• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proyeksi Perkembangan Penduduk

PERKIRAAN KONDISI MENDATANG

3. Proyeksi Perkembangan Penduduk

Untuk meminimalisir dampak negatif dan perkembangan jumlah penduduk, maka proyeksi perkembangan jumlah penduduk suatu wilayah 10 sampai dengan 20 tahun ke depan harus mampu diestimasi. Proyeksi ini disiapkan sebagai salah satu acuan dasar dalam perencanaan wilayah. Proyeksi perkembangan penduduk yang disajikan nantinya, didasarkan pada jumlah dan rasio penduduk tahun 2008 dari masing-masing kecamatan dengan asumsi pertumbuhan linier. Tabel 5.2 menunjukkan jumlah dan rasio penduduk per kecamatan di Kabupaten Pulau Morotai.

Tabel 5.2. Jumlah dan Rasio Penduduk Masing-Masing Kecamatan Tahun 2008

Kecamatan Jumlah Penduduk (jiwa) Persen (%)

Morotai Selatan 16.520 31,08

Morotai Selatan Barat 11.436 21,51

Morotai Timur 7.951 14,96

Morotai Utara 8.757 16,47

Morotai Jaya 8.497 15,98

Jumlah 53.161 100

Tabel 5.2 sebagai acuan dalam membuat proyeksi jumlah penduduk Pulau Morotai dari masing-masing kecamatan seperti ditunjukkan pada Tabel 5.3.

Tabel 5.3. Proyeksi Jumlah Penduduk Kabupaten Pulau Morotai dari Masing-Masing Kecamatan

Kecamatan Jumlah Penduduk (tahun)

2010 2015 2020 2025 2030

Morotai Selatan 17.259 19.055 21.038 23.228 25.646

Morotai Selatan Barat 11.944 13.188 14.560 16.076 17.749

Morotai Timur 8.307 9.172 10.127 11.181 12.344

Morotai Utara 9.146 10.098 11.149 12.309 13.590

Morotai Jaya 8.874 9.797 10.817 11.943 13.186

Jumlah 55.530 31.310 67.691 74.736 82.515

Sumber : Penyusunan RTRW Kabupaten Pulau Morotai 2010-2030

Tabel proyeksi, Tabel 5.3 menggambarkan bahwa penduduk Kabupaten Pulau Morotai pada tahun 2030 diperkirakan sekitar 82 ribu jiwa. Artinya 20 tahun kedepan diperkirakan terjadi pertambahan jumlah penduduk sekitar 27 ribu jiwa atau hampir setengah (49 %) dari tahun 2010. Jika dirata-ratakan, penambahan jumlah penduduk pertahun sekitar 1.300an. pertumbuhan ini terbilang cukup signifikan, maka kedepannya diperlukan adanya perencanaan wilayah yang baik. 4. Rencana Sistem Jaringan Prasarana

Sistem jaringan prasarana utama yang ada di Kabupaten Pulau Morotai terdiri atas:

a. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Transportasi

Dalam analisis aksesibilitas ini, teridentifikasi bahwa Kabupaten Pulau Morotai tersedia akses yang menghubungkan beberapa kecamatan yang dapat dimanfaatkan sebagai jaringan prasarana transportasi, yaitu:

1. Jaringan jalan sabuk selatan – timur, yaitu jaringan jalan yang menghubungkan Kecamatan Morotai Selatan (Daruba), Kecamatan Morotai Timur (Sangowo) dan Kecamatan Morotai Utara (Bere Bere), selanjutnya digunakan istilah Sabuk Selatan-Timur untuk menandainya. Sabuk Selatan-Timur telah terhubung dengan aksesibilitas jalan yang relatif bagus.

2. Jaringan jalan sabuk timur – utara, yaitu jaringan jalan yang menghubungakan Kecamatan Morotai Utara (Bere Bere) dan Kecamatan Morotai Jaya (Sopi), selanjutnya digunakan istilah Sabuk

Timur-Utara untuk menandainya. Sabuk Timur-Utara belum memiliki keterhubungan aksesibilitas jalan.

3. Jaringan jalan sabuk utara – barat, yaitu jaringan jalan yang menghubungkan Kecamatan Morotai Jaya (Sopi) dan Kecamatan Morotai Selatan Barat (Wayabula), selanjutnya digunakan istilah Sabuk Utara-Barat untuk menandainya. Sabuk Utara-Barat belum memiliki keterhubungan aksesibilitas jalan.

4. Jaringan jalan sabuk barat – selatan, yaitu jaringan jalan yang menghubungkan Kecamatan morotai Selatan Barat (Wayabula) dan Kecamatan Morotai Selatan (Daruba), selanjutnya digunakan istilah Sabuk Barat-Selatan untuk menandainya. Sabuk Barat-Selatan saat ini sedang dilakukan pembukaan kembali aksesibilitas jalan.

 Transportasi Darat

Terhadap keberadaan terminal angkutan darat baik angkutan orang maupun angkutan barang, terminal saat ini sudah ada yang permanen (Daruba dan Sangowo) dengan aktivitas terminal yang relatif belum optimal. Dengan rencana pengembangan sistem jaringan Trans Morotai di Kabupaten Pulau Morotai ini di masa yang akan datang diharapkan terminal di Kota Daruba, Terminal Sangowo dan Pembangunan Terminal Bere Bere, Sopi dan Wayabula akan dapat berfungsi untuk meningkatkan arus pergerakan antar wilayah dalam Kabupaten Pulau Morotai ini di masa yang akan datang.

 Transportasi Laut

Penyeberangan merupakan suatu jembatan bergerak yang mendukung pergerakan melalui jalan raya. Penyeberangan berfungsi untuk menghubungkan jalan dari satu pulau ke pulau yang lain.

Pelabuhan Daruba berfungsi sebagai pelabuhan penyeberangan, selain itu Pelabuhan Daruba juga digunakan sebagai pelabuhan angkutan orangjuga digunakan sebagai sarana bongkar muat barang bagi kegiatan ekonomi.

 Transportasi Udara

Sebagai salah satu peninggalan bersejarah Perang Dunia II, Bandar Udara Pitu memiliki kemampuan menampung jenis pesawat Hercules, Cassa dan Twin Otter. Bandara ini merupakan bandara militer milik TNI AU.

b. Listrik

Dengan meningkatnya kegiatan social ekonomi dalam waktu 20 tahun ke depan, kebutuhan listrik akan semakin meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah dan aktivitas perekonomian penduduk. Pelayanan listrik sangat dibutuhkan dalam mendukung kegiatan social, ekonomi dan pemerintahan di Kabupaten Pulau Morotai. Untuk itu, peningkatan produksi pun harus dilakukan agar pelayanan kepada masyarakat akan semakin baik.

Kebutuhan listrik di Kabupaten Pulau Morotai pada tahun 2030 diperkirakan total sekitar 35.275 kW, dengan rincian sebagai berikut:

1. Kebutuhan listrik rumah tangga sekitar 9.283 kW

2. Kebutuhan listrik perkantoran, fasum dan fasos sekitar 1.857 kw 3. Kebutuhan listrik penerangan jalan sekitar 928 kW

4. Kebutuhan listrik untuk industri sekitar 23.207 kW

Rencana kebutuhan listrik dengan asumsi semua KK dapat dialiri listrik ditunjukkan oleh Tabel 5.4.

Tabel 5.4. Proyeksi Kebutuhan Listrik

Tahun Morotai Selatan Morotai Selatan Barat Morotai Utara Morotai Timur Morotai Jaya 2015 8.144,81 5.638,26 4.317,44 3.920,06 4.189,25 2020 8.992,53 6.225,1 4.766,8 4.328,06 4.625,27 2025 9.928,48 6.873,01 5.262,94 4.778,53 5.106,68 2030 10.961,84 7.588,36 5.810,71 5.275,89 5.638,18

Sumber : Penyusunan RTRW Kabupaten Pulau Morotai 2010-2030

c. Air Bersih

Kebutuhan pokok yang diperlukan penduduk adalah air bersih. Tingkat pelayanan air bersih / PAM di Kabupaten Pulau Morotai ini pada umumnya masih sangat rendah, hanya desa / wilayah tertentu saja yang dilayani air bersih dari PDAM seperti Daruba.

Tabel 5.5. Kebutuhan Air Bersih Tahun Morotai Selatan Morotai Selatan Barat Morotai Utara Morotai Timur Morotai Jaya 2015 571.656,77 395.667,44 302.978,3 275.091,98 293.982,71 2020 631.054,80 436.848,83 334.512,52 303.723,77 324.580,67 2025 696.735,49 482.316,41 369.328,85 335.335,58 358.393,28 2030 769.252,27 532.516,28 407.768,9 370.237,58 395.662,02

Sumber : Penyusunan RTRW Kabupaten Pulau Morotai 2010-2030

d. Telekomunikasi

Sarana penunjang yang penting salah satunya adalah telekomunikasi. Ketersediaan sarana prasarana komunikasi di wilayah pedesaan sangat berperan dalam memperlancar hubungan antar daerah. Jaringan telekomunikasi di Kabupaten Pulau Morotai pada saat ini tidak hanya disediakan oleh BUMN PT Telkom namun juga pihak swasta (PT Telkomsel) berperan dalam penyediaan sarana dan prasarana telekomunikasi melalui jaringan telekomunikasi seluler.

e. Sosial

Sarana-prasarana sosial ekonomi meliputi sarana-prasarana pendidikan, kesehatan serta perdagangan dan keuangan. Proyeksi kebutuhan sarana dan prasarana sosial dan ekonomi dihitung dengan mempertimbangkan trend pertumbuhan penduduk. Adapun proyeksi kebutuhan sarana-prasarana social dan ekonomi di Kabupaten Pulau Morotai ditunjukkan oleh Tabel 5.6.

Tabel 5.6. Proyeksi Kebutuhan Sarana dan Prasarana Sosial di Kabupaten Pulau Morotai

Kegiatan Utama Laki-laki

(jiwa) Perempuan (jiwa) Jumlah (jiwa) Angkatan Bekerja: a. Bekerja 842 414 1.256 b. Pengangguran - - -Pernah Bekerja 350 200 550

Tidak Pernah Bekerja - -

-Bukan Angkatan Kerja

a. Sekolah 4.000 3.500 7.500

b. Mengurus Rumah Tangga 6.000 4.500 10.500

c. Lainnya 500 250 750

Tabel 4.7.31 memberikan gambaran tentang kebutuhan jenis dan jumlah minimal sarana pendidikan dan pembelajaran sampai tahun 2030 yang meliputi:

1. Taman Kanak-kanak (TK), yang merupakan penyelenggaraan kegiatan belajar dan mengajar pada tingkatan pra belajar dengan lebih menekankan pada kegiatan bermain, yaitu 75 %, selebihnya bersifat pengenalan, dengan jumlah kebutuhan sebanyak 76 unit.

2. Sekolah Dasar (SD), yang merupakan bentuk satuan pendidikan dasar yang menyelenggarakan program enam tahun, dengan jumlah kebutuhan sebanyak 76 unit.

3. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), yang merupakan bentuk satuan pendidikan dasar yang menyelenggarakan program tiga tahun sesudah Sekolah Dasar (SD), dengan jumlah kebutuhan sebanyak 18 unit.

4. Sekolah Menengah Umum (SMU), yang merupakan satuan pendidikan yang menyelenggarakan program pendidikan menengah mengutamakan perluasan pengetahuan dan peningkatan keterampilan siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan tinggi, dengan jumlah kebutuhan sebanyak 18 unit.

5. Sarana pembelajaran lain yang dapat berupa taman bacaan ataupun perpustakaan umum lingkungan, yang dibutuhkan di suatu lingkungan perumahan sebagai sarana untuk meningkatkan minat membaca, menambah ilmu pengetahuan, rekreasi serta sarana penunjang pendidikan, dengan jumlah kebutuhan sebanyak 33 unit.

Adapun gambaran tentang kebutuhan jenis dan jumlah minimal sarana pendidikan dan pembelajaran sampai tahun 2030 yang meliputi:

1. Posyandu yang berfungsi melayani pemeriksaan dan pendampingan untuk meningkatkan status gizi dan kesehatan ibu hamil dan balita, dengan jumlah kebutuhan sebanyak 66 unit.

2. Balai pengobatan warga yang berfungsi memberikan pelayanan kepada penduduk dalam bidang kesehatan dengan titik berat terletak pada penyembuhan (curative) tanpa perawatan, berobat dan pada waktu-waktu tertentu juga untuk vaksinasi, dengan jumlah kebutuhan sebanyak 33 unit.

3. Balai kesejahteraan ibu dan anak (BKIA) / Klinik Bersalin, yang berfungsi melayani ibu baik sebelum, pada saat dan sesudah melahirkan serta melayani anak usia sampai dengan 6 tahun, dengan jumlah kebutuhan sebanyak 3 unit.

4. Puskesmas dan balai pengobatan, yang berfungsi sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama yang memberikan pelayanan kepada penduduk dalam penyembuhan penyakit, selain melaksanakan program pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit di wilayah kerjanya, dengan jumlah kebutuhan sebanyak 6 unit.

5. Puskesmas pembantu dan balai pengobatan, yang berfungsi sebagai unit pelayanan kesehatan sederhana yang memberikan pelayanan kesehatan terbatas dan membantu pelaksanaan kegiatan puskesmas dalam lingkup wilayah yang lebih kecil, dengan jumlah kebutuhan sebanyak 15 unit.

6. Tempat praktek dokter, merupakan salah satu sarana yang memberikan pelayanan kesehatan secara individual dan lebih dititikberatkan pada usaha penyembuhan tanpa perawatan, dengan jumlah kebutuhan sebanyak 17 unit.

7. Apotik, berfungsi untuk melayani penduduk dalam pengadaan obat-obatan, baik untuk penyembuhan maupun pencegahan, dengan jumlah kebutuhan sebanyak 3 unit.

Adapun gambaran tentang kebutuhan jenis dan jumlah minimal sarana perdagangan dan ekonomi sampai tahun 2030 yang meliputi:

1. Took / warung skala pelayanan unit RT, yang menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari, dengan jumlah kebutuhan sebanyak 330 unit. 2. Pertokoan, yang menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari yang

lebih lengkap dan pelayanan jasa seperti wartel, fotocopy, dan sebagainya, dengan jumlah kebutuhan sebanyak 14 unit.

3. Pusat pertokoan dan atau pasar lingkungan, yang menjual keperluan sehari-hari termasuk sayur, daging, ikan, buah-buahan, beras, tepung, bahan-bahan pakaian, pakaian, barang-barang kelontong, alat-alat pendidikan, alat-alat rumah tangga, serta pelayanan jasa seperti warnet, wartel dan sebagainya, dengan jumlah kebutuhan sebanyak 3 unit. 4. Pusat perbelanjaan dan niaga, yang selain menjual kebutuhan

perbengkelan, reparasi, unit-unit produksi yang tidak menimbulkan polusi, tempat hiburan serta kegiatan niaga lainnya seperti kantor-kantor, bank, industry kecil dan lain-lain, dengan jumlah kebutuhan sebanyak 1 unit.

Proyeksi kebutuhan lahan yakni dengan memperlihatkan kebutuhan jumlah sarana-prasarana dikalikan dengan kebutuhan lahan perunit. Adapun gambaran kebutuhan lahan untuk pembangunan sarana-prasarana sosial-ekonomi di Kabupaten Pulau Morotai sampai dengan tahun 2030 dapat dilihat pada Tabel 5.7.

Tabel 5.7. Proyeksi Kebutuhan Lahan Untuk Pembangunan Sarana-Prasarana Sosial-Ekonomi di Kabupaten Pulau Morotai Sampai Tahun 2030

No Uraian Proyeksi Kebutuhan Lahan (m

2) 2010 2015 2020 2025 2030 1 Pendidikan : TK 22,212 24,524 27,076 29,894 33,006 Sekolah Dasar 69,413 76,638 84,614 93,42 103,144 SLTP 104,119 114,956 126,921 140,13 154,716 SLTA 144,609 159,661 176,279 194,625 214,883 Taman bacaan 3,332 3,679 4,061 4,484 4,951 2 Kesehatan : Posyandu 2,665 2,943 3,249 3,587 3,961

Balai pengobatan warga 6,664 7,357 8,123 8,968 9,902

Klinik 5,553 6,131 6,769 7,474 8,252

Puskesmas pembantu dan balai pengobatan lingkungan

555 613 677 747 825

Puskesmas dan balai

pengobatan 463 511 564 623 688

Tempat praktek dokter

Apotik 463 511 564 623 688

3 Ekonomi :

Toko/warung 22,212 24,524 27,076 29,894 33,006

Pertokoan 27,765 30,655 33,846 37,368 41,258

Pusat pertokoan dan

pasar lingkungan 18,51 20,437 22,564 24,912 27,505

Pusat perbelanjaan dan niaga

(toko+pasar+bank+kantor)

16,659 18,393 20,307 22,421 24,755

Jumlah 445,193 491,532 542,69 599,171 661,537

Tabel 5.7 memberikan gambaran bahwa total kebutuhan lahan untuk pembangunan sarana-prasarana sosial ekonomi pada tahun 2010 seluas 445,193 m2, pada tahun 2015 seluas 491,532 m2, pada tahun 2020 seluas 542,690 m2, dan pada tahun 2025 seluas 599,171 m2. Selanjutnya pada tahun 2030 kebutuhan lahan untuk pembangunan sarana prasarana sosial ekonomi mencapai 661,537 m2.

Kebutuhan lahan untuk sarana-prasarana pendidikan yang paling luas adalah untuk pembangunan SLTA sebanyak 214,883 m2 sedangkan untuk kebutuhan paling sedikit adalah untuk pembangunan taman bacaan sebanyak 4,951 m2. Kebutuhan lahan untuk sarana-prasarana kesehatan yang paling luas adalah untuk pembangunan balai pengobatan seluas 9,902 m2 sedangkan kebutuhan lahan paling sedikit adalah untuk pembangunan apotik dan puskesmas yaitu seluas 688 m2. Dan kabutuhan lahan untuk sarana-prasarana perdagangan dan ekonomi yang paling luas adalah untuk pembangunan pertokoan yaitu seluas 41,258 m2 dan kebutuhan yang paling sedikit adalah untuk pembangunan pusat perbelanjaan dan niaga yaitu seluas 24,755 m2.

f. Drainase

Penggunaan saluran drainase merupakan pendukung jalan dan pemukiman. Dengan meningkatnya pembangunan fisik, maka perlu dukungan dengan penyediaan drainase yang memadai.

Untuk pengembangan saluran drainase, mengikuti pola drainase yang ada sekarang ditambah dengan beberapa pengembangan mengikuti rencana pengembangan pusat-pusat kegiatan perikanan baik tangkap maupun budi daya, pertanian / perkebunan dan pariwisata. Arahan pengembangan jaringan drainase meliputi:

1. Saluran primer, adalah jaringan yang terletak pada jalan-jalan kolektor primer (Trans Morotai) yang mengalirkan limbah ke laut.

2. Saluran sekunder, adalah jaringan yang terletak pada jalan penghubung dan jalan lingkungan yang mengalirkan limbah ke saluran primer.

3. Saluran tersier, adalah saluran yang menampung buangan dari rencana industri pusat-pusat kegiatan perikanan baik tangkap maupun budi daya, pertanian / perkebuanan dan periwisata serta rumah tangga ke saluran sekunder.

g. Persampahan

Kondisi eksisting sanitasi termasuk di dalamnya pengolahan dan pembuangan sampah. Sanitasi sebagai pendukung dari pengembangan dan pembangunan perumahan, juga sebagai pendukung dari pusat-pusat pengembangan perikanan tangkap, perikanan budi daya, pertanian / perkebunan dan periwisata. Pembangunan tempat pengolahan sampah sebagai daya dukung maksimal menuju jumlah penduduk 250.000 jiwa. Dengan asumsi bahwa setiap KK menghasilkan 0,0125 m3 sampah, maka proyeksi sampah di Kabupaten Pulau Morotai ditunjukkan oleh Tabel 5.8. Tabel 5.8. Proyeksi Sampah

Tahun Morotai Selatan Morotai Selatan Barat Morotai Utara Morotai Timur Morotai Jaya 2015 59,54 41,22 31,56 28,66 30,62 2020 65,73 45,51 34,85 31,64 33,81 2025 72,58 50,24 35,47 34,93 37,33 2030 80,13 55,47 42,48 38,57 41,21

Sumber : Penyusunan RTRW Kabupaten Pulau Morotai 2010-2030

Penetapan Kawasan Strategis

Kawasan strategis yang terdapat di wilayah Kabupaten Pulau Morotai ada dua, yaitu:

a. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tilei sebagai Kawasan Strategis Kabupaten.

b. Kawasan Strategis Nasional Daruba sebagai Kawasan Strategis Nasional. Dengan direncanakan dan ditetapkannya kedua kawasan tersebut sebagai kawasan strategis di Kabupaten Pulau Morotai, maka tindak lanjut yang bisa dilakukan dalam jangka waktu dekat adalah membuat rencana induk (master plan) atau rencana rinci setiap zona (blok) pengembangan ruangnya, agar di dalam pengendalian dan pemanfaatan ruangnya dapat diawasi secara tertib.

Dokumen terkait