BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL, PSIKOANALISA
2.3 Psikoanalisa Sigmund Freud
Menurut Freud dalam Sumadi (1993:40) kehidupan jiwa memiliki tiga
tingkat kesadaran. Yakni sadar, prasadar, dan tak sadar. Freud mengemukakan
gagasannya bahwa kesadaran merupakan sebagian kecil dari kehidupan mental
sedangkan bagian besarnya adalah ketidaksadaran. Berbagai kelainan tingkah laku
dapat disebabkan karena faktor-faktor yang terdapat dalam alam ketidaksadaran
ini. Karena itu untuk mempelajari jiwa seseorang kita harus menganalisa jiwa
orang itu sampai kita dapat melihat keadaan alam ketidaksadarannya tang terletak
jauh di dalam jiwa orang tersebut, tertutup oleh alam kesadaran.
Freud percaya bahwa faktor-faktor yang berada dalam ketidaksadaran
bukan merupakan faktor-faktor yang statis melainkan masing –masing
mempunyai kekuatan yang membuatnya dinamis, jadi di dalam alam
ketidaksadaran selalu terdapat pergeseran-pergeseran, gerakan-gerakan akibat
saling mempengaruhi antara faktor-faktor dalam alam ketidaksadaran tersebut.
Sehubungan dengan eksperimen-eksperimen yang dilakukan Freud dan
teori yang dikemukakannya, maka psikoanalisa dikenal dengan tiga aspek, yaitu
psikoanalisa sebagai teori kepribadian, sebagai teknik evaluasi kepribadian, dan
sebagai teknik terapi. Sesuai dengan masalah yang akan dianalisis maka dari
2.3.1 Psikoanalisa Sebagai Teori Kepribadian
Dalam usahanya menjelaskan struktur kejiwaan manusia, Freud
mengumpakan jiwa manusia dengan sebuah gunung es ditengah laut. Yang
kelihatan dari permukaan laut hanyalah bagian yang sangat kecil, yaitu bagian
puncaknya. Dalam hal jiwa seseorang maka yang kelihatan dari luar hanya
sebagian kecil saja, yaitu alam kesadaran. Bagian terbesar dari jiwa seseorang
tidak terlihat dari luar dan ini merupakan alam ketidaksadaran. Antara kesadaran
dan ketidaksadaran terdapat suatu perbatasan yang disebut prakesadaran.
Dorongan-dorongan yang terdapat dalam alam prakesadaran ini sewaktu-waktu
dapat muncul kembali ke dalam kesadaran.
Freud dalam mendeskripsikan kepribadian menjadi tiga pokok bahasan,
yaitu sistem kepribadian, dinamika kepribadian, dan perkembangan kepribadian.
Dalam hal ini penulis hanya mebahas tentang sistem kepribadian dan dinamika
kepribadian. Dalam kajian psikologi sastra, mengungkapkan psikoanalisa
kepribadian yang dipandang meliputi tiga unsur kejiwaan, yaitu Id, Ego, dan
Super Ego. Ketiga sistem kepribadian ini satu sama lain saling berkaitan serta
membentuk totalitas dan tingkah laku manusia yang tak lain merupakan produk
interaksi ketiganya. Dalam dinamika kepribadian Freud membahas naluri (insting)
2.3.2 Sistem Kepribadian a. Id
Id adalah aspek kepribadian yang “gelap” dalam alam bawah sadar
manusia yang berisi insting dan nafsu-nafsu tak kenal nilai yang merupakan
“energi buta”. Id beroperasi berdasarkan prinsip kenikmatan, yaitu: berusaha
memperoleh kenikmatan dan menghindari rasa sakit. Id hanya mampu
membayangkan sesuatu tanpa mampu membedakan khayalan dengan kenyataan
yang benar-benar memuaskan kebutuhan.
Id tidak mampu menilai atau membedakan benar-salah dan tidak tahu
moral. Jadi harus dikembangkan jalan memperoleh khayalan itu secara nyata,
yang memberi kepuasan tanpa menimbulkan ketegangan baru khususnya masalah
moral. Alasan inilah yang kemudian membuat Id memunculkan ego.
b. Ego
Ego berkembang dari Id agar mampu menangani realita, sehingga Ego
beroperasi mengikuti prinsip realita. Ego berusaha memperoleh kepuasan yang
dituntut Id dengan mencegah terjadinya tegangan baru atau menunda kenikmatan
sampai ditemukan objek yang nyata dapat memuaskan kebutuhan. Ego memiliki
dua tugas utama; pertama, memilih dorongan mana yang akan dipuaskan sesuai
dengan prioritas kebutuhan. Kedua, menentukan kapan dan bagaimana kebutuhan
itu dipuaskan sesuai dengan tersedianya peluang yang resikonya minimal.
Menurut freud, Ego terbentuk pada struktur kepribadian individu sebagai
untuk menghambat pemuasan kebutuhan-kebutuhan yang berasal dari Id,
melainkan sebagai perantara dari tuntutan naluri dari satu pihak dengan keadaan
lingkungan pihak lain. Yang dihambat oleh Ego adalah pengungkapan
naluri-naluri yang tidak layak atau tidak bisa diterima oleh lingkungan. Jadi dalam
melaksanakan tugasnya Ego harus menjaga benar bahwa pelaksanaan dorongan
ini tidak bertentangan dengan kenyataan dan tuntutan-tuntutan dari Super Ego.
c. Super Ego
Super Ego adalah sistem kepribadian yang berisi nilai-nilai atau aturan
yang menyangkut baik buruk, yang berisi kata hati seseorang. Kata hati ini
berhubungan dengan lingkungan sosial dan mempunyai nilai moral sehingga
merupakan kontrol atau sensor terhadap dorongan-dorongan yang datang dari Id.
Ada 3 fungsi Super Ego, yaitu: (a) mendorong Ego menggantikan tujuan-tujuan
realistik dengan tujuan moralistik, (b) merintangi implus Id terutama implus yang
bertentangan dengan standar nilai masyarakat, dan (c) mengejar individu
mencapai kesempurnaan. Karena itu ada pertentangan antara Id dan Super Ego
merupakan pelaksanaan yang harus dapat memenuhi tuntutan dari kedua sistem
kepribadian ini secara seimbang. Aktivitas Super Ego ada dalam diri individu,
terutama apabila aktivitas itu bertentangan dengan Ego, maka akan muncul emosi
tertentu seperti munculnya perasaan bersalah dan penyesalan didalam diri. Bila
Ego gagal menjaga keseimbangan antara dorongan Id dan larangan dari Super
Ego, maka seseorang akan menderita konflik batin yang terus menerus dan
Sikap tertentu dari individu seperti observasi diri, koreksi atau kritik diri
juga bersumber pada Super Ego. Id, Ego, dan Super Ego membutuhkan energi
psikis untuk menjalankan fungsinya masing-masing.
2.3.3 Dinamika Kepribadian
Freud beranggapan bahwa dinamika kepribadian ini dimungkinkan oleh
adanya energi yang ada di dalam kepribadian itu. Energi ini dinamakannya energi
psikis, diasalkan dari energi fisiologis yang bersumber pada makanan. Energi
psikis ini disimpan di dalam insting-insting, jadi insting-insting itu dapat
dimisalkan sebagai reservisor energi psikis.
2.3.3.1Naluri (insting)
Menurut Freud dalam Sumadi (1993:103) di dalam diri kita ada dua
macam insting-insting, yaitu:
(1) Insting-insting hidup, dan
(2) Insting-insting mati.
(1) Insting-insting Hidup
Fungsi insting hidup adalah melayani maksud individu untuk tetap hidup
dan memperpanjang ras. Bentuk-bentuk utama daripada insting hidup ini adalah
insting makan, minum dan seksual. Bentuk energi psikis yang dipakai oleh
insting hidup ini disebut “libido”.
Walaupun Freud mengakui adanya bermacam-macam bentuk insting hidup,
(2) Insting-insting Mati
Insting-insting mati ini, yang disebut juga insting-insting merusak, karena
fungsinya kurang jelas jika dibandingkan dengan insting-insting hidup, karena itu
juga kurang dikenal. Namun adalah suatu kenyataan yang tak dapat diingkari,
bahwa manusia itu pada akhir-akhirnya mati juga. Inilah yang menyebabkan
Freud merumuskan, bahwa “Tujuan semua hidup adalah mati”. Suatu penjelmaan
daripada insting mati ini adalah dorongan agresif.
Freud menjelaskan bahwa insting kematian biasanya ditujukan dua arah, yaitu
kepada dirinya sendiri dan kepada orang lain. Insting kematian yang diarahkan
pada diri sendiri tampil dalam tindakan bunuh diri, sedangkan insting kematian
yang diarahkan kepada orang lain dilakukan dengan cara membunuh atau
menghancurkan orang lain. Insting mati mendorong orang untuk merusak diri
sendiri dan dorongan agresif merupakan bentuk penyaluran agar orang tidak
membunuh dirinya sendiri. Untuk memelihara diri, insting hidup umumnya
melawan insting mati dengan mengarahkan energinya keluar, ditujukan ke oarang
lain.
Dinamika kepribadian terdiri dari cara bagaimana energi psikis itu
dipergunakan oleh Id, Ego dan Super Ego. Oleh karena banyaknya energi itu
terbatas, maka akan terjadi semacam persaingan di antara ketiga aspek
kepribadian itu dalam hal menggunakan energi psikis itu. Menjadi kuatnya salah
satu aspek karena mempergunakan banyak energi psikis, dengan sendirinya
Pada mulanya hanya Id yang memiliki semua energi psikis itu. Tetapi karena
dia sendiri tidak dapat memenuhi kebutuhannya, maka dia memberikan sebagian
dari energinya kepada kedua aspek yang lain, yang juga akan mempergunakannya
untuk kepentingan organisme itu sendiri, hanya cara dan bentuknya yang
berbeda.
Mana di antara ketiga aspek itu yang paling banyak mempergunakan energi
psikis itu juga berpengaruh terhadap bentuk tingkah laku yang dilakukan oleh
manusia.
(a) Apabila Id menguasai sebagian besar dari energi psikis itu, maka
tindakan-tindakannya akan bersifat primitif, implusif, agresif. Dia akan mengumbar
dorongan-dorongan primitifnya.
(b) Apabila ego yang menguasai sebagian besar dari energi psikis itu, maka
pribadi akan bertindak dalam cara-cara yang realistik dan rasional-logis,
pikiran rasioanal-logis di sini memegang peranan penting.
(c) Apabila yang menguasai sebagian besar energi psikis itu Super Ego, maka
orang akan mengejar hal-hal yang sempurna, yang kadang-kadang kurang
rasional.
2.3.3.2Kecemasan
Dalam konsep dinamika kepribadian Freud juga membahas kecemasan.
Kecemasan adalah variabel penting dari hampir semua teori kepribadian.
Kecemasan adalah suatu pengalaman perasaan menyakitkan yang ditimbulkan
Ketegangan-ketegangan ini adalah akibat dari dorongan-dorongan dari dalam atau dari luar dan
dikuasai oleh susunan urat saraf otonom.
Kecemasan sebagai dampak dari konflik yang menjadi bagian kehidupan
yang tidak terhindarkan, dipandang sebagai komponen dinamika kepribadian yang
utama. Kecemasan adalah fungsi Ego untuk memperingatkan individu tentang
kemungkinan datangnya suatu bahaya sehingga dapat disiapkan reaksi adaptif
yang sesuai.
Freud membagi kecemasan menjadi tiga yaitu:
1. Kecemasan realistic adalah kecemasan atau ketakutan individu
terhadap bahaya-bahaya nyata yang berasal dari dunia luar.
2. Kecemasan neuritic adalah kecemasan atas tidak terkonrolnya
naluri-naluri primitif oleh Ego yang kemungkinan bisa mendatangkan
hukuman.
3. Kecemasan moral adalah kecemasan yang timbul akibat tekanan Super
Ego atas Ego individu yang telah atau sedang melakukan tindakan
yang melanggar moral.