• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

3.3 KERANGKA PENDANAAN

3.3.2 Proyeksi Data Masa Lalu

Proyeksi Data Masa lalu Kabupaten Cianjur atau RPJMD periode sebelumnya sebelumnya yaitu mengenai pengelolaan keuangan pemerintah Kabupaten Cianjur periode tahun 2012 – 2015 dan mengacu pada analisis pengeluaran periodik, wajib dan mengikat serta prioritas utama kebutuhan pembangunan Kabupaten Cianjur maka selanjutnya akan digambarkan kapasitas riil keuangan daerah untuk mendanai kebutuhan pembangunan daerah hingga tahun 2015 mendatang dengan kecenderungan kapasitas Riil kemampuan keuangan daerah tiap tahun yang terus meningkat, dapat dilihat pada tabel 3.11 berikut :

BAB III – GAMBARAN PENGELOLAAN

KEUANGAN DAN KERANGKA PENDANAAAN III-17

Tabel 3.11

Proyeksi tentang Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Daerah Kabupaten Cianjur Untuk Pendanaan Pembangunan Daerah

(dalam jutaan rupiah)

NO URAIAN TAHUN 2012 2013 2014 2015 1. Pendapatan 1.808.747,60 1.960.755,30 2.112.763,00 2.264.770,70 2. Pencairan Dana Cadangan (Sesuai Perda)

3. Sisa Lebih Riil Perhitungan Anggaran 134.560,15 149.938,67 159.317,18 171.695,69 Total Penerimaan 1.943.307,75 2.107.693,97 2.272.080,18 2.436.466,39 4. Dikurangi : Belanja dan Pengeluaran Pembiayaan yang Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama

984.873,40 1.070.451,60 1.156.029,80 1.241.608,00

Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan

958.434,35 1.037.242,37 1.116.050,38 1.194.858,39

Sumber : RPJMD Kabupaten Cianjur 2011-2016

1. Kebijakan Pendapatan Daerah

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sumber penerimaan daerah kabupaten/kota terdiri atas : (1) Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terdiri dari kelompok Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan, dan dan Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah; (2) Dana Perimbangan yang meliputi Dana Bagi Hasil Pajak dan Bagi Hasil Bukan Pajak; Dana Alokasi Umum (DAU); dan Dana Alokasi Khusus (DAK); (3) Kelompok -lain-lain pendapatan daerah yang sah yang terdiri dari hibah, dana darurat, dana bagi hasil pajak dari propinsi kepada kabupaten/kota, dana penyesuaian dan dana otonomi khusus, dan bantuan keuangan dari propinsi atau dari pemerintah daerah lainnya.

BAB III – GAMBARAN PENGELOLAAN

KEUANGAN DAN KERANGKA PENDANAAAN III-18

Berdasarkan ketentuan Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah mencantumkan bahwa sumber penerimaan daerah Provinsi terdiri atas: (1) Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terdiri dari kelompok Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan dan Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah; (2) Dana Perimbangan yang meliputi Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak yang terdiri dari Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan, Pajak Penghasilan (PPh) Perorangan, Sumber Daya Alam (SDA); Dana Alokasi Umum; dan Dana Alokasi Khusus; dan (3) Kelompok-lain-lain pendapatan daerah yang sah meliputi Pendapatan Hibah, Dana Darurat, Dana Bagi Hasil Pajak dari Pemerintah Kab/Kota, Dana Penyesuaian dan Dana Otonomi Khusus, dan Dana Bantuan Keuangan.

Pengelolaan pendapatan daerah diarahkan pada peningkatan penerimaan daerah melalui:

a. Optimalisasi pendapatan daerah sesuai peraturan yang berlaku dan kondisi daerah;

b. Peningkatan kemampuan dan keterampilan SDM Pengelola Pendapatan Daerah;

c. Peningkatan intensitas hubungan perimbangan keuangan pusat dan daerah secara adil dan proporsional berdasarkan potensi dan pemerataan; dan

d. Peningkatan kesadaran masyarakat untuk memenuhi kewajibannya. Untuk itu digariskan sejumlah kebijakan yang terkait dengan pengelolaan pendapatan daerah, yaitu:

a. Memantapkan Kelembagaan dan Sistem Operasional Pemungutan Pendapatan Daerah.

b. Meningkatkan Pendapatan Daerah dengan intensifikasi dan ekstensifikasi sumber-sumber pendapatan yang memperhatikan aspek legalitas, keadilan, kepentingan umum, karakteristik daerah dan kemampuan

BAB III – GAMBARAN PENGELOLAAN

KEUANGAN DAN KERANGKA PENDANAAAN III-19

masyarakat dengan memegang teguh prinsip-prinsip akuntabilitas dan transparansi.

c. Meningkatkan kinerja Badan Usaha Milik Daerah dalam upaya peningkatkan kontribusi secara signifikan terhadap Pendapatan Daerah. d. Meningkatkan pelayanan dan perlindungan masyarakat sebagai upaya

meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membayar retribusi daerah. e. Meningkatkan pengelolaan asset dan keuangan daerah.

f. Meningkatkan kinerja pendapatan daerah melalui penyempurnaan sistem administrasi dan efisiensi penggunaan anggaran daerah.

g. Meningkatkan kinerja pelayanan masyarakat melalui penataan organisasi dan tata kerja, pengembangan sumber daya pegawai yang profesional dan bermoral, serta pengembangan sarana dan fasilitas pelayanan prima dan melaksanakan terobosan untuk peningkatan pelayanan masyarakat. h. Meningkatkan koordinasi dengan pemerintah pusat maupun propinsi

berkaitan dengan peningkatan penerimaan berbagai alokasi dana dari pemerintah pusat maupun propinsi setiap tahunnya seperti Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak, Dana bagi hasil pajak propinsi, dana bantuan keuangan propinsi. i. Meningkatkan kerja sama dengan KPP Pratama Kabupaten Cianjur untuk

meningkatkan intensifikasi dan ekstensifikasi Pajak Bumi dan Bangunan dan Pajak Penghasilan (PPh Pasal 21).

j. Mempersiapkan kelembagaan dan sistem operasional dalam rangka

pelimpahan pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan kepada

kabupaten/kota pada tahun 2014.

Sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, yang merupakan revisi dari UU No. 34 Tahun 2000, jenis pendapatan asli daerah terdapat beberapa perubahan, yaitu: jenis pajak daerah menjadi 11 jenis meliputi pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak mineral bukan logam dan batuan, pajak parkir, pajak air tanah, pajak sarang burung walet,

BAB III – GAMBARAN PENGELOLAAN

KEUANGAN DAN KERANGKA PENDANAAAN III-20

pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan, bea perolehan hak atas tanah dan bangunan.

Sedangkan untuk Retribusi Daerah telah ditentukan secara jelas jenis retribusi yang dapat dipungut. Jenis retribusi yang telah dilaksanakan saat ini, masih tetap berlaku, bahkan memungkinkan untuk lebih dikembangkan sesuai dengan peraturan dan kewenangan.

Untuk Pajak Pemanfaatan Air Bawah Tanah, sesuai dengan Undang-Undang tersebut mulai Tahun 2011 diserahkan pengelolaannya oleh Kabupaten/Kota. Dalam rangka meningkatkan pendapatan asli daerah pada waktu mendatang, prioritas kebijakan pendapatan asli daerah meliputi hal-hal sebagai berikut: a. Menyiapkan revisi Perda Pajak Daerah dan Retribusi Daerah serta

implementasinya sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan Peraturan pelaksanaannya.

b. Menerapkan kebijakan pendapatan daerah yang membuka peluang untuk pengembangan sumber penerimaan lain, terutama dari potensi investasi daerah serta pelibatan sektor swasta dalam pembangunan daerah melalui kegiatan skema kerjasama pemerintah (Public Private Partnership) dan swasta maupun corporate social responsibility (CSR).

c. Menerapkan kebijakan pendapatan daerah yang tidak memberatkan dunia usaha dan masyarakat, seandainya ada upaya peningkatan pendapatan asli daerah ditempuh melalui intensifikasi dan ekstensifikasi pemungutan pajak dan retribusi daerah, law enforcement dalam upaya membangun ketaatan wajib pajak dan retribusi serta peningkatan, pengendalian, dan pengawasan atas pemungutan PAD harus disertai dengan peningkatan kualitas, kemudahan, ketepatan, dan kecepatan pelayanan dengan biaya yang murah.

Untuk itu sejumlah langkah yang akan dilakukan meliputi :

a. Deregulasi peraturan daerah untuk dapat meningkatkan minat berinvestasi di Kabupaten Cianjur.

BAB III – GAMBARAN PENGELOLAAN

KEUANGAN DAN KERANGKA PENDANAAAN III-21

b. Kerjasama investasi antara Pemerintah Kabupaten Cianjur dengan pihak swasta atau dengan pihak pemerintah lainnya dengan perjanjian yang disepakati.

c. Mendorong peningkatan investasi langsung oleh masyarakat lokal.

d. Penyelenggaraan Perijinan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PPTSP) yang merupakan wujud pelayanan publik dalam tata pemerintahan.

e. Kegiatan investasi diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, yang ditujukan pada kegiatan-kegiatan yang dapat melibatkan peran masyarakat luas seperti sektor pertanian, sektor industri berbasis pertanian dan kelautan, industri pengolahan, dan industri manufaktur.

2. Kebijakan Belanja Daerah

Dengan berpedoman pada prinsip-prinsip penganggaran, belanja daerah disusun melalui pendekatan anggaran kinerja yang berorientasi pada pencapaian hasil dari input yang direncanakan dengan memperhatikan prestasi kerja setiap satuan kerja perangkat daerah dalam pelaksanaan tugas, pokok dan fungsinya. Belanja daerah juga tetap diarahkan pada peningkatan proporsi belanja untuk memihak kepentingan publik, disamping tetap menjaga eksistensi penyelenggaraan pemerintahan daerah. Kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas perencanan anggaran serta menjamin efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran dalam rangka mendukung program-program strategis daerah.

Kebijakan Belanja Daerah Tahun 2011-2016 diarahkan untuk mendukung pencapaian sasaran IPM. Untuk itu, diperlukan perencanaan kegiatankegiatan yang berorientasi pada pencapaian IPM guna memperkuat bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan infrastruktur.

Kebijakan Belanja Daerah Tahun 2016-2021 dilakukan melalui pengaturan pola pembelanjaan yang proporsional, efisien dan efektif, yaitu :

a. Belanja daerah diprioritaskan dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan Kabupaten Cianjur yang terdiri dari urusan wajib dan

BAB III – GAMBARAN PENGELOLAAN

KEUANGAN DAN KERANGKA PENDANAAAN III-22

urusan pilihan sebagaimana ditetapkan dalam ketentuan

perundangundangan.

b. Efisiensi belanja dilakukan dengan mengoptimalkan belanja untuk kepentingan publik.

c. Penyusunan belanja daerah diprioritaskan untuk menunjang efektivitas pelaksanaan tugas pokok dan fungsi OPD dalam rangka melaksanakan urusan pemerintahan daerah yang menjadi tanggungjawab pemerintah Kabupaten Cianjur.

d. Belanja dalam rangka peyelenggaraan urusan wajib diarahkan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum.

e. Pemenuhan dan pemanfaatan anggaran untuk pendidikan sebesar 20% dari Volume Anggaran APBD tiap tahunnya dengan fokus pada penuntasan WAJAR DIKDAS 9 tahun dan perintisan WAJAR 12 tahun serta menciptakan pendidikan yang berkualitas dan terjangkau.

f. Peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan dilaksanakan dengan memperbaiki fasilitas dan pengadaan untuk pelayanan dasar kesehatan terutama untuk keluarga miskin serta kesehatan ibu dan anak, memperbanyak tenaga medis terutama untuk daerah-daerah yang sulit dijangkau, serta memperbaiki kualitas lingkungan dan pembudayaan perilaku hidup bersih dan sehat.

g. Dalam rangka peningkatan daya beli masyarakat, anggaran belanja akan diarahkan pada revitalisasi sektor pertanian, peternakan, perikanan, perkebunan dan kehutanan, penguatan struktur ekonomi pedesaan berbasis ‘desa membangun’, pemberdayaan koperasi dan UMKM, serta dukungan infrastruktur pedesaan.

h. Penurunan prosentase jumlah angkatan kerja yang menganggur melalui penyiapan SDM yang siap kerja, peningkatan investasi program multi

BAB III – GAMBARAN PENGELOLAAN

KEUANGAN DAN KERANGKA PENDANAAAN III-23

sektor, peningkatan sarana dan prasarana balai pelatihan

ketenagakerjaan.

i. Dalam mendukung pengembangan aktivitas ekonomi, pemeliharaan dan pembangunan infrastruktur akan diarahkan pada wilayah sentra produksi di pedesaan, aksesibilitas sumber air baku dan listrik.

j. Untuk menjaga daya dukung dan daya tampung lingkungan, Pemerintah

Daerah akan mengarahkan anggaran pada kegiatan-kegiatan

pengurangan pencemaran lingkungan, pencapaian target kawasan lindung sebesar 35%, mitigasi bencana, pengendalian alih fungsi lahan dan pengendalian eksploitasi yang berlebihan terhadap sumber daya alam. k. Kegiatan-kegiatan yang orientasinya terhadap pemenuhan anggaran

belanja tetap (fixed cost), Insentif Berbasis Kinerja, dan komitmen pembangunan yang berkelanjutan (multi years).

l. Kebijakan untuk belanja tidak langsung meliputi hal-hal sebagai berikut :

1) Mengalokasikan belanja pegawai yang merupakan belanja

kompensasi, dalam bentuk gaji dan tunjangan, serta penghasilan lainnya yang diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

2) Mengalokasikan belanja bantuan sosial yang digunakan untuk menganggarkan pemberian bantuan dalam bentuk uang dan/atau barang kepada masyarakat yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat;

3) Mengalokasikan belanja hibah yang digunakan untuk menganggarkan pemberian hibah dalam bentuk uang, barang dan/atau jasa kepada pemerintah daerah, dan kelompok masyarakat perorangan yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya;

4) Mengalokasikan belanja tidak terduga yang merupakan belanja untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam dan bencana sosial yang tidak

BAB III – GAMBARAN PENGELOLAAN

KEUANGAN DAN KERANGKA PENDANAAAN III-24

diperkirakan sebelumnya, termasuk pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya yang telah ditutup. 3. Kebijakan Pembiayaan Daerah

Untuk kebijakan pembiayaan daerah, dari aspek penerimaannya akan diarahkan untuk meningkatkan akurasi pembiayaan yang bersumber dari sisa lebih perhitungan anggaran sebelumnya (SiLPA), pencairan dana cadangan, hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, penerimaan pinjaman daerah, penerimaan kembali pemberian pinjaman dan penerimaan piutang daerah.

Terkait dengan pinjaman daerah, Pemerintah Pusat telah membuka kesempatan bagi pemerintah daerah yang memenuhi persyaratan, untuk melakukan pinjaman sebagai salah satu instrumen pendanaan pembangunan daerah. Hal ini bertujuan untuk mempercepat pembangunan daerah dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Namun demikian, mengingat adanya konsekuensi kewajiban yang harus dibayar atas pelaksanaan pinjaman pemerintah daerah dimaksud, seperti angsuran pokok, biaya bunga, denda, dan biaya lainnya, pemerintah daerah akan terus mengedepankan prinsip kehati-hatian (prudential management), profesional, dan tepat guna dalam penggunaan potensi pinjaman daerah tersebut agar tidak menimbulkan dampak negatif bagi keuangan daerah.

Selain itu juga dibuka peluang bagi pemerintah daerah untuk menggalang dana pinjaman pemerintah daerah yang bersumber dari masyarakat sebagai salah satu sumber pendanaan daerah. Sumber pendanaan tersebut adalah obligasi daerah untuk mendanai investasi sektor publik yang menghasilkan penerimaan dan memberikan manfaat bagi masyarakat.

Pada aspek pengeluaran pembiayaan, sebagai pengeluaran yang akan diterima kembali baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahuntahun anggaran berikutnya, akan mencakup: pembentukan dana cadangan; penyertaan modal (investasi) pemerintah daerah; pembayaran

BAB III – GAMBARAN PENGELOLAAN

KEUANGAN DAN KERANGKA PENDANAAAN III-25

pokok utang; dan pemberian pinjaman daerah. Untuk itu kebijakan pengeluaran pembiayaannya meliputi:

a. Pengeluaran pembiayaan direncanakan untuk pembayaran hutang pokok yang jatuh tempo, dan penyertaan modal BUMD

b. Penyertaan modal dan pemberian pinjaman manakala terjadi surplus anggaran;

c. Penyertaan modal BUMD disertai dengan revitalisasi dan restrukturisasi kinerja BUMD dan pendayagunaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan dalam rangka efisiensi pengeluaran pembiayaan termasuk kajian terhadap kelayakan BUMD.