• Tidak ada hasil yang ditemukan

perusahaan dimasa yang akan datang. Dalam cash flow estimation semua data yang akan

diterima dan biaya-biaya yang akan dikeluarkan baik jenis, maupun jumlahnya diestimasikan

sedemikian rupa, sehingga menggambarkan kondisi pemasukan dan pengeluaran di masa yang

akan datang. Estimasi pendatapan dan biaya merupakan perkiraan berapa pendapatan yang akan

diperoleh dan berapa besarnya biaya yang harus dikeluarkan dalam suatu periode. Kemudian

jenis-jenis pendapatan dan biaya apa saja yang dikeluarkan serta berapa besar pendapatan yang

diperoleh dan biaya yang dikeluarkan setiap pos. Pada akhirnya cash flow akan terlihat pada kas

akhir yang diterima perusahaan (Kasmir & Jakfar, Studi Kelayakan Bisnis, 2003).

Cash flow merupakan salah satu instrumen dari pelaporan keuangan (Baridwan, 2004).

Tujuan dari laporan keuangan menurut Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan

Keuangan adalah: Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut

posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat

bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan (Ikatan Akuntansi Indonesia, 2002).

Di dalam Statemen of Financing Accounting Concept (SFAC) Nomor 1 manyatakan

bahwa pelaporan keuangan harus menyajikan informasi yang (FASB, 1985):

1. Berguna bagi investor dan kreditur yang ada dan yang potensial dan pemakai lainnya

dalam membuat keputusan untuk investasi, pemberian kredit dan keputusan lainnya.

Informasi yang dihasilkan itu harus memadai bagi mereka yang mempunyai

pengetahuan yang cukup tentang kegiatan dan usaha perusahaan dan

peristiwa-peritiwa ekonomi, serta bermaksud untuk menelaah informasi-informasi itu secara

sungguh-sungguh.

2. Dapat membantu investor dan kreditur yang ada dan yang potensial lainnya untuk

menaksir jumlah, waktu, dan ketidak-pastian dari penerimaan uang di masa yang

akan datang yang berasal dari deviden atau bunga dan dari penerimaan uang yang

berasal dari penjualan, pelunasan, atau jatuh temponya surat-surat berharga atau

pinjaman-pinjaman. Oleh karena rencana penerimaan dan pengeluaran (cash flow)

seorang kreditur atau investor itu berkaitan dengan cash flow dari perusahaan,

pelaporan keuangan harus menyajikan informasi untuk membantu investor, kreditur

dan pihak-pihak lainnya untuk memperkirakan jumlah, waktu dan ketidak-pastian

dari aliran kas masuk di masa datang untuk perusahaan tersebut.

3. Menunjukkan sumber ekonomi dari suatu perusahaan, klaim atas

sumber-sumber tersebut dan pengaruh dari transaksi-transaksi, kejadian-kejadian dan

keadaan-keadaan yang mempengaruhi sumber-sumber dan klaim atas sumber-sumber

tersebut.

Dalam pembuatan cash fow estimation, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan

seperti safety stock dan reorder point. Safety stock merupakan persediaan pengaman atau

persediaan tambahan yang dilakukan perusahaan agar tidak terjadi kekurangan bahan. Safety

stock sangat diperlukan guna mengantisipasi membludaknya permintaan akibat dari permintaan

yang tidak terduga (Kasmir & Jakfar, Studi Kelayakan Bisnis, 2003).

Terdapat beberapa faktor penentu dalam menghitung besarnya safety stock, yaitu antara

lain:

1. Penggunaan bahan baku rata-rata.

2. Faktor waktu

3. Biaya yang digunakan

Disamping faktor penentu di atas dalam menentukan safety factor diperlukan standar

kuantitas yang harus dipenuhi, yaitu:

1. Persediaan minimum

2. Besarnya pesanan standar

3. Persediaan maksimum

4. Tingkat pemesanan kembali

5. Administrasi persediaan.

Reorder point (ROP) merupakan waktu perusahaan akan memesan kembali atau batas

waktu pemesanan kembali dengan melihat jumlah minimal persediaan yang ada. Hal ini penting

agar jangan sampai terjadi kekurangan bahan pada saat dibutuhkan. Jumlah pemesanan kembali

dihitung dengan probabilitas atau kemungkinan terjadi kekurangan stok dan dihitung selama

tenggang waktu (Kasmir & Jakfar, Studi Kelayakan Bisnis, 2003).

Penyusunan cash flow berdasarkan prinsip basis tunai (cash basis). Hal ini berbeda

dengan laporan keuangan perusahaan lainnya yang menggunakan prinsip basis transaksi (acrual

basis). Pada cash basis, pencatatan dilakukan pada saat uang tunai diterima, bukan pada saat

penjualan terjadi. Begitu juga untuk pencatatan biaya-biaya. Biaya dicatat pada saat uang tunai

dikeluarkan, bukan pada saat biaya itu timbul. Pada cash flow, biaya-biaya non tunai tidak

diperhitungkan. Misalnya biaya depresiasi dan amortisasi. Yang diperhatikan hanya transasksi

tunai saja (Jusuf, 2014).

Bentuk (format) cash flow sangat bervariasi. Tidak ada satu bentuk baku yang dipakai

secara umum. Walaupun demikian, ada komponen-komponen yang umumnya ditemui.

Komponen-komponen tersebut adalah (Jusuf, 2014):

 Saldo Awal Kas (Beginning Cash Balance), yaitu jumlah uang tunai (kas) yang

dimiliki perusahaan/proyek di awal periode.

 Kas Masuk atau Penerimaan Kas (Cash-in Flow), yaitu aliran kas yang diterima

oleh perusahaan/proyek selama waktu tertentu sesuai dengan interval perhitungan

(sehari, sebulan, triwulan, dan seterusnya). Yang dimaksud dengan cash-in flow

adalah uang tunai yang benar-benar diterima.

 Total Kas yang Tersedia (Total Cash Avaliable), yaitu penjumlahan dari ”saldo

awal kas” dengan ”penerimaan tunai” periode yang bersangkutan. Saldo ini

menunjukan total uang tunai yang dimiliki perusahaan untuk periode tertentu. Kas

tersedia inilah yang digunakan oleh perusahaan untuk membayar seluruh

kewajiban tunai.

 Kas Keluar atau Pengeluaran Kas (Cash-out Flow), yaitu aliran pembayaran kas

(tunai) yang dilakukan perusahaan. Komponen ini adalah kebalikan dari cash-in

flow. Bila cash-in flow perusahaan menerima uang tunai, maka pada cash-out flow

ini perusahaan mengeluarkan uang tunai.

 Surplus/Defisit Kas (Net Cash Surplus/Defisit), yaitu selisih antara ”total kas

tersedia” dengan ”cash-out flow”.

 Saldo Kas Minimum (Minimum Cash Balance), yaitu suatu jumlah uang tunai

yang harus terus menerus dipegang perusahaan/proyek sepanjang waktu untuk

memastikan operasionalnya berjalan lancar.

 Kebutuhan Dana Tambahan (additional Financial Needs), yaitu jumlah dana yang

dibutuhkan untuk menutupi defisit kas

Jumlah dana yang dibutuhkan ini tergantung pada kondisi defisit kas dan saldo

minimal perusahaan:

 Bila tidak ada saldo kas minimum yang ingin dipelihara oleh perusahaan,

maka saldo defisit kas sama dengan jumlah kebutuhan dananya.

 Bila ada saldo kas minimum yang harus dijaga, dan saldo kas adalah defisit,

maka kebutuhan dana tambahan sama dengan kas minimum tersebut ditambah

jumlah defisit.

 Bila ada saldo kas miminum yang harus dijaga, dan saldo kas adalah surplus,

tetapi lebih kecil dari saldo kas minimum yang disyaratkan, maka kebutuhan

dana tambahan adalah sebesar selisih antara saldo kas minimum dengan saldo

surplus.

 Bila ada saldo kas minimum yang harus dijaga, dan posisi kas adalah surplus,

dengan nilai surplus di atas nilai saldo minimum, maka tidak dibutuhkan dana

tambahan.

 Saldo Kas Akhir (Ending Cash Balance), yaitu posisi kas tunai di akhir periode

(interval) setelah memperhitungkan kebutuhan tambahan.