼✚✹✮✚✾
✮✹✚ ✿✹✺✽ ✸✹❀✸❀ ✼✿✹✸✾✾
✺
✿✹✿✾ ✸✹✺✺✚ ✼✿✹✮✽✚
❀ ✿✹✾✮ ✸✹✺✿ ✼✘✹✸✾✿
✽
✚✹✽✺ ✸✹✮❀✚ ✼✘✹✽✮✚
✾✸ ✚✹✺❀ ✸✹✮✿✘ ✼✮✹✘✘✻
✚✸ ✚✹✘✚ ✸✹✘✽✘ ✼✺✹✿
✘✸ ✚✹✚❀ ✸✹✘✮✘ ✼✺✹✽✮✽
✽✸ ✚✹✾✘ ✸✹✘✚✽ ✼❀✹✿❀✾
✾✺✸
✾✹✽✚ ✸✹✿✺✘ ✼✽✹❀❀❀
✚✚✸ ✾✹✘✚ ✸✹✚✽✘ ✼✾✸✹✻✿✿
✚✮✸
✾✹✚✘ ✸✹✚✘✽ ✼✾✚✹✾✾
✸
✶✔ ★
✕✔ ✪
✘✙✺✶ ✪
✔ ✩✤✫ ✪
✖✣✥✵ ✦
✣✩ ✪
✖✫✬✖ ✦
✣✤✩✤✗ ✜
✖ ✪❁
❅❆ ❇ ❈❆ ❉❊❋ ●❍■ ❏❑▲▼ ◆ ❖ ❏P ❆◗ ▼ ■◗ ▲ ❆ ❉ ❆ ❏❘ ❆ ❉ ❖❙■ ❏❚▲ ❆ ❑◆ ■❈■◗ ▲ ❇❘ ❖❯❖◗ ❑ ■ ❉ ❅❆ ❇ ❈❆ ❉❊❋ ❱❍■ ❏❑▲▼◆ ❖ ❏P ❆◗ ▼ ■◗ ▲ ❆ ❉ ❆ ❏ ◆ ■ ❑ ■◗❆❲❯❖◗ ❑ ■ ❉❳ ❨❩❬❭❪ ❫❆ ❉ ❖ ❚❉ ❆❯❖ ▼ ❉ ■ ◆ ❙❴ ❏ ❯ ❉ ■ ▼▲ ■ ❏◆ ❖ ❵ ❛❜❝❞❡❡ ❯❖◗ ❑ ■ ❉ ❙❆ ❘ ❆ ❯ ❉ ■ ▼▲ ■ ❏◆ ❖ ❬❭❪ ❉ ■ ◆ ❙❴ ❏ ❯ ❉ ■ ▼▲ ■ ❏◆ ❖ ❇ ■ ❏❚ ❆◗❆ ❇ ❖ ❙■ ❏▲❉▲❏ ❆ ❏ ❙■ ❏❚▲ ❆ ❑ ❆ ❏ ◆ ■ ❘ ■ ❇ ❖ ▼ ❖❆ ❏ ◆ ■❲❖ ❏❚❚ ❆ ❇ ■ ❏❚ ❆◗❆ ❇ ❖ ❙■◗■ ❇ ❆❲❆ ❏ ❑ ■ ❚ ❆ ❏❚ ❆ ❏❋ ❫■ ❏❚ ❆ ❏ ❇ ■ ❇ ❙■ ❉ ❲❆ ❑ ❖ ▼ ❆ ❏ ❘ ❆ ❑ ❆ ❘ ❆ ❏ ❆ ❏ ❆◗❖ ◆ ❆ ❘ ❖ ❆ ❑ ❆ ◆ ❘ ❖ ❘ ❆❙❆ ❑▼ ❆ ❏ ❯❖◗ ❑ ■ ❉ P ❆ ❏❚ ❘ ❖ ❉ ❆ ❏❢ ❆ ❏❚ ❑ ■◗❆❲ ❇ ■ ❇ ■ ❏▲ ❲❖ ◆P ❆ ❉ ❆ ❑❣ P ❆❖ ❑▲ ❉ ❆ ❏❚▼ ❆❖❆ ❏ ❖ ❏ ❖ ❇ ■ ❏ ■ ❉▲◆▼ ❆ ❏ ◆ ❖ ❏P ❆◗ ❘ ■ ❏❚ ❆ ❏ ❯ ❉ ■ ▼▲ ■ ❏◆ ❖ P ❆ ❏❚▼▲❉ ❆ ❏❚❘ ❆ ❉ ❖ ❬❭❪ ❘ ❆ ❏❇ ■ ❇ ❙■ ❉ ◗■ ❇ ❆❲ ◆ ❖ ❏P ❆◗◗■❈❖❲ ❘ ❆ ❉ ❖ ❬❭❪ ❋
❤✐❤ ❥❦❧♠♥♦♥♣♥❧q rs
✍✎✏✎✑ ✒✓✔✕✖✗✖✘✖✔✒✙ ✚ ✘ ✑ ✛✜ ✢✣✤✥ ✦✧ ★✩✪✫ ✦✬✭ ✩ ✫✮ ✯✭ ✪ ✭✦✰✜ ✢✣ ✬✱ ✲★✩ ✦✬✭ ✫ ✦✳✴ ✢✵✶✷✥✮✩✪ ✭ ✩ ✬✱ ✲✸★✹✮✺✻✼ ✭ ✹ ✭ ✽ ✭ ✩✪ ✥ ✦ ✱✾ ✭✿ ✲ ✦✬ ✺ ✱✬✱ ✩✹✺ ✱✾ ✮✺ ✭✬✭ ✩ ✥ ✦✬✦ ✺ ✦ ✲ ✸✮✺ ✯✦ ✹✻❀✮✩✪ ✦ ✺ ✦ ✲ ✭ ✩ ✥ ✦ ✭ ❁ ✭✾✦ ✥✮✩✪ ✭ ✩ ✯✦ ✹ ✳ ✣✶✢✣❂ ✽ ✭✦ ✹★ ✾ ✱ ✪ ✦✬✭ ❃ ✥ ✭ ✩ ✥ ✦ ✭✬✿✦ ✺ ✦ ✯✦ ✹ ✾ ✱ ✪ ✦✬✭ ✹ ✦ ✩✪✪ ✦ ✻ ❄ ✭ ✲ ✯✭ ✺ ❅✻ ❆ ✲✮✩★ ✩ ❇ ★ ✬✬✭ ✩ ✸✮✩✪ ✦ ✺ ✦ ✲ ✭ ✩ ✥ ✭ ✹ ✭ ❈❃❃❃❈❃❃❃ ❂ ✽ ✭ ✩✪✲✮✺✮✸ ✺✮✫✮✩✹ ✭ ✫ ✦✬✭ ✩✹✮✪ ✭ ✩✪ ✭ ✩❉❂ ❊❋●✱✾ ✹✻ ❄ ✭ ✲ ✯✭ ✺❅✻ ❆ ❀✮✩✪ ✦ ✺ ✦ ✲ ✭ ✩✥ ✭ ✹ ✭✳✴ ✢✵✶✷❍❍ ■ ❈❃❃❃❈❃❃❃ ✍✎❏ ✒✓✔✕✖✗✖✘✖✔✒ ✚ ✙✕ ✚ ✖✗❑▲▼ ✚ ✙ ▼✙✔✘ ✚ ✙◆✓ ✚ ❀✮✩✪ ✭ ✲ ✭ ✹ ✭ ✩ ✸ ✺ ✱ ✪✺ ✭ ✲ ✲ ✦✬ ✺ ✱✬✱ ✩✹✺ ✱✾ ✮✺ ✥✮✩✪ ✭ ✩ ✲✮✩✪✪★✩ ✭✬✭ ✩ ✫ ✦ ✲★ ✾ ✭ ✫ ✦ ✸ ✭ ✥ ✭ ✸ ✺ ✱ ✪✺ ✭ ✲ ✰
✵❖ ❖✶ P✷ ✴◗ ❀✮✩✪ ✭ ✲ ✭ ✹ ✭ ✩ ✸ ✭ ✥ ✭ ✸ ✺ ✱ ✪✺ ✭ ✲ ✰ ✵❖❖✶ P✷ ✴ ✯ ✮✺★✸ ✭ ✜❘ ✣ ✰❘ ✣✸ ✦ ✩ ✬✱ ✩✹✺ ✱✾ ❙ ✼❚ ✻❀✮✺✹ ✭ ✲ ✭ ❂ ❙ ✼❚ ✥ ✦ ✭✬ ✹ ✦✧✬✭ ✩❂✲ ✭✬✭ ✜ ❘ ✣ ✰ ❘ ✣ ✸ ✦ ✩ ❀❉✻✤ ✯ ✮✺ ✾ ✱ ✪ ✦✬✭ ✺✮✩✥ ✭✿ ✫✮✸✮✺✹ ✦ ✥ ✦ ✹★✩ ❇ ★ ✬✬✭ ✩✸ ✭ ✥ ✭ ❄ ✭ ✲ ✯✭ ✺ ❅✻ ❈❃✭ ✻❯✮✥★ ✭ ❂✥ ✦✬✦ ✺ ✦ ✲✫ ✦ ✩✽ ✭✾ ✹★ ✾✦ ✫✸ ✭ ✥ ✭ ✸ ✦ ✩ ❀❉✻ ❈ ✫✮✸✮✺✹ ✦ ✥ ✦ ✹★✩ ❇ ★ ✬✬✭ ✩ ✸ ✭ ✥ ✭ ❄ ✭ ✲ ✯✭ ✺ ❅✻ ❈❃✯ ✻ ❱ ✦✾ ✭ ❙ ✼❚ ✹✮ ✾ ✭✿ ✫✮ ✾ ✮✫ ✭✦ ✲✮✩✪ ✬✱ ✩ ● ✮✺✫ ✦ ✥ ✭ ✹ ✭ ❂ ✲ ✭✬✭ ✭✬✭ ✩ ✲✮✩✪ ✦ ✺ ✦ ✲ ✬✭ ✩ ✫ ✦ ✩✽ ✭✾ ❲❳ ❚ ✸ ✭ ✥ ✭ ✸ ✦ ✩ ❀❉✻ ❃ ✫✮✸✮✺✹ ✦ ✥ ✦ ✹★✩ ❇ ★ ✬✬✭ ✩ ✸ ✭ ✥ ✭ ❄ ✭ ✲ ✯✭ ✺ ❅✻ ❈❃ ❨✻ ❩✮✹✮ ✾ ✭✿ ✫ ✦ ✩✽ ✭✾ ❲❳ ❚ ✥ ✦ ✹✮✺ ✦ ✲ ✭ ✲ ✦✬ ✺ ✱✬✱ ✩✹✺ ✱✾ ✮✺❂ ✾ ✭✾ ★ ✲ ✦✬ ✺ ✱✬✱ ✩✹✺ ✱✾ ✮✺ ✭✬✭ ✩✲✮✩✪ ✦ ✺ ✦ ✲ ✬✭ ✩ ✫ ✦ ✩✽ ✭✾✯✭ ❨ ✭ ✸ ✭ ✥ ✭ ❀❉✻❉❂ ✜ ❘ ✣ ✰ ❘ ✣ ❀❉✻❉✫✮✸✮✺✹ ✦ ❄ ✭ ✲ ✯✭ ✺❅✻ ❈❃ ✥✻ ❱✮✺ ✦✬ ★✹✸ ✱ ✹ ✱ ✩✪ ✭ ✩✸ ✺ ✱ ✪✺ ✭ ✲ ❙ ✼❚❬ ❭ ❪❫❴❵ ❛ ❜ ❪❫❴❝❞❡❢❣❢❤✐ ❥ ❦❢ ❧ ❥ ❞❧❡ ❛♠✐❦♥ ❭♦ ♠❝❞ ❥ ❪♣❢ ❜ ❦❞❝❫ ❣❦ q ❧ ❥
❞r❞ ❛♠✐❦♥ s
t ♠❝❞ ❥ ❪♣❢ ❜ ❦❞❝❫ ❣❦ q ❫❪✉
❡❝♥♠r❞ ❛♠✐❦♥ s
❤✐ ❥❦❧❥❧
♠♥
❦❧♦ ♣❦q ❥❧ ❤r s♥ ♣❦ t✉❦ s✈ ❤ ♣ ♠✇ ✐ ❦ ✐❤ ❥✉ ♠ ❥✉❦✉❥ ♥ ♣❦ ① ②③④⑤⑥⑦ ⑧♣ ♥✐ ✉ r r ♣ ♠✇ ✐ ❦ ✐❤ ✉ ♠ ⑨ ✉ ♥ ✉ ✉❥✉ ♠ ⑨✐✈✐✈✐r ❥✉ ♠ ⑨ ✉ ♥ ✉ ⑩❶⑤ ② ✈r ✉ ✈✐ ⑥ ⑨ ✉ ♠ s♠s♥ ❥ ❤ ♣ ♠✇ t♣ ♠♥✐ ❥✉ ♠ r ♣ ♠✇ ✐ ❦ ✐❤ ✉ ♠ ⑨ ✉ ♥ ✉ ❥❧ ❤r s♥ ♣❦ t✉❦ s✈ ❤ ♣ ♠✇ ✐ ❦ ✐❤ ❥✉ ♠ ❥✉❦✉❥ ♥ ♣❦ ❷ ②❸❹⑤⑥⑦ ❹ ⑨ ✉ r s♠ ⑨
☎ ✆✝✞✟ ✠ ✡☛☞✌ ✍☞ ✌ ✞☞✎☞ ✌ ✏ ✑✒ ✓✔✕✖✗ ✘✙ ✚✛ ✜ ✢ ✣ ✤ ✣ ✥ ✦✧ ★✩✥ ✦✪✫✪✦ ✬ ✭ ✫✦✤✫ ✮ ✯✰ ✭✣✭ ✮ ✣✱✲ ✫✦✤✦ ✬ ★✦ ✬ ✮ ✣ ✯ ✣✬✳ ✦ ✬ ✦✦ ✬✴ ✱ ✦✪✦ ✭✣✳ ✦✯✦ ✪ ✣✭✣ ✥✫✯✫✧✦ ✬ ✯✦ ✬✵ ✪✦✩ ✦ ✬ ✮ ✣ ✯✦ ✬✵ ✪✦ ✤ ✪ ✣ ✯✦ ✭ ✶ ✦ ✬✵ ✤ ✣ ✥ ✦✧ ★✩✫✷✩ ✴ ★✦✮✦ ✤ ★✩✯✩ ✬✵ ✪✦ ✭ ✭✣✲ ✦ ✵ ✦✩ ✲✣ ✯✩✪✫ ✤ ✸ ✹ ✺ ✻ ✣ ✤ ✰★ ✣✳ ✦✧✦ ✶ ✦★✦✮✦ ✤ ★✩ ✵ ✫ ✬ ✦✪✦ ✬ ✫ ✬ ✤ ✫✪ ✱✣✬ ★ ✣ ✤ ✣ ✪ ✭ ✩★ ✣✬✶ ✫ ✤ ✷✦ ✬ ✤ ✫ ✬✵ ✼ ✺ ✽ ✦ ✬✵ ✪✦✩ ✦ ✬ ✾ ✩✥ ✤ ✣ ✯ ✱✣✬✵✵ ✫ ✬ ✦✪✦ ✬ ✾ ✯ ✣ ✪✫ ✣✬✭ ✩ ✿ ❀❁ ❂ ❃ ❄❄ ❅ ❆❇ ✫ ✬ ✤ ✫✪ ✱✣✱ ✮ ✣ ✯✪ ✣✳ ✩✥ ✬ ✰✩ ✭✣✶ ✦ ✬✵ ✤✩★✦✪★✩✪ ✣ ✧ ✣✬ ★✦✪✩ ✺ ❈ ✺ ❉ ✥ ✦ ✤ ★✦✮✦ ✤ ✲✣ ✪ ✣ ✯✷✦✫ ✬ ✫ ✤ ✪ ✱✣✬✵ ✧✩ ✤ ✫ ✬✵ ✷✫ ✱ ✥ ✦✧★ ✣✬✶ ✫ ✤ ✷✦ ✬ ✤ ✫ ✬✵✭✣ ✤ ✩✦✮ ✱✣✬ ✩ ✤ ✺ ❊ ✺ ❋ ✣✬ ✤ ✫✪ ✵✣ ✥ ✰ ✱✲ ✦ ✬✵ ★✦✯✩✷✦ ✬ ✤ ✫ ✬✵ ✤ ✩ ★✦✪★✩✮ ✣ ✯✧✦ ✤ ✩✪✦ ✬ ✺ ❅ ✺ ● ✣✬✵ ✩✯✩ ✱ ✦ ✬ ★✦ ✤ ✦ ✱✣✬✵✵ ✫ ✬ ✦✪✦ ✬ ✱ ✰★✫✥ ❍■ ❏❑ ▲❑▼▼
!
"
# $
%
!
&
'
&
'
(
) &&
*
& +
,,(
! "
&&
&&
- && .
/! &
. -
+
0
1 2
3
&
3 4
5 6
&
-'
7
'
4
5
8
%& !
1 .+ 2
$
3 4
5
$
-7
9 - !. &
9
2 9 *
&&
,,
4
5 : &
..
; 2
,
<
& 6
4=
.
& /
.5
>
2
.
2
" ;!&
&
&
3 ?2
'
"
(
( ;!&
(
@!
!
* A
!&
,,, B
#
+ 6
6
&
0
3
# $
%
!
6
&
7
#
$
%
"
&
'
&
'
'
& 2
& 2
!
""
&
+ !
&
2 2
&&
!
"
!
!
# $%&'(#)$
'* # $%&'(#)$
+
!,,-.
"
!
/
/
#0
" / 1
2
" #
#
2
3 3 3 3 3 3 1 3 1 3 1
/ 2
3 1 3 1 3 1 3 1 3 1 3 1 3 1 3 1
/ 2
"