ABSTRAK
ANALISIS PENERAPAN PSAK SYARIAH NO 109 PADA LEMBAGA AMIL ZAKAT DAN INFAK/SEDEKAH (LAZIS)
(Studi Kasus LAZIS YBW UII Yogyakarta)
Lidya Aprilia NIM: 132114086 Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2017
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesesuaian penerapan PSAK Syariah No 109 pada Lembaga Amil Zakat dan Infak/Sedekah YBW UII dengan konsep pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan PSAK Syariah No 109.
Jenis dalam penelitian ini adalah studi kasus. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan metode wawancara dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep pengakuan dan pengukuran zakat pada Lembaga Amil Zakat dan Infak/Sedekah YBW UII sudah sesuai dengan PSAK Syariah No 109. Konsep pengakuan dan pengukuran infak/sedekah pada Lembaga Amil Zakat dan Infak/Sedekah YBW UII UII belum sepenuhnya sesuai dengan PSAK Syariah No 109. Konsep penyajian dan pengungkapan pada Lembaga Amil Zakat dan Infak/Sedekah YBW UII belum sesuai dengan PSAK Syariah No 109.
ABSTRACK
ANALISIS PENERAPAN PSAK SYARIAH NO 109 PADA LEMBAGA AMIL ZAKAT DAN INFAK/SEDEKAH (LAZIS)
(Studi Kasus LAZIS YBW UII Yogyakarta)
Lidya Aprilia NIM: 132114086 Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2017
The research aims is to analyze the accordance of the Statement of Islamic Financial Accounting Standards (SFAS Sharia) Number 109 Amil Zakat Institution and in Infaq/Alms YBW UII.
This research is a case study research. The research method is descriptive analysis method. The data of this research are collacted using intervuews and documentation method.
The result of the research showed that the concepts of zakat recognation and measurement at Amil Zakat Institution and on Infaq/Alms YBW UII have been in accordance with the Statment of Islamic Financial Accounting Standards (SFAS Sharia) Number 109. In the other hand, the concepts of infaq/alms recognation and measurement and also the concepts of presentation and disclosure at Amil Zakat Institution and on Infaq/Alms YBW UII have not been in accordance with Statment of Islamic Financial Accounting Standards (SFAS Sharia) Number 109
ANALISIS PENERAPAN PSAK SYARIAH NO 109 PADA LEMBAGA AMIL ZAKAT DAN INFAK/SEDEKAH (LAZIS)
(Studi Kasus LAZIS YBW UII Yogyakarta)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gerlar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh : Lidya Aprilia NIM : 132114086
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
i
ANALISIS PENERAPAN PSAK SYARIAH NO 109 PADA LEMBAGA AMIL ZAKAT DAN INFAK/SEDEKAH (LAZIS)
(Studi Kasus LAZIS YBW UII Yogyakarta)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gerlar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh : Lidya Aprilia NIM : 132114086
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
LEMBAR PERSEMBAHAN
If You Never Try You Will Never Know
If You’re Greatful, I Will Give You More
(QS, 14:7)
Kun Fayakun
“If It;s Meant To Be, It Will Be”
(QS, 2:117)
Skripsi ini saya persembahkan untuk: Allah SWT Mama, Papa, Intan Suyutno’s Family Husna’s Family
v
UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI PROGRAM STUDI AKUNTANSI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul:
ANALISIS PENERAPAN PSAK SYARIAH NO 109 PADA LEMBAGA AMIL ZAKAT DAN INFAK/SEDEKAH (LAZIS)
(Studi Kasus LAZIS YBW UII Yogyakarta)
Dan diajukan untuk diuji pada tanggal 10 Mei 2017 adalah hasil karya saya.
Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.
Apabila saya melakukan hal tersebut di atas, baik sengaja ataupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.
Yogyakarta, 30 Juni 2017 Yang membuat pernyataan,
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswi Universitas Sanata Dharma:
Nama : Lidya Aprilia
Nomor Induk Mahasiswa (NIM) : 132114086
Demi pengembangan ilmu pengetahuan saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
ANALISIS PENERAPAN PSAK SYARIAH NO 109 PADA LEMBAGA AMIL ZAKAT DAN INFAK/SEDEKAH (LAZIS)
(Studi Kasus LAZIS YBW UII Yogyakarta)
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan seharusnya.
Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal, 30 Juni 2017 Yang Menyatakan,
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Johanes Eka Priyatma, M. Sc., Ph. D selaku Rektor Univesitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan kepribadian penulis.
2. Albertus Yudi Yuniarto. S.E., M.B.A selaku dekan Fakultas Ekonomi Univesitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk menimba ilmu di Fakultas Ekonomi Univesitas Sanata Dharma kepada penulis.
3. Drs. YP. Supardiyono, M.Si., Ak., QIA., CA. selaku Ketua Jurusan Akuntansi Universitas Sanata Dharma.
4. Ilsa H. Suryandari, SE, S.IP., M.Sc., Ak selaku dosen pembimbing akademik .
5. Drs. Gabriel Anto Listianto, M.S.A., Ak selaku pembimbing yang telah membantu serta membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 6. Drs. M. Sularno, MA selaku ketua LAZIS YBW UII yang telah
memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian di LAZIS YBW UII Yogyakarta.
7. Mba dewi dan Mas bagas selaku pihak LAZIS YBW UII yang telah membantu memberikan data yang diperlukan untuk keperluan penelitian. 8. Riyanto Sutiarso, SE, MAK, AKT., CA., BKP yang telah memberikan
informasi mengenai Akuntansi Syariah.
viii
10.Mas Rangga yang selalu memberikan motivasi dan semangat kepada penulis.
11.Sahabat-sahabat penulis (Tata, Siska, Martin, Alma, Vina, Memey, Enggar, Lizdha, Feli, Maria, Ririn)
12.Teman-teman Kelas Akuntansi 2013.
13.Teman-teman MPAT yang telah berbagi ide serta masukan-masukan yang positif kepada penulis.
14.Teman-teman UKF Basket Ekonomi (BATAKO).
Yogyakarta, 30 Juni 2017
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH ... vi
3. Zakat, Infak/Sedekah... 15
a. Pengertiam Zakat, Infak/Sedekah ... 15
b. Jenis Zakat dan Infak ... 17
c. Hak Penerima Zakat ... 18
d. Persamaan dan Perbedaan Zakat dan Infak/Sedekah ... 19
C. Penerapan PSAK 109 pada LAZIS ... 21
1. Proses Akuntansi ... 21
a. Akuntansi untuk Zakat ... 24
x
D. Peneliti Tedahulu ... 59
BAB III METODE PENELITIAN ... 62
A. Objek Penelitian ... 62
B. Metode dan Desain Penelitian ... 62
C. Teknik Pengumpulan Data ... 63
D. Teknik Analisa Data ... 64
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 67
A. Sejarah Berdirinya LAZIS YBW UII ... 67
B. Visi, Misi dan Fokus Program LAZIS YBW UII ... 68
C. Program Kerja LAZIS YBW UII ... 69
D. Struktur Organisasi ... 72
E. Sumber Dana ... 72
F. Penghimpunan Dana zakat, Infak/Sedekah ... 73
G. Penyaluran Dana Zakat, Infak/Sedekah ... 74
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 75
A. Analisis Data ... 75
1. Deskripsi Akuntansi Zakat, Infak/Sedekah ... 75
2. Deskripsi Pengakuan dan Pengukuran ... 82
3. Deskripsi Penyajian ... 98
4. Deskripsi Pengungkapan ... 102
5. Perbandingan Pengakuan dan Pengukuran Zakat ... 104
6. Perbandingan Pengakuan dan Pengukuran Infak/Sedekah ... 107
7. Perbandingan Penyajian ... 111
8. Perbandingan Pengungkapan ... 111
9. Deskripsi Hasil Perbandingan ... 116
B. Pembahasan ... 122
BAB VI PENUTUP ... 125
A.Kesimpulan... 125
B.Keterbatasan ... 125
C.Saran ... 125
DAFTAR PUSTAKA ... 127
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Perbedaan Zakat, Infak/Sedekah ... 20
Tabel 2. Ilustrasi Jurnal Umum ... 22
Tabel 3. Ilustrasi Buku Besar ... 43
Tabel 4. Ilustrasi Neraca Saldo ... 44
Tabel 5. Ilstrasi Adjusted Trial Balance ... 46
Tabel 6. Ilustrasi Neraca Lajur ... 47
Tabel 7. Ilustrasi Laporan Posisi Keuangan Amil ... 52
Tabel 8.Ilstrasi Laporan Perubahan Dana Amil ... 54
Tabel 9. Ilustrasi Laporan Perubahan Aset Kelolaan Amil ... 56
Tabel 10. Perbandingan Konsep Pengakuan dan Pengukuran Zakat ... 104
Tabel 11. Perbandingan Konsep Pengakuan dan Pengukuran Infak/Sedekah .... 107
Tabel 12. Perbandingan Konsep Penyajian ... 111
Tabel 13. Perbandingan konsep Pengungkapan ... 111
Tabel 14. Hasil Analisis Konsep Pengakuan dan Pengukuran Zakat ... 116
xii
ABSTRAK
ANALISIS PENERAPAN PSAK SYARIAH NO 109 PADA LEMBAGA AMIL ZAKAT DAN INFAK/SEDEKAH (LAZIS)
(Studi Kasus LAZIS YBW UII Yogyakarta)
Lidya Aprilia NIM: 132114086 Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2017
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesesuaian penerapan PSAK Syariah No 109 pada Lembaga Amil Zakat dan Infak/Sedekah YBW UII dengan konsep pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan PSAK Syariah No 109.
Jenis dalam penelitian ini adalah studi kasus. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan metode wawancara dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep pengakuan dan pengukuran zakat pada Lembaga Amil Zakat dan Infak/Sedekah YBW UII sudah sesuai dengan PSAK Syariah No 109. Konsep pengakuan dan pengukuran infak/sedekah pada Lembaga Amil Zakat dan Infak/Sedekah YBW UII UII belum sepenuhnya sesuai dengan PSAK Syariah No 109. Konsep penyajian dan pengungkapan pada Lembaga Amil Zakat dan Infak/Sedekah YBW UII belum sesuai dengan PSAK Syariah No 109.
xiii
ABSTRACK
ANALISIS PENERAPAN PSAK SYARIAH NO 109 PADA LEMBAGA AMIL ZAKAT DAN INFAK/SEDEKAH (LAZIS)
(Studi Kasus LAZIS YBW UII Yogyakarta)
Lidya Aprilia NIM: 132114086 Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2017
The research aims is to analyze the accordance of the Statement of Islamic Finansial Accounting Standards (SFAS Sharia) Number 109 Amil Zakat Institution and in Infaq/Alms YBW UII.
This research is a case study research. The research method is descriptive analysis method. The data of this research are collacted using intervuews and documentation method.
The result of the research showed that the concepts of zakat recognation and measurement at Amil Zakat Institution and on Infaq/Alms YBW UII have been in accordance with the Statment of Islamic Financial Accounting Standards (SFAS Sharia) Number 109. In the other hand, the concepts of infaq/alms recognation and measurement and also the concepts of presentation and disclosure at Amil Zakat Institution and on Infaq/Alms YBW UII have not been in accordance with Statment of Islamic Financila Accounting Standards (SFAS
Sharia) Number 109.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Lembaga Amil Zakat dan Infak/Sedekah (LAZIS) merupakan
bagian dari organisasi nirlaba, yaitu organisasi yang dalam menjalankan
aktivitasnya tidak berorientasi mencari keuntungan (Muhammad,
2010:66). LAZIS merupakan salah satu contoh organisasi nirlaba yang
bergerak dalam bidang keagamaan. Lembaga ini memiliki peran yang
penting, karena menjadi wadah bagi kaum muslim untuk mengumpulkan
serta menyalurkan dana zakat dan infak/sedekah. Dana yang terkumpul
harus disalurkan kepada beberapa golongan yang sudah ditentukan.
Menurut Widhi (2015) dalam mengelola dana zakat dan infak/sedekah
LAZIS harus bekerja secara profesional, amanah, transparan karena
LAZIS juga harus memberikan informasi mengenai pengelolaan dana bagi
pihak yang memiliki kepentingan. Informasi tersebut merupakan salah
satu kriteria yang menentukan tingkat akuntabilitas dan transparansi suatu
lembaga atau organisasi nirlaba.
Akuntabilitas dan transparansi dari Lembaga Amil Zakat,
Infak/Sedekah telah diatur oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). PSAK
Syariah No 109 telah disahkan pada tanggal 6 April 2010. PSAK Syariah
No. 109 dibuat untuk menyamakan bentuk laporan transaksi zakat,
infak/sedekah. Oleh karena itu untuk memberikan informasi pengelolaan
Praktik yang harusnya diterapkan masih tidak sejalan dengan
kondisi yang terjadi di lapangan. Masih banyak LAZIS yang belum
menerapkan PSAK No 109, padahal perkembangan LAZIS di Indonesia
lebih maju dibandingkan dengan perkembangan Badan Amil Zakat
Nasional (BAZNAS) yang dibuat oleh Pemerintah. Penerapan PSAK
Syariah No 109 pada Organisasi Pengelola Zakat baik LAZIS maupun
BAZNAS sangat penting. Sesuai dengan Peraturan Badan Amil Zakat
Nasional No 02 Tahun 2014 Bab II Pasal 3 yang menyebutkan bahwa
“LAZ harus bersedia diaudit syariat dan keuangan secara berkala”. Oleh karena itu IAI membuat PSAK Syariah No 109 untuk menyamakan
laporan keuangan serta memudahkan dalam proses pengauditan, karena
audit atas laporan keuangan LAZIS merupakan bentuk transparansi kepada
masyarakat. Lebih jauh lagi dana yang dikumpulkan merupakan dana
umat.
Berdasarkan riset yang telah dilakukan, beberapa peneliti
menyimpulkan bahwa ada Organisasi Pengelola Zakat yang belum
menerapkan PSAK No. 109. Menurut Indrayani, dkk (2011), Hariyanto,
dkk (2014), Purnomo (2011), proses akuntansi zakat masih tergolong
sangat sederhana, perlakuan akuntansi pada transaksi zakat, infak/sedekah
masih banyak yang belum sesuai sedangkan dari penyajian laporan
keuangan masih belum sesuai dengan PSAK 109. Idelanya menurut PSAK
109 laporan keuangan ada lima jenis yaitu: neraca, laporan perubahan
laporan keuangan. Dengan demikian, LAZIS terkait belum secara penuh
menerapkan PSAK 109 dalam pembukuan akuntansi dan pelaporan
keuangannya. Namun, menurut Listyowati (2016), Kholifah (2014), dan
Megawati (2013) menyimpulkan bahwa proses akuntansi yang dilakukan
sudah lengkap, pengakuan dan pengukuran transaksi akuntansi sudah
sesuai PSAK 109. Terdapat lebih dari dua komponen laporan keuangan
yang sesuai dengan PSAK 109.
LAZIS YBW UII adalah salah satu LAZIS yang berskala Provinsi
yang telah mendapat izin melalui SK Gubernur Yogyakarta, diharapkan
LAZIS menerapkan standar yang telah dibuat. Menurut ruang lingkup
PSAK No 109 standar ini wajib digunakan bagi organisasi pengelola zakat
yang telah mendapat izin dari regulator.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti akan
mengambil judul “Analisis Penerapan PSAK Syariah No 109 pada Lembaga Amil Zakat dan Infak/Sedekah (Studi kasus pada LAZIS YBW UII)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah “Apakah penerapan PSAK Syariah No 109 di
C. Batasan Masalah
Penelitian ini terbatas pada penerapan konsep pengakuan dan
pengukuran, penyajian, pengungkapan selama periode Mei – Agustus
2016 yang tersedia. Peneliti tidak menggunakan laporan tahunan dan tidak
berpengaruh dengan analisis data yang akan dilakukan.
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini
adalalah untuk mengetahui kesesuaian penerapan pengakuan, pengukuran,
penyajian, dan pengungkapan PSAK Syariah No. 109 pada LAZIS YBW
UII.
E. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian diharapkan dapat mencapai tujuan dan
memberi manfaat serta informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan
dan berkepentingan. Adapun kegunaan penelitian ini adalah:
1. Bagi Penulis
Penelitian ini menambah pengalaman dan memperluas wawasan penulis
khususnya mengenai PSAK Akuntansi Syariah yang diterapkan di
Lembaga Amil Zakat dan Ifak/Sedekah.
2. Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan berguna sebagai masukan positif dan
bermanfaat bagi perusahaan terutama berkenaan dengan penerapan
3. Bagi Pembaca
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi
yang berguna dan bermanfaat bagi pembaca untuk menambah wawasan
dan pengetahuannya tentang peranan PSAK Akuntansi Syariah pada
Lembaga Amil Zakat, Infak/Sedekah.
F. Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan
Bab ini menguraikan mengenai latar belakang maslah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan
sistematika penulisan.
Bab II Kajian Pustaka
Bab ini menguraikan teori yang digunakan sebagai
landasan untuk mengolah data. Teori yang berkaitan
dengan Lembaga Amil Zakat, Infak/Sedekah, PSAK 109,
dan Penerapan PSAK 109 di Lembaga Amil Zakat,
Infak/Sedekah.
Bab III Metode Penelitian
Bab ini berisi uraian menegenai jenis penelitian, tempat dan
waktu penelitian, teknik pengumpulan data yang
Bab VI Gambaran Umum Perusahaan
Bab ini mengurikan tentang sejarah singkat Lembaga Amil
Zakat, Infak/Sedekah UII, struktur organisasi, dan
personalia.
Bab V Analisis Data
Bab ini membahas hasil penelitian mengenai penerapan
akuntansi di Lembaga Amil Zakat, Infak/Sedekah UII
dengan menggunakan teknik analisis data.
Bab VI Penutup
Bab ini berisi ringkasan hasil analisis data dan saran yang
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Lembaga Amil Zakat, Infak/Sedekah (LAZIS)
Organisasi Pengelola Zakat merupakan sebuah institusi yang
bergerak di bidang pengelolaan dana zakat, infak, dan sedekah.
Keberadaan Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) di Indonesia diatur oleh
beberapa peraturan perundang-undangan, yaitu (Muhammad, 2010: 67):
1. UU No 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat.
2. Keputusan Menteri Agama no. 581 Tahun 1999 tentang Pelaksanaan
UU No 38 Tahun 1999.
3. Keputusan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan
Haji No. D/291 tentang pedoman Teknis Pengelolaan Zakat.
Berdasarkan UU RI Nomor 23 Tahun 2011 diakui adanya dua jenis
Organisasi Pengelola Zakat yakni:
1. Badan Amil Zakat (BAZ). Badan Amil Zakat adalah organisasi
pengelola zakat yang dibentuk oleh pemerintah.
2. Lembaga Amil Zakat (LAZ). Lembaga Amil Zakat adalah organisasi
pengelola zakat yang sepenuhnya dibentuk oleh masyarakat, dan
dikukuhkan oleh pemerintah.
Pasal 28 ayat 1 pada UU RI Nomor 23 Tahun 2011 menjelaskan
bahwa “selain menerima zakat, BAZNAS atau LAZ juga dapat menerima
dana infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya sering disebut
LAZIS yaitu Lembaga Amil Zakat dan Infak/Sedekah.
Dalam perkembangannya Lembaga Amil Zakat (LAZ) lebih maju
dan dinamis dibandingkan Badan Amil Zakar (BAZ). Bentuk LAZ bisa
dikembangkan dalam berbagai kelompok masyarakat, takmir masjid,
yayasan pengelola dan zakat dan infak/sedekah (ZIS) maupun Unit
Pengumpul Zakat (UPZ) yang ada di setiap perusahan yang berusaha
mengorganisir pengumpulan dan ZIS dari direksi maupun karyawan.
Perkembangan BAZ dan LAZ di Indonesia perlu diikuti dengan
proses akuntabilitas publik yang baik dan transparan dengan
mengedepankan motivasi melaksanakan amanah ummat. Ini terbukti
dengan adanya Undang-undang yang diatur pemerintah yaitu, UU Nomor
38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat Pasal 31 yang isinya “Badan
amil zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) memberikan laporan
tahunan pelaksanaan tugasnya kepada pemerintah sesuai dengan
tingkatannya selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah akhir tahun.”
1. Izin Pembentukan Lembaga Amil Zakat (LAZ)
Pembentukan LAZ wajib mendapat izin Menteri atau pejabat
yang ditunjuk oleh Menteri sesuai dengan Peraturan Badan Amil Zakat
UU No 23 Tahun 2011 Pasal 18 Ayat 1. UU No 23 Tahun 2011 Pasal
18 Ayat 2 menjelaskan bahwa izin sebagaimana dimaksud pada ayat
a. Terdaftar sebagai organisasi kemasyarakatan Islam yang mengelola
bidang pendidikan, dakwah, dan sosial;
b. Berbentuk lembaga berbadan hukum;
c. Mendapat rekomendasi dari BAZNAS;
d. Memiliki pengawas syariat;
e. Memiliki kemampuan teknis, administratif, dan keuangan untuk
melaksanakan kegiatannya;
f. Bersifat nirlaba;
g. Memiliki program untuk mendayagunakan zakat bagi
kesejahteraan umat; dan
h. Bersedia diaudit syariat dan keuangan secara berkala.
Munculnya Lembaga Amil Zakat dibagi menjadi 3 (tiga)
kelompok berdasarkan Peraturan BAZNAS No. 02 Tahun 2014 yaitu:
a. Lembaga Amil Zakat berskala Nasional
Izin pembentukan LAZ berskala Nasional dapat diajukan oleh
organisasi kemasyarakatan Islam berskala Nasional, yayasan
berbasis Islam, atau perkumpulan berbasis Islam.
b. Lembaga Amil Zakat berskala Provinsi
Izin pembentukan LAZ berskala Provinsi dapat diajukan oleh
organisasi kemasyarakatan Islam berskala Nasional, yayasan
c. Lembaga Amil Zakat berskala Kabupaten/Kota
Izin pembentukan LAZ berskala Kabupaten/Kota dapat diajukan
oleh organisasi kemasyarakatan Islam berskala Kabupaten/Kota,
yayasan berbasis Islam, atau perkumpulan berbasis Islam.
2. Jenis Dana yang dikelola LAZIS
Organisasi Pengelola Zakat dapat menerima dan mengelola
berbagai jenis dana. Menurut Widyarti (2014) jenis dana yang dikelola
LAZIS dibagi menjadi beberapa bagian, diantaranya:
a. Dana Zakat
Pada dasarnya zakat terdiri dari 2 jenis yaitu zakat maal (harta) dan
zakat fitrah (jiwa). Zakat maal wajib dikeluarkan oleh orang-orang
yang memiliki harta atau kekayaan. Zakat fitrah wajib dikeluarkan
oleh orang-orang yang mampu setiap bulan Ramadhan. Berkaitan
dengan masalah akuntansi, dana zakat dapat dibagi menjadi:
1) Dana zakat umum yaitu zakat yang diberikan oleh muzakki kepada
orang tanpa permintaan tertentu.
2) Dana zakat dikhususkan yaitu zakat yang diberikan oleh muzakki
kepada OPZ dengan permintaan tertentu. Misalnya, permintaan
untuk disalurkan kepada anak yatim untuk program beasiswa dan
lain-lain.
b. Dana Infak/Sedekah
Infaq adalah mengeluarkan sebagian harta untuk dipergunakan di
Sedangkan sedekah mempunyai arti lebih luas dibanding infaq,
tidak hanya berasak dari harta. Dana infak/sedekah dapat dibagi
menjadi:
1) Dana infak/sedekah umum yaitu infak/sedekah yang diberikan
para donatur kepada OPZ tanpa persyaratan apapun.
2) Dana infak/sedekah dikhususkan yaitu infaq/sedekah yang
diberikan para donatur kepada OPZ dengan berbagai persyaratan
tertentu, seperti untuk disalurkan kepada masyarakat di wilayah
tertentu.
c. Dana Pengelola
Dana pengelola yang dimaksud adalah dana pengelolaan. Dana
pengelola adalah dana hak amil yang dipergunakan untuk
membiayai operasional lembaga seperti yang dijelaskan pada UU
No 23 Tahun 2011 BAB IV tentang Pembiayaan Pasal 32 bahwa
“LAZ dapat menggunakan hak Amil untuk membiayai kegiatan
operasional”.Dana ini dapat bersumber dari:
1) Hak amil dari dana zakat.
2) Bagian tertentu dari dana infak/sedekah.
3) Sumber-sumber lain yang tidak bertentangan dengan syariah.
B. PSAK Akuntansi Syariah 1. Sejarah Akuntansi Syariah
dibentuk dari penelitian-penelitian dan diskusi-diskusi mengenai
perkembangan Standar Akuntansi Bank Syariah yang telah dimulai
dari 1987. Menurut Muhammad (2014: 1.3) organisasi ini terdaftar
sebagai organisasi nirlaba yang berdomisili di Manama, Ibukota
Negara Bahrain pada 11 Ramadhan 1411 H atau 27 Maret 1991. Sejak
pendirian organisasi tersebut kemudian berlanjut dengan upaya
penyusunan Standar-standar Akuntansi Keungan Bank dan Lembaga
Keuangan Syariah. Seiring dengan berjalannya waktu The Financial Accounting Organization for Islamic Banks and Financial Institution
berganti nama menjadi The Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions (AAOIFI).
Setelah berjalannya organisasi AAOIFI yang menjadi
tonggak akuntansi Islam International, Indonesia mensahkan PSAK 59
tentang Akuntansi Perbankan Syariah dan Kerangka Dasar
Penyusunan Laporan Keuangan Bank Syariah pada 1 Mei 2002. PSAK
ini resmi berlaku sejak 1 Januari 2003.
2. PSAK No 109
Munculnya PSAK 109 tentang Akuntansi Zakat dan
Infak/sedekah tidak luput dari peran PSAK 59. PSAK 59 sangat
membantu proses akuntansi Bank Syariah di Indonesia. Menurut
Muhammad (2014: 1.32) setelah tiga tahun digunakan, banyak
kalangan yang merasa bahwa PSAK 59 hanya bisa diaplikasikan pada
Akuntansi Perbankan Syariah, yaitu untuk Bank Layanan Umum
Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS), dan Bank Pengkreditan
Rakyat Syariah (BPRS).
Semenjak disahkannya PSAK 59, perkembangan industri
syariah mengalami kemajuan. Perkembangan industri syariah akhirnya
direspons IAI dengan membentuk Komite Akuntansi Syariah (KAS)
yang bertugas untuk merumuskan Standar Akuntansi Keuangan
Syariah pada tanggal 18 Oktober 2005.
Perkembangan industri syariah mendorong IAI untuk menyusun
PSAK 109 tentang akuntansi zakat dan infak/sedekah sebagai bagian
dari penyempurnaan transaksi pengelolaan zakat dan infak/sedekah
pada Lembaga Keuangan Syariah. Lembaga Keuangan Syariah yang
memiliki kompetensi untuk mengelola dana zakat, infak/sedekah (ZIS)
adalah Organisasi Pengelola Zakat yang berbentuk Badan Amil Zakat
(BAZ), Lembaga Amil Zakat (LAZ), maupun Unit Pengumpul Zakat
(UPZ) (Muhammad, 2010: 394).
PSAK 109 bertujuan untuk mengatur pengakuam, pengukuran,
penyajian, dan pengungkapan transaksi zakat dan infak/sedekah.
PSAK 109 berlaku untuk amil yang menerima dan menyalurkan zakat
dan infak/sedekah. Amil yang menerima dan menyalurkan zakat dan
infak/sedekah, yang selanjutnya disebut “amil”, merupakan organisasi
pengelola zakat yang pembentukannya dimaksudkan untuk
wajib diterapkan oleh amil yang mendapat izin dari regulator. (IAI,
2016: 109.1)
Berikut definisi-definisi khusus yang perlu diketahui dalam
PSAK 109 (IAI, 2016: 109.1):
a. Amil adalah entitas pengelola zakat yang pembentukannya dan
atau pengukuhannya diatur berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang dimaksudkan untuk mengumpulkan dan
menyalurkan zakat, infak/sedekah.
b. Dana amil adalah bagian amil atas dana zakat dan infak/sedekah
serta dana lain yang oleh pemberi diperuntukkan bagi amil. Dana
amil digunakan untuk pengelolaan amil.
c. Dana infak/sedekah adalah dana yang berasal dari penerimaan
infak/sedekah.
d. Dana zakat adalah dana yang berasal dari penerimaan zakat.
e. Infak/sedekah adalah harta yang diberikan secara sukarela oleh
pemiliknya, baik yang peruntukannya ditentukan maupun tidak
ditentukan.
f. Mustahik (mustahiq) adalah orang atau entitas yang berhak
menerima zakat. Mustahik terdiri dari:
1) Fakir;
2) Miskin;
3) Riqab;
5) Mualaf
6) Fisabilillah
7) Orang dalam perjalanan (ibnu sabil); dan
8) Amil
g. Muzaki (muzzaki) adalah individu muslim yang secara syariah
wajib membayar atau menunaikan zakat.
h. Nisab adalah batas minimum harta yang wajib dikeluarkan
zakatnya.
i. Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh muzaki sesuai
dengan ketentuan syariah untuk diberikan kepada yang berhak
menerimanya (mustahik).
3. Zakat dan Infak/Sedekah
a. Pengertian Zakat dan Infak/Sedekah
Zakat merupakan kewajiban berdasarkan syariat Islam dan
merupakan salah satu rukun Islam. Menurut Nurhayati (2009: 268)
dari segi bahasa, kata zakat merupakan kata dasar dari “zaka” yang
berarti berkah, tumbuh, bersih, dan baik. Sedangkan zakat secara
terminologi berarti aktivitas memberikan harta tertentu yang
diwajibkan Allah dalam jumlah perhitungan tertentu untuk
diserahkan kepada orang-orang yang berhak. Zakat merupakan
suatu kewajiban muslim yang harus ditunaikan dan bukan
merupakan hak, sehingga kita tidak dapat memilih untuk
23 tahun 2011 pasal 1 ayat 2 “harta yang wajib dikeluarkan oleh
seorang muslim atau badan usaha untuk diberikan kepada yang
berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam”.
Menurut Nuryati (2009: 268), infak adalah membelanjakan,
sedangkan menurut terminologi artinya mengeluarkan harta karena
taat dan patuh kepada Allah SWT dan menurut kebiasaan yaitu
untuk memenuhi kebutuhan.
Pengeluaran infak dapat dilakukan oleh seorang muslim
sebagai rasa syukur ketika menerima rezeki dari Allah dengan
jumlah sesuai kerelaan dan kehendak muslim tersebut. Hal ini
sesuai dengan (QS 2:195) “.... dan tetaplah kamu berinfak untuk
agama Allah dan janganlah kamu menjerumuskan diri dengan
tanganmu ke lembah kecelakaan (karena menghentikan infak itu)”.
Sedekah adalah segala pemberian/kegiatan untuk
mengharap pahala dari Allah SWT. Sedekah memiliki dimensi
yang lebih luas dari infak, karena sedekah memiliki 3 pengertian
utama menurut Nurhayati (2009: 268):
1. Sedekah merupakan pemberian kepada fakir, miskin yang
membutuhkan tanpa mengharapkan imbalan (azzuhaili).
Sedekah bersifat sunnah.
2. Sedekah dapat berupa zakat, karena dalam beberapa teks
Al-Qur’an dan As-Sunnah ada yang tertulis dengan sedekah
3. Sedekah adalah sesuatu yang ma’aruf (benar dalam pandangan
syariah).
b. Jenis Zakat dan Infak
Zakat terbagi atas dua jenis yakni: (Juanda, 2006: 18)
1. Zakat nafs (jiwa) atau zakat fitrah
Zakat yang wajib dikeluarkan umat muslim menjelang Idul Fitri
pada bulan Ramadhan. Besar zakat ini setara dengan 3,5 liter
(2,7 kilogram) makanan pokok yang ada di daerah
bersangkutan.
2. Zakat maal (harta)
Zakat yang dikelurkan umat muslim mencakup hasil perniagaan,
pertanian, pertambangan, hasil laut, hasil ternak, hasil temuan,
emas dan perak.
Jenis Infak menurut Nurhayati (2009: 269):
1. Infak wajib
Terdiri atas zakat dan nazar, yang bentuk dalam jumlah
pemberiannya telah ditentukan.
2. Infak sunnah
Infak yang dilakukan seorang muslim untuk mencari ridha
Allah, bisa dilakukan dengan berbagai cara dan bentuk.
Misalnya memberi makanan kepada orang yang terkena
mendapat pahala namun apabila tidak dikerjakan tidak mendapat
hukuman.
c. Hak Penerima Zakat
Terdapat dua kategori hak penerima zakat yaitu, yang
berhak menerima zakat dan tidak berhak (haram) menerima zakat
(Hasan, 1995: 43):
1. Yang berhak menerima zakat
a) Fakir, yaitu orang yang tidak berharta dan tidak mempunyai
pekerjaan atau usaha guna mencukupi kebutuhan hidupnya
(nafkah), sedang orang yang menanggung (menjamin) tidak
ada.
b) Miskin, yaitu orang tidak dapat mencukupi kebutuhan
hidupnya meskipun memiliki pekerjaan atau usaha tetap
tetapi hasil usaha itu belum dapat untuk memenuhi
kebutuhannya, dan orang yang menanggung (menjaminnya)
tidak ada.
c) Amil, yaitu orang atau panitia atau organisasi yang
mengurus zakat baik mengumpulkan, membagi, atau
mengelolanya.
d) Muallaf, yaitu orang yang masih lemah imannya karena
e) Riqab, (hamba sahaya) yang mempunyai perjanjian akan
dimerdekakan oleh majikannya dengan jalan menembus
dengan uang.
f) Ghorim, yaitu orang yang berhutang.
g) Fisabilillah yaitu orang yang berjuang di jalan Allah.
Usaha-usaha yang dilakukannya bertujuan untuk
meninggalkan syiar agama Islam seperti
membela/mempertahankan agama, mendirikan tempat
ibadah, pendidikan, danlembaga keagaman lainnya.
h) Ibnu sabil, yaitu orang yang kehabisan bekal dalam
berpergian dengan maksud baik.
2. Yang tidak berhak (haram) menerima zakat:
a) Orang kaya dan orang yang masih memiliki tenaga.
b) Hamba sahaya yang masih mendapatkan nafkah atau
tanggungan dari tuannya yang dimaksudkan disini adalah
orang yang berpenghasilan tetap.
c) Keturunan Nabi Muhammad (ahlul bait).
d) Orang yang dalam tanggungan dari orang yang berzakat,
misalnya anak dan istri.
d. Persamaan dan Perbedaan Zakat dan Infak/Sedekah
Menurut Widyarti (2014), zakat mempunyai kesamaan
berkaitan dengan harta, namun terdapat perbedaan antara zakat
dengan infak dan sedekah. Perbedaan tersebut adalah:
1. Dari segi hukumnya, zakat hukumnya wajib bagi umat Islam
yang telah memenuhi ketentuan, sedangkan sedekah dan infak
hukumnya sunnah.
2. Zakat mempunyai fungsi yang jelas untuk mensucikan atau
membersihkan harta dan jiwa pemberinya. Pengeluaran zakat
dilakukan dengan cara-cara dan syarat-syarat tertentu, baik
mengenai jumlah, waktu maupun kadarnya .
3. Infak dan sedekah bukan merupakan suatu kewajiban. Sifatnya
sukarela dan tidak terikat pada syarat-syarat tertentu dalam
pengeluarannya, baik mengenai jumlah, waktu maupun
kadarnya.
Perbedaan zakat dan infak/sedekah
Tabel 1 : Perbedaan Zakat, Infak/Sedekah.
Menurut Zakat Infak Sedekah
Kewajiban Amal wajib Amal tidak wajib Amal tidak wajib
Waktu pembayaran Ditentukan Kapan saja Kapan saja
Ketentuan Memberikan
sebagian harta dengan
ketentuan
Membelanjakan hartanya untuk kepentingan diri sendiri
Membelanjak an hartanya dijalan Allah
C. Penerapan PSAK 109 pada Lembaga Amil Zakat dan Infak/Sedekah 1. Proses Akuntansi
PSAK No 109 mengatur tentang akuntansi zakat,
infak/sedekah. Pada dasarnya standar dalam siklus akuntansi adalah
sama untuk semua jenis organisasi laba atau organisasi nirlaba.
Menurut Hasiholan (2013: 4) siklus akuntansi dapat diuraikan sebagai
berikut:
1) Pencatatan data ke dalam dokumen sumber/bukti transaksi.
2) Setiap hari kita menjumpai dan melakukan transaksi keuangan.
Tidak semua transaksi keuanga perlu dicatat sehingga diperlukan
identifikasi atas transaksi-transaksi. Apabila ternyata transaksi
tersebut perlu untuk dicatat maka pencatatan tersebut perlu
dilakuakn dengan bukti transaksi yang lengkap.
3) Penjurnalan
Penjurnalan yaitu menganalisis dan mencatat transaksi dalam
jurnal (buku harian). Menurut (Mulyadi, 2016: 80) kolom-kolom
dalam jurnal umum tersebut diisi data berikut:
a) Kolom tanggal, diisi dengan tanggal terjadinya transaksi, yang
diisi secara berurutan sesuai dengan kronologi terjadinya
transaksi.
b) Kolom keterangan atau nama akun, diisi dengan keterangan
lengkap mengenai terjadinya transaksi yang terjadi, serta
c) Kolom nomor bukti, digunakan untuk mencatat nomor formulir
yang dipakai sebagai dasar pencatatan data dalam jurnal
tersebut.
d) Kolom nomor akun, diisi dengan nomor akun yang di debit dan
nomor akun yang di kredit dengan adanya transaski.
Pencantuman nomor akun dalam kolom ini digunakan untuk
proses peringkasan secara periodik, biasanya setiap bulan,
transaksi keuangan yang terjadi dalam periode tertentu.
e) Kolom debit dan kredit, diisi dengan jumlah rupiah transaksi.
Tabel 2 : Ilustrasi Jurnal Umum
Halaman : xx GENERAL JOURNAL
Tanggal Nama Akun Keterangan No Bukti No Akun
Jumlah Debit Credit
Sumber: Mulyadi, 2016: 80
Akun yang dipergunakan dalam akuntansi syariah pada
Lembaga Keuangan Syariah lebih banyak dibandingkan dengan
akun-akun yang umumnya digunakan oleh Lembaga Keuangan
Konvensional. Penyajian dari akun dalam akuntansi syariah telah
diatur pada masing-masing PSAK yang terkait dan secara rinci
(Wiroso, 2011: 25). Sama dengan PSAK 109, PSAK ini memiliki
akun-akun yang akan dipergunakan pada transaksi yang behubungan
dengan zakat dan infak/sedekah. PSAK 109 bisa diterapkan pada tahap
pencatatan dalam jurnal.
PSAK 109 mengatur tentang akuntansi zakat dan akuntansi
infak/sedekah yang ruang lingkupnya hanya untuk amil yang
menerima dan menyalurkan zakat dan infak/sedekah. Dalam PSAK
109 juga memiliki konsep dalam pengakuan, pengukuran , penyajian,
dan pengungkapan. Konsep-konsep ini akan menjelaskan bagaiamana
unsur-unsur laporan keuangan harus diakui, diukur, disajikan, dan
diungkapkan oleh Lembaga Amil Zakat, Infak/Sedekah.
Pengakuan adalah pencatatan suatu jumlah rupiah (kos) ke
dalam sistem akuntansi sehingga jumlah tersebut akan mempengaruhi
suatu pos dan terefleksi dalam laporan keuangan. Jadi, pengkauan
berhubungan dengan masalah apakah suatu transaski dicatat (dijurnal)
atau tidak (Suwardjono, 2005: 134).
Pengukuran adalah penentuan jumlah rupiah yang harus
dilekatkan pada suatu objek yang terlibat dalam suatu transaksi
keuangan. Jumlah rupiah ini akan dicatat untuk dijadikan dasar dalam
penyusunan statment keuangan (Suwardjono, 2005: 133).
Penyajian adalah menetapkan tentang cara-cara melaporkan
Pengungkapan berkaitan dengan cara pembeberan penjelasan
hal-hal informatif yang dianggap penting dan bermanfaat bagi pemakai
selain apa yang dapat dinyatakan melalui statment keuangan utama (Suwardjono, 2005: 134).
Berikut adalah konsep pengakuan, pengukuran menurut (IAI,
2014) dan perlakuan akuntansi yang mengacu pada PSAK 109
menurut Nurhayati (2013: 315):
a. Akuntansi Zakat
1) Penerimaan zakat
Penerimaan zakat diakui pada saat kas atau aset lainnya
diterima.
Zakat yang diterima dari muzakki diakui sebagai
penambah zakat.
a) Jumlah zakat yang diterima dalam bentuk kas
dicatat dalam jurnal sebagai berikut:
Tanggal Nama Akun
Keterangan R
Jumlah
Debit Kredit
20XX
Jan 31 Kas xxx -
Penerimaan Zakat - xxx
(mencatat penerimaan zakat
b) Jumlah zakat yang diterima dalam bentuk nonkas
dicatat dalam jurnal sebesar nilai wajar sebagai
berikut:
Tanggal Nama Akun
Keterangan R
Jumlah
Debit Kredit
20XX
Jan 31 Aset Nonkas (nilai wajar) Xxx -
Penerimaan Zakat - xxx
(mencatat penerimaan zakat
dalam bentuk nonkas)
Akun yang digunakan dalam transaksi adalah:
1. Kas, jika penerimaan dalam bentuk kas. Kas adalah
akun untuk mencatat transaksi kas masuk dan kas
keluar yang dilakukan oleh amil.
2. Aset Nonkas, jika penerimaan tidak dalam bentuk
kas. Aset nonkas adalah akun untuk mencatat
penerimaan atau peenyerahan aset selain kas.
3. Penerimaan Zakat adalah akun untuk mencatat
transaksi penerimaan zakat yang diterima oleh amil.
Penentuan nilai wajar aset non kas yang diterima
menggunakan harga pasar. Jika harga pasar tidak tersedia,
maka penentuan nilai wajar metode yang lain sesuai yang
diatur dalam SAK yang relevan. Penerimaan zakat adalah akun
yang digunakan untuk mencatat transaksi penerimaan zakat
Jika muzakki menentukan mustahiq yang menerima
penyaluran zakat melalui amil, maka tidak ada bagian amil atas
zakat yang diterima. Amil dapat memperoleh ujrah atas
kegiatan tersebut. Ujrah ini berasal dari muzakki, di luar dana
zakat. Ujrah tersebut diakui sebagai penambah dana amil.
Transaksi dapat dicatat sebagai berikut:
Tanggal Nama Akun
Keterangan R
Jumlah
Debit Kredit
20XX
Jan 31 Kas Xxx -
Penerimaan Dana Amil - Xxx
(mencatat penerimaan zakat
dalam bentuk nonkas)
Akun yang digunakan dalam transaksi adalah Kas dan
Penerimaan Dana Amil. Penerimaan Dana Amil adalah akun
untuk mencatat transaksi yang menambah dana amil di luar dari
zakat yang diterima, seperti saat muzakki yang menentukan
mustahiq.
Jika terjadi penurunan nilai aset zakat non kas, jumlah
kerugian yang ditanggung diperlakukan sebagai pengurang
zakat atau pengurang dana amil tergantung pada penyebab
Penurunan nilai aset zakat diakui sebagai:
a) Pengurang zakat, jika tidak disebabkan oleh kelalaian
amil dicatat dalam jurnal sebagai berikut:
Tanggal Nama Akun
Keterangan R
(mencatat penurunan nilai aset nonkas yang tidak disebabkan
oleh kelalaian amil)
b) Kerugian dan pengurang dana amil, disebabkan
kelalaian amil dicatat dalam jurnal sebagai berikut:
Tanggal Nama Akun
Keterangan R
Jumlah
Debit Kredit
20XX
Jan 31
Kerugian Penurunan Nilai - Dana
Amil xxx -
Aset Nonkas - xxx
(mencatat kerugian penurunan nilai aset nonkas jika disebabkan
kelalaian amil)
Akun yang digunakan dalam mencatat penurunan nilai
aset zakat nonkas adalah:
1. Penurunan Nilai Aset adalah akun untuk mencatat
penurunan nilai aset zakat yang tidak tidak
disebabkan oleh amil atau berada di luar kendali
amil, seperti bencana alam atau penurunan pada
2. Kerugian Penurunan Nilai Dana Amil adalah akun
untuk mencatat penurunan nilai aset zakat yang
disebabkan oleh kelalaian amil misalnya ketika amil
tidak memelihara aset tersebut.
2) Penyaluran zakat
Zakat yang disalurkan kepada mustahiq, termasuk amil,
diakui sebagai pengurang zakat:
a) Jumlah yang disalurkan dalam bentuk kas dicatat dalam
jurnal sebagai berikut:
Tanggal Nama Akun
Keterangan R
(mencatat zakat yang disalurkan
dalam bentuk kas)
b) Jumlah yang disalurkan dalam bentuk aset non kas
dicatat dalam jurnal sebagai berikut:
Tanggal Nama Akun
Keterangan R
(mencatat zakat yang disalurkan
Akun yang digunakan dalam transaksi adalah:
1. Penyaluran Zakat Amil adalah akun yang untuk
mencatat penyaluran dalam bentuk kas atau aset
nonkas kepada amil.
2. Penyaluran Zakat Mustahiq adalah akun untuk
mencatat penyaluran dalam bentuk kas atau nonkas
kepada mustahiq atau penerima zakat.
Efektivitas dan efisiensi pengelolaan zakat bergantung
pada profesionalisme amil. Dalam konteks ini, amil berhak
mengambil bagian dari zakat untuk menutup biaya operasioanal
dalam rangka melaksanakan fungsinya sesuai dengan kaidah
atau prinsip syariah dan tata kelola organisasi yang baik.
Kegiatan ini dapat dicatat dalam jurnal sebagai berikut:
Tanggal Nama Akun
Keterangan R
Jumlah
Debit Kredit
20XX
Jan 31 Beban - Dana Fisabilillah xxx -
Kas - xxx
(mencatat pengeluaran untuk
operasional amil )
Akun yang digunakan dalam transaksi diatas adalah
Beban Dana Fisabilillah. Beban Dana Fisabilillah adalah akun
untuk mencatat beban yang dikeluarkan untuk pengeluaran
operasional amil ketika amil tidak bisa menutup beban
dalam hal ini amil dapat menjadi bagian dari fisabilillah karena
amil juga berjuang di jalan Allah.
Penentuan jumlah atau presentase bagian untuk
masing-masing mustahiq ditentukan oleh amil sesuai dengan prinsip
syariah, kewajaran, etika, dan ketentuan yang berlaku yang
dituangkan dalam bentuk kebijakan amil.
Beban penghimpunan dan penyaluran zakat harus
dikurangkan dari porsi amil. Amil dimungkinkan untuk
meminjam dana zakat dalam rangka menghimpun zakat.
Pinjaman ini sifatnya jangka pendek dan tidak boleh melebihi
satu periode maka dicatat dalam jurnal sebagai berikut:
Tanggal Nama Akun
Keterangan R
Jumlah
Debit Kredit
20XX
Jan 31 Beban - Dana Amil Xxx -
Kas - xxx
(mencatat beban penghimpunan
dan penyaluran zakat)
Akun yang digunakan dalam transaksi adalah Beban
Dana Amil. Beban Dana Amil adalah akun untuk mencatat
beban yang dikeluarkan untuk menghimpun dan menyalurkan
zakat sesuai kebijakan amil, agar dana yang disalurkan lebih
banyak dari yang diterima muzakki.
Bagian dana zakat yang disalurkan untuk amil diakui
Zakat telah disalurkan kepada mustahik nonamil jika
sudah diterima oleh mustahik nonamil tersebut. Zakat yang
disalurkan melalui amil lain lain, tetapi belum diterima oleh
mustahik nonamil, belum memenuhi pengertian zakat telah
disalurkan. Amil lain tersebut tidak berhak mengambil bagian
dari dana zakat, namun dapat memperoleh ujrah dari amil
sebelumnya. Dalam keadaan tersebut, zakat yang disalurkan
diakui sebagai piutang penyaluran, sedangkan bagi amil yang
menerima diakui sebagai liabilitas penyaluran. piutang
penyaluran dana liabilitas penyaluran tersebut akan berkurang
ketika zakat disalurkan secara langsung kepada mustahiq
nonamil.
Dana zakat yang diserahkan kepada mustahik nonamil
dengan keharusan untuk mengembalikannya kepada amil,
belum diakui sebagai penyaluran zakat.
Dana zakat yang disalurkan dalam bentuk perolehan
aset tetap (aset kelolaan), misalnya rumah sakit, sekolah, mobil
ambulan, dan fasilitas umum lain, diakui sebagai:
a) Penyaluran zakat seluruhnya jika aset tetap tersebut
diserahkan untuk dikelola kepada pihak lain yang
Transaksi membeli aset tetap dicatat dalam jurnal
sebagai berikut:
Tanggal Nama Akun
Keterangan R
(mencatat pembelian aset tetap
untuk penyaluran zakat)
Akun yang digunakan dalam transaksi adalah Aset
Tetap. Aset Tetap adalah akun untuk mencatat penerimaan,
pembelian atau penyerahan aset berwujud yang masa
manfaatnya lebih dari satu tahun seperti tanah, bangunan,
kendaraan, dan peralatan.
Transaksi penyaluran aset tetap tersebut dicatat
dalam jurnal sebagai berikut:
Tanggal Nama Akun
Keterangan R
tersebut masih dalam pengendalian amil atau pihak
lain yang dikendalikan amil. Penyaluran secara
bertahap diukur sebesar penyusutan aset tetap
Transaksi penyaluran bertahap dicatat dalam jurnal
sebagai berikut:
Tanggal Nama Akun
Keterangan R
Jumlah
Debit Kredit
20XX
Jan 31
Penyaluran Zakat - Beban
Depresiasi xxx -
Akumulasi Penyusutan - xxx
(mencatat penyaluran zakat berupa aset tetap secara
bertahap)
Akun yang digunakan dalam transaksi adalah:
1. Penyaluran Zakat Beban Depresiasi adalah akun
untuk mencatat beban depresiasi aset zakat per
periode karena aset telah digunakan pada periode
tersebut.
2. Akumulasi Penyusutan adalah akun untuk mencatat
jumlah aset tetap zakat yang telah didepresiasikan
sampai periode tertentu dan transaksi penyerahan
aset tetap.
Transaksi penyaluran sepenuhnya dicatat dalam
jurnal sebagai berikut:
Tanggal Nama Akun
Keterangan R
(mencatat penyaluran zakat aset
b. Akuntansi Infak/ Sedekah
1) Penerimaan Infak/Sedekah
Infak/sedekah yang diterima diakui sebagai penambah
infak/sedekah terikat atau tidak terikat sesuai dengan tujuan
pemberi infak/sedekah sebesar:
a) Infak/sedekah yang diterima dalam bentuk kas dicatat
dicatat dalam jurnal sebagai berikut:
Tanggal Nama Akun
Keterangan R
b) Jumlah infak/sedekah yang diterima dalam bentuk
nonkas dicatat dalam jurnal sebesar nilai wajar sebagai
berikut:
Tanggal Nama Akun
Akun yang digunakan dalam transaksi adalah:
1. Kas, jika penerimaan dalam bentuk kas. Kas adalah
akun untuk mencatat transaksi kas masuk dan kas
keluar yang dilakukan oleh amil.
2. Aset Nonkas, jika penerimaan tidak dalam bentuk
selain kas. Aset Nonkas adalah akun untuk mencatat
penerimaan atau penyerahan aset selain kas.
3. Penerimaan Infak/Sedekah adalah akun untuk
mencatat transaksi penerimaan infak/sedekah yang
diterima oleh amil.
Penentuan nilai wajar aset nonkas yang diterima
menggunakan harga pasar. Jika harga pasar tidak tersedia,
maka dapat menggunakan metode penentuan nilai wajar
lainnya sesuai dengan SAK yang relevan.
Infak/Sedekah yang diterima dapat berupa kas atau aset
nonkas. Aset nonkas dapat berupa aset lancar atau aset tidak
lancar.
Aset tidak lancar yang diterima dan diamanahkan
untuk dikelola oleh amil, diukur sebesar nilai wajar saat
penerimaan dan diakui sebagai aset tidak lancar infak/sedekah.
Penyusutan dari aset tersebut diperlakukan sebagai pengurang
tersebut sudah ditentukan oleh pemberi. Transaksi tersebut
dicatat dalam jurnal sebagai berikut:
Tanggal Nama Akun
Keterangan R
Jumlah
Debit Kredit
20XX
Jan 31
Penyaluran Infak/Sedekah- Beban
Depresiasi Xxx
Akumulasi Depresiasi xxx
(mencatat depresiasi aset yang
diterima atau dikelola)
Akun yang digunakan dalam transaksi adalah:
1. Penyaluran Infak/Sedekah Beban Depresiasi adalah
akun untuk mencatat beban depresiasi aset
infak/sedekah per periode karena aset telah
digunakan pada periode tersebut.
2. Akumulasi Penyusutan adalah akun untuk mencatat
jumlah aset tidak lancar infak/sedekah yang telah
didepresiasikan sampai periode tertentu dan
transaksi penyerahan aset tetap.
Amil dapat pula menerima aset nonkas yang
dimaksudkan oleh pemberi untuk segera disalurkan. Aset
seperti ini diakui sebagai aset lancar. Aset ini dapat berupa
bahan habis pakai, seperti bahan makanan; atau aset yang
memiliki umur ekonomi panjang seperti mobil untuk
Aset nonkas lancar dinilai sebagai nilai peroleh
sedangkan aset nonkas tidak lancar dinilai sebesar nilai wajar
sesuai dengan SAK yang relevan.
Penurunan nilai aset infak/sedekah tidak lancar diakui
sebagai:
a) Pengurang infak/sedekah jika tidak disebabkan
kelalaian amil dicatat sebagai berikut:
Tanggal Nama Akun
Keterangan R
b) Kerugian dan pengurang dana amil disebebkan
kelalaian amil dicatat sebagai berikut:
Tanggal Nama Akun
Keterangan R
Jumlah
Debit Kredit
20XX
Jan 31
Kerugian Penurunan Nilai - Dana
Amil xxx -
Aset Nonkas - Xxx
(mencatat kerugian penurunan
nilai aset infak/sedekah)
Akun yang digunakan dalam transaksi adalah:
1. Penurunan Nilai Aset adalah akun untuk mencatat
penurunan nilai aset infak/sedekah yang tidak tidak
disebabkan oleh amil atau berada di luar kendali
2. Kerugian Penurunan Nilai Dana Amil adalah akun
untuk mencatat penurunan nilai aset infak/sedekah
yang disebabkan oleh kelalaian amil misalnya
ketika amil tidak memelihara aset tersebut.
Dalam hal amil menerima infak/sedekah dalam bentuk
aset nonkas tidak lancar yang dikelola oleh amil, maka aset
tersebut harus dinilai sesuai dengan SAK yang relevan.
Dana infak/sedekah sebelum disalurkan dapat dikelola
dalam jangka waktu sementara untuk mendapatkan hasil yang
optimal. Hasil dana pengelolaan diakui sebagai penambah
dana infak/sedekah dicatat dalam jurnal sebagai berikut:
Tanggal Nama Akun
Keterangan R
Jumlah
Debit Kredit
20XX
Jan 31 Kas Xxx -
Hasil Pengelolaan
Infak/Sedekah - Xxx
(mencatat infak/sedekah yang
dikelola dalam bentuk kas)
Akun yang digunakan dalam transaksi adalah Hasil
Pegelolaan Infak/Sedekah. Hasil pengelolan infak/sedekah
akdalah akun untuk mencatat dana infak/sedekah yang dikelola
2) Penyaluran Infak/Sedekah
Penyaluran infak/sedekah diakui sebagai pengurang
infak/sedekah:
a) Jumlah yang disalurkan dalam bentuk kas dicatat dalam
jurnal sebagai berikut:
Tanggal Nama Akun
Keterangan R
b) Jumlah yang disalurkan dalam bentuk nonkas dicatat
sebagai berikut:
Tanggal Nama Akun
Keterangan R
1. Kas, jika penyaluran dalam bentuk kas. Kas adalah
akun untuk mencatat transaksi kas masuk dan kas
2. Aset Nonkas jika penyaluran tidak dalam bentuk
kas. Aset Nonkas adalah akun untuk mencatat
penerimaan atau peenyerahan aset selain kas.
3. Penyaluran Infak/Sedekah adalah akun untuk
mencatat transaksi penyaluran infak/sedekah yang
diberikan oleh amil.
Bagian dana infak/sedekah yang disalurkan untuk amil
diakui sebagai penambah dana amil.
Penentuan jumlah atau presentase bagian untuk
penerima infak/sedekah ditentukan oleh amil sesuai dengan
prinsip syariah, kewajaran, dan etika yang ditungkan dalam
kebijakan amil.
Penyaluran infak/sedekah oleh amil kepada amil lain
merupakan penyaluran yang mengurangi dana infak/sedekah
sepanjang amil tidak akan menerima kembali aset
infak/sedekah yang disalurkan tersebut dicatat dalam jurnal
sebagai berikut:
Tanggal Nama Akun
Keterangan R
Jumlah
Debit Kredit
20XX
Jan 31 Penyaluran Infak/Sedekah xxx -
Kas - Xxx
(mencatat penyaluran kepada amil lain yang mengurangi dana
Penyaluran infak/sedekah kepada penerima akhir dalam
skema dana bergulir dicatat sebagai piutang infak/sedekah
bergulir dan tidak mengurangi dana infak/sedekah dicatat
dalam jurnal sebagai berikut:
Tanggal Nama Akun
Keterangan R
Jumlah
Debit Kredit
20XX
Jan 31 Piutang - Dana bergulir xxx -
Kas - Xxx
(mencatat penyaluran
infak/sedekah dana bergulir)
4) Melakukan Posting ke Buku Besar
Posting ke buku besar yaitu memindahkan debet dan kredit dari
jurnal ke akun buku besar. Akun-akun di dalam jurnal
dikelompokkan dalam akun yang sama di buku besar. Dalam
sistem manual, kegiatan posting memerlukan empat tahap (Mulyadi, 2016: 96):
a) Pembuatan rekapitulasi jurnal. Jika perusahaan
menyelenggarakan jurnal khusus berkolom, kegiatan posting
diawali dengan penjumlahan kolom-kolom, dan pembuatan
ringkasan data rupiah dari kolom lain-lain dalam jurnal
tersebut. Angka rupiah beserta nama dan nomor akun hasil
kegiatan pembuatan rekapitulasi ini siap untuk ditransfer ke
akun yang bersangkutan dalam buku besar.
c) Pencatatan data hasil rekapitulasi jurnal ke dalam akun
dilakukan dengan mencatat tanggal, nama jurnal, halaman
jurnal, dan jumalh rupiah yang didebitkan dan dikreditkan ke
dalam akun tersebut.
d) Pengembalian akun ke dalam arsip pada urutannya semula.
Akun-akun yang dibentuk dalam buku besar harus
disesuaikan dengan jenis dan susunan informasi yang akan
disajikan dalam laporan keuangan. Susunan buku besar dalam
LAZIS sebagai berikut:
a. Kas dan bank;
b. Invesatasi jangka pendek;
c. Piutang
d. Cadangan kerugian penurunan nilai piutang;
e. Uang muka;
f. Biaya dibayar dimuka;
Tabel 3: Ilustrasi Buku Besar
Debit Kredit
Debit Kredit
Debit Kredit BUKU BESAR
Nama rekening: No.Rek:
No Tanggal Fol v Debit Kredit Saldo
Nama rekening: No.Rek:
No Tanggal Fol v Debit Kredit Saldo Kredit Saldo
Nama rekening: No.Rek:
No Tanggal Fol v Debit
Sumber: Mulyadi, 2016 :70
5) Penyusunan Neraca Saldo
Menurut Maria (2011: 21) cara membuat neraca saldo adalah,
membuat daftar semua akun secara terurut mulai dari nomor yang
terkecil sampai yang terbesar sampai jumlah/ saldo akhirnya
masing-masing, kemudian menjumlahkan semua sisi debit dan
kredit. Total debet yang ditunjukkan pada neraca saldo harus sama
Tabel 4: Ilustrasi Neraca Saldo
Sumber : Maria, 2011: 22
6) Membuat Ayat Jurnal Penyesuaian.
Laporan keuangan belum dapat dibuat jika masih terdapat mixed account (akun-akun campuran) yang belum disesuaikan. Ada beberapa kategori akun campuran (mixed account) (Maria, 2011: 19):
a) Supplies (perlengkapan), dinamakan akun campuran karena pada waktu dibeli sebagai aset/harta, dan pada akhir periode
setelah habis dipakai digolongkan sebagai biaya.
b) Fixed Asset (aktiva tetap), seluruh aktiva tetap kecuali tanah harus disusutkan karena mengalami penurunan nilai ekomi
(aus), dan pada akhir periode harus dicatat jumlah yang
menyusut/penyusutannya untuk mengurangi jumlah aktiva
tetap yang bersangkutan.
c) Accrued Revenue (pendapatan akrual/yang masih harus diterima), misalnya kontrak kerja selama 6 bulan awalnya
PT ABC Neraca Saldo 31 Desember 20XX No
Akun
Nama Akun
Keterangan Debit Kredit
dicatat sebagai piutang dan pendapatan, sementara pada akhir
bulan pertama jumlah yang seperenam dari piutang harus
dikurangi setelah pembayaran diterima.
d) Accrued Expense (biaya/beban akrual/yang masih harus dibayar), misalnya utang gaji utang bunga, atau utang pajak.
e) Unearned Revenue (pendapatan diterima di muka) ini merupakan kebalikan dari pendapatan yang masih harus
diterima. Jadi perusahaan menerima pendapatan sekalipun
kontrak kerja masih berjalan/belum habis.
f) Prepaid Expense (biaya/beban dibayar di muka), misalnya sewa ruangan di muka untuk 3 bulan pada awalnya dicatat
sebagai aset lancar (current asset), dan pada akhir bulan pertama jumlah sewa yang sepertiga harus digolongkan sebagai
biaya sewa yang akan mngurangi jumlah sewa dibayar dimuka
(prepaid expense).
7) Membuat Neraca Saldo Setelah Penyesuaian
Setelah semua jurnal penyesuaian diposting ke dalam buku
besarnya masing-masing, perubahan dari neraca saldo menjadi
neraca saldo sesudah penyesuaian. Setelah neraca saldo dibuat
untuk memudahkan dalam penyusunan laporan keuangan
Tabel 5: Ilustrasi Adjusted Trial Balance
Akum penyusutan peralatan xxx xxx
Utang usaha xxx
Utang gaji xxx xxx
modal xxx xxx
Penarikan xxx xxx
Biaya iklan xxx xxx
Biaya gaji xxx xxx xxx
Biaya perlengkapan xxx xxx xxx
Biaya pemakaian rutin xxx xxx
No
Pendapatan jasa diterima di muka
Pendapatan jasa diterima di
muka xxx xxx
xxx xxx
Tabel 6: Ilustrasi Work Sheet
Debit Kredit Debit Kredit Debit Kredit Setelah
Penyesuaian PT ABC Work Sheet 31 Desember 20XX
No Aku n
Nama Akun
Neraca
Laporan Perubahan
Dana Neraca Saldo
Sumber: Hasiholan, 2013: 59
8) Membuat ayat-ayat jurnal penutup.
Membuat ayat-ayat jurnal penutup yaitu menjurnal dan memindah
bukukan ayat-ayat penutup. Ada 4 langkah yang harus dilakukan
untuk membuat jurnal penutup (Hasiholan, 2013: 61):
a) Menutup akun pendapatan, dilakukan dengan membalik semua
akun pendapatan pada ikhtisar laba/rugi. Akun pendapatan
memiliki saldo normal kredit. Ketika akan menutup akun
pendapatan, kita mendebet semua akun pendapatan dan
b) Menutup akun biaya, dilakukan dengan membalik semua akun
biaya pada ikhtisar laba rugi. Akun biaya memiliki saldo
normal debit. Ketika akan menutup akun biaya, kita mengkredit
semua akun biaya dan mendebit akun ikhtisar laba rugi.
c) Menutup akun ikhtisar laba/rugi, dilakukan dengan cara
membalik akun ikhtisar laba/rugi pada saldo akun laba. Saldo
ikhtisar laba/rugi akan sangat dipengaruhi oleh besarnya
nominal yang ditutup sebelumnya.
d) Menutup akun deviden/prive, dilakukan dengan membalik
akun dividen/prive pada akun saldo laba. Akun dividen/prive
memiliki saldo normal debit
9) Penyusunan Laporan Keuangan
Pada tahap ini juga diperlukan adanya konsep dari penyajian serta
pengungkapan zakat dan infak/sedekah sesuai dengan ruang
lingkup PSAK 109 sebagai berikut (IAI, 2014):
1) Penyajian Zakat dan Infak/Sedekah
Amil menyajikan dana zakat, dana infak/sedekah, dana
amil, dan dana non halal secara terpisah dalam neraca
(laporan posisi keuangan).
2) Pengungkapan Zakat
Amil mengungkapkan hal-hal berikut terkait dengan