ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA DALAM NOVEL KLAN OTORI: ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR KARYA LIAN HEARN
LIAN HEARN NO KLAN OTORI : ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR TO IU SHOUSETSU NI OKERU SHUJINKOU NO
SHINRITEKINA BUNSEKI
SKRIPSI
Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian sarjana
dalam Bidang Ilmu Sastra Jepang
Oleh:
CICI FATRIA NIM : 090708011
DEPARTEMEN SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA DALAM NOVEL KLAN OTORI: ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR KARYA LIAN HEARN
LIAN HEARN NO KLAN OTORI : ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR TO IU SHOUSETSU DE NO SHUJINKOU NO SHINRI TEKI
BUNSEKI SKRIPSI
Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian sarjana
dalam Bidang Ilmu Sastra Jepang Oleh :
CICI FATRIA NIM : 090708011
Pembimbing I Pembimbing II
Mhd. Pujiono, S.S, M.Hum Drs. Eman Kusdiyana, M. Hum NIP. 19691011 2002 12 1 001 NIP. 19600919 1988 03 1 001
DEPARTEMEN SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SU[MATERA UTARA
Disetujui Oleh : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan
Departemen S-1 Sastra Jepang Ketua,
NIP : 1960 0919 1988 03 1 001 Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin, puji dan syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini . Salawat serta salam semoga selalu
tercurah kepada Rasullah SAW.
Atas berkat rahmat Allah, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
judul “ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA DALAM NOVEL KLAN
OTORI: ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR KARYA LIAN HEARN”, yang merupakan syarat untuk mencapai gelar sarjana di Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara Medan.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih banyak terdapat
kekurangan dan kesalahan, baik dalam susunan kalimatnya maupun proses
analisisnya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak
demi perbaikan skripsi ini agar dapat menjadi skripsi yang lebih bermanfaat dan
lebih sempurna.
Tidak lupa pula pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan
terima kasih, penghargaan dan penghormatan yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Drs. Syahron Lubis, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum. selaku ketua Departemen Sastra
Dosen Pembimbing Akademik dan juga sebagai Dosen Pembimbing II
yang telah banyak memberikan membimbing dan arahan selama proses
penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Mhd.Pujiono,S.S,M.Hum, selaku Dosen Pembimbing I yang
telah demikian besar meluangkan waktu, pikiran dan tenaga untuk
membimbing penulis dan selalu memberikan nasehat, masukan dan
arahan dengan sabar, sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan
dengan baik.
4. Bapak/Ibu para dosen pengajar Fakultas Ilmu Budaya, khususnya
Dosen-Dosen Sastra Jepang yang telah memberikan pengetahuan
tentang bahasa, sastra dan budaya Jepang, serta kepada staf pegawai
Sastra Jepang.
5. Orang Tua penulis, Ayahanda Juheri Tajuddin dan Ibunda tercinta
Fatimah, yang selalu mendoakan penulis agar selalu sehat,
memberikan dukungan moral dan material yang tak terhingga sampai
saat ini, yang tidak akan mampu penulis balas sampai kapanpun juga.
6. Kakanda Rica Chairunnisah dan Adik ku Rinaldy Fathana yang selalu
mendukung dan memberikan doa kepada penulis. Spesial ucapan
terima kasih buat Mhd. Rizal siregar, yang selalu mendukung dan
memberikan doa .
7. Teman-temanku Sumiati, Juliani, Airin Yutanto,Tirta Ayu Lestari dan
Winna Praditha Rangkuti serta teman bisnisku “19th March” Sari
Ramadhani terima kasih karena sudah menghibur dan menemani
8. Teman-teman seperjuanganku di stambuk ’09 di Sastra Jepang yang
tidak dapat di sebutkan satu persatu. Terima kasih karena banyak
memberikan bantuan dan juga do’a kepada penulis.
9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini,
yang tidak dapat penulis sebutkan semuanya.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat, khususnya
bagi penulis sendiri dan bagi pembelajaran Bahasa dan Sastra Jepang. Semoga
kiranya Allah senantiasa melimpahkan Rahmat dan Berkah-Nya kepada semua
pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis.
Medan, Oktober 2013
Penulis,
DAFTAR ISI
BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL, PSIKOANALISA SIGMUND FREUD DAN BIOGRAFI PENGARANG 2.1 Definisi Novel ... 19
2.3.2 Sistem Kepribadian ... 29
a. Id ... 29
b. Ego ... 29
c. Super Ego ... 30
2.3.3 Dinamika Kepribadian ... 31
2.3.3.1 Naluri (Insting) ... 31
2.3.3.2 Kecemasan ... 33
2.4 Biografi Pengarang ... 34
BAB III ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH UTAMA DALAM NOVEL KLAN OTORI KARYA LIAN HEARN 3.1 Sinopsis Cerita ... 36
3.2 Analisis Psikologis Tokoh Takeo ... 39
3.3 Analisis Psikologis Tokoh Kaede ... 51
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan ... 60
4.2 Saran ... 62
ABSTRAK
Sastra adalah bagian dari seni karya sastra yang berkaitan dengan ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena karya sastra berhubungan dengan ekspresi, maka karya sastra sangat banyak mengandung unsur kemanusiaan. Karya sastra dibedakan atas prosa, puisi dan drama. Novel adalah genre sastra yang berupa cerita, mudah dibaca dan dicerna, novel juga kebanyakan mengandung unsur suspense dalam alur ceritanya yang mudah menimbulkan sikap penasaran bagi pembacanya. Tokoh adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya sastra atau drama, yang oleh pembaca dianggap memiliki kualitas moral yang diekspresikan dalam ucapan dan tindakan.
Psikologi sastra adalah ilmu sastra yang mendekati karya sastra dari sudut psikologis. Teori psikologi sastra yang digunakan dalam pendekatan ini adalah teori Sigmund Freud. Menurut Sigmund Freud seluk-beluk jiwa manusia ada 3 yaitu Id, Ego, dan Super Ego. Id adalah Libido/dorongan bawah sadar untuk mencapai suatu kepuasan. Id tidak mampu membedakan benar atau salah dan tidak tahu moral. Ego adalah peraturan yang dibuat manusia untuk menekan Id supaya tidak berbuat sesuatu yang tidak berdasarkan undang-undang. Super Ego adalah penuntut moral dan aspirasi manusia. Super Ego adalah sistem kepribadian yang berisi nilai-nilai atau aturan yang menyangkut baik dan buruk, juga berisi kata hati seseorang.
Menurut Sigmund Freud dinamika kepribadian dibagi menjadi dua yaitu naluri/ insting dan kecemasan. Insting dibagi menjadi dua yaitu insting hidup dan Insting Mati. Kecemasan dibagi menjadi tiga yaitu kecemasan realistik, kecemasan neuritic dan kecemasan moral.
Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri atau dapat juga dikatakan unsur-unsur yang secara langsung membangun cerita seperti tema, plot, tokoh, latar, sudut pandang cerita dan bahasa. Unsur ekstrintik adalah unsur-unsur yang terdapat di luar karya sastra itu tetapi tidak secara langsung mempengaruhi karya tersebut seperti kebudayaan, sosial, psikologis, politik, dan agama.
Adapun latar tempat dalam novel ini seluruhnya terjadi di Jepang. latar waktunya pada zaman Kamakura pada awal abad 17 sampai akhir abad 18. Latar Sosial dalam novel ini menjelaskan perebutan kekuasaan antar klan atau kaum samurai. Klan terkuat akan berusaha menguasai klan yang lain.
selama ini mampu memberikan maaf kepada orang lain namun Idnya lebih besar untuk melakukan balas dendam.
Takeo lahir sebagai seorang Kikuta, Takeo juga memiliki semua kemampuan kikuta yang membuat kikuta Kitaro ingin memilikinya. Hal ini membuat Takeo harus memilih antara kikuta atau klan Otori. Karena Adanya Konflik batin yang dialami Takeo menyebabkan Id dan Ego nya saling menekan. Sehingga masalah tersebut bisa dianalisis menggunakan Teori Sigmund Freud yang membahas Id, Ego, Super Ego.
Sementara Kaede adalah putri sulung Lord Shirakawa. Ia dibawa ke kastil Noguchi sebagai tawanan saat masih berumur tujuh tahun, kini ia telah melewatkan setengah masa hidupnya dengan menimbun rasa benci. Kaede bahkan tidak pernah bertemu ibu atau adik perempuan lagi. Karena dengan menguasai Kaede, berarti Noguchi telah mendapat kesetiaan, persekutuan dan tahta Klan Shirakawa. Seharusnya diusia Kaede yang masih belia ia menerima kasih sayang dan pelajaran yang berguna. Namun karena ia menjadi tawanan perang. Ia sama sekali tidak mendapatkan itu semua.
Saat pertama kali melihat Takeo, Kaede sudah menyukai Takeo. namun Kaede hanya memendam rasa cinta yang ia miliki sampai calon Suaminya Lord Shigeru dihukum karena dituduh berkhianat. Saat itu Ego Kaede bisa menekan Idnya untuk tidak memperlihatkan rasa cintanya kepada Takeo. Karena saat itu Ego Kaede bisa menekan Idnya untuk tidak menunjukkan rasa Cinta kepada Takeo maka masalah ini bisa dibahas menggunakan Teori Sigmund Freud berdasarkan Id, Ego, dan Super Ego.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sastra merupakan karya seni yang dikarang menurut standar bahasa
kesustraan, penggunaan kata-kata yang indah, gaya bahasa, dan gaya bercerita
yang menarik (Zainuddin, 1992:99). Menurut Rene Wellek dalam Badrun
(1983:16) bahwa istilah sastra hendaknya dibatasi pada seni sastra yang bersifat
imajinatif. Artinya segenap kejadian atau peristiwa yang dikemukakan dalam
karya sastra bukanlah pengalaman jiwa atas peristiwa yang sesungguhnya tetapi
merupakan sesuatu yang dibayangkan saja.
Sastra menurut jenisnya dibagi menjadi 2 yaitu Sastra Imajinatif dan
Sastra Non Imajinatif. Sastra Imajinatif adalah suatu Sastra yang memenuhi
estetika seni dan cendrung bersifat khayal serta memiliki bahasa yang bersifat
konotatif. Contohnya prosa dan puisi. Prosa adalah karya sastra yang tidak terikat
dengan aturan sedangkan Puisi adalah karya sastra yang terikat dengan
aturan.contoh Puisi yaitu Syair dan Pantun sedangkan Contoh Prosa yaitu cerpen,
drama, dan Novel.
Menurut Badudu dan Zain dalam Aziez dan Abdul (1995:2) Novel
merupakan karangan dalam bentuk prosa tentang peristiwa yang menyangkut
sehari-hari, tentang suka duka, kasih dan benci, tentang watak dan jiwanya, dan
sebagainya.
Dalam sebuah Karya sastra tedapat dua unsur yang berpengaruh dalam
karya sastra tersebut yaitu unsur intristik dan ekstrintik. Unsur intrinsik adalah
unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri atau dapat juga dikatakan
unsur-unsur yang secara langsung membangun cerita. Unsur yang dimaksud
seperti tema, plot, tokoh, latar, sudut pandang cerita dan bahasa.sedangkan yang
dimaksud dengan unsur ekstrintik adalah unsur-unsur yang terdapat di luar karya
sastra itu tetapi tidak secara langsung mempengaruhi karya tersebut.seperti
kebudayaan, sosial, psikologis, politik, dan agama.
Tokoh menurut Abrams dalam Nurgiyantoro (1995:165) adalah
orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama, yang oleh pembaca
ditafsirkan memiliki kualitas moral yang diekspresikan dalam ucapan dan apa
yang dilakukan dalam tindakan.
Salah satu karya sastra yang akan ditelaah tokoh utamanya terdapat dalam
novel dengan judul Klan otori : Across The Nightingale Floor. Buku pertama dari
trilogi yang sangat populer ini telah diterjemakan ke dalam 26 bahasa dan
memperoleh 11 penghargaan dari berbagai negara. Novel ini menceritakan
perjalanan panjang Klan Otori mempertahankan kekuasaannya. Dimulai dari Lord
Otori menemukan Tomasu sampai akhirnya menyerahkan kekuasaannya kepada
Tomasu.
Across The Nightingale Floor sendiri memiliki arti lantai yang
pemimpin Klan Tohan. Ia sengaja membuat lantai ini untuk melindungi dirinya
dari musuh. Pemimpin Klan Tohan terkenal dengan kekejamannya. Ia juga
membantai kaum atau Klan lain untuk menambah daerah kekuasaannya.
Dalam novel klan Otori: Across The Nightingale Floor diceritakan
bagaimana keadaan psikologis seorang pemuda yang bernama Tomasu dan
Kaede. Tomasu dibesarkan dalam lingkungan kaum Hidden yang saling
tolong-menolong, saling memaafkan dan dilarang membunuh. Tetapi dalam sekejap
balas dendam telah merasuk kedalam hatinya. Karena disaat dia tidak berada di
desanya Klan Tohan yang dipimpin Iida Sadamu membunuh semua orang yang
ada di Mino tanpa terkecuali termasuk keluarganya, serta membakar seluruh
rumah yang ada di sana. Pada saat itulah Psikologi Tomasu terganggu. Idnya
langsung menginginkan balas dendam terhadap Klan Tohan. Walaupun Super Ego
yang selama ini mampu memberikan maaf kepada orang lain namun Idnya lebih
besar untuk melakukan balas dendam.
Konflik batin pun terjadi Ketika Tomasu berusaha menyelamatkan diri
dari penggalan pedang pemimpin Klan Tohan, usahanya membuat pemimpin Klan
Tohan itu terjatuh dari kudanya. Hal ini membuat Tomasu menjadi incaran Iida
Sadamu dan anak buahnya yang bernama Ando. Saat Ando hendak membunuh
Tomasu, Lord Shigeru dari Klan Otori menolongnya dan mengubah namanya
menjadi Takeo. Lord shigeru memberinya nama Takeo karena ia memiliki wajah
Disaat Takeo diselamatkan oleh Lord Otori, sudah terjadi pertarungan
antar Klan yang memperebutkan kekuasaan. Hal tersebut mengakibatkan dirinya
juga terlibat dalam pertarungan antar Klan.
Setelah Takeo diselamatkan oleh Lord Shigeru, Takeo merasa berhutang
budi dan berusaha melindungi Lord Shigeru dalam bahaya apa pun yang
menimpanya. Hal ini tergambar ketika paman Lord shigeru merencanakan
pembunuhan Lord Shigeru. Ditambah lagi pamannya merencanakan kematian
Lord Shigeru dengan menjodohkannya kepada tawanan Seishuu yang tinggal
dikastil Noguchi, membuat Takeo semangkin terpuruk. karena hanya dirinya yang
mengetahui permasalahan ini.
Walaupun dilahirkan sebagai orang Hidden, namun ayah Takeo adalah
seorang Kikuta, Sehingga Takeo memiliki semua kemampuan Kikuta. Hal ini
membuat Takeo harus memutuskan pilihan kepada siapa kesetiannya harus
diberikan. Apakah kepada klan Otori dimana Takeo telah diselamatkan oleh
Pemimpin Klan Otori, atau kepada Klan Tribe yang telah memberikan Takeo
banyak kemampuan yang tidak dimiliki orang lain.
Untuk memenuhi persyaratan pengangkatan Takeo menjadi anaknya, Lord
Shigeru diminta pamannya untuk menikah dengan Lady Shirakawa Kaede. namun
ketika pertama kali melihat Takeo, Lady Shirakawa sudah tertarik dan
menyukainya. Begitu juga dengan Takeo, ia pun diam-diam mengagumi Lady
Shirakawa. Pada saat itu Id Takeo menginginkan Kaede menjadi kekasihnya.
Namun Takeo sadar Lady shirakawa adalah calon istri dari ayah angkatnya.
Sehingga Takeo hanya memendam semua rasa cinta itu dalam hatinya. Hal ini
menunjukkan bahwa Egonya dapat menahan Id untuk tidak memiliki Kaede.
Sementara Kaede adalah putri sulung Lord Shirakawa. Ia dibawa ke kastil
Noguchi sebagai tawanan saat masih berumur tujuh tahun, kini ia telah
melewatkan setengah masa hidupnya dengan menimbun rasa benci. Kaede bahkan
tidak pernah bertemu ibu atau adik perempuan lagi. Karena dengan menguasai
Kaede, berarti Noguchi telah mendapat kesetiaan, persekutuan dan tahta Klan
Shirakawa. Psikologi Kaede sangat terganggu. Seharusnya di usia Kaede yang
masih belia ia menerima kasih sayang dan pelajaran yang berguna. Namun karena
ia menjadi tawanan perang. Ia sama sekali tidak mendapatkan itu semua.
Ketika Kaede beranjak dewasa, semakin sering penjaga melecehkannya.
Namun dengan sigap ia membunuh penjaga itu. Dalam hal ini terlihat jelas kalau
psikologis Kaede sangat terganggu. Kaede tidak bisa mengendalikan Id dalam
dirinya untuk membunuh orang yang akan melecehkannya. Walaupun mungkin
Ego nya sudah menekan Id, namun karena Super Ego Kaede tidak baik maka Id
Kaede lah yang menguasai pikirannya. Sehingga Kaede membunuh penjaga itu
tanpa merasa bersalah.
Dengan kejadian seperti itu Lord Noguchi memintanya untuk menikah
dengan orang yang belum dikenalnya. Dan tidak lagi berada di kastil Noguchi
melainkan tinggal bersama Istrinya. Itu semua tak membuat Kaede bahagia, Lady
Noguchi selalu saja mencari-cari kesalahannya, Kaede dihina karena kidal dan
Sebelum acara pernikahan dimulai calon suami Kaede mati mendadak
karena terlalu banyak minum sake. Sehingga beredar rumor bahwa siapa pun yang
menginginkan dirinya pasti akan mati. Dan Kaede berharap rumor itu akan
menjauhkan keinginan orang untuk menikahinya. Namun pada suatu malam ia
dikabarkan bahwa seorang anggota klan Otori akan menjadi suaminya.
Id Kaede sebenarnya tidak menginginkan pernikahan itu terjadi. Namun
Egonya menahan Idnya karena Egonya masih memikirkan keluarganya. Jika ia
tidak menikah maka keselamatan keluarganya akan terancam. Sehingga Kaede
menolak keinginan Idnya untuk tidak menikah dan menyetujui pernikahan
tersebut.
Ternyata Lord Shigeru lah yang akan menjadi calon suaminya kelak.
Mengetahui pernikahannya dengan Lord Shigeru, Lady Maruyama bersikap
dingin kepadanya. Hal ini membuat Kaede merasa tidak nyaman. Kaede tidak
mengetahui jelas mengapa Lady Maruyama bersikap dingin kepadanya. Idnya
ingin memberontak namun Egonya menahan karena hanya Lady maruyama saat
ini yang dekat dengannya.sehingga Idnya untuk memberontak terhalang.
Ketika rombongan bangsawan Otori sudah sampai ke Tsuwano orang
pertama yang menarik perhatiannya adalah Takeo bukan Lord Shigeru. Cintanya
pada Takeo pun semakin menjadi saat ia berusaha melupakannya.
Saat itu juga Idnya sangat menginginkan Takeo menjadi kekasihnya,
namun egonya masih mampu menahan karena Takeo anak angkat dari calon
suaminya. Sehingga Kaede mengurungkan niatnya untuk memiliki Takeo. Hal ini
Berdasarkan uraian di atas penulis merasa tertarik untuk mengetahui
bagaimana psikologi tokoh utama dalam novel ini. Karena terdapat banyak
konflik batin yang dialami tokoh utama. Untuk itu penulis membahasnya dalam
skprisi dengan judul “Analisis Psikologi tokoh Utama dalam Novel Klan Otori:
Across The Nightingale Floor Karya Lian Hearn”.
1.2 Perumusan Masalah
Setiap orang memiliki kondisi yang berbeda-beda dalam menjalani
kehidupannya. Walaupun setiap orang mengharapkan hidup yang tidak pernah ada
masalah tetap saja masalah itu akan datang tanpa kita sadari. Seperti halnya dalam
novel Klan otori, menceritakan keadaan dua orang anak yang terjebak dalam
pertarungan antar Klan.
Dalam novel klan Otori: Across The Nightingale Floor diceritakan
bagaimana keadaan psikologis seorang pemuda yang bernama Tomasu dan
Kaede. Tomasu dibesarkan dalam lingkungan kaum Hidden yang saling
tolong-menolong, saling memaafkan dan dilarang membunuh. Tetapi dalam sekejap
balas dendam telah merasuk ke dalam hatinya. Karena disaat dia tidak berada di
desanya Klan Tohan yang dipimpin Iida Sadamu membunuh semua orang yang
ada di Mino tanpa terkecuali termasuk keluarganya, serta membakar seluruh
rumah yang ada di sana. Pada saat itulah Psikologi Tomasu terganggu. Idnya
langsung menginginkan balas dendam terhadap Klan Tohan. Walaupun Super Ego
yang selama ini mampu memberikan maaf kepada orang lain namun Idnya lebih
Konflik batin pun terjadi Ketika Tomasu berusaha menyelamatkan diri
dari penggalan pedang pemimpin Klan Tohan, usahanya membuat pemimpin Klan
Tohan itu terjatuh dari kudanya. Hal ini membuat Tomasu menjadi incaran Iida
Sadamu dan anak buahnya yang bernama Ando. Saat Ando hendak membunuh
Tomasu, Lord Shigeru dari Klan Otori menolongnya dan mengubah namanya
menjadi Takeo. Lord shigeru memberinya nama Takeo karena ia memiliki wajah
yang mirip dengan adiknya Takeshi yang sudah meninggal.
Disaat Takeo diselamatkan oleh Lord Otori, sudah terjadi pertarungan
antar Klan yang memperebutkan kekuasaan. Hal tersebut mengakibatkan dirinya
juga terlibat dalam pertarungan antar Klan.
Setelah Takeo diselamatkan oleh Lord Shigeru, Takeo merasa berhutang
budi dan berusaha melindungi Lord Shigeru dalam bahaya apa pun yang
menimpanya. Hal ini tergambar ketika paman Lord shigeru merencanakan
pembunuhan Lord Shigeru. Ditambah lagi pamannya merencanakan kematian
Lord Shigeru dengan menjodohkannya kepada tawanan Seishuu yang tinggal
dikastil Noguchi, membuat Takeo semangkin terpuruk. karena hanya dirinya yang
mengetahui permasalahan ini.
Takeo terlahir sebagai seorang Kikuta, Takeo juga memiliki semua
kemampuan kikuta membuat kikuta Kitaro ingin memilikinya. Hal ini membuat
Takeo harus memilih antara kikuta atau klan Otori. Karena Adanya Konflik batin
yang dialami Takeo menyebabkan Id dan Ego nya saling menekan. Bisa saja Id
tersebut bisa dianalisis menggunakan Teori Sigmund Freud yang membahas Id,
Ego, Super Ego.
Sementara Kaede adalah putri sulung Lord Shirakawa. Ia dibawa ke kastil
Noguchi sebagai tawanan saat masih berumur tujuh tahun, kini ia telah
melewatkan setengah masa hidupnya dengan menimbun rasa benci. Kaede bahkan
tidak pernah bertemu ibu atau adik perempuan lagi. Karena dengan menguasai
Kaede, berarti Noguchi telah mendapat kesetiaan, persekutuan dan tahta Klan
Shirakawa. Psikologi Kaede sangat terganggu. Seharusnya diusia Kaede yang
masih belia ia menerima kasih sayang dan pelajaran yang berguna. Namun karena
ia menjadi tawanan perang. Ia sama sekali tidak mendapatkan itu semua.
Bukannya bahagia Kaede malah mendapatkan tekanan batin karena
sebelum acara pernikahan terjadi calon suaminya mati. Karena hal ini timbullah
rumor bahwa setiap yang menginginkan kaede Mati. Tidak berapa lama dari
kejadian itu, Kaede akan dinikahkan dengan bangsawan Otori yang bernama Lord
Shigeru. Tetapi dirinya malah menyukai Takeo yang merupakan anak angkat dari
Lord Shigeru. Jelas saja Cinta Kaede terhalang, karena orang yangn dicintainya
adalah anak dari calon Suaminya. Walaupun Kaede menyukai bahkan mencintai
Takeo, Ia tidak berani menunjukkan sikap itu didepan banyak orang.
Kaede hanya memendam rasa cinta yang ia miliki sampai calon Suaminya
Lord Shigeru dihukum karena dituduh berkhianat. Saat itu Ego Kaede bisa
menekan Idnya untuk tidak memperlihatkan rasa cintanya kepada Takeo. Karena
kepada Takeo maka masalah ini bisa dibahas menggunakan Teori Sigmund Freud
berdasarkan Id, Ego, dan Super Ego.
Untuk memudahkan arah sasaran yang ingin dikaji, maka masalah penelitian
ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan berikut ini:
1. Bagaimana psikologis Tokoh Takeo dalam menghadapi pertarungan antar
Klan yang membuatnya harus memilih antara Klan Otori atau Kikuta
berdasarkan Teori Sigmund Freud.
2. Bagaimana Psikologis Tokoh Kaede yang menjadi Tawanan perang antar
Klan sehingga membuat cintanya pada Takeo terhalang berdasarkan Teori
Sigmund Freud.
1.3 Ruang Lingkup Pembahasan
Dari permasalahan-permasalahan yang ada maka penulis menganggap
perlu adanya pembatasan ruang lingkup dalam pembahasan. Hal ini dimaksudkan
agar masalah penelitian tidak terlalu luas dan berkembang terlalu jauh, sehingga
penulisan dapat lebih terarah.
Novel yang akan dibahas dalam penulisan ini adalah Novel Klan Otori :
Across The Nightingale Floor Karya Lian Hearn yang berisikan 379 halaman dan
menggunakan bahasa Indonesia. Adapun cuplikan yang dianalisis berjumlah 13
analisis.
Dalam Analisis, penulis hanya fokus pada dampak psikologis yang dialami
cepat karena terlibat dalam pertarungan antar klan. Dan tokoh Kaede yang dari
berumur 7 tahun sudah menjadi tawanan perang antar Klan. Agar pembahasan
lebih jelas dan akurat, maka sebelum Bab pembahasan Penulis juga menjelaskan
tentang Definisi Novel, Unsur Intrinsik dan Unsur Ekstrinsik, Psikoanalisa
Sigmund Freud dan Biografi pengarang .
1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori
1.4.1 Tinjauan Pustaka
Karya sastra selalu terlibat dalam segala sapek hidup dan kehidupan, tidak
terkecuali ilmu jiwa atau psikologi. Hal ini tidak terlepas dari pandangan dualisme
yang menyatakan bahwa manusia pada dasarnya terdiri atas jiwa dan raga. Maka
penelitian yang menggunakan pendekatan psikologi terhadap karya sastra
merupakan bentuk pemahaman dan penafsiran karya sastra dari sisi psikologi.
Alasan ini didorong karena tokoh-tokoh dalam karya sastra dimanusiakan,
mereka semua diberi jiwa, mempunyai raga bahkan untuk manusia yang disebut
pengarang mungkin memiliki penjiwaan yang lebih bila dibandingkan dengan
manusia lainnya, terutama dalam hal penghayatan mengenai hidup dan kehidupan.
(Hardjana, 1985:60)
Novel adalah suatu cerita dengan alur yang cukup panjang mengisi satu
buku atau lebih yang menggarap kehidupan pria dan wanita yang bersifat
imajinatif Tarigan (2000:164). Sedangkan secara etimologi, Novel berasal dari
baru karena bentuk novel adalah bentuk karya sastra yang datang dari bentuk
karya sastra lainnya seperti puisi dan drama. Sedangkan dari bahasa italia yaitu
novella yang artinya cerita pendek dalam bentuk prosa.
Tokoh cerita suatu karya sastra fiksi merupakan hasil karya pengarang
yang murni berasal dari alam pikirnya. Boulton dalam Aminuddin (2000:79)
mengungkapkan bahwa cara pengarang menggambarkan atau memunculkan
tokohnya itu dapat berbagai macam. Mungkin pengarang menampilkan tokoh
sebagai pelaku yang hanya hidup dalam mimpi, pelaku yang memiliki semangat
perjuangan dalam mempertahankan hidupnya, pelaku yang memiliki cara sesuai
dengan kehidupan manusia yang sebenarnya, maupun pelaku yang egois, kacau
dan mementingkan diri sendiri. Dalam cerita fiksi, Tokoh tersebut dapat berupa
manusi atau tokoh makhluk lain yang diberi sifat manusia.
Dalam kajiannya, psikologi sastra berusaha mengungkap Psikoanalisa
kepribadian yang dipandang meliputi tiga unsur kejiwaan, yaitu: Id, ego, dan
super ego. Ketiga sistem kepribadian ini satu sama lain berkaitan serta
membentuk totalitas, dan tingkah laku manusia. Freud dalam Susanto (2012:60)
membagi struktur kepribadian manusia itu secara kronologis adalah Id, Ego dan
Superego. Id dianggap sebagai struktur kepribadian yang tertua yang ada sejak
manusia dilahirkan. Id ini diturunkan secara genetik dan berkaitan dengan
dorongan-dorongan yang bersifat biologis. Ego merupakan bagian dari
kepribadian yang harus patuh terhadap Id dalam mencari realitas. Ego mampu
membedakan antara yang khayal dan bukan khayal. Super Ego diperoleh
seseorang ketika masa kecil melalui proses pendidikan, sosialisasi, perintah dan
Suatu karya sastra dianggap bermutu jika mampu menggambarkan
kekacauan batin manusia. Karena hakikat kehidupan manusia adalah perjuangan
dalam menghadapi kekacauan batinnya sendiri.
Di dalam novel Klan Otori digambarkan oleh Takeo yang memiliki
tekanan batin karena penyerangan Klan Tohan. Setelah kejadian itu akhirnya
Takeo terjebak pertarungan antar klan dan membuat harus memilih antara Kikuta
atau Klan otori. Dan Kaede juga memiliki tekanan batin karena harus tinggal di
kastil Noguchi yang membuatnya jauh dari keluarga.
1.4.2 Kerangka Teori
Untuk dapat menganalisis suatu karya sastra diperlukan satu atau lebih
teori pendekatan yang sesuai dengan objek dan tujuan penulisan ini. Dalam hal ini
penulis mengggunakan dua teori pendekatan yaitu: Pendekatan Psikologi Sastra
Dan Pendekatan Semiotika.
Psikologi sastra adalah ilmu sastra yang mendekati karya sastra dari sudut
psikologis Hartoko dalam Endraswara (2008: 70). Teori psikologi sastra yang
digunakan dalam pendekatan ini adalah teori Sigmund Freud. Dimana Sigmund
Freud mengibaratkan kesadaran manusia sebagai gunung es, sedikit yang terlihat
dipermukaan adalah menunjukkan kesadaran, sedangkan bagian tidak terlihat
yang lebih besar menunjukkan aspek ketidaksadaran. Dalam daerah
ketidaksadaran yang sangat luas ini ditemukan dorongan-dorongan, nafsu-nafsu,
ide-ide, dan perasaan-perasaan yang ditekan, suatu dunia dalam yang besar dan
berisi kekuatan vital yang melaksanakan kontrol penting atas pikiran-pikiran dan
Prinsip-prinsip Psikoanalisis yang dibuat oleh Sigmund Freud dalam Semi
(1989:46) adalah sebagai berikut:
1. Lapisan kejiwaan yang paling rendah inilah yang disebut dengan lapisan
bawah sadar (Libido). dengan kata lain libido mempengaruhi keinginan
yang mendorong manusia untuk mencapai tingkat pemenuhan kepuasan
(kesenangan, kebahagiaan dan kegairahan).
2. Pengalaman-pengalaman sewaktu bayi dan sewaktu kanak-kanak biasanya
banyak mempengaruhi sikap hidup diusia dewasa.
3. Semua buah pikiran betapa pun kelihatannya tidak berarti, Masih tetap
lebih penting gagasan sederhana daripada pandangan bawah sadar.
4. Konflik emosi. Menurut Freud konflik emosi terjadi karena adanya konflik
antara perasaan bawah sadar.
5. Emosi itu sendiri bersifat Dwirasa (benci tapi rindu,marah tapi sayang).
Biasanya akan terlihat dalam tingkah laku tokoh cerita
6. Sebagian konflik dapat diselesaikan dengan cara yang tidak dapat
diterima.
Dalam pendekatan Psikoanalisa ini, penulis dapat meneliti kepribadian dan
psikologis tokoh utama yang tergambar melalui sikap tokoh dalam menghadapi
konflik atau persoalan-persoalan yang ada dengan teori Psikoanalisa sigmund
Freud.
Menurut Sigmund Freud dalam Semi (1989:47) bahwa seluk-beluk jiwa
manusia ada 3 yaitu Id, Ego, dan Super Ego. Id secara leksikal adalah
Ego adalah peraturan sacara sadar antara Id dan Realitas yang dibuat manusia.
Maka ego akan menekan Id untuk tidak berbuat sesuatu yang tidak berdasarkan
undang-undang. Ego juga merupakan hasil dari interaksi antara manusia.
Sedangkan Super Ego adalah penuntut moral dan aspirasi seseorang.
Menurut Paul Lobey dan Litza Tanz dalam Ratna (2004:7) Semiotika
berasal dari kata seme dalam bahasa Yunani yang berarti penafsir tanda. Dalam
pengertian lebih luas, Sebagai teori semiotika berarti studi sitematis mengenai
produksi dan interpretasi tanda, bagaimana cara kerjanya dan apa manfaatnya
terhadap kehidupan manusia.
Sedangkan menurut Pradopo dalam Jabrohim (2001:70) Semiotik adalah
ilmu tentang tanda-tanda. Ilmu ini menganggap bahwa fenomena
sosial/masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda.
Tanda mempunyai dua aspek yaitu penanda (signifer) dan petanda
(signified). Penanda adalah bentuk formalnya yang menandai sesuatu yang disebut
petanda, sedangkan petanda adalah sesuatu yang ditandai oleh petanda itu.
Melalui pendekatan semiotika ini, penulis dapat meneliti kepribadian
tokoh yang dapat dilihat secara tersirat dalam pembicaraan atau dialog antar tokoh
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.5.1 Tujuan Penelitian
Sebelum melakukan sebuah penelitian maka perlu diketahui dahulu apa tujuan
Penelitian. Hal ini dibuat supaya tidak mengalami kesulitan untuk meneliti sebuah
masalah. Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan keadaan psikilogis tokoh Takeo dalam
menghadapi pertarungan antar klan yang membuatnya harus memilih
antara Kikuta atau Klan Otori berdasarkan Teori Sigmund Freud.
2. Untuk mendeskripsikan keadaan psikilogis tokoh Kaede yang menjadi
tawanan perang antar Klan yang membuat cintanya terhalang terhadap
Takeo berdasrkan Teori Sigmund Freud.
1.5.2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian yang penulis lakukan adalah sebagai
berikut:
1. Bagi peneliti dan pembaca dapat menambah wawasan mengenai
psikologis tokoh dalam karya sastra fiksi. Sehingga mampu menguasai
watak tokoh yang sebenarnya.
2. Bagi pembaca, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan penunjang
untuk Departemen Sastra Jepang FIB Universitas Sumatera utara,yang
nantinya akan berguna untuk memperkaya bahan penelitian dan sumber
1.6 Metode Penelitian
Dalam sebuah penelitian sangat dibutuhkan metode penelitian sebagai
bahan penunjang dalam penulisan. Metode adalah cara pelaksanaan penelitian. Di
dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode deskriptif.
Metode Deskriptif menurut Whitney dalam Nazir (1988:63) adalah
pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari
masalah-masalah dalam masyarakat, serta situasi-situasi tertentu tentang
hubungan, kegiatan, sikap, pandangan serta proses yang berlangsung dan
pengaruh dari suatu fenomena.
Data deskriptif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah data yang
dikumpulkan berbentuk kata-kata, frase, klausa, kalimat atau paragraf dan bukan
angka-angka. Dengan demikian, hasil penelitian ini berisi analisis data yang
sifatnya menuturkan, memaparkan, menganalisis dan menafsirkan.
Sehingga dalam penulisan ini peneliti menguraikan dan menjelaskan
dengan secermat mungkin masalah-masalah didalam novel Kisah klan Otori karya
Lian Hearn dengan menggunakan Teori Semiotik dan pendekatan psikologis yang
mengacu kepada teori psikoanalisis dari Sigmund Freud sebagai acuan untuk
penelitian.
Sementara itu, teknik yang penulis gunakan untuk mengumpulkan data
adalah metode Library Rresearch (penelitian kepustakaan) yaitu dengan
Diantaranya adalah buku, hasil penelitian yang ilmiah seperti skripsi, tesis
ataupun non ilmiah. Penulis juga melakukan penelusuran data melalui internet
seperti Google Book maupun Blog- Blog yang membahas mengenai masalah yang
berkaitan dengan judul skripsi ini. Sumber utama penelitian ini adalah novel Klan
Otori:Across The Nightingale karya Lian Hearn. Setelah data diperoleh dari
referensi yang berkaitan dalam penulisan ini, maka data tersebut dianalisis untuk
BAB II
TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL, PSIKOANALISA SIGMUND FREUD DAN BIOGRAFI PEGARANG
2.1 Definisi Novel
Sebutan novel berasal dari bahasa Italia, yakni novella yang secara harfiah
berarti “sebuah barang baru yang kecil” dan kemudian diartikan sebagai “cerita
pendek dalam bentk prosa” Abrams dalam Nurgiyantoro (1995:9). Dalam bahasa
Jerman novel disebut dengan novelle dan dalam bahasa Inggris disebut dengan
novel, istilah inilah yang kemudian masuk ke dalam bahasa Indonesia.
Novel merupakan jenis dan genre prosa dalam karya sastra. Prosa dalam
pengertian kesusasteraan juga disebut sebagai fiksi. Karta fiksi menyarankan pada
suatu karya yang menceritakan sesuatu yang bersifat rekaan, khayalan, sesuatu
yang tidak ada dan tidak terjadi sungguh-sungguh sehingga tidak perlu dicari
kebenarannya pada dunia nyata Nurgiyantoro (1995:2).
Menurut Sumardjo (1999:11-12) novel adalah genre sastra yang berupa
cerita, mudah dibaca dan dicerna, juga kebanyakan mengandung unsur suspense
dalam alur ceritanya yang mudah menimbulkan sikap penasaran bagi
pembacanya. Dan menurut Wellek dan Warren (1995:282) novel adalah gambaran
dari kehidupan dan perilaku yang nyata, dari zaman pada saat novel itu ditulis
Setiap karya sastra fiksi (novel) mempunyai unsur-unsur yang
mendukung, baik unsur dari dalam sastra itu sendiri (unsur intristik) ataupun
unsur dari luar ( unsur ekstrintik) yang secara tidak langsung mempengaruhi
bangun cerita sebuah karya sastra.
2.1.1 Unsur Intrinsik
Unsur intrinsik atau unsur dalam adalah unsur yang ikut mempengaruhi
terciptanya karya sastra. Adapun unsur pembentuk yang dibangun oleh unsur
intrinsik sebagai berikut.
a. Tema
Tema adalah ide, gagasan, pandangan hidup pengarang yang melatarbelakangi
ciptaan karya satra. Karena sastra merupakan refleksi kehidupan masyarakat,
maka tema yang diungkapakan dalam karya sastra sangat beragam. Tema bisa
berupa persoalan moral, etika, agama, sosial budaya, teknologi, tradisi yang
terkait erat dengan masalah kehidupan. Namun, tema bisa berupa pandangan
pengarang, ide, atau keinginan pengarang yang mensiasati persoalan yang
muncul. Sebagai sebuah karya imajinatif, tema dapat diungkapkan melalui
berbagai cara, seperti melalui dialog tokoh-tokohnya, melalui konflik-konflik
yang dibangun, atau melalui komentar secara tidak langsung.
Istilah tema menurut Scharbach dalam Aminuddin ( 2000:91) berasal dari
bahasa latin yang berarti tempat meletakkan suatu perangkat. Disebut demikian
karena tema adalah ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperan juga
sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang
Sebab itulah penyikapan tehadap tema yang diberikan pengarang terhadap
pembaca umumnya terbalik. Seorang pengarang harus memahami tema cerita
yang akan dipaparkan sebelum melaksanakan tema bila mereka telah selesai
memahami unsur-unsur signifikan yang menjadi media pemapar tema tersebut.
Dalam mengapresiasi tema suatu cerita, apresiator harus memahami ilmu-ilmu
humanitas karena tema sebenarnya merupakan pendalaman hasil kontemplasi.
Pengarang yang berkaitan dengan masalah kemanusiaan serta masalah lain yang
bersifat universal. Tema dalam hal ini tidak lah berada diluar cerita, tetapi inklusif
didalamnya. Akan tetapi keberadaan tema meskipun inklusif didalam cerita
tidaklah terumus dalam satu dua kalimat secara tersurat tetapi tersebar dibalik
keseluruhan unsur-unsur signifikan atau media pemapar prosa fiksi. Dalam upaya
pemahaman tema, pembaca perlu memperhatikan beberapa langkah berikut secara
cermat yaitu:
1. Memahami setting dalam prosa fksi yang dibaca.
2. Memahami penokohan dan perwatakan para pelaku dalam prosa fiksi
yang dibaca.
3. Memahami suatu peristiwa pokok pikiran serta tahapan peristiwa
dalam prosa fiksi yang dibaca.
4. Memahami plot atau alur prosa fiksi yang dibaca.
5. Menghubungkan pokok-pokok pikiran yang satu dengan yang lainnya
yang disimpulkan dari satuan-satuan peristiwa yang terpapar dalam
suatu cerita.
6. Menentukan sikap penyair terhadap pokok-pokok pikiran yang
7. Mengidentifikasikan tujuan pengarang memaparkan ceritanya dengan
bertolak dari satuan pokok pikiran yang ditampilkannya.
8. Menafsirkan tema dalam cerita yang dibaca seta menyimpulkannya
dalam satu dua kalimat yang diharapkan merupakan ide dasar cerita
yang dipaparkan pengarangnya.
Sesuai dengan novel yang berjudul Klan otori: Across The Nightingale
Floor maka tema dalam novel ini berceritakan tentang perjalanan hidup seorang
pemuda dari desa Mino hingga menjadi bagian anggota keluarga Klan Otori,
yang bernama Takeo. Dimana Takeo akhirnya terjebak perang antar Klan. Dan
seorang gadis kecil yang dari umur 7 tahun sudah menjadi tawanan perang. Yang
membuat cintanya terhadap Takeo terhalang. Dan yang menjadi fokus cerita
dalam novel Klan otori: Across The Nightingale Floor karya Lian Hearn ini
adalah lika-liku kehidupan dan perjuangan cinta dua orang anak muda yang secara
tidak sengaja terlibat perang antar Klan.
b. Plot / Alur Cerita
Salah satu elemen penting dalam membentuk karya fiksi adalah plot. Dalam
analisis cerita plot sering juga disebut dengan alur. Alur atau plot ialah jalan cerita
yang berupa peristiwa-peristiwa yang disusun satu persatu dan saling berkaitan
menurut sebab akibat dari awal sampai akhir cerita. Dari pengertian tersebut jelas
Sebagaimana diungkapkan oleh petronius dalam Fananie (2001:93) Struktur
plot mencakup tiga bagian:
1. Exposition (setting forth of the beginning)
2. Conflik (a complication that moves to climax)
3. Denouement (litarally, “unknotting”, the outcome of the conflict; the
resolution)
Dalam pengertiannya elemen plot hanyalah didasarkan pada paparan
mulainya peristiwa, berkembangnya peristiwa yang mengarah pada konflik yang
memuncak, dan penyelesaian terhadap konflik.
Berdasarkan fungsi plot dalam membangun nilai estetik cerita, maka
identifkasi dan penilaian terhadap keberadaan plot menjadi sangat beraneka
ragam. Keberagaman tersebut paling tidak dapat dilihat dari tiga prinsip utama
analisis plot yang meliputi:
1. Plot of action, analisis proses perubahan peristiwa secara lengkap, baik
yang muncul secara bertahap maupun tiba-tiba pada situasi yang dihadapi
tokoh utama, dan sejauh mana urutan peristiwa yang dianggap sudah
tertulis itu, berpengaruh terhadap perilaku dan pemikiran tokoh yang
bersangkutan dalam menghadapi situasi tersebut.
2. Plots of character, proses perubahan perilaku atau moralitas secara lengkap
dari tokoh utama kaitannya dengan tindakan emosi dan perasaan
3. Plots of thought, proses perubahan secara lengkap kaitannya dengan
perubahan pemikiran tokoh utama dengan segala konsekuensinya
Perubahan perilaku, moral, pemikiran atau pandangan, dan konflik-konflik
yang dialami oleh tokoh cerita serta peristiwa-peristiwa yang muncul memang
seharusnya dijalani oleh para tokohnya
.
c. Tokoh
Tokoh dalam karya fiksi tidak hanya berfungsi untuk memainkan cerita,
tetapi juga berperan untuk menyampaikan ide, motif, plot dan tema serta
menempati posisi strategis sebagai pembawa dan menyampaikan pesan, amanat,
moral atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan kepada pembaca. Boulton
dalam Aminudin (2000:79) mengungkapkan bahwa cara pengarang
menggambarkan atau memunculkan tokoh sebagai pelaku yang hidup di alam
mimpi, pelaku yang memiliki semangat perjuangan dalam mempertahankan
hidupnya.
Pelaku yang memiliki cara sesuai dengan kehidupan manusia yang
sebenarnya maupun pelaku yang mementingkan dirinya sendiri. Dalam cerita fiksi
pelaku dapat berupa manusia atau tokoh makhluk lain yang diberi sifat manusia.
Dalam menentukan tokoh utama dan tokoh pembantu, yang umumnya merupakan
tokoh utama ialah tokoh yang sering dibicarakan oleh pengaranng, sedangkan
tokoh pembantu hanya dibicarakan alakadarnya.
Dalam novel ini tokoh yang digunakan bernama Takeo dan Kaede yang
banyak disoroti tentang perjalanan hidupnya selama terjebak dalam pertarugan
2.1.2 Unsur Ekstrintik
Unsur Ekstrinsik adalah unsur yang berada di luar karya sastra itu sendiri.
Unsur ekstrinsik adalah unsur luar sastra yang ikut mempengaruhi penciptaan
karya sastra. Unsur tersebut meliput latar belakang pengarang,keyakinan dan
pandangan hidup pengarang, adat istiadat yang berlaku, situasi politik, persoalan
sejarah, ekonomi dan pengetahuan agama. Unsur ekstrinsik untuk tiap karya sastra
sama, unsur ini mencakup berbagai aspek kehidupan sosial yang tampaknya
menjadi latar belakang penyampaian amanat cerita dan tema. Selain unsur-unsur
yang datangnya dari luar diri pengarang, hal yang sudah ada dan melekat pada
kehidupan pengarang pun cukup besar pengaruhnya terhadap terciptanya suatu
karya sastra.
2.2 Setting Dalam Novel Klan Otori: Across The Nightingale Floor karya lian Hearn
Abrams dalam Nurgiyantoro(1995:216), mengungkapkan bahwa setting dan
latar disebut juga sebagai landasan tumpu, menyaran pada pengertian tempat,
hubungan waktu dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang
diceritakan.
Setting memberikan kesan realitas kepada pembaca, menciptakan suasana
tertentu yang seolah-olah sungguh ada dan tejadi.Setting dapat dibedakan kedalam
tiga unsur pokok yaitu tempat, waktu dan sosial. Ketiga unsur itu masing-masing
menawarkan permasalahan yang berbeda dan dapat dibicarakan secara sendiri,
pada kenyataannya saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu dengan yang
a.Latar Tempat
Latar tempat mengarah pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan
dalma sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin berupa
tempat-tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu, lokasi tertentu tanpa nama
jelas. Deskripsi tempat secara teliti dan realistis penting untuk mengesani
pembaca seolah-olah hal yang dicerikan itu sungguh ada dan terjadi yaitu tempat
dan waktu yang diceritakan.
Adapun latar tempat dalam novel Klan Otori: Across The Nightingale Floor
ini seluruhnya terjadi di Jepang.
b. Latar Waktu
Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan tejadinya
peristiwa-peristiwa yang diceritkan dalm sebuah karya fiksi. Masalah kapan tersebut
biasanya dihubungkan dengan waktu faktual, waktu yang ada kaitannya atau
dapat dikaitkan dengan peristiwa sejarah.
Novel Klan otori menggambarkan latar waktu bangsa Jepang pada zaman
Kamakura pada awal abad 17 sampai akhir abad 18.
c. Latar Sosial
Pada awal abad 17 sampai akhir abad 18 di Jepang sedang terjadi perebutan
kekuasaan antar klan atau kaum samurai. Klan terkuat akan berusaha menguasai
klan yang lain. Sama halnya yang dilakukan oleh pemimpin Klan Tohan yang
tega membantai kaum Hidden ( kaum dimana Takeo dibesarkan sampai masa
Novel ini secara keseluruhan menggambarkan perjalanan hidup dua orang
anak yang bernama Takeo dan Kaede dari awal hidupnya terpisah dengan
keluarganya.
2.3 Psikoanalisa Sigmund Freud
Menurut Freud dalam Sumadi (1993:40) kehidupan jiwa memiliki tiga
tingkat kesadaran. Yakni sadar, prasadar, dan tak sadar. Freud mengemukakan
gagasannya bahwa kesadaran merupakan sebagian kecil dari kehidupan mental
sedangkan bagian besarnya adalah ketidaksadaran. Berbagai kelainan tingkah laku
dapat disebabkan karena faktor-faktor yang terdapat dalam alam ketidaksadaran
ini. Karena itu untuk mempelajari jiwa seseorang kita harus menganalisa jiwa
orang itu sampai kita dapat melihat keadaan alam ketidaksadarannya tang terletak
jauh di dalam jiwa orang tersebut, tertutup oleh alam kesadaran.
Freud percaya bahwa faktor-faktor yang berada dalam ketidaksadaran
bukan merupakan faktor-faktor yang statis melainkan masing –masing
mempunyai kekuatan yang membuatnya dinamis, jadi di dalam alam
ketidaksadaran selalu terdapat pergeseran-pergeseran, gerakan-gerakan akibat
saling mempengaruhi antara faktor-faktor dalam alam ketidaksadaran tersebut.
Sehubungan dengan eksperimen-eksperimen yang dilakukan Freud dan
teori yang dikemukakannya, maka psikoanalisa dikenal dengan tiga aspek, yaitu
psikoanalisa sebagai teori kepribadian, sebagai teknik evaluasi kepribadian, dan
sebagai teknik terapi. Sesuai dengan masalah yang akan dianalisis maka dari
2.3.1 Psikoanalisa Sebagai Teori Kepribadian
Dalam usahanya menjelaskan struktur kejiwaan manusia, Freud
mengumpakan jiwa manusia dengan sebuah gunung es ditengah laut. Yang
kelihatan dari permukaan laut hanyalah bagian yang sangat kecil, yaitu bagian
puncaknya. Dalam hal jiwa seseorang maka yang kelihatan dari luar hanya
sebagian kecil saja, yaitu alam kesadaran. Bagian terbesar dari jiwa seseorang
tidak terlihat dari luar dan ini merupakan alam ketidaksadaran. Antara kesadaran
dan ketidaksadaran terdapat suatu perbatasan yang disebut prakesadaran.
Dorongan-dorongan yang terdapat dalam alam prakesadaran ini sewaktu-waktu
dapat muncul kembali ke dalam kesadaran.
Freud dalam mendeskripsikan kepribadian menjadi tiga pokok bahasan,
yaitu sistem kepribadian, dinamika kepribadian, dan perkembangan kepribadian.
Dalam hal ini penulis hanya mebahas tentang sistem kepribadian dan dinamika
kepribadian. Dalam kajian psikologi sastra, mengungkapkan psikoanalisa
kepribadian yang dipandang meliputi tiga unsur kejiwaan, yaitu Id, Ego, dan
Super Ego. Ketiga sistem kepribadian ini satu sama lain saling berkaitan serta
membentuk totalitas dan tingkah laku manusia yang tak lain merupakan produk
interaksi ketiganya. Dalam dinamika kepribadian Freud membahas naluri (insting)
2.3.2 Sistem Kepribadian
a. Id
Id adalah aspek kepribadian yang “gelap” dalam alam bawah sadar
manusia yang berisi insting dan nafsu-nafsu tak kenal nilai yang merupakan
“energi buta”. Id beroperasi berdasarkan prinsip kenikmatan, yaitu: berusaha
memperoleh kenikmatan dan menghindari rasa sakit. Id hanya mampu
membayangkan sesuatu tanpa mampu membedakan khayalan dengan kenyataan
yang benar-benar memuaskan kebutuhan.
Id tidak mampu menilai atau membedakan benar-salah dan tidak tahu
moral. Jadi harus dikembangkan jalan memperoleh khayalan itu secara nyata,
yang memberi kepuasan tanpa menimbulkan ketegangan baru khususnya masalah
moral. Alasan inilah yang kemudian membuat Id memunculkan ego.
b. Ego
Ego berkembang dari Id agar mampu menangani realita, sehingga Ego
beroperasi mengikuti prinsip realita. Ego berusaha memperoleh kepuasan yang
dituntut Id dengan mencegah terjadinya tegangan baru atau menunda kenikmatan
sampai ditemukan objek yang nyata dapat memuaskan kebutuhan. Ego memiliki
dua tugas utama; pertama, memilih dorongan mana yang akan dipuaskan sesuai
dengan prioritas kebutuhan. Kedua, menentukan kapan dan bagaimana kebutuhan
itu dipuaskan sesuai dengan tersedianya peluang yang resikonya minimal.
Menurut freud, Ego terbentuk pada struktur kepribadian individu sebagai
untuk menghambat pemuasan kebutuhan-kebutuhan yang berasal dari Id,
melainkan sebagai perantara dari tuntutan naluri dari satu pihak dengan keadaan
lingkungan pihak lain. Yang dihambat oleh Ego adalah pengungkapan
naluri-naluri yang tidak layak atau tidak bisa diterima oleh lingkungan. Jadi dalam
melaksanakan tugasnya Ego harus menjaga benar bahwa pelaksanaan dorongan
ini tidak bertentangan dengan kenyataan dan tuntutan-tuntutan dari Super Ego.
c. Super Ego
Super Ego adalah sistem kepribadian yang berisi nilai-nilai atau aturan
yang menyangkut baik buruk, yang berisi kata hati seseorang. Kata hati ini
berhubungan dengan lingkungan sosial dan mempunyai nilai moral sehingga
merupakan kontrol atau sensor terhadap dorongan-dorongan yang datang dari Id.
Ada 3 fungsi Super Ego, yaitu: (a) mendorong Ego menggantikan tujuan-tujuan
realistik dengan tujuan moralistik, (b) merintangi implus Id terutama implus yang
bertentangan dengan standar nilai masyarakat, dan (c) mengejar individu
mencapai kesempurnaan. Karena itu ada pertentangan antara Id dan Super Ego
merupakan pelaksanaan yang harus dapat memenuhi tuntutan dari kedua sistem
kepribadian ini secara seimbang. Aktivitas Super Ego ada dalam diri individu,
terutama apabila aktivitas itu bertentangan dengan Ego, maka akan muncul emosi
tertentu seperti munculnya perasaan bersalah dan penyesalan didalam diri. Bila
Ego gagal menjaga keseimbangan antara dorongan Id dan larangan dari Super
Ego, maka seseorang akan menderita konflik batin yang terus menerus dan
Sikap tertentu dari individu seperti observasi diri, koreksi atau kritik diri
juga bersumber pada Super Ego. Id, Ego, dan Super Ego membutuhkan energi
psikis untuk menjalankan fungsinya masing-masing.
2.3.3 Dinamika Kepribadian
Freud beranggapan bahwa dinamika kepribadian ini dimungkinkan oleh
adanya energi yang ada di dalam kepribadian itu. Energi ini dinamakannya energi
psikis, diasalkan dari energi fisiologis yang bersumber pada makanan. Energi
psikis ini disimpan di dalam insting-insting, jadi insting-insting itu dapat
dimisalkan sebagai reservisor energi psikis.
2.3.3.1Naluri (insting)
Menurut Freud dalam Sumadi (1993:103) di dalam diri kita ada dua
macam insting-insting, yaitu:
(1) Insting-insting hidup, dan
(2) Insting-insting mati.
(1) Insting-insting Hidup
Fungsi insting hidup adalah melayani maksud individu untuk tetap hidup
dan memperpanjang ras. Bentuk-bentuk utama daripada insting hidup ini adalah
insting makan, minum dan seksual. Bentuk energi psikis yang dipakai oleh
insting hidup ini disebut “libido”.
Walaupun Freud mengakui adanya bermacam-macam bentuk insting hidup,
(2) Insting-insting Mati
Insting-insting mati ini, yang disebut juga insting-insting merusak, karena
fungsinya kurang jelas jika dibandingkan dengan insting-insting hidup, karena itu
juga kurang dikenal. Namun adalah suatu kenyataan yang tak dapat diingkari,
bahwa manusia itu pada akhir-akhirnya mati juga. Inilah yang menyebabkan
Freud merumuskan, bahwa “Tujuan semua hidup adalah mati”. Suatu penjelmaan
daripada insting mati ini adalah dorongan agresif.
Freud menjelaskan bahwa insting kematian biasanya ditujukan dua arah, yaitu
kepada dirinya sendiri dan kepada orang lain. Insting kematian yang diarahkan
pada diri sendiri tampil dalam tindakan bunuh diri, sedangkan insting kematian
yang diarahkan kepada orang lain dilakukan dengan cara membunuh atau
menghancurkan orang lain. Insting mati mendorong orang untuk merusak diri
sendiri dan dorongan agresif merupakan bentuk penyaluran agar orang tidak
membunuh dirinya sendiri. Untuk memelihara diri, insting hidup umumnya
melawan insting mati dengan mengarahkan energinya keluar, ditujukan ke oarang
lain.
Dinamika kepribadian terdiri dari cara bagaimana energi psikis itu
dipergunakan oleh Id, Ego dan Super Ego. Oleh karena banyaknya energi itu
terbatas, maka akan terjadi semacam persaingan di antara ketiga aspek
kepribadian itu dalam hal menggunakan energi psikis itu. Menjadi kuatnya salah
satu aspek karena mempergunakan banyak energi psikis, dengan sendirinya
Pada mulanya hanya Id yang memiliki semua energi psikis itu. Tetapi karena
dia sendiri tidak dapat memenuhi kebutuhannya, maka dia memberikan sebagian
dari energinya kepada kedua aspek yang lain, yang juga akan mempergunakannya
untuk kepentingan organisme itu sendiri, hanya cara dan bentuknya yang
berbeda.
Mana di antara ketiga aspek itu yang paling banyak mempergunakan energi
psikis itu juga berpengaruh terhadap bentuk tingkah laku yang dilakukan oleh
manusia.
(a) Apabila Id menguasai sebagian besar dari energi psikis itu, maka
tindakan-tindakannya akan bersifat primitif, implusif, agresif. Dia akan mengumbar
dorongan-dorongan primitifnya.
(b) Apabila ego yang menguasai sebagian besar dari energi psikis itu, maka
pribadi akan bertindak dalam cara-cara yang realistik dan rasional-logis,
pikiran rasioanal-logis di sini memegang peranan penting.
(c) Apabila yang menguasai sebagian besar energi psikis itu Super Ego, maka
orang akan mengejar hal-hal yang sempurna, yang kadang-kadang kurang
rasional.
2.3.3.2Kecemasan
Dalam konsep dinamika kepribadian Freud juga membahas kecemasan.
Kecemasan adalah variabel penting dari hampir semua teori kepribadian.
Kecemasan adalah suatu pengalaman perasaan menyakitkan yang ditimbulkan
Ketegangan-ketegangan ini adalah akibat dari dorongan-dorongan dari dalam atau dari luar dan
dikuasai oleh susunan urat saraf otonom.
Kecemasan sebagai dampak dari konflik yang menjadi bagian kehidupan
yang tidak terhindarkan, dipandang sebagai komponen dinamika kepribadian yang
utama. Kecemasan adalah fungsi Ego untuk memperingatkan individu tentang
kemungkinan datangnya suatu bahaya sehingga dapat disiapkan reaksi adaptif
yang sesuai.
Freud membagi kecemasan menjadi tiga yaitu:
1. Kecemasan realistic adalah kecemasan atau ketakutan individu
terhadap bahaya-bahaya nyata yang berasal dari dunia luar.
2. Kecemasan neuritic adalah kecemasan atas tidak terkonrolnya
naluri-naluri primitif oleh Ego yang kemungkinan bisa mendatangkan
hukuman.
3. Kecemasan moral adalah kecemasan yang timbul akibat tekanan Super
Ego atas Ego individu yang telah atau sedang melakukan tindakan
yang melanggar moral.
2.4 Biografi Pengarang
Lian Hearn adalah seorang penulis yang lahir dan besar di Inggris. Namun
semenjak tahun 1993, dia hijrah ke Australia dan menetap disana. Nama asli Lian
Hearn adalah Gillian Rubenstein. Namun karena ingin membawa dirinya masuk
Jadi bisa dibilang bahwa Lian Hearn adalah nama samaran Gillian Rubenstein
dalam karya sastra Jepang.
Nama Lian sendiri diambil dari namanya Gillian. Sedangkan nama Hearn
diambil dari nama seorang penulis kenamaan Jepang, sekaligus merupakan
lambang dari Klan Otori (Klan yang menjadi sentral penceritaan dalam karya
novelnya), yang berarti Bangau.
Pada awalnya Lian Hearn adalah seorang penulis anak-anak. Namun pada
tahun 1999, dia mendapat beasiswa Asialink Foundation. Selama tiga bulan ia
mendapat kesempatan untuk tinggal di Jepang. Selama di Jepang dia tinggal di
Australia Council-Departemen Luar Negeri dan Perdangangan, Kedutaan Besar
Australia di Tokyo dan ArtSa, The South Australian Government Arts
Department. Saat di jepang ia disponsori oleh Yamaguchi Perfecture’s Akiyoshi
International Arts Village dengan para stafnya yang membantu mempelajari alam
dan sejarah Western Honshu.
Selama tiga bulan ia berada di Jepang, ia menghabiskan waktu di Jepang
dengan dua perusahaan teater yang telah memberinya kesempatan untuk
melakukan riset penuh demi mengumpulkan data yang diperlukan untuk
melengkapi data demi penulisan novel pertamanya.
Karakter utama Takeo dan Kaede muncul ketika kunjungan pertama Lian
Hearn di Jepang pada tahun 1993. Novel ini diisi dengan konflik dan perebutan
BAB III
ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA DALAM NOVEL KLAN OTORI: ACROSS THE NINGHTINGALE FLOOR KARYA LIAN HEARN
3.1. Sinopsis Cerita
Tokoh utama dalam novel Klan Otori : Across the Nightingale Floor
bernama Takeo dan Kaede. Dalam novel ini mereka berperan sebagai tokoh utama
yang menjadi tokoh sentral penceritaan. Novel Klan Otori : Across the
Nightingale Floor ini mengisahkan perjalanan hidup Takeo dan Kaede, yakni
sedikit tentang masa remajanya ditengah-tengah perang antar Klan, kisah cinta
mereka yang terhalang sampai pembalasan dendam mereka terhadap pemimpin
Klan Tohan yang bernama Iida Sadamu yang telah membuat mereka sangat
menderita.
Perjalanan Takeo bermula dari pembantaian kaum Hidden yang dilakukan
oleh Lord Iida Sadamu. Yang pada masa ini Iida Sadamu merupakan seorang
pemimpin Klan yang terkuat. Untuk menambah daerah kekuasaanya Iida Sadamu
membantai kaum atau Klan lain. Kaum Hidden adalah Kaum yang mempercayai
adanya Tuhan. Mereka percaya kalau Tuhan akan menghukum siapapun yang
berbuat kejahatan tanpa memandang status sosialnya. Sehingga mereka hidup
saling memafkan dan dilarang membunuh. Mereka juga akan menyimpan Rahasia
Pada saat Iida Sadamu membantai kaum Hidden, Takeo sedang berada di
hutan, sehingga ia selamat dari pembantaian itu. Ketika kembali, desanya telah
habis terbakar dan tidak satu pun orang yang masih hidup. Saat mengetahui Takeo
masih hidup, Iida Sadamu mencoba membunuhnya. Namun Takeo bisa
meloloskan diri dan langsung berlari kehutan. Anak buah Iida Sadamu yang
bernama Ando pun mengejarnya. Ketika Ando hendak membunuh Takeo, Lord
Otori Shigeru yang berasal dari Klan Otori menyelamatkannya. Akhirnya sejak
saat itu, Takeo ikut bersama Lord Otori Shigeru. Secara tidak langsung Takeo
sudah ikut dalam pertarungan antar Klan.
Seiring waktu berlalu, Takeo sudah dapat melupakan masa lalunya.
Bahkan dia mendapati sisi lain dari dirinya yang tidak ia ketahui selama ini.
Takeo menyadari ada bakat lain di dalam dirinya yang tidak dimiliki oleh orang
lain. Bakat ini seperti kemampuan untuk menidurkan orang, berjalan tanpa
menimbulkan suara, menggandakan diri, dan memiliki pendengaran yang sangat
tajam. Dengan memiliki semua kemampuan tersebut membuat kikuta dari
golongan Tribe menginginkan dirinya.
Takeo lebih dulu sudah membuat janji setia kepada Lord Shigeru dia tidak
mau menyerahkan hidupnya kepada Tribe. Namun Takdir berkata lain. Saat
Takeo ingin membuktikan Kesietiannya terhadap Lord Shigeru dengan berencana
memanjat kastil Noguchi Tribe telah mengambilnya terlebih dahulu.
Sedangkan Tokoh Kaede dari gadis kecil berumur 7 tahun sudah menjadi
tawanan perang antar Klan. Kaede ditahan karena ayahnya Lord Shirakawa tidak
tawanan perang Kaede tidak pernah bertemu dengan Ibu dan adiknya. Dikastil
Noguchi tempat ia ditahan, Kaede sering mendapatkan perlakuan kasar. Saat usia
Kaede sudah 15 tahun ia dipaksa menikah dengan orang sudah menikah 2 kali
bahkan terlalu tua untuk usia Kaede. Namun di malam pernikahannya calon suami
Kaede mati sehingga ia mendapatkan rumor yang jelek.
Karena rumor jelek itu, kedua paman Lord Otori Shigeru menjodohkan
Kaede dengan Lord Otori Shigeru. Mereka melakukannya karena ingin
menyingkirkan Lord Otori Shigeru dari kepemimpinannya.
Ditengah kesedihannya, Kaede ditemani pelayan yang setia kepadanya.
Pelayan yang pertama Junko dan kemudian Shizuka. Shizuka yanng menemani
Kaede saat mereka pergi ke Tsuwano untuk bertemu Lord Shigeru.
Namun ketika rombongan Lord Shigeru datang, orang pertama yang
menarik perhatiannya adalah Takeo. Begitu juga dengan Takeo, tanpa disadari
dirinya juga mengagumi Kaede. Lambat laun mereka saling menyayangi. Namun
cinta mereka terhalang karena Takeo sudah diangkat menjadi anak oleh Lord
Otori Shigeru. Sehingga mereka bertahan untuk tidak menunjukkan cinta mereka
3.2. Analisis Psikologi Tokoh Takeo
1. Cuplikan (hal. 8)
Tempat : Kuil yang ada di Desa Mino
Saat kuda Iida mendekat dengan ragu, aku langsung menikam kuda itu
dengan batang dupa. Kuda itu menyepak ke arahku, kakinya yang besar menebas
pipiku. Aku mendengar desis pedang di udara. Pengawal Tohan telah
mengelilingiku. Di saat aku sudah tidak mungkin lagi lolos lagi, tiba-tiba aku
merasa seakan tubuhku terpisah menjadi dua. Pedang Iida menebas ke arahku,
namun belum menyentuh tubuhku. Aku terjang kudanya. Kuda itu melenguh
kesakitan. Iida, yang hilang keseimbangan karena tebasannya meleset, terjatuh
dari kudanya.
Kejadian ini membuatku semakin takut dan panik. Aku telah
menyebabkan pemimpin Tohan itu terjatuh dari kudanya. Tak ada siksaan
maupun derita yang dapat memaafkan perbuatanku itu. Seharusnya aku langsung
menyembah dan memohon dia untuk membunuhku, tapi aku belum mau mati.
Seperti ada yang mengatakan kalau dia yang akan mati lebih dulu. Aku tak tahu
tentang perang antar klan, tidak juga hukum dan permusuhan diantara mereka.
Aku menghabiskan hidupku di antara kaum Hidden, tempat di mana kami
diajarkan untuk saling memaafkan dan dilarang membunuh. Tapi dalam sekejap,
Analisis :
Usaha Takeo untuk menyelamatkan diri terlihat dalam cuplikan ini, dia
tidak mau hidupnya diserahkan begitu saja kepada pemimpin Tohan yang kejam.
Ia tidak memikirkan bahaya apa yang akan dialaminya, yang dibenaknya hanya
memikirkan balas dendam dan lolos dari kematian. Pada cuplikan di atas terdapat
kalimat, “Aku tak tahu tentang perang antar klan, tidak juga hukum dan
permusuhan diantara mereka. Aku menghabiskan hidupku di antara kaum Hidden,
tempat di mana kami diajarkan untuk saling memaafkan dan dilarang membunuh.
Tapi dalam sekejap, Balas Dendam telah merasuk ke dalam hatiku
Takeo dibesarkan dalam lingkungan kaum hidden yang saling tolong
menolong dan hidup dengan rukun. Namun setelah Klan Tohan menyerang
kaumnya dan membakar seluruh desanya Id Takeo langsung menginginkan balas
dendam. Ego Takeo tidak dapat mengontrol Id sehingga Takeo terus melakukan
perlawanan terhadap pemimpin Klan Tohan.
”. Kalimat ini
3. Cuplikan (hal.74-75)
Tempat : Kota Hagi, Rumah Lord Shigeru
Sikap Ichiro kepadaku mulai melunak. Apa pun alasannya, sejak peristiwa
itu, belajar menjadi lebih mudah bagiku.
Ichiro guru yang sangat hebat, terkenal karena keindahan tulisan
tangannya dan kedalaman pelajarannya. Dia terlalu hebat untuk mengajariku. Aku
bukan murid yang berbakat,namun kami berdua tahu kemampuanku meniru
perilaku. Aku berperan sebagai murid dengan baik, sama baiknya seperti aku
meniru cara dia melukis dengan gerakan bahu, bukan dengan pergelangan tangan.
Lukisanku cukup memuaskan.
Aku mulai mengingat dan memahami
makna huruf. Aku bahkan mulai menikmatinya, semua mengalir seperti air. Aku
tidak mengatakan pada Ichiro kalau aku senang menggambar.
Hal yang sama terjadi saat Lord Shigeru mengajariku menggunakan
pedang. Aku cukup kuat dan lincah, mungkin di atas rata-rata anak seusiaku, tapi
aku telah kehilangan masa-masa belajar sewaktu kecil. Anak seorang ksatria telah diajari berpedang, memanah dan berkuda sejak kecil, namun aku sadar kalau aku
Analisis :
Dari cuplikan di atas dapat terlihat adanya sikap Optimisme yang dimiliki
Takeo. Nampak dalam Cuplikan:
Takeo berusaha sedapat mungkin untuk menerima pelajaran yang
diberikan gurunya Ichiyo. Meskipun Idnya lebih suka menggambar dari pada
Belajar mengingat huruf serta memahami maknanya, Namun Ego Takeo dapat
menekan Id karena Takeo sadar bahwa untuk menjadi seorang Ksatria dia harus
mempunyai kemampuan menulis, menggunakan pedang untuk bertarung dan
berkuda.
“Aku mulai mengingat dan memahami makna
huruf. Aku bahkan mulai menikmatinya, semua mengalir seperti air. Aku tidak
mengatakan pada Ichiro kalau aku senang menggambar”.
Pada cuplikan di atas terdapat kalimat: “Aku cukup kuat dan lincah,
mungkin di atas rata-rata anak seusiaku, tapi aku telah kehilangan masa-masa
belajar sewaktu kecil”. Terlihat jelas bahwa selama kecil Takeo tidak pernah
belajar menulis bahkan menggunakan pedang. Masa kecilnya dihabiskannya
dengan naik turun bukit yang ada didesanya. Id Takeo saat itu menyesalkan
dirinya yang semasa kecil hanya bermain. Namun Egonya sadar kalau dia cukup
bangga dibesarkan dalam lingkungan kaum Hidden. kaum yang saling memiliki
3. Cuplikan (hal.131-132)
Tempat : Bagian Dalam Rumah Lord Shigeru
Aku bergerak dengan cepat, kakiku tahu bagian mana yang boleh diinjak
dan seberapa besar tekanannya. Lantainya tidak berbunyi, diam membisu. Aku
kegirangan, bukan karena menjadi bagian dari Tribe, tapi karena memperoleh
kemampuan yang diwariskan oleh keturunan Tribe
“ Kau dengar?” tanyaku kecewa.
, sampai aku mendengar desah
napas, dan saat berbalik, aku melihat Lord Shigeru sedang memandangiku.
“ Tidak, aku belum tidur. Bisa kau ulangi lagi?”
Aku masih berjongkok di tempat yang sama selama beberapa saat.
Kuhampakan diriku seperti yang biasa dilakukan kaum Tribe, dengan
membiarkan seluruh bagian diriku kosong. Lalu aku berlari melintasi lantai itu.
Burung-burung itu tetap diam, tidak ada bunyi yang terdengar.
Aku membayangkan Iida yang berada di Inuyama sedang berbaring, tidak
bisa tidur, menanti nyanyian burung keluar dari lantainya.Aku membayangkan
diriku berjalan merayap ke arahnya dengan perlahan tanpa dia sadari.
Analisis :
Dari cuplikan di atas terdapat kalimat: “Aku bergerak dengan cepat,
kakiku tahu bagian mana yang boleh diinjak dan seberapa besar tekanannya.