• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemetaan Tumbuhan Obat yang di Manfaatkan oleh Masyarakat Mancon Sebagai Acuan Awal Upaya Konservasi Ex Situ

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pemetaan Tumbuhan Obat yang di Manfaatkan oleh Masyarakat Mancon Sebagai Acuan Awal Upaya Konservasi Ex Situ"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Pemetaan Tumbuhan Obat yang di Manfaatkan oleh Masyarakat

Mancon Sebagai Acuan Awal Upaya Konservasi Ex Situ

Arif Prasetyo Wibowo, Claudia Cavalera, Ika Lilis Purwanti, Agus Muji Santoso

Program Studi Pendidikan Biologi, Universitas Nusantara PGRI Kediri Jalan KH. Achmad Dahlan No.76 Kota Kediri

Email: arifprasetyo0109@gmail.com

Abstrak

Masyarakat Desa Mancon Wilangan Nganjuk Jawa Timur masih memegang teguh adat dan tradisi budaya termaksud dalam bidang pengobatan yang menggunakan tanaman-tanaman sekitar. Penelitian ini bertujuan menginventarisasi tumbuhan berkasiat obat yang di manfaatkan oleh masyarakat Desa Mancon Wilangan Nganjuk yang meliputi habitus, organ tumbuhan yang digunakan, manfaat, serta berdasarkan familinya. Teknik pengambilan data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan teknik snowball sampling yang dilakukan pada bulan Februari sampai bulan Maret 2015. Data dianalisis secara deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian terdapat 30 jenis tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai obat. Tumbuhan obat di Desa Mancon dapat mengobati 9 jenis penyakit dengan habitus pohon (12 jenis), herba atau terna (16 jenis), semak (1 jenis), liana (1 jenis), dan bagian tumbuhan obat yang digunakan yaitu rimpang (4 jenis), daun (15 jenis), buah (4 jenis), daun dan buah (2 jenis), daun dan bunga (1 jenis), seluruh bagian tumbuhan (1 jenis), bunga (2 jenis), dan getah (1 jenis). Sejumlah 27% jenis tanaman obat ditanam dan dipelihara oleh masyarakat sedangkan 73% jenis tanaman obat tersebut tumbuh secara liar dan diserahkan ke alam.

Kata kunci: Pemetaan Tumbuhan Obat, Konservasi Ex Situ

I. PENDAHULUAN

(2)

Seiring dengan berkembangnya trend kembali ke alam atau “back to nature” penggunaan obat tradisional terutama yang berasal dari tumbuh-tumbuhan terus meningkat dan semakin digemari karena lebih murah dan minim efek samping dibandingkan dengan menggunakan obat-obat modern atau obat-obatan dari bahan kimia. Setiap masyarakat lokal memiliki pengetahuan yang berbeda dalam kegiatan penggunaan dan pengolahan sumberdaya alam sesuai adat dan budayanya. Kegiatan penggunaan dan pengolahan sumberdaya alam berbasis budaya yang dilakukan oleh masyarakat lokal disebut juga dengan kearifan tradisional. Melaui kearifan tradisioanal yang dimiliki, masyarakat lokal secara langsung maupun tidak langsung telah ikut berkontribusi dalam melaksanakan kegiatan konservasi terhadap alam sekitar (Handayani, 2010).

Beberapa hasil penelitian menyebutkan adanya interaksi atau hubungan antara masyarakat dengan sumberdaya alam disekitarnya khususnya tumbuhan yang berpotensi sebagai obat, antara lain kasus masyarakat sekitar hutan Lambusango Kabupaten Buton Provinsi Sulawesi Tenggara terdapat 169 jenis (Hamidu, 2009). Studi kasus di Desa Balagede, Kecamatan Naringgul, Kabupaten Cianjur, Jawa barat terdapat 74 jenis (Handayani, 2010). Di Desa Umbulharjo, Sidorejo, Wonodoyo dan Ngablak, taman nasional gunung merapi terdapat 47 jenis (Anggana, 2011). Di Desa Sungai Deras Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi terdapat 54 jenis (Lestari, 2011). Di Dusun Turgo, Purwobinangun, Pekem, Sleman terdapat 69 jenis (Arsyah, 2014).

Di Desa Mancon Kecamatan Wilangan Kabupaten Nganjuk, masyarakat secara tradisional mengobati berbagai macam penyakit dengan menggunakan tumbuhan yang ada disekitarnya sebagai obat. Pengetahuan atau kearifan tradisional masyarakat Mancon didalam pemanfaatan sumberdaya alam, khususnya tumbuhan obat merupakan kekayaan budaya yang perlu digali agar pengelolaan tradisional tersebut tidak punah. Sehubungan dengan hal tersebut di atas dan dalam rangka mengumpulkan informasi mengenai potensi tumbuhan berguna serta pemanfaatannya oleh masyarakat Desa Mancon, maka perlu dilakukan pemetaan tumbuhan obat terhadap masyarakat Mancon, baik dalam pemanfaatan terhadap tumbuahan maupun peran masyarakat Desa Mancon dalam melakukan konservasi tumbuhan berguna. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk menginventarisasi tumbuhan berkasiat obat yang di manfaatkan oleh masyarakat Desa Mancon Wilangan Nganjuk yang meliputi habitus, organ tumbuhan yang digunakan, manfaat, serta berdasarkan familinya.

II. METODE

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Mancon Kecamatan Wilangan Kabupaten Nganjuk. Masyarakat yang menghuni lokasi tersebut di atas sebagian besar adalah suku Jawa yang merupakan penduduk asli desa tersebut. Informasi data tentang pengetahuan tradisional masyarakat Desa Mancon dalam pemanfaatan tumbuhan sebagai obat menggunakan instrumen berupa wawancara dan observasi. Bahan yang digunakan antara lain daftar pertanyaan atau koesioner untuk responden terpilih, buku identifikasi tumbuhan obat (Atlas tumbuhan obat Indonesia jilid 1 sampai 6) untuk identifikasi jenis tumbuhan obat, kamera untuk dokumentasi objek penelitian, serta alat tulis.

(3)

meliputi nama daerah, nama ilmiah, famili, habitus, bagian yang digunakan, serta manfaat. Data sekunder merupakan catatan mengenai kondisi masyarakat Desa Mancon serta sejumlah literatur atau catatan lain yang terkait. Data dikumpulkan dengan melakukan wawancara secara resmi terstruktur dengan menggunakan kuisioner serta observasi lapangan yang dilakukan dengan melihat langsung kelapangan bagaimana tumbuhan obat tersebut digunakan oleh masyarakat dan untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat tentang pemanfaatan tumbuhan obat yang ada di Desa Mancon. Pemilihan responden dilakukan dengan menggunakan metode snowball sampling dan jumlah yang diwawancarai sebanyak 7 orang. Pengolahan dan analisis data dilakukan secara deskriptif dengan cara mengelompokkan jenis tumbuhan meliputi nama daerah, nama ilmiah, famili, habitus, bagian yang digunakan, serta manfaat.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat Desa Mancon diperoleh 30 jenis tanaman obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat, yang hasilnya dapat dilihat pada tabel 1

Tabel 1. Jenis tumbuhan obat yang dimanfaatkan masyarakat Desa Mancon

No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Bagian yang digunakan

Manfaat

1 Salam Syzygium polyanthum

Myrtaceae Daun Kencing manis

2 Kunir putih Curcuma mangga

Zingiberaceae Rimpang Diabetes/mules

3 Alpukat Persea americana

Lauraceae Daun Kencing manis

4 Jahe Zingiber officinale

Zingiberaceae Rimpang Batuk/menamba h nafsu makan 5 Sirih hijau Piper betle Piperaceae Daun Sakit

gigi/mimisan 6 Keji beling Strobilanthes

crispa

Acanthaceae Daun Sakit perut

7 Sangketan Achyranthes aspera

Amaranthaceae Daun Diare/biduran

8 Jeruk purut Cytrus hystrix Rutaceae Daun Batuk 9 Sambiloto Andrographis

paniculata

Acanthaceae Daun Kencing manis/darah

tinggi 10 Ceplukkan Physalis

angulata

Solonaceae Daun/buah Diabetes

11 Pare Momordica charantia

Cucurbitaceae Buah Diabetes/batuk

12 Alang-alang Imperata cylindrica

Poaceae Rimpang Panas/demam

13 Gingseng Tallium paniculatum

Portulacaceae Rimpang Diare/rematik

14 Krokot Portulaca 15 Sosor bebek Kalanchoe

pinnata

Crassulaceae Daun Panas/sakit kepala 16 Lidah buaya Aloe vera Asphodelaceae Daun Kencing

(4)

urinaria an 18 Yodium Jatropha

multifida

Euphorbiaceae Getah Luka luar

19 Jambu biji Psidium guajava

Myrtaceae Daun Maag/diare

20 Mindi Melia azadarach

Meliaceae Daun Darah tinggi/sakit

kepala 21 Jarak Ricinus

communis

Euphorbiaceae Daun Gatal-gatal/batuk

22 Kamboja Plumeria acuminata

Apocynaceae Bunga Kencing manis

23 Mengkudu Morinda citrifolia

Rubiaceae Buah Demam/darah tinggi 24 Luntas Pluchea indica Asteraceae Daun Panas/bau badan 25 Blimbing wuluh Averrhoa

bilimbi

Oxalidaceae Daun/buah Batuk/sakit perut

26 Timun Cucumis sativus Cucurbitaceae Buah Darah tinggi 27 Labu Sechium edule Cucurbitaceae Buah Typus 28 Kates Carica papaya Caricaceae Bunga Darah tinggi 29 Cipir Psophocarpus

tetragonolobus

Fabaceae Daun Luka luar

30 Kucai Allium tuberosum

Alliaceae Daun Darah tinggi/kolesterol

(5)

Gambar 1. Persentase Tumbuhan Obat Berdasarkan Kelompok Famili

Berdasarkan persentase famili yang diperoleh didapatkan hasil persentase tertinggi adalah pada famili Cucurbitaceae yaitu sebesar 12,5%. Hal ini dikerenakan famili Cucurbitaceae mampu tumbuh secara liar, mudah didapatkan dan mudah ditanam dan dikembangbiakan, sehingga masyarakat sekitar cenderung mudah dalam memanfaatkan famili Cucurbitaceae tersebut sebagai obat.

Dari 30 jenis tumbuhan obat yang dimanfaatkan, berdasarkan tingkat habitusnya yaitu sebanyak 12 jenis (40%) berhabituskan pohon, 16 jenis (53,33%) berhabitus herba atau terna, 1 jenis (3,33%) berhabitus semak, 1 jenis (3,33%) berhabitus liana. Untuk lebih jelasnya persentase tumbuhan berdasarkan habitus dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Persentase Pemanfaatan Tumbuhan Obat Berdasarkan Habitus

Berdasarkan persentase habitus yang diperoleh didapatkan hasil persentase tertinggi adalah pada habitus herba atau terna. Hal ini karena pada habitus herba atau terna mampu tumbuh dan berkembang secara liar, selain itu tumbuhan yang berhabituskan herba atau terna mudah didapatkan kerena secara umum tumbuhan berhabituskan herba atau terna mampu berkembang baik pada iklim tropis.

(6)

Gambar 3. Persentase Pemanfaatan Tumbuhan Obat yang Digunakan Berdasarkan Bagiannya

Berdasarkan persentase bagian yang dimanfaatkan diperoleh hasil persentase tertinggi adalah pada bagian daun yaitu sebanyak 50%. Hal ini karena bagian daun mudah didapatkan dan cara pengolahanya bermacam-macam, misalnya direbus, ditumbuk, dan juga bisa dimakan secara langsung.

Tumbuhan obat biasanya dipungut atau diambil dari alam, baik langsung dari hutan maupun dipinggir-pinggir jalan kampung, di ladang atau di pekarangan rumah. Pemungutan ini biasanya dilakukan apabila ada anggota masyarakat yang sakit atau sengaja dikonsumsi untuk menjaga kesehatan tubuh. Penggunaan tumbuhan obat secara tradisional ini banyak dimanfaatkan masyarakat kerena mudah mendapatkannya, masyarakat juga tidak perlu mengeluarkan biaya yang besar bila dibandingan dengan obat-obatan modern dan disamping itu juga penggunaan tumbuhan obat ini tidak memiliki efek samping bila dibandingkan dengan obat-obat modern.

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa ditemukan 30 jenis tumbuhan obat yang tergolong dalam 24 famili yang dimanfaatkan oleh masyarakat, dengan persentase famili terbanyak yaitu pada famili Cucurbitaceae yaitu sebesar 12,5%, sedangkan dari presentase habitus yang terbanyak yaitu pada habitus herba atau terna sebanyak 53,33%, sedangkan pada persentase bagian yang digunakan didapatkan terbanyak pada bagian daun dengan persentase sebesar 50% , dimana pengolahanya masih secara tradisional yaitu hanya berdasarkan kebiasaan dan pengalaman saja.

V. DAFTAR PUSTAKA

Anggana, AF. 2011. Kajian Etnobotani Masyarakat Di Sekitar Taman Nasional Gunung Merapi.

[Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Arsyah, DC. 2014. Kajian Etnobotani Tanaman Obat (Herbal) dan Pemanfaatannya dalam Usaha

Menunjang Kesehatan Keluarga Di Dusun Turgo, Purwobinangun, Pakem, Sleman. [Skripsi]. Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.

Attamimi, F. 1997. Pengetahuan Masyarakat Suku Mooi Tentang Pemanfaatan Sumberdaya Nabati di

Dusun Maibo Desa Aimas Kabupaten Sorong. [skripsi]. Manokwari: Fakultas Pertanian, Universitas Cenderawasih.

Dalimartha, S. 1999. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 1. Jakarta : Trubus Agriwidya

.2003. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 3. Jakarta : Trubus Agriwidya

.2006. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 4. Jakarta : Puspa Swara

.2008. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 5. Jakarta : Pustaka Bunda

.2009. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 6. Jakarta : Pustaka Bunda

Hamidu, H. 2009. Kajian Etnobotani Suku Buton (Kasus Masyarakat Sekitar Hutan Lambusango

Kabupaten Buton Provinsi Sulawesi Tenggara. [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Handayani, A. 2010. Etnobotani Masyarakat Sekitar Kawasan Cagar Alam Gunung Simpang.

[Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Indriaswari, D. 2013. Studi Etnobotani (Musa paradisiaca) Di Desa Jatirejo Kecamatan Loceret

Kabupaten Nganjuk. [Skripsi]. Kediri: Universitas Nusantara PGRI Kediri.

Lestari, R. 2011. Kajian Etnobotani Masyarakat Suku Kerinci Di Sekitar Hutan Adat Bukit Tinggi

Desa Sungai Deras Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi. [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Purwanto, Y. 1999. Peran Dan Peluang Etnobotani Masa Kini Di Indonesia Dalam Menunjang

Upaya Konservasi Dan Pengembangan Keanekaragaman Hayati. Bogor: Prosiding Seminar Hasil-Hasil Penelitian Bidang Ilmu Hayat.

Gambar

Tabel 1. Jenis tumbuhan obat yang dimanfaatkan masyarakat Desa Mancon
Gambar 1. Persentase Tumbuhan Obat Berdasarkan Kelompok Famili

Referensi

Dokumen terkait

Setelah dilakukan penelitian mengenai potensi dekolorisasi pewarna Blue-R dan Orange maka dapat disimpulkan bahwa, isolat MB 1 dan MB 15 mampu mendekolorisasi dengan

Faktor perilaku masyarakat yaitu tidur tanpa kelambu, tinggal dengan penderita filariasis, kebiasaan keluar rumah pada malam hari, tidak memakai baju dan celana

Dashboard atau yang biasa dikenal sebagai viewboard pada Perguruan Tinggi Raharja merupakan sebuah sistem aplikasi yang menampilkan informasi dalam bentuk sebuah panel

 pozicioniranje mase na klip može biti ručno ili automatski s pomno odabranim utezima (po mogućnosti integralnim utezima izrađenima od nemagnetičnog,

Tidak menanam cabai di lahan yang telah ditanamai tanaman lain dari famili Solanaceae.. Melakukan rotasi tanaman dengan komoditas lain yang bukan famili Solanaceae

Dengan demikian, hal itu menyimpulkan bahwa para responden, yakni mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia memiliki sikap yang sangat positif terhadap

Majalengka, 31 Oktober 2011 Sub Total Kelas XII. Total Seluruh Kelas Sub Total

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari obyek penelitian, data primer ini diperoleh dari wawancara dengan Bapak Ahmad Zaini selaku TAD dan Ibu