• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktikum Pengenalan Alga Jamur Kl

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Laporan Praktikum Pengenalan Alga Jamur Kl"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENGENALAN ALGA PADA PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL TERNAK DAN PERAIRAN

Fika Puspita1)

1) Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Pangan (A1M012001) Kelompok 1

ABSTRAK

Alga merupakan produsen primer dalam suatu ekosistem perairan yang memiliki potensi untuk dikembangkan terutama dalam bidang pangan, Berdasarkan ukurannya, alga terbagi menjadi dua yaitu mikroalga dan makroalga. Mikroalga merupakan jenis tumbuhan yang paling primitif di mana hanya terdiri dari satu sel atau berbentuk seperti benang yang dikenal sebagai fitoplankton atau ganggang yang hidupnya melayang-layang di permukaan air. Makroalga adalah tumbuhan tingkat rendah yang tidak berpembuluh, tidak memiliki akar, batang dan daun sejati. Ia hidup dengan menempel pada substrat dengan menggunakan holdfast dan memiliki berbagai macam pigmen terutama klorofil untuk proses fotosintesis. Dalam praktikum ini alga akan di identifikasi dan dipelajari dengan mikroskop. Alga tersebut didapat dari budidaya alga pada Jurusan Perikanan dan Kelautan serta dari air sawah, air kolam dan air sungai. Alga yang teridentifikasi adalah Chlorella sp., Spirulina sp., dan Nannochloropsis sp.

Kata kunci: alga, mikroalga, Chlorella sp., Spirulina sp., Nannochloropsis sp.

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Luas wilayah Indonesia sebagian besar, yaitu dua per tiganya merupakan wilayah perairan. United Nation Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) pada tahun 1982 melaporkan bahwa luas perairan Indonesia adalah 5,8 juta km2 dan didalamnya terdapat 27,2% dari seluruh spesies flora dan fauna di dunia. Indonesia kaya akan sumber daya hayati perairan yang melimpah baik dari jenis maupun jumlah, salah satunya adalah alga. Van Bosse

(melalui ekspedisi Laut Siboga pada tahun 1899-1900) melaporkan bahwa Indonesia memiliki kurang lebih 555 jenis dari 8.642 spesies rumput laut yang terdapat di dunia.

(2)

yaitu sekitar 452 jenis, setelah itu alga hijau (Chlorophyceae) sekitar 196 jenis dan alga coklat (Phaeophyceae) sekitar 134 (Winarno, 1996). Sejauh ini, pemanfaatan alga sebagai komoditi perdagangan atau bahan baku industri masih relatif kecil jika dibandingkan dengan keanekaragaman jenis alga yang ada di Indonesia. Padahal komponen kimiawi yang terdapat dalam alga sangat bermanfaat bagi bahan baku industri makanan, kosmetik, farmasi dan lain-lain.

Alga adalah tumbuhan bersel banyak yang tidak memiliki sistem vaskular serta tidak memiliki daun, tunas, atau akar. Alga merupakan produsen primer dalam suatu ekosistem perairan yang memiliki potensi untuk dikembangkan terutama dalam bidang pangan (Sulistijono, 2009). Berdasarkan ukurannya, alga terbagi menjadi dua yaitu mikroalga dan makroalga. Mikroalga merupakan jenis tumbuhan yang paling primitif di mana hanya terdiri dari satu sel atau berbentuk seperti benang. Umumnya lebih dikenal sebagai fitoplankton atau ganggang yang hidupnya

melayang-layang di permukaan air. Di alam, terdapat empat kelompok mikroalga yaitu diatom (Bacillariophyceae), ganggang hijau (Chlorophyceae), ganggang emas (Chrysophyceae), dan ganggang biru (Cyanophyceae).

Makroalga adalah tumbuhan tingkat rendah yang tidak berpembuluh dan termasuk dalam kelompok Thallophyta atau dikenal dengan tumbuhan bertalus. Makroalga tidak memiliki akar, batang dan daun sejati. Ia hidup dengan menempel pada substrat dengan menggunakan holdfast dan memiliki berbagai macam pigmen terutama klorofil untuk proses fotosintesis. Makroalga tergolong dalam empat kelompok besar yaitu alga hijau (Chlorophyta), alga coklat (Phaeophyta), alga merah (Rhodophyta), dan alga hijau biru (Cyanophyta) (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995).

(3)

dalam bidang pangan karena mengandung berbagai banyak komponen gizi diantaranya adalah protein, karbohidrat, asam lemak tidak jenuh seperti linoleat, eicosapentaenoic acid (EPA), dan docosahexanoic acid (DHA), serat kasar, beberapa vitamin dan mineral. Pigmen yang dimiliki oleh alga juga dapat digunakan sebagai zat pewarna alami serta antioksidan (Olaizola, 2004).

B. Tujuan

Dalam praktikum ini, kami ingin mengetahui dan mengidentifikasi mikroalga, serta untuk mengidentifikasi berbagai jenis mikroalga, dari berbagai habitat.

METODE PRAKTIKUM A. Bahan dan Alat

Alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain pinset, bunsen, pipet tetes, tisu, mikroskop, glass objek, botol bekas, preparat, mikropipet. Sementara bahan yang digunakan adalah sampel mikroalga, medium, dan alkohol.

B. Prosedur

Pembuatan Mikropipet

Mula mula pipet tetes dipanaskan diatas bunsen, kemudian ketika sudah agak lembek maka ujung pipet ditarik dengan pinset sampai ujung pipet mengecil.

Identifikasi Mikroalga

Mula mula glass objek disiapkan, kemudian alga tunggal diambil dengan menggunakan mikropipet dan diletakkan di glass objek, lalu glass objek tersebut ditutup dengan preparat yang kemudian diamati dibawah mikroskop, setelah diketahui maka bentuk mikroalga digambar, kemudian hasil pengamatan di identifikasi dengan membandingkan ciri ciri mikroalga pada referensi.

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Pengamatan

(4)

Gambar 1.Chlorella sp, pada pembesaran 100x

Gambar 2. Spirulinasp. pada pembesaran 100x

Gambar 3. Nanodoropsussp. pada pembesaran 100x

Sumber alga lain saat praktikum berlangsung didapat dari berbagai jenis air, yakni air sawah, air sungai, air kolam. Untuk air sawah alga dapat terdeteksi dibawah mikroskop yaitu

Gambar 4. Chlorella sp, pada pembesaran 100x

2. Pembahasan

Mikroalga merupakan jenis alga yang memiliki ukuran lebih kecil baik uniseluler maupun multiseluler dan hidup dalam wilayah perairan tawar maupun laut. Dalam praktikum ini mikroalga yang teridentifikasi adalah Chlorella sp, Spirulinasp dan Nanodoropsussp.

Chlorella sp.

(5)

Chlorella sp. tidak memiliki flagel (Isnansetyo dan Kurniastury, 1995).

Gambar 1. Chlorella sp. Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan populasi Chlorella sp.

1. Temperatur, Temperatur optimum untuk pertumbuhan Chlorella sp. adalah 30 ºC. 2. Intensitas cahaya, Chlorella sp.

membutuhkan intensitas cahaya rata-rata 4000-3000 lux (Ohama dan Miyachi, 1992).

3. pH, Menurut Ohama dan Miyachi (1992), pH optimum untuk Chlorella sp. adalah 6,6-7,3.

4. Oksigen terlarut, Fox (1987) mengatakan bahwa biakan alga di laboratorium perlu penyediaan oksigen terlarut yang cukup. Kadar oksigen terlarut 3-5 ppm kurang produktif, 3-5-7 ppm produktifitasnya tingga dan diatas 7 ppm sangat tinggi. 5. Unsur hara, Makronutrien yaitu

unsur-unsur yang dibutuhkan

dalam jumlah besar, meliputi C, H, O, N, P, K, S, Si, Ca dan Cl. Mikronutrien adalah unsure-unsur yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit dan merupakan koenzim meliputi Mn, Fe, Zn, Cu dan Mg.

6. Karbondioksida, CO2 yang secara langsung digunakan sebagai bahan untuk fotosintesis. 7. Salinitas, adalah jumlah atau konsentrasi ion-ion terlarut dalam air yang dinyatakan dalam permil. Menurut Isnansetyo dan Kurniastuty (1995), salinitas optimum Chlorella sp. adalah 25-28 permil.

Spirulina sp.

(6)

kingdom : Protista divisi : Cyanophyta kelas : Cyanophyceae ordo : Nostocales famili : Oscilatoriaceae genus : Spirulina

spesies : Spirulina fusiformis

Gambar 2. Spirulina sp.

Spirulina sp. adalah mikroalga berwarna hijau kebiruan yang hidupnya tersebar luas dalam semua ekosistem, mencakup ekosistem daratan dan ekosistem perairan baik itu air tawar, air payau, maupun air laut. Selnya berkolom membentuk filament terpilin menyerupai spiral (helix) sehingga disebut alga hijau-biru berfilamen (cyanobacterium) (Pamungkas, 2005). Dinding selnya tipis serta memiliki diameter 1 – 12 µm. Spirulina sp. dapat bergerak bebas namun tidak terlihat pada gambar yang didapatkan.

Nannochloropsis sp.

Nannochloropsis sp. merupakan mikro alga berwarna kehijauan, tidak motil, dan tidak berflagel. Selnya berbentuk bola dan berukuran kecil. Nannochloropsis sp. merupakan pakan Brachionus plicatilis, dan Artemia (Fachrullah, 2011). Klasifikasi Nannochloropsis sp. adalah sebagai berikut (Hibberd, 1981)

Filum : Chromophyta Kelas : Eustigmatophyceae Ordo : Eustigmatales Famili : Eustigmataceae Genus : Nannochloropsis Spesies : Nannochloropsis sp.

Gambar 3. Nannochloropsis sp.

(7)

terbuat dari komponen selulosa (Aliabbas, 2002).

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Alga merupakan produsen primer dalam suatu ekosistem perairan yang memiliki potensi untuk dikembangkan terutama dalam bidang pangan, Berdasarkan ukurannya, alga terbagi menjadi dua yaitu mikroalga dan makroalga. Dari hasil praktikum yang dilakukan di Jurusan Perikanan dan Kelautan, serta beberapa sampel yang didapat dari air sawah, air sungai dan air kolam. Teridentifikasi Chlorella sp., Spirulina sp., Nannochloropsis sp. Dimana Chlorella sp., dan Nannochloropsis sp. Termasuk alga hijau. Sedangkan untuk Spirulina sp., termasuk alga hiau biru.

B. Saran

Sebaiknya praktikum pengenalan alga baik dari pembuatan mikropipet maupun identifikasi alga dengan mikroskop dilakukan oleh semua kelompok tanpa ada pembagian tugas, sehingga setiap individu bisa belajar membuat mikropipet dan setiap individu juga

bisa mengidentifikasi alga di mikroskop. Kemudian sebaiknya alat dan bahan identifikasi alga dipersiapkan terlebih dahulu, sehingga langsung siap dipakai ketika membutuhkan.

DAFTAR PUSTAKA

Aliabbas, A. 2002. Kualitas Nannochloropsis sp. Akibat Lama Penyimpanan Nata de Nanno. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Skripsi. Penghasil Biofuel Jenis Chlorella sp. dan Nannochloropsis sp. yang Dikultivasi Menggunakan Air Limbah Hasil Penambangan Timah di Pulau Bangka. Skripsi. Bogor: IPB.

Fox, J. M, 1987, Intensive Algae Xanthophyceae). Journal of the Linnean Society of London, Botany.

(8)

Melbourne: Cambridge University Press

Isnansetyo, A. dan Kurniastuty. 1995. Teknik Kultur Phytoplankton dan Zooplankton. Yogyakarta: Kanisius

Pamungkas, Agung. 2005. Sistem Taksonomi Hewan dan Tumbuhan. Bandung: ANDI Oh-Hama, T dan S, Miyachi, 1992,

Microalgae Biotechnology, Scientific publishing, New York.

Olaizola, M., T., Bridges, S. Flores, L. Griswold, J. Morency dan T. Nakamura. 2004. Microalga Removal of CO2

from Flue Gases: CO2

Capture from a Coal Combuster. Biotech. Bioproc. Eng. Vol (8):360 – 367 Rostini. 2007. Kultur Fitoplankton

(Chlorella sp. dan Tetraselmis chuii) pada SKDA Laboratorium. Bandung: Universitas Padjajaran

Santosa, G.W. 2003. Budidaya Rumput Laut. Program Community College Industri Kelautan dan Perikanan. Universitas Diponegoro. Semarang.

Sulistijono. 2009. Bahan Serahan Algae. Malang: UIN Press Surono, A. 2004. Profil Rumput Laut

Indonesia. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta

Winarno, F, G. 1996. Teknologi Pengolahan Rumput Laut. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.

Terimakasih kunjungannya, semoga bermanfaat

Tidak semua tulisan ini benar, saya juga masih belajar.

kunjungi

fikapuspita.blogspot.pom p

Gambar

Gambar 4. Chlorella sp, pada
Gambar 3. Nannochloropsis sp.

Referensi

Dokumen terkait