BAB II KAJIAN PUSTAKA
B. PSAK Akuntansi Syariah
2. PSAK No 109
Munculnya PSAK 109 tentang Akuntansi Zakat dan
Infak/sedekah tidak luput dari peran PSAK 59. PSAK 59 sangat
membantu proses akuntansi Bank Syariah di Indonesia. Menurut
Muhammad (2014: 1.32) setelah tiga tahun digunakan, banyak
kalangan yang merasa bahwa PSAK 59 hanya bisa diaplikasikan pada
Akuntansi Perbankan Syariah, yaitu untuk Bank Layanan Umum
Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS), dan Bank Pengkreditan
Rakyat Syariah (BPRS).
Semenjak disahkannya PSAK 59, perkembangan industri
syariah mengalami kemajuan. Perkembangan industri syariah akhirnya
direspons IAI dengan membentuk Komite Akuntansi Syariah (KAS)
yang bertugas untuk merumuskan Standar Akuntansi Keuangan
Syariah pada tanggal 18 Oktober 2005.
Perkembangan industri syariah mendorong IAI untuk menyusun
PSAK 109 tentang akuntansi zakat dan infak/sedekah sebagai bagian
dari penyempurnaan transaksi pengelolaan zakat dan infak/sedekah
pada Lembaga Keuangan Syariah. Lembaga Keuangan Syariah yang
memiliki kompetensi untuk mengelola dana zakat, infak/sedekah (ZIS)
adalah Organisasi Pengelola Zakat yang berbentuk Badan Amil Zakat
(BAZ), Lembaga Amil Zakat (LAZ), maupun Unit Pengumpul Zakat
(UPZ) (Muhammad, 2010: 394).
PSAK 109 bertujuan untuk mengatur pengakuam, pengukuran,
penyajian, dan pengungkapan transaksi zakat dan infak/sedekah.
PSAK 109 berlaku untuk amil yang menerima dan menyalurkan zakat
dan infak/sedekah. Amil yang menerima dan menyalurkan zakat dan
infak/sedekah, yang selanjutnya disebut “amil”, merupakan organisasi
pengelola zakat yang pembentukannya dimaksudkan untuk
wajib diterapkan oleh amil yang mendapat izin dari regulator. (IAI,
2016: 109.1)
Berikut definisi-definisi khusus yang perlu diketahui dalam
PSAK 109 (IAI, 2016: 109.1):
a. Amil adalah entitas pengelola zakat yang pembentukannya dan
atau pengukuhannya diatur berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang dimaksudkan untuk mengumpulkan dan
menyalurkan zakat, infak/sedekah.
b. Dana amil adalah bagian amil atas dana zakat dan infak/sedekah
serta dana lain yang oleh pemberi diperuntukkan bagi amil. Dana
amil digunakan untuk pengelolaan amil.
c. Dana infak/sedekah adalah dana yang berasal dari penerimaan
infak/sedekah.
d. Dana zakat adalah dana yang berasal dari penerimaan zakat.
e. Infak/sedekah adalah harta yang diberikan secara sukarela oleh
pemiliknya, baik yang peruntukannya ditentukan maupun tidak
ditentukan.
f. Mustahik (mustahiq) adalah orang atau entitas yang berhak
menerima zakat. Mustahik terdiri dari:
1) Fakir;
2) Miskin;
3) Riqab;
5) Mualaf
6) Fisabilillah
7) Orang dalam perjalanan (ibnu sabil); dan
8) Amil
g. Muzaki (muzzaki) adalah individu muslim yang secara syariah
wajib membayar atau menunaikan zakat.
h. Nisab adalah batas minimum harta yang wajib dikeluarkan
zakatnya.
i. Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh muzaki sesuai
dengan ketentuan syariah untuk diberikan kepada yang berhak
menerimanya (mustahik).
3. Zakat dan Infak/Sedekah
a. Pengertian Zakat dan Infak/Sedekah
Zakat merupakan kewajiban berdasarkan syariat Islam dan
merupakan salah satu rukun Islam. Menurut Nurhayati (2009: 268)
dari segi bahasa, kata zakat merupakan kata dasar dari “zaka” yang berarti berkah, tumbuh, bersih, dan baik. Sedangkan zakat secara
terminologi berarti aktivitas memberikan harta tertentu yang
diwajibkan Allah dalam jumlah perhitungan tertentu untuk
diserahkan kepada orang-orang yang berhak. Zakat merupakan
suatu kewajiban muslim yang harus ditunaikan dan bukan
merupakan hak, sehingga kita tidak dapat memilih untuk
23 tahun 2011 pasal 1 ayat 2 “harta yang wajib dikeluarkan oleh
seorang muslim atau badan usaha untuk diberikan kepada yang
berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam”.
Menurut Nuryati (2009: 268), infak adalah membelanjakan,
sedangkan menurut terminologi artinya mengeluarkan harta karena
taat dan patuh kepada Allah SWT dan menurut kebiasaan yaitu
untuk memenuhi kebutuhan.
Pengeluaran infak dapat dilakukan oleh seorang muslim
sebagai rasa syukur ketika menerima rezeki dari Allah dengan
jumlah sesuai kerelaan dan kehendak muslim tersebut. Hal ini
sesuai dengan (QS 2:195) “.... dan tetaplah kamu berinfak untuk
agama Allah dan janganlah kamu menjerumuskan diri dengan
tanganmu ke lembah kecelakaan (karena menghentikan infak itu)”.
Sedekah adalah segala pemberian/kegiatan untuk
mengharap pahala dari Allah SWT. Sedekah memiliki dimensi
yang lebih luas dari infak, karena sedekah memiliki 3 pengertian
utama menurut Nurhayati (2009: 268):
1. Sedekah merupakan pemberian kepada fakir, miskin yang
membutuhkan tanpa mengharapkan imbalan (azzuhaili).
Sedekah bersifat sunnah.
2. Sedekah dapat berupa zakat, karena dalam beberapa teks
Al-Qur’an dan As-Sunnah ada yang tertulis dengan sedekah padahal yang dimaksud adalah zakat.
3. Sedekah adalah sesuatu yang ma’aruf (benar dalam pandangan
syariah).
b. Jenis Zakat dan Infak
Zakat terbagi atas dua jenis yakni: (Juanda, 2006: 18)
1. Zakat nafs (jiwa) atau zakat fitrah
Zakat yang wajib dikeluarkan umat muslim menjelang Idul Fitri
pada bulan Ramadhan. Besar zakat ini setara dengan 3,5 liter
(2,7 kilogram) makanan pokok yang ada di daerah
bersangkutan.
2. Zakat maal (harta)
Zakat yang dikelurkan umat muslim mencakup hasil perniagaan,
pertanian, pertambangan, hasil laut, hasil ternak, hasil temuan,
emas dan perak.
Jenis Infak menurut Nurhayati (2009: 269):
1. Infak wajib
Terdiri atas zakat dan nazar, yang bentuk dalam jumlah
pemberiannya telah ditentukan.
2. Infak sunnah
Infak yang dilakukan seorang muslim untuk mencari ridha
Allah, bisa dilakukan dengan berbagai cara dan bentuk.
Misalnya memberi makanan kepada orang yang terkena
mendapat pahala namun apabila tidak dikerjakan tidak mendapat
hukuman.
c. Hak Penerima Zakat
Terdapat dua kategori hak penerima zakat yaitu, yang
berhak menerima zakat dan tidak berhak (haram) menerima zakat
(Hasan, 1995: 43):
1. Yang berhak menerima zakat
a) Fakir, yaitu orang yang tidak berharta dan tidak mempunyai
pekerjaan atau usaha guna mencukupi kebutuhan hidupnya
(nafkah), sedang orang yang menanggung (menjamin) tidak
ada.
b) Miskin, yaitu orang tidak dapat mencukupi kebutuhan
hidupnya meskipun memiliki pekerjaan atau usaha tetap
tetapi hasil usaha itu belum dapat untuk memenuhi
kebutuhannya, dan orang yang menanggung (menjaminnya)
tidak ada.
c) Amil, yaitu orang atau panitia atau organisasi yang
mengurus zakat baik mengumpulkan, membagi, atau
mengelolanya.
d) Muallaf, yaitu orang yang masih lemah imannya karena
e) Riqab, (hamba sahaya) yang mempunyai perjanjian akan
dimerdekakan oleh majikannya dengan jalan menembus
dengan uang.
f) Ghorim, yaitu orang yang berhutang.
g) Fisabilillah yaitu orang yang berjuang di jalan Allah.
Usaha-usaha yang dilakukannya bertujuan untuk
meninggalkan syiar agama Islam seperti
membela/mempertahankan agama, mendirikan tempat
ibadah, pendidikan, danlembaga keagaman lainnya.
h) Ibnu sabil, yaitu orang yang kehabisan bekal dalam
berpergian dengan maksud baik.
2. Yang tidak berhak (haram) menerima zakat:
a) Orang kaya dan orang yang masih memiliki tenaga.
b) Hamba sahaya yang masih mendapatkan nafkah atau
tanggungan dari tuannya yang dimaksudkan disini adalah
orang yang berpenghasilan tetap.
c) Keturunan Nabi Muhammad (ahlul bait).
d) Orang yang dalam tanggungan dari orang yang berzakat,
misalnya anak dan istri.
d. Persamaan dan Perbedaan Zakat dan Infak/Sedekah
Menurut Widyarti (2014), zakat mempunyai kesamaan
berkaitan dengan harta, namun terdapat perbedaan antara zakat
dengan infak dan sedekah. Perbedaan tersebut adalah:
1. Dari segi hukumnya, zakat hukumnya wajib bagi umat Islam
yang telah memenuhi ketentuan, sedangkan sedekah dan infak
hukumnya sunnah.
2. Zakat mempunyai fungsi yang jelas untuk mensucikan atau
membersihkan harta dan jiwa pemberinya. Pengeluaran zakat
dilakukan dengan cara-cara dan syarat-syarat tertentu, baik
mengenai jumlah, waktu maupun kadarnya .
3. Infak dan sedekah bukan merupakan suatu kewajiban. Sifatnya
sukarela dan tidak terikat pada syarat-syarat tertentu dalam
pengeluarannya, baik mengenai jumlah, waktu maupun
kadarnya.
Perbedaan zakat dan infak/sedekah
Tabel 1 : Perbedaan Zakat, Infak/Sedekah.
Menurut Zakat Infak Sedekah
Kewajiban Amal wajib Amal tidak wajib Amal tidak wajib
Waktu pembayaran Ditentukan Kapan saja Kapan saja
Ketentuan Memberikan sebagian harta dengan ketentuan Membelanjakan hartanya untuk kepentingan diri sendiri Membelanjak an hartanya dijalan Allah Sumber: Hamka, 2012
C. Penerapan PSAK 109 pada Lembaga Amil Zakat dan Infak/Sedekah 1. Proses Akuntansi
PSAK No 109 mengatur tentang akuntansi zakat,
infak/sedekah. Pada dasarnya standar dalam siklus akuntansi adalah
sama untuk semua jenis organisasi laba atau organisasi nirlaba.
Menurut Hasiholan (2013: 4) siklus akuntansi dapat diuraikan sebagai
berikut:
1) Pencatatan data ke dalam dokumen sumber/bukti transaksi.
2) Setiap hari kita menjumpai dan melakukan transaksi keuangan.
Tidak semua transaksi keuanga perlu dicatat sehingga diperlukan
identifikasi atas transaksi-transaksi. Apabila ternyata transaksi
tersebut perlu untuk dicatat maka pencatatan tersebut perlu
dilakuakn dengan bukti transaksi yang lengkap.
3) Penjurnalan
Penjurnalan yaitu menganalisis dan mencatat transaksi dalam
jurnal (buku harian). Menurut (Mulyadi, 2016: 80) kolom-kolom
dalam jurnal umum tersebut diisi data berikut:
a) Kolom tanggal, diisi dengan tanggal terjadinya transaksi, yang
diisi secara berurutan sesuai dengan kronologi terjadinya
transaksi.
b) Kolom keterangan atau nama akun, diisi dengan keterangan
lengkap mengenai terjadinya transaksi yang terjadi, serta
c) Kolom nomor bukti, digunakan untuk mencatat nomor formulir
yang dipakai sebagai dasar pencatatan data dalam jurnal
tersebut.
d) Kolom nomor akun, diisi dengan nomor akun yang di debit dan
nomor akun yang di kredit dengan adanya transaski.
Pencantuman nomor akun dalam kolom ini digunakan untuk
proses peringkasan secara periodik, biasanya setiap bulan,
transaksi keuangan yang terjadi dalam periode tertentu.
e) Kolom debit dan kredit, diisi dengan jumlah rupiah transaksi.
Tabel 2 : Ilustrasi Jurnal Umum
Halaman : xx GENERAL JOURNAL
Tanggal Nama Akun Keterangan No Bukti No Akun Jumlah Debit Credit Sumber: Mulyadi, 2016: 80
Akun yang dipergunakan dalam akuntansi syariah pada
Lembaga Keuangan Syariah lebih banyak dibandingkan dengan
akun-akun yang umumnya digunakan oleh Lembaga Keuangan
Konvensional. Penyajian dari akun dalam akuntansi syariah telah
diatur pada masing-masing PSAK yang terkait dan secara rinci
(Wiroso, 2011: 25). Sama dengan PSAK 109, PSAK ini memiliki
akun-akun yang akan dipergunakan pada transaksi yang behubungan
dengan zakat dan infak/sedekah. PSAK 109 bisa diterapkan pada tahap
pencatatan dalam jurnal.
PSAK 109 mengatur tentang akuntansi zakat dan akuntansi
infak/sedekah yang ruang lingkupnya hanya untuk amil yang
menerima dan menyalurkan zakat dan infak/sedekah. Dalam PSAK
109 juga memiliki konsep dalam pengakuan, pengukuran , penyajian,
dan pengungkapan. Konsep-konsep ini akan menjelaskan bagaiamana
unsur-unsur laporan keuangan harus diakui, diukur, disajikan, dan
diungkapkan oleh Lembaga Amil Zakat, Infak/Sedekah.
Pengakuan adalah pencatatan suatu jumlah rupiah (kos) ke
dalam sistem akuntansi sehingga jumlah tersebut akan mempengaruhi
suatu pos dan terefleksi dalam laporan keuangan. Jadi, pengkauan
berhubungan dengan masalah apakah suatu transaski dicatat (dijurnal)
atau tidak (Suwardjono, 2005: 134).
Pengukuran adalah penentuan jumlah rupiah yang harus
dilekatkan pada suatu objek yang terlibat dalam suatu transaksi
keuangan. Jumlah rupiah ini akan dicatat untuk dijadikan dasar dalam
penyusunan statment keuangan (Suwardjono, 2005: 133).
Penyajian adalah menetapkan tentang cara-cara melaporkan
elemen atau pos dalam seperangkat statment keuangan agar elemen atau pos tersebut cukup informatif (Suwardjono, 2005: 134).
Pengungkapan berkaitan dengan cara pembeberan penjelasan
hal-hal informatif yang dianggap penting dan bermanfaat bagi pemakai
selain apa yang dapat dinyatakan melalui statment keuangan utama (Suwardjono, 2005: 134).
Berikut adalah konsep pengakuan, pengukuran menurut (IAI,
2014) dan perlakuan akuntansi yang mengacu pada PSAK 109
menurut Nurhayati (2013: 315):
a. Akuntansi Zakat
1) Penerimaan zakat
Penerimaan zakat diakui pada saat kas atau aset lainnya
diterima.
Zakat yang diterima dari muzakki diakui sebagai
penambah zakat.
a) Jumlah zakat yang diterima dalam bentuk kas
dicatat dalam jurnal sebagai berikut:
Tanggal Nama Akun
Keterangan R Jumlah Debit Kredit 20XX Jan 31 Kas xxx - Penerimaan Zakat - xxx
(mencatat penerimaan zakat
b) Jumlah zakat yang diterima dalam bentuk nonkas
dicatat dalam jurnal sebesar nilai wajar sebagai
berikut:
Tanggal Nama Akun
Keterangan R
Jumlah Debit Kredit
20XX
Jan 31 Aset Nonkas (nilai wajar) Xxx -
Penerimaan Zakat - xxx
(mencatat penerimaan zakat
dalam bentuk nonkas)
Akun yang digunakan dalam transaksi adalah:
1. Kas, jika penerimaan dalam bentuk kas. Kas adalah
akun untuk mencatat transaksi kas masuk dan kas
keluar yang dilakukan oleh amil.
2. Aset Nonkas, jika penerimaan tidak dalam bentuk
kas. Aset nonkas adalah akun untuk mencatat
penerimaan atau peenyerahan aset selain kas.
3. Penerimaan Zakat adalah akun untuk mencatat
transaksi penerimaan zakat yang diterima oleh amil.
Penentuan nilai wajar aset non kas yang diterima
menggunakan harga pasar. Jika harga pasar tidak tersedia,
maka penentuan nilai wajar metode yang lain sesuai yang
diatur dalam SAK yang relevan. Penerimaan zakat adalah akun
yang digunakan untuk mencatat transaksi penerimaan zakat
Jika muzakki menentukan mustahiq yang menerima
penyaluran zakat melalui amil, maka tidak ada bagian amil atas
zakat yang diterima. Amil dapat memperoleh ujrah atas
kegiatan tersebut. Ujrah ini berasal dari muzakki, di luar dana
zakat. Ujrah tersebut diakui sebagai penambah dana amil.
Transaksi dapat dicatat sebagai berikut:
Tanggal Nama Akun
Keterangan R
Jumlah Debit Kredit
20XX
Jan 31 Kas Xxx -
Penerimaan Dana Amil - Xxx
(mencatat penerimaan zakat
dalam bentuk nonkas)
Akun yang digunakan dalam transaksi adalah Kas dan
Penerimaan Dana Amil. Penerimaan Dana Amil adalah akun
untuk mencatat transaksi yang menambah dana amil di luar dari
zakat yang diterima, seperti saat muzakki yang menentukan
mustahiq.
Jika terjadi penurunan nilai aset zakat non kas, jumlah
kerugian yang ditanggung diperlakukan sebagai pengurang
zakat atau pengurang dana amil tergantung pada penyebab
Penurunan nilai aset zakat diakui sebagai:
a) Pengurang zakat, jika tidak disebabkan oleh kelalaian
amil dicatat dalam jurnal sebagai berikut:
Tanggal Nama Akun
Keterangan R
Jumlah Debit Kredit
20XX
Jan 31 Penurunan Nilai Aset xxx -
Aset Nonkas - Xxx
(mencatat penurunan nilai aset nonkas yang tidak disebabkan
oleh kelalaian amil)
b) Kerugian dan pengurang dana amil, disebabkan
kelalaian amil dicatat dalam jurnal sebagai berikut:
Tanggal Nama Akun
Keterangan R
Jumlah Debit Kredit
20XX
Jan 31
Kerugian Penurunan Nilai - Dana
Amil xxx -
Aset Nonkas - xxx
(mencatat kerugian penurunan nilai aset nonkas jika disebabkan
kelalaian amil)
Akun yang digunakan dalam mencatat penurunan nilai
aset zakat nonkas adalah:
1. Penurunan Nilai Aset adalah akun untuk mencatat
penurunan nilai aset zakat yang tidak tidak
disebabkan oleh amil atau berada di luar kendali
amil, seperti bencana alam atau penurunan pada
2. Kerugian Penurunan Nilai Dana Amil adalah akun
untuk mencatat penurunan nilai aset zakat yang
disebabkan oleh kelalaian amil misalnya ketika amil
tidak memelihara aset tersebut.
2) Penyaluran zakat
Zakat yang disalurkan kepada mustahiq, termasuk amil,
diakui sebagai pengurang zakat:
a) Jumlah yang disalurkan dalam bentuk kas dicatat dalam
jurnal sebagai berikut:
Tanggal Nama Akun
Keterangan R
Jumlah Debit Kredit
20XX
Jan 31 Penyaluran Zakat - Amil xxx -
Penyaluran Zakat – Mustahiq xxx -
Kas - xxx
(mencatat zakat yang disalurkan
dalam bentuk kas)
b) Jumlah yang disalurkan dalam bentuk aset non kas
dicatat dalam jurnal sebagai berikut:
Tanggal Nama Akun
Keterangan R
Jumlah Debit Kredit
20XX
Jan 31 Penyaluran Zakat - Amil xxx
Penyaluran Zakat – Mustahiq xxx -
Aset nonkas - xxx
(mencatat zakat yang disalurkan
Akun yang digunakan dalam transaksi adalah:
1. Penyaluran Zakat Amil adalah akun yang untuk
mencatat penyaluran dalam bentuk kas atau aset
nonkas kepada amil.
2. Penyaluran Zakat Mustahiq adalah akun untuk
mencatat penyaluran dalam bentuk kas atau nonkas
kepada mustahiq atau penerima zakat.
Efektivitas dan efisiensi pengelolaan zakat bergantung
pada profesionalisme amil. Dalam konteks ini, amil berhak
mengambil bagian dari zakat untuk menutup biaya operasioanal
dalam rangka melaksanakan fungsinya sesuai dengan kaidah
atau prinsip syariah dan tata kelola organisasi yang baik.
Kegiatan ini dapat dicatat dalam jurnal sebagai berikut:
Tanggal Nama Akun
Keterangan R
Jumlah Debit Kredit
20XX
Jan 31 Beban - Dana Fisabilillah xxx -
Kas - xxx
(mencatat pengeluaran untuk
operasional amil )
Akun yang digunakan dalam transaksi diatas adalah
Beban Dana Fisabilillah. Beban Dana Fisabilillah adalah akun
untuk mencatat beban yang dikeluarkan untuk pengeluaran
operasional amil ketika amil tidak bisa menutup beban
dalam hal ini amil dapat menjadi bagian dari fisabilillah karena
amil juga berjuang di jalan Allah.
Penentuan jumlah atau presentase bagian untuk
masing-masing mustahiq ditentukan oleh amil sesuai dengan prinsip
syariah, kewajaran, etika, dan ketentuan yang berlaku yang
dituangkan dalam bentuk kebijakan amil.
Beban penghimpunan dan penyaluran zakat harus
dikurangkan dari porsi amil. Amil dimungkinkan untuk
meminjam dana zakat dalam rangka menghimpun zakat.
Pinjaman ini sifatnya jangka pendek dan tidak boleh melebihi
satu periode maka dicatat dalam jurnal sebagai berikut:
Tanggal Nama Akun
Keterangan R
Jumlah Debit Kredit
20XX
Jan 31 Beban - Dana Amil Xxx -
Kas - xxx
(mencatat beban penghimpunan
dan penyaluran zakat)
Akun yang digunakan dalam transaksi adalah Beban
Dana Amil. Beban Dana Amil adalah akun untuk mencatat
beban yang dikeluarkan untuk menghimpun dan menyalurkan
zakat sesuai kebijakan amil, agar dana yang disalurkan lebih
banyak dari yang diterima muzakki.
Bagian dana zakat yang disalurkan untuk amil diakui
Zakat telah disalurkan kepada mustahik nonamil jika
sudah diterima oleh mustahik nonamil tersebut. Zakat yang
disalurkan melalui amil lain lain, tetapi belum diterima oleh
mustahik nonamil, belum memenuhi pengertian zakat telah
disalurkan. Amil lain tersebut tidak berhak mengambil bagian
dari dana zakat, namun dapat memperoleh ujrah dari amil
sebelumnya. Dalam keadaan tersebut, zakat yang disalurkan
diakui sebagai piutang penyaluran, sedangkan bagi amil yang
menerima diakui sebagai liabilitas penyaluran. piutang
penyaluran dana liabilitas penyaluran tersebut akan berkurang
ketika zakat disalurkan secara langsung kepada mustahiq
nonamil.
Dana zakat yang diserahkan kepada mustahik nonamil
dengan keharusan untuk mengembalikannya kepada amil,
belum diakui sebagai penyaluran zakat.
Dana zakat yang disalurkan dalam bentuk perolehan
aset tetap (aset kelolaan), misalnya rumah sakit, sekolah, mobil
ambulan, dan fasilitas umum lain, diakui sebagai:
a) Penyaluran zakat seluruhnya jika aset tetap tersebut
diserahkan untuk dikelola kepada pihak lain yang
Transaksi membeli aset tetap dicatat dalam jurnal
sebagai berikut:
Tanggal Nama Akun
Keterangan R
Jumlah Debit Kredit
20XX
Jan 31 Aset Tetap xxx -
Kas - xxx
(mencatat pembelian aset tetap
untuk penyaluran zakat)
Akun yang digunakan dalam transaksi adalah Aset
Tetap. Aset Tetap adalah akun untuk mencatat penerimaan,
pembelian atau penyerahan aset berwujud yang masa
manfaatnya lebih dari satu tahun seperti tanah, bangunan,
kendaraan, dan peralatan.
Transaksi penyaluran aset tetap tersebut dicatat
dalam jurnal sebagai berikut:
Tanggal Nama Akun
Keterangan R
Jumlah Debit Kredit
20XX
Jan 31 Penyaluran Zakat-Mustahiq xxx -
Aset Tetap - xxx
(mencatat penyaluran zakat
berupa aset tetap)
b) Penyaluran zakat secara bertahap jika aset tetap
tersebut masih dalam pengendalian amil atau pihak
lain yang dikendalikan amil. Penyaluran secara
bertahap diukur sebesar penyusutan aset tetap
Transaksi penyaluran bertahap dicatat dalam jurnal
sebagai berikut:
Tanggal Nama Akun
Keterangan R
Jumlah Debit Kredit
20XX
Jan 31
Penyaluran Zakat - Beban
Depresiasi xxx -
Akumulasi Penyusutan - xxx
(mencatat penyaluran zakat berupa aset tetap secara
bertahap)
Akun yang digunakan dalam transaksi adalah:
1. Penyaluran Zakat Beban Depresiasi adalah akun
untuk mencatat beban depresiasi aset zakat per
periode karena aset telah digunakan pada periode
tersebut.
2. Akumulasi Penyusutan adalah akun untuk mencatat
jumlah aset tetap zakat yang telah didepresiasikan
sampai periode tertentu dan transaksi penyerahan
aset tetap.
Transaksi penyaluran sepenuhnya dicatat dalam
jurnal sebagai berikut:
Tanggal Nama Akun
Keterangan R
Jumlah Debit Kredit
20XX
Jan 31 Akumulasi Penyusutan xxx -
Aset Tetap - xxx
(mencatat penyaluran zakat aset
b. Akuntansi Infak/ Sedekah
1) Penerimaan Infak/Sedekah
Infak/sedekah yang diterima diakui sebagai penambah
infak/sedekah terikat atau tidak terikat sesuai dengan tujuan
pemberi infak/sedekah sebesar:
a) Infak/sedekah yang diterima dalam bentuk kas dicatat
dicatat dalam jurnal sebagai berikut:
Tanggal Nama Akun
Keterangan R Jumlah Debit Kredit 20XX Jan 31 Kas xxx - Penerimaan Infak/Sedekah - Xxx (mencatat penerimaan
infak/sedekah dalam bentuk kas)
b) Jumlah infak/sedekah yang diterima dalam bentuk
nonkas dicatat dalam jurnal sebesar nilai wajar sebagai
berikut:
Tanggal Nama Akun
Keterangan R
Jumlah Debit Kredit
20XX
Jan 31 Aset Nonkas (nilai wajar) xxx -
Penerimaan
Infak/Sedekah - xxx
(mencatat penerimaan infak/sedekah dam bentuk
Akun yang digunakan dalam transaksi adalah:
1. Kas, jika penerimaan dalam bentuk kas. Kas adalah
akun untuk mencatat transaksi kas masuk dan kas
keluar yang dilakukan oleh amil.
2. Aset Nonkas, jika penerimaan tidak dalam bentuk
selain kas. Aset Nonkas adalah akun untuk mencatat
penerimaan atau penyerahan aset selain kas.
3. Penerimaan Infak/Sedekah adalah akun untuk
mencatat transaksi penerimaan infak/sedekah yang
diterima oleh amil.